Honda dan SoftBank Kembangkan AI untuk Dijadikan Asisten Pribadi Pengemudi Mobil

Bicara mengenai robot, dunia pastinya masih ingat dengan ASIMO. Diperkenalkan di tahun 2000, robot buatan Honda ini menuai popularitas berkat kemampuannya berjalan, berlari dan bahkan menari. 16 tahun kemudian, Honda tampaknya sudah siap meneruskan jejaknya di bidang robotik dan sistem kecerdasan buatan.

Langkah berikutnya ini Honda jalani bersama SoftBank. Raksasa telekomunikasi asal Jepang tersebut juga cukup berpengalaman di bidang robotik, terbukti dari robotnya yang bernama Pepper yang menjalani debut pada tahun 2014.

Kerja sama antara Honda dan SoftBank ini bertujuan untuk menciptakan sistem kecerdasan buatan (AI) yang berperan sebagai asisten pribadi pengemudi mobil, lengkap dengan kemampuan untuk memahami dan berkomunikasi secara alami.

Bukan, mereka bukannya berniat mengembangkan mobil robot macam KITT dari serial TV Knight Rider, namun ini bisa dianggap sebagai langkah awal dari visi jangka panjang menuju hal tersebut.

AI hasil kolaborasi Honda dan SoftBank ini akan banyak memanfaatkan teknologi yang menenagai Pepper, dimana robot tersebut punya tujuan untuk menyenangkan hati manusia. Untuk kali ini, fokusnya ada pada konsep keharmonisan antara pengemudi dan sarana transportasinya.

Dua spesialis robotik bekerja sama mengembangkan AI untuk mobil tentunya merupakan kabar baik bagi industri otomotif, sekaligus menunjukkan komitmen pabrikan dalam mengusung definisi mobil pintar ke tingkat yang lebih tinggi lagi.

Sumber: TechCrunch.

Ilmuwan MIT Ciptakan Robot Origami Untuk Lakukan ‘Pembedahan’ dari Dalam Tubuh

Pemanfaatan robot di bidang medis bukan lagi merupakan hal baru. Mesin-mesin tersebut sudah membantu para dokter dalam melakukan pembedahan, terapi, merawat pasien, memerangi wabah Ebola, sampai mempermudah tugas apoteker untuk meracik obat. Namun para ilmuwan MIT berpeluang menciptakan sebuah terobosan besar di ranah itu lewat satu kreasi anyar.

Di acara International Conference on Robotics and Automation pertengahan bulan Juni silam, tim Massachusetts Institute of Technology memamerkan robot origami berbahan plastik yang dihasilkan melalui proses cetak dengan kemampuan melipat secara otomatis. Konsepnya hampir menyerupai ciptaan peneliti Harvard dua tahun silam, tetapi robot origami MIT hanya berukuran satu sentimeter dan didesain untuk bisa masuk ke tubuh manusia.

Robot origami ini mempunyai tubuh berupa lembaran persegi dengan magnet kecil tertambat di bagian punggung, bobotnya hanya sepertiga gram. Setelah diaktifkan dengan menggunakan panas (kira-kira 65 derajat Celcius), ia segera melipat diri dan langsung bisa melakukan bermacam-macam jenis manuver: berjalan, berenang, mendaki, menyusuri medan yang kasar, sampai membopong beban dua kali berat sang robot. Gerakan tersebut diatur dari medan magnet eksternal.

Silakan video demo dan presentasinya di bawah ini:

Hasil konstruksi MIT itu sedikit berbeda dari robot berkonsep origami lain. Saat inkarnasi mesin sejenis mengusung motor penggerak serta sirkuit elektronik di bagian dalam badannya, peneliti menyematkan mekanisme gerakan tepat di tubuh.

Metode ini memang mutakhir, tapi alasan peneliti menciptakannya lebih ambisius lagi: desain robot dimotivasi oleh gagasan di mana mesin ini bisa dimasukkan dalam tubuh manusia untuk membantu proses pengobatan. Bayangkan: ia masuk melalui injeksi, dapat bergerak ke area yang dituju buat melakukan pembedahan kecil. Lalu setelah selesai, tubuhnya akan larut dengan sendirinya.

Untuk menunjukkan kemampuannya, salah satu versi purwarