Grab Partners with Hooq, Introducing In-App Video Content

A ride-hailing service, Grab, partners with video on-demand platform, Hooq, to introduce in-app video channel. This is Grab’s initiative to be the “everyday super app”. As it was said by Grab’s Group Head of Strategy, Hidayat Liu, the latest feature is to be tested first in Indonesia.

Previously, other than on-demand platform services, Grab has released GrabDaily, a special page contains informative content and entertainment. It’s to invite customers to often access the app, not only for transportation or delivery.

He said, video-based content will be more entertaining. It goes along with a moment of interest growth on video subscription. Based on “Video-on-demand Survey 2017” report released by DailySocial, Hooq (48.30%) is the most popular service in Indonesia, followed by Netflix (24.93%), and iflix (24.35%).

Peter Bithos in his speech said the partnership with Grab is a way to make the service available in various platforms. The scenario is, new user will watch movie teaser or video from Grab, then they’ll watch the full version through Hooq.

In marketing the service, Hooq has partnered with telco in Indonesia. They provide exclusive access bundled with internet data. It’s a good penetration, considering Netflix, the competitor is currently blocked by ISP under Telkom group.

Gojek, as Grab’s biggest competitor, actually intends to implement similar strategy – to provide in-app entertainment. To make it possible, Gojek, through its venture unit – Go-Venture – has make an investment to an online news portal kumparan and Millennials video content developer Narasi TV.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Jalin Kerja Sama dengan Hooq, Grab Hadirkan Konten Video di Aplikasinya

Layanan ride hailing Grab bermitra dengan platform video on-demand Hooq untuk menghadirkan kanal video di dalam aplikasi. Inisiatif ini dilakukan sebagai salah satu langkah menjadi Grab sebagai “everyday super app”. Menurut pemaparan Group Head of Strategi Grab Hidayat Liu, rencananya fitur anyar tersebut akan diuji coba pertama kali untuk pengguna di Indonesia.

Sebelumnya, di luar layanan pokok sebagai platform on-demand, Grab telah merilis GrabDaily, yakni sebuah laman khusus yang berisi konten informatif dan hiburan. Misinya agar pengguna bisa lebih sering untuk mengakses aplikasi, tidak sekadar saat ingin melakukan jasa transportasi atau pengiriman barang.

Liu memaparkan, konten berbasis video dinilai akan lebih diminati pengguna. Hal ini bebarengan dengan momentum pertumbuhan minat terhadap layanan video berlangganan. Menurut laporan “Video-on-Demand Survey 2017” yang dirilis DailySocial, Hooq (48,30%) menjadi layanan paling populer di Indonesia, di atas Netflix (24,93%), Viu (25,02%), dan iflix (24,35%).

Dalam sambutannya CEO Hooq Peter Bithos mengatakan, kerja sama dengan Grab merupakan cara baru bagi perusahaan untuk membuat layanannya tersedia di berbagai platform. Skenario yang diharapkan, pengguna awal akan melihat teaser film atau video dari aplikasi Grab, selanjutnya ia akan menonton secara utuh melalui aplikasi Hooq.

Sejauh ini untuk memasarkan layanannya, Hooq bermitra dengan perusahaan telekomunikasi di Indonesia. Mereka menghadirkan akses eksklusif yang dipaketkan dengan paket internet. Penetrasinya cukup baik, terlebih pesaing utamanya Netflix hingga saat ini masih diblokir oleh ISP di bawah grup Telkom.

Tidak hanya Grab, pesaing terbesarnya Gojek juga terus mengupayakan strategi yang sama – menghadirkan konten hiburan ke dalam aplikasi. Untuk menghadirkan in-app content, secara khusus Gojek melalui unit ventura miliknya –Go-Ventures—telah memberikan investasi kepada portal berita online kumparan dan pengembang konten video milenial Narasi TV.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Gojek Reportedly Receives New Funding Worth 13 Trillion Rupiah from Google, Tencent, and JD.com

Gojek, a ride sharing fintech service is reportedly to raise a new funding round, targeting up to $2 billion. It’s necessary to facilitate regional expansion and penetration improvement of the fintech service.

Some of the previous investors are  involved in the seed round – include Google, Tencent, and JD.com – with value up to $920 million (around 13 trillion rupiah).

This week, Gojek is reportedly to make an official statement. In the new round, Gojek’s valuation should have reach $9.5 billion – close to Decacorn. Previously, some news are reporting Telkom’s plan to invest in Gojek, but until now, there’s no following information regarding the rumor.

JD.com contribution in the follow-on funding tightens strategic cooperation. Entering the end of last year, Gojek is rumored to make an acquisition of JD.id business unit in indonesia with a value of $1 billion. Until this news revealed, the plan has not been realized.

Control to JD.id should be Gojek’s golden step to enter the e-commerce landscape in Indonesia which currently dominated by four unicorns, Bukalapak, Lazada, Shopee, and Tokopedia. Aside from ride-sharing, Gojek will maximize fintech potential through Go-Pay.

The strategic step is necessary because Grab as competitor is actively raising fund. In 2018, they targeting total funding up to $3 billion. Some investors are involved in this funding, include the three top-tier automotive companies, Hyundai, Kia, and Yamaha.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Gojek Dikabarkan Peroleh Dana Baru Senilai 13 Triliun Rupiah dari Google, Tencent, dan JD.com

Layanan ride sharing Gojek dikabarkan tengah mengumpulkan babak baru pendanaan, total yang ditargetkan mencapai $2 miliar. Modal tambahan tersebut dibutuhkan untuk melancarkan kegiatan ekspansi regional dan peningkatan penetrasi layanan fintech miliknya.

Beberapa investor Gojek sebelumnya akhirnya turut andil dalam putaran awal target pendanaan tersebut –termasuk Google, Tencent, dan JD.com—dengan nilai pendanaan sekitar $920 juta (setara hampir 13 triliun Rupiah)

Kabarnya Gojek akan segera mengumumkan perolehan pendanaan tersebut secara resmi minggu ini. Dengan babak baru pendanaan, valuasi Gojek bisa mencapai $9,5 miliar–mendekati status Decacorn. Sebelumnya banyak pemberitaan yang mengabarkan rencana Telkom untuk turut menyuntik modal ke Gojek, namun sejauh ini belum ada titik terang mengenai kelanjutan kabar tersebut.

Keterlibatan JD.com dalam pendanaan makin mengencangkan kerja sama strategis. Menjelang akhir tahun lalu tersiar kabar keinginan Gojek melakukan akuisisi untuk unit bisnis JD.id di Indonesia dengan nilai $1 miliar. Sampai berita ini diturunkan, tampaknya rencana tersebut belum berhasil terealisasi.

Kendali ke JD.id dapat menjadi langkah emas Gojek untuk turut masuk ke lanskap e-commerce di Indonesia yang saat ini didominasi empat unicorn Bukalapak, Lazada, Shopee, dan Tokopedia. Selain di ride-sharing, Gojek terus memaksimalkan potensi fintech melalui Go-Pay.

Langkah strategis Gojek memang diperlukan, karena Grab sebagai pesaing terdekatnya juga terus aktif menggalang pendanaan. Tahun 2018 mereka menargetkan total pendanaan hingga $3 miliar. Beberapa investor telah bergabung dalam pendanaan tersebut, termasuk dari tiga perusahaan otomotif ternama yakni Hyundai, Kia dan Yamaha.

Application Information Will Show Up Here

Go-Jek Berharap Bisa Segera Mengaspal di Filipina

Go-Jek dikabarkan tengah dalam pembicaraan dengan pemerintah Filipina untuk bisa beroperasi di sana. Sebelumnya langkah ekspansi Go-Jek tersandung moratorium transportasi online di wilayah setempat.

“Kami sedang berbicara dengan semua lembaga pemerintah dan optimis kami akan segera berada (beroperasi) di pasar (Filipina),” terang Co-Founder & CIO Go-Jek Kevin Aluwi seperti dikutip oleh Reuters.

Sejak tahun 2018 Go-Jek mulai melaksanakan operasi ekspansinya ke pasar Asia Tenggara. Tercatat saat ini Go-Jek sudah hadir di Vietnam, Thailand, dan Singapura.

Belum lama ini Go-Jek mengabarkan telah melakukan akuisisi saham mayoritas startup fintech di Filipina, bernama Coins.ph. Akan ada sinergi strategis antara kedua perusahaan, termasuk membawa keunggulan Go-Pay di pasar Filipina.

Banyak yang berpendapat bahwa akuisisi ini bagian dari upaya memperlancar ekspansi Go-Jek. Coins.ph sendiri menawarkan aplikasi e-money, serupa dengan Go-Pay. Kemungkinan besar nantinya akan diintegrasikan saat layanan ride-hailing Go-Jek debut di Filipina.

Salah satu strategi ekspansi yang dilakukan Go-Jek ialah melakukan pelokalan. Termasuk dengan membangun tim lokal di negara ekspansi. Sebagai contoh di wilayah Thailand, mereka beroperasi melalui tim lokal di bawah kendali Co-founder & CEO Get Pinya Nittayakasetwat.

Bahkan selain di Singapura, ekspansi Go-Jek sejauh ini juga membawa brand baru — ada GET di Thailand dan Go-Viet di Vitnam. Harapannya dapat mempercepat penetrasi di pangsa pasar setempat.

Application Information Will Show Up Here

Grab Partners with ZhongAn, Introducing Insurance Product in App

In order to provide insurance for customers and drivers, Grab Holdings Inc. (Grab) forms a strategic partnership by creating a joint venture with ZhongAn Online P&C Insurance Co., Ltd. Furthermore, there will be various categories in the Grab app.

The product will be available in Singapore earlier this year. Grab offers insurance products for drivers to protect them of losing income due to health problem or accident.

Later, the insurance product will arrive to other countries, including Indonesia. This platform is expected to create access to the insurance products for those uninsured and underinsured.

“The insurance platform launching is part of our commitment to be the top “everyday superapp” in Southeast Asia. With more than 130 million downloads in around 336 cities, our in-depth knowledge of customer’s behavior and demand makes it possible to provide innovative insurance products that could give additional value for customers.

Customers can purchase insurance in Grab app

This partnership is to bridge the issues often discovered in the search of insurance products, including unaffordable premium. Payment through GrabPay is allowed.

“We’re very pleased to announce comprehensive partnership with Grab. We ensure to overcome the Southeast Asian customer’s insurance demand, along with Grab and other leading insurance companies,” Wayne Xu, ZhongAn’s Vice General Manager said.

As part of the partnership agreement, ZA International,for business development overseas created by ZhongAn Insurance, will bring technical assets in making platform and insights related to internet ecosystem in the established joint venture.

“As the only player in the digital payment industry with license in Southeast Asia’s six major countries, we’ll improve our regional network and partnered up with global insurance to grow rapidly in countries where our business run,” Ruben Lai, Head of Grab Financial said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Gandeng ZhongAn, Grab Hadirkan Produk Asuransi di Aplikasi

Bertujuan untuk menghadirkan produk asuransi kepada pelanggan dan mitra pengemudi, Grab Holdings Inc (Grab) menjalin kerja sama strategis dengan membentuk joint venture dengan perusahaan asuransi ZhongAn Online P&C Insurance Co., Ltd. Selanjutnya perusahaan akan menghadirkan berbagai macam kategori melalui aplikasi Grab.

Di peluncuran awal, produk tersebut baru akan tersedia di Singapura awal tahun ini. Grab menawarkan produk asuransi bagi mitra pengemudi untuk melindungi mereka dari risiko kehilangan pendapatan karena penyakit atau kecelakaan.

Ke depannya produk asuransi tersebut juga akan tersedia di negara lain, termasuk Indonesia. Kehadiran platform ini diharapkan bisa membuka akses terhadap produk-produk asuransi bagi orang-orang yang termasuk dalam kategori uninsured dan underinsured.

“Peluncuran platform asuransi ini merupakan bagian dari komitmen kami untuk menjadi everyday superapp terkemuka di Asia Tenggara. Dengan lebih dari 130 juta unduhan dan kehadiran di 336 kota, pengetahuan mendalam kami mengenai perilaku dan kebutuhan pelanggan memungkinkan untuk menyediakan produk asuransi inovatif yang memberikan nilai lebih bagi pelanggan,” sambut President Grab Ming Maa.

Pelanggan dapat membeli produk asuransi dari aplikasi Grab

Kerja sama ini ingin menjembatani permasalahan yang kerap ditemui dalam mencari produk asuransi, termasuk premi yang kurang terjangkau. Pembayaran dimungkinkan melalui potongan saldo di GrabPay.

“Kami sangat senang dapat mengumumkan kerja sama komprehensif bersama Grab. Kami yakin bahwa dapat menjembatani kebutuhan asuransi pelanggan di Asia Tenggara, bersama Grab dan perusahaan asuransi terkemuka lainnya,” kata Vice General Manager ZhongAn Wayne Xu.

Sebagai bagian dari kesepakatan kerja sama, ZA International, sebagai entitas untuk pertumbuhan bisnis luar negeri yang dibentuk oleh ZhongAn Insurance, akan membawa aset-aset teknis untuk menciptakan platform serta wawasan terkait ekosistem internet dalam joint venture yang didirikan.

“Sebagai satu-satunya pemain dalam industri pembayaran digital yang memiliki lisensi di enam negara besar Asia Tenggara, kami akan meningkatkan jangkauan regional dan bekerja sama dengan mitra asuransi global untuk tumbuh dengan pesat di berbagai negara tempat kami beroperasi,” kata Head of Grab Financial Ruben Lai.

Application Information Will Show Up Here

The Government Applies Discretion to Control Online Transportation

The Indonesian government will issue a regulation regarding two-wheeler as public transportation. Particularly, two-wheeler will be the main focus. The regulation includes safety, rate, suspension, and partnership aspects.

The government is said to perform discretion to boost action, because the two-wheeler is not included in public transportation under Law No. 22 in 2009 of Road Traffic and Transportation.

Discretion is a term for actions determined by government officials (related to the regulation issue) to solve concrete problems in government administration. The legal based on Law No. 30 in 2014. Discretion in the government is common. It usually applied to overcome crucial issue immediately.

In article 22 verse 2 under Law No. 30 in 2014 is explained that every discretion taken has several objectives, such as launching the government administration, occupying the legal vacuum, providing legal certainty, and overcome government stagnation to provide benefits and public interests.

Due to the two-wheeler wasn’t regulated as part of public transportation, it’s getting difficult. In fact, their communities are becoming essential part of mobility.

Through the discretion, the government is trying to occupy the regulation vacuum. The rules is in discussion, the government has been actively communicating with related parties for feedback since early 2019.

“To date, it’s as if online transportation weren’t protected. In this discretion, I decided to give one thing for them as a guarantee,” Budi Karya, Minister of Transportation said, quoted from Tirto.

Competition and welfare of Two-wheeler transportation

The regulation to be issued by the government of two-wheeler online transportation will adjust many aspects. Some important issues are highlighted, including rate management to avoid price wars. It’s currently issued by app or service providers, both are considered too low for the driver partners.

Another aspect is to be adjusted related to safety, including trip insurance. The regulation is expected to solve the current polemics while increasing driver’s welfare and protecting consumers.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Layanan Gojek di Thailand “Get” Perluas Wilayah Operasional di Bangkok

Get, nama brand Gojek untuk wilayah operasional Thailand, hari ini mengumumkan perluasan operasional di Bangkok. Wilayah yang dijamah meliputi Chatuchak, Lad Prao, Wang Thong Lang, Sathorn, Bang Rak, Klongtoey, Yannawa, Bangkapi, Ratchathewi, Pathumwan, Phyathai, Beung Kum, Bang Kho Laem dan Rat Burana.

Selama periode soft-launch di Thailand dengan aplikasi beta-nya, Get menyediakan layanan ride-hailing dan kurir pengiriman, dalam radius delapan kilometer. Get resmi diluncurkan di Thailand sekitar awal Desember 2018, ekspansi Asia Tenggara kedua yang dilakukan Gojek.

Perluasan ini dilakukan Get pasca pihaknya mengklaim adanya respons positif dari masyarakat — baik mitra pengemudi maupun pengendara. Get beroperasi dengan pengemudi kendaraan roda dua yang berlisensi resmi atau dikenal dengan istilah “Win Driver” di wilayah tersebut.

Kegiatan operasional Get di Thailand dilakukan oleh tim lokal. Oleh karenanya, Get juga miliki CEO sendiri di wilayah tersebut. Menyambut perluasan ini, Co-founder & CEO Get Pinya Nittayakasetwat mengatakan, layanan transportasi (publik) roda dua merupakan kunci dalam mengarungi kepadatan lalu lintas di Bangkok, serta membantu mobilitas masyarakat secara lebih efisien.

Soft-launching ini ditandai dengan peluncuran layanan Get Win dan Get Delivery, sebelum kami memperkenalkan ragam layanan lain ke depannya. Kami percaya bahwa kami mampu menyediakan pengalaman terbaik dalam upaya membuat hidup di area perkotaan yang lebih produktif dan efektif,” ujar Pinya.

Pinya turut menceritakan, bahwa Get merupakan aplikasi pertama yang bekerja sama hanya dengan mitra pengemudi berlisensi. Konon, untuk mendapatkan lisensi tersebut tidak mudah.

Sementara Founder & CEO Gojek Nadiem Makarim menyampaikan, ekspansi internasional akan terus berjalan agar semakin banyak orang yang merasakan manfaat dari layanan Gojek.

“Setelah berhasil meluncurkan layanan ride-hailing roda dua dan pengantaran makanan di Vietnam serta meluncurkan versi beta yang membawa manfaat bagi ribuan masyarakat Singapura, saat ini kami sedang meningkatkan kehadiran di berbagai wilayah di Bangkok. Hal ini menjadi satu lagi tonggak penting bagi perusahaan kami, dan tentunya kami sangat antusias menanti peluncuran GET agar dapat melayani masyarakat Thailand secara optimal,” terang Nadiem.

Application Information Will Show Up Here

Pemerintah Tempuh Jalan Diskresi Atur Ojek Online

Pemerintah Indonesia akan mengeluarkan aturan penggunaan kendaraan bermotor roda dua sebagai transportasi publik. Secara khusus, ojek online akan menjadi objek utama yang disorot. Adapun regulasi yang disusun meliputi aspek keselamatan, tarif, pembekuan dan kemitraan.

Untuk mempercepat aksi, pemerintah disebut akan melakukan diskresi, karena pada dasarnya kendaraan bermotor roda dua tidak termasuk dalam angkutan umum berdasarkan UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Diskresi sendiri merupakan istilah untuk tindakan yang ditetapkan oleh pejabat pemerintahan (dalam kaitannya dengan peluncuran aturan) untuk mengatasi persoalan konkret yang dihadapi dalam penyelenggaraan pemerintahan. Landasan hukumnya pada UU No. 30 Tahun 2014. Diskresi dalam pemerintah sudah lazim dilakukan. Biasanya untuk mengatasi isu krusial yang sifatnya segera.

Di dalam pasal 22 ayat 2 UU No. 30 Tahun 2014 dijelaskan bahwa setiap diskresi yang diambil memiliki beberapa tujuan, seperti melancarkan penyelenggaraan pemerintahan, mengisi kekosongan hukum, memberikan kepastian hukum, dan mengatasi stagnasi pemerintahan dalam keadaan tertentu guna memberikan kemanfaatan dan kepentingan umum.

Karena dari awal tidak diregulasi sebagai bagian dari transportasi publik, posisi ojek memang jadi sulit. Sementara di kalangan masyarakat ojek sudah menjadi bagian penting dalam mobilitas.

Melalui diskresi ini pemerintah mencoba mengisi kekosongan regulasi. Aturan masih digodok dan sejak awal tahun 2019 pemerintah aktif berkomunikasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan untuk mendapatkan masukan.

“Selama ini seolah-olah ojek online tidak mendapatkan perlindungan. Dengan diskresi ini, saya sudah putuskan kami akan memberikan satu hal agar mereka ada suatu jaminan,” kata Menteri Perhubungan Budi Karya dikutip dari Tirto.

Persaingan dan kesejahteraan ojek

Regulasi yang akan dikeluarkan pemerintah terkait ojek online ini nantinya akan mengatur banyak aspek. Beberapa hal penting yang disorot termasuk mengenai penetapan tarif untuk menghindari perang harga. Sejauh ini tarif ojek online dikeluarkan sepihak oleh penyedia layanan atau aplikasi. Harga yang dikeluarkan keduanya pun sempat dinilai terlalu murah bagi mitra pengemudi.

Aspek lain yang rencananya akan diatur mengenai keamanan, di dalamnya termasuk asuransi perjalanan. Regulasi yang akan dikeluarkan diharapkan mampu mengatasi polemik yang selama ini muncul, sekaligus meningkatkan kesejahteraan mitra driver dan melindungi konsumen.