Luncurkan Sejumlah Produk Baru, Ompreng Genjot Akuisisi Pengguna

Setelah tiga tahun berjalan, Ompreng masih terus berusaha menyuguhkan layanan untuk pemesanan transportasi. Selain menambahkan sejumlah fitur di aplikasinya, Ompreng juga mengembangkan beberapa produk baru seperti OTour, OEvent dan juga ORental. Produk-produk baru ini menjadi ujung tombak Ompreng untuk mencapai misinya membantu pemerintah mengurangi kemacetan dengan mengubah pengalaman bertransportasi.

Founder Ompreng Ari Setiyono menceritakan saat ini mereka masih menghadapi tantangan bagaimana memperkenalkan Ompreng ke masyarakat yang lebih luas. Sejauh ini Ompreng secara keseluruhan memiliki 30 ribu pengguna dengan strategi organik dan referral. Upaya aktivasi pengguna terus diupayakan, di antaranya melalui penyediaan produk-produk baru.

User kita ada sekitar 30.000 user dan kita natural growth tanpa membakar uang banyak, mostly dari referral. Tantangannya masih sama di marketing, jadi untuk menginfokan ke masyarakat luas butuh budget besar. Kami bekerja sama dengan banyak pihak, seperti sekarang ini bekerja sama dengan Asian Games,” terang Ary.

Kerja sama dengan Asian Games adalah salah satu bagian produk baru Ompreng, yakni OEvent. Sebuah produk yang memungkinkan EO (Event Organizer) atau penyelenggara acara yang menyediakan shuttle untuk memanfaatkan aplikasi dan teknologi Ompreng untuk membantu penonton sampai ke lokasi acara.

Sementara produk baru Ompreng lainnya, seperti ORental dan OTour, masing-masing diciptakan untuk memudahkan pengguna menyewa mobil, baik itu dengan supir atau lepas kunci dan memudahkan pengguna melakukan perjalanan atau tour bersama-sama ke satu tujuan. Ompreng juga memiliki produk OAirport yang membantu pengguna memesan shuttle dengan tujuan ke bandara.

Lebih lanjut Ary menjelaskan pihaknya saat ini berusaha bertahan sekaligus memunculkan inovasi dengan motivasi untuk bisa membantu pemerintah dalam mengurangi kemacetan dengan mengoptimalkan transportasi umum.

Dari segi fitur Ompreng sudah memberikan beberapa fitur khas aplikasi pemesanan transportasi online. Seperti booking, tracking atau pelacakan armada, hingga pembayaran cashless. 

“[Tahun ini targetnya] penambahan partner operator bus seperti Damri, PPD, Mayasari, Bigbird, Sinarjaya, Agra dan lain-lain,” terang Ary.

Application Information Will Show Up Here

Toyota Resmi Memulai Layanan Ridesharing di Hawaii

Ide layananan ridesharing sebetulnya telah digagas sejak awal 90-an, namun baru setelah perangkat bergerak menyebar luas lalu mayoritas kendala network serta komunikasi berhasil diatasi, barulah app-app ridesharing mulai bermunculan di tahun 2012. Saat itu, layanan transportasi ini umumnya digarap oleh perusahaan San Francisco seperti Lyft, Uber, Wingz dan Sidecar.

Baru bertahun-tahun setelah itu, layanan serupa dibuntuti oleh satu raksasa otomotif asal Jepang. Hari selasa kemarin, Toyota mengumumkan dimulainya layananan ridesharing bernama Hui yang mempersilakan kita menyewa beragam jenis mobil buatan mereka. Sebelum bisa menggunakannya, yang perlu Anda lakukan adalah melakukan reservasi melalui aplikasi mobile Hui – tersedia buat perangkat Android dan iOS.

Toyota memilih ibu kota Hawaii, Honolulu, sebagai tempat peluncuran perdana Hui. Layanan ini dikelola oleh Servco Pacific sebagai distributor resmi Toyota di negara bagian Hawaii, lalu aplikasinya sendiri dikembangkan oleh tim Toyota Connected North America dan menggunakan Mobility Service Platform.

Di momen peluncurannya, perusahaan asal Aichi Prefecture itu menyediakan 70 unit kendaraan bermerek Toyota dan Lexus yang ditempatkan di 25 lokasi di kota Honolulu. Saat ini, Anda dapat memilih model Toyota Prius, Prius Prime, Camry XSE serta Lexus RX 350 dan RX F Sport. Toyota juga memastikan Anda tidak akan melewatkan lokasi Hui dan tak akan kebingungan dengan memberikan petunjuk jelas soal mobil yang bisa diambil serta di mana tempat pengembaliannya.

Kendaraan-kendaraan Hui memanfaatkan teknologi Smart Key Box, berfungsi untuk menciptakan ‘kunci digital’ buat mengakses, membuka, serta menyalakan mobil berbekal smartphone. Biaya sewanya disuguhkan mulai US$ 10 per jam atau US$ 80 per hari. Bergantung dari jenis mobilnya, harga bisa naik hingga US$ 20 per jam atau US$ 160 per hari. Uang yang Anda keluarkan itu sudah termasuk biaya asuransi, perawatan, dan bensin.

Ketika menyewa mobil, Anda akan diberikan kartu bensin buat mengisinya tanpa perlu mengeluarkan uang lagi. Sewaktu mengembalikan kendaraan, Anda diminta untuk setidaknya menyisakan bensin seperempat tanki sehingga pengemudi berikutnya tidak perlu membuang-buang waktu mencari-cari SPBU.

Selain Smart Key Box, ada banyak fungsi lain yang Toyota benamkan dalam aplikasi mobile Hui, dari mulai sistem identifikasi pengguna dan autentikasi, sejumlah metode pembayaran, serta beragam tool pengelolaan armada.

Perlu Anda ketahui bahwa Toyota bukanlah perusahaan pertama yang menawarkan layanan ridesharing di wilayah Hawaii. Di sana sudah ada Zipcar dan Enterpirse. Ridesharing – entah apakah menawarkan mobil, motor atau sepeda – telah jadi bisnis besar di Amerika.

Via DigitalTrends.

Laporan DailySocial: Survei Transisi Konsumen Uber Pasca Akuisisi

Pada tanggal 26 Maret 2018 lalu, Grab secara resmi mengumumkan akuisisinya terhadap unit bisnis Uber di Asia Tenggara. Kabar tersebut disampaikan langsung oleh Co-Founder & Group CEO Grab Anthony Tan. Inisiatif tersebut diakukan untuk memperkuat visi layanan Grab di Asia Tenggara, untuk menciptakan layanan transportasi hemat biaya.

Kini seluruh layanan Uber telah berhenti beroperasi di Asia Tenggara, tak terkecuali di Indonesia. Lantas memunculkan pertanyaan, bagaimana dengan basis konsumen yang sudah dimiliki Uber? Ke mana mereka bertransisi, mengingat layanan on-demand sudah menjadi kebutuhan banyak orang? Apa yang mereka harapkan dari layanan on-demand baru yang digunakan?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, DailySocial bekerja sama dengan JakPat Mobile Survey Platform melakukan survei terhadap pengguna Uber dari berbagai kota wilayah operasional Uber di Indonesia.

Dari survei tersebut ada beberapa temuan menarik, di antaranya:

  • Sebanyak 54,53% responden mengaku berpindah ke layanan Grab, sedangkan 44,71% berpindah ke layanan GO-JEK.
  • Biaya yang lebih murah menjadi salah satu pertimbangan utama responden saat beralih ke layanan on-demand
  • Isu yang kerap dialami pengguna saat dulu menggunakan Uber adalah mitra pengemudi yang kadang sulit ditemui.
  • Sebanyak 77,94% responden mengharapkan layanan Uber kembali beroperasi di Indonesia seperti sedia kala.

Selain empat poin di atas, ada beberapa temuan lain yang berhasil dirangkup dalam survei. Termasuk mengetahui layanan apa yang paling mudah ditemui di sekitar tempat tinggal responden, hal apa yang menjemukan dari layanan Uber, hingga faktor yang mempengaruhi mereka dalam memilih sebuah layanan on-demand.

Laporan selengkapnya dapat diunduh gratis melalui tautan berikut ini “Uber Consumer Transition Survey 2018”.

Go-Jek is Soon to be Available in Vietnam

GO-JEK is said to be officially available in Vietnam in July 2018. The arrival wants to challenge Grab’s dominance in Vietnam market. Post-Uber acquisition, Grab isn’t be facing any competitor in SEA countries besides Indonesia.

In its early stage, GO-JEK will be focused on partner acquisitions. One of the strategies is to eliminate the 20% fees deduction for drivers. It is considered as a good tactic, since the competitor (Grab) is having 28% fees from the driver partner.

Vietnam becomes the first execution of the expansion. The next is Singapore and Philippine. Meanwhile, the region has become Grab’s operation-based area (with Uber SEA after being acquired by Grab).

Post Uber SEA acquisition, Grab is now dominating the industry in various countries. A survey conducted by Financial times has shown Grab’s solid position in SEA countries. Indonesia is an exception with GO-JEK still dominating.

According to some Vietnam local publications, GO-JEK’s arrival is welcomed, in terms of regulations as well. With Grab dominating most of the transportation market in the region, local authorities investigation indicates a violation of the law regarding the competition post-Uber acquisition.

GO-PAY role

There is no definite news about bringing the service provided by PT Dompet Anak Bangsa (GO-PAY). However, it is certain that the payment system will be GO-JEK’s product roadmap in each country. Since January 2017, the Vietnamese government has begun drafting regulations to tighten the rules of e-money and virtual currency. The framework is now under the auspices of the State Bank of Vietnam (SBV).


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

GO-JEK Segera Resmikan Operasional di Vietnam

GO-JEK dikabarkan segera meresmikan kehadirannya di Vietnam bulan Juli 2018 ini. Hadirnya GO-JEK ke pasar Vietnam akan menantang dominasi Grab. Pasca menyerahnya Uber, Grab praktis tanpa saingan di negara-negara Asia Tenggara selain Indonesia.

Di fase awal, GO-JEK akan fokus pada strategi akuisisi mitra. Salah satunya dengan menghilangkan komisi 20 persen yang biasanya dikenakan pada pengemudi. Dinilai ini akan menjadi strategi yang apik, pasalnya pesaingnya Grab mengenakan komisi 28 persen ke mitra.

Vietnam adalah eksekusi pertama dari rencana ekspansi, selanjutnya akan ada Singapura dan Filipina. Sementara di wilayah tersebut sudah menjadi basis operasi layanan Grab (dan Uber yang kini sudah diakuisisi bisnisnya di Asia Tenggara oleh Grab).

Pasca akuisisi Uber Asia Tenggara, Grab kini mendominasi industri di berbagai negara. Menurut hasil survei yang dilakukan Financial Times, porsi layanan Grab cukup kuat di tiap negara di Asia Tenggara. Hanya di Indonesia populasinya lebih didominasi oleh GO-JEK, itu pun masih dalam tahap persaingan yang dinamis.

Tren layanan ride-sharing di Asia Tenggara / FT
Tren layanan ride-sharing di Asia Tenggara / FT

Menurut beberapa pemberitaan lokal di Vietnam, kehadiran GO-JEK cukup disambut baik, pun demikian dari sisi regulasi. Pasalnya Grab telah begitu mendominasi pasar transportasi di wilayah tersebut. Penyelidikan otoritas setempat juga mengindikasi adanya pelanggaran undang-undang terkait persaingan usaha pasca akuisisi Uber.

Peran GO-PAY?

Belum ada kabar pasti soal memboyong layanan yang diusung PT Dompet Anak Bangsa (GO-PAY). Namun bisa dipastikan bahwa sistem pembayaran akan menjadi peta jalan produk GO-JEK di tiap negara. Sejak tahun Januari 2017, pemerintah Vietnam sudah mulai menyusun regulasi untuk mempertegas aturan soal e-money dan mata uang virtual. Kerangka kerjanya kini ada di bawah naungan State Bank of Vietnam (SBV) –sama seperti peran Bank Indonesia (BI) di sini.

Application Information Will Show Up Here

Monika Rudijono is Appointed as Uber Indonesia’s President Director

Uber announces Monika Rudijono as Uber Indonesia’s President Director effective on January 2018. Monika is currently President Director of Grey Group Indonesia, a well-known advertising agency, having a Business Administration degree in Marketing and Finance from UC Berkeley’s Haas School of Business.

Monika will take up the empty spot left by Alan Jiang earlier this year. Alan left his position due to the bribing scandal involving local employee. Even though the issue has not take much of public attention, Uber, under supervision of new CEO Dara Khosrowshahi, is pushing the company to a “better practice”.

Monika herself has 20 years of experience in advertising and marketing agency. Besides Grey Indonesia, she was also engaged with FCB, Leo Bummet and Isobar.

In her statement, Monika said, “Ridesharing has changed the way Indonesia moves, and presents economic opportunities for millions of people. I am glad to be a part of this transformation, and leads a new chapter of Uber in my proud country.”

Monika is assigned to lead Uber facing the tight competition in developing on-demand sector, with GO-JEK and Grab as competitor. Uber Indonesia still focus on transport and delivery sector, available in 34 cities and 7 provinces.

They are yet to launch food delivery service UberEATS, which initially expected to be available in 2017.

“Uber technology brings out benefit for passengers and driver partners across Indonesia. With a strong and growing team, we will continuously committed to human resources, product innovation and Indonesian partnership,” Uber Asia Pacific’s Chief Business Officer Brooks Entwistle said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Monika Rudijono Menjadi Presiden Direktur Uber Indonesia

Uber mengumumkan penunjukan Monika Rudijono sebagai Presiden Direktur Uber Indonesia efektif per bulan Januari 2018. Monika sebelumnya adalah Presiden Direktur Grey Group Indonesia, agensi periklanan terkemuka, dan memiliki gelar Business Administration in Marketing and Finance dari UC Berkeley’s Haas School of Business.

Monika akan mengisi kekosongan posisi yang ditinggalkan Alan Jiang sejak awal tahun ini. Alan mengundurkan diri terkait skandal penyuapan yang melibatkan pegawai lokal. Meskipun isu ini tidak ramai dibahas di ranah lokal, hal ini mendorong Uber secara global, di bawah kepemimpinan CEO baru Dara Khosrowshahi, untuk mempraktikkan bisnis yang lebih “bersih”.

Monika sendiri memiliki pengalaman sekitar 20 tahun berkecimpung di dunia agensi periklanan dan pemasaran. Selain Grey Indonesia, ia sempat berkiprah di FCB, Leo Burnett, dan Isobar.

Dalam pernyataannya, Monika menyebutkan, “Ridesharing telah mengubah bagaimana Indonesia bergerak, dan menghadirkan kesempatan-kesempatan ekonomi bagi jutaan orang. Saya sangat senang menjadi bagian dari perubahan ini, dan memimpin babak baru transformatif untuk perjalanan Uber di negara yang saya banggakan.”

Monika memiliki tugas memimpin Uber menghadapi kompetisi yang lebih ketat di sektor on-demand yang terus bertumbuh, dengan pesaing GO-JEK dan Grab. Uber di Indonesia masih fokus di sektor transportasi dan pengiriman barang dan sudah hadir di 34 kota dan 7 provinsi.

Mereka masih belum meluncurkan layanan pengiriman makanan UberEATS yang tadinya diharapkan hadir tahun 2017 ini.

“Teknologi Uber menghadirkan manfaat bagi jutaan penumpang dan mitra-pengemudi di seluruh Indonesia, dan bersama tim yang kuat dan terus berkembang, kami terus berkomitmen pada sumber daya manusia, inovasi produk dan kemitraan di Indonesia,” ungkap Chief Business Officer Uber Asia Pasifik Brooks Entwistle.

Application Information Will Show Up Here

Migo Offers E-Bike Rental Through Application

The concept of ride sharing is starting to spread around big cities in Indonesia. Many were inspired from there  to make similar services or other innovations. Form of innovation from the ride sharing concept invasion is presented by Migo in Surabaya. With digital technology, Migo provides e-bike rental service. The solution is claimed to be the first in Indonesia.

Migo tries to facilitate users in ordering and payment. For reservations, user can just scan the QR Code on every bike. These things can be done through the Migo app available on Google Play and the App Store.

“Migo has technological advantages different from other transportation. Start from the registration, the top-up process, opening, locking up, until restoring Migo to the station can be done just by a smartphone in hand,” said Migo’s team member, Tony Chandra.

Migo provides approximately 100 points of substation scattered around Surabaya. On these substations, users can rent and return their bikes. For the rent cost, Migo set it based on kilometers at affordable prices to the public.

Migo applies Rp2,000 base rate for the first 2 kilometres. Afterwards, users will be charged Rp.500 per kilometre. Whereas, waiting or stopping charges are set to Rp500 per 15 minutes. Waiting or stopping charges are valid from 06.00 to 20.00.

“Currently Migo has approximately 100 points of substation scattered throughout Surabaya. If you want to know the substation points above, you can directly download Migo app via Play Store or App Store. Substations as Migo partners act as an extension of Migo’s hand in providing electric bike units and ready to serve customers,” said Tony.

Right now Migo has already acquired 2000 registered users with 1000 active user on average. By the end of this year, Migo plans to add 50 new substations to ease the access.


The original article is written in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Jaguar Ungkap Konsep Setir Mobil Pintar Bertenaga AI

Fokus industri otomotif pada pengembangan mobil tanpa sopir membuat kita berasumsi bahwa mobil di masa yang akan datang tak akan dilengkapi setir karena sudah bisa mengemudikan dirinya sendiri. Namun Jaguar Land Rover berpendapat berbeda. Pabrikan asal Inggris itu malah mengimajinasikan skenario masa depan dimana setir adalah satu-satunya bagian mobil yang dimiliki konsumen.

Visi yang agak nyeleneh itu coba mereka wujudkan lewat sebuah konsep lingkar kemudi bernama Sayer. JLR mendeskripsikan Sayer sebagai sebuah “setir bertenaga artificial intelligence (AI) yang dapat mengerjakan ratusan tugas,” dan kegunaannya tidak lepas dari tren ride sharing di masa mendatang.

Anggap saja Sayer ini seperti smart speaker, tapi tanpa menitikberatkan pada elemen speaker-nya. Anda tinggal bilang pada Sayer dari dalam rumah bahwa Anda hendak bertemu seseorang besok pukul 8 pagi di lokasi yang terletak sekitar dua jam dari kediaman, maka Sayer akan mengerjakan sisanya.

Keesokan harinya, sebuah mobil akan meluncur dengan sendirinya ke kediaman Anda, siap untuk dijadikan tunggangan menuju lokasi. Seperti yang sudah bisa ditebak, Sayer-lah yang bertanggung jawab memesan mobil kemudi otomatis yang merupakan bagian dari sebuah layanan ride sharing ini.

JLR bilang kalau Sayer akan menjadi bagian penting dari mobil konsep Jaguar ke depannya, tapi realisasinya mungkin masih harus menunggu sampai setidaknya tahun 2040.

Sumber: Jaguar Land Rover.

Kudo Dikabarkan Jadi Kendaraan Legal GrabPay di Indonesia

Setelah resmi mengumumkan akuisisinya atas Kudo sejak awal April lalu, Grab mulai memperlihatkan strategi bisnis atas langkahnya tersebut. Kudo disebutkan menjadi kendaraan legal untuk memperkuat penetrasi GrabPay di Indonesia. Sebagai sebuah layanan dompet digital, syarat kepemilikan lisensi e-money dari Bank Indonesia tentu menjadi dasar yang wajib diperjuangkan. Rumor lain adalah hadirnya Country Manager tersendiri untuk GrabPay di Indonesia, meskipun kami belum mendapatkan konfirmasi soal ini.

Hal ini bukan cara baru yang dilakukan perusahaan seperti Grab. Rivalnya di Indonesia, GO-JEK, melakukan hal serupa, dengan mengakuisisi MV Commerce untuk mendapatkan lisensi e-money dan memindahkan lisensi tersebut ke PT Dompet Anak Bangsa, sebuah unit bisnis terpisah yang khusus mengurusi GO-PAY.

Mendapatkan perizinan e-money bukan perkara mudah, sejauh ini yang telah terdaftar di situs BI baru 25 perusahaan saja, didominasi perbankan dan perusahaan telekomunikasi. Kudo akan berperan sangat penting untuk Grab, kredibilitasnya di pasar Indonesia menjadi sebuah kendaraan berharga untuk menguatkan Grab dalam peperangan di industri ini.

Dua raksasa ride sharing ini memang tak lagi dihadapkan pada persaingan di vertikal layanan transportasi. Lebih dari itu, sistem pembayaran akan berkontribusi lebih maksimal bagi RoI (Return on Investment) bisnis.

Babak baru industri on-demand adalah tentang persaingan kekuatan sistem pembayaran GO-PAY dan GrabPay. Sementara rival lainnya, Uber, belum sampai pada titik tersebut di Indonesia.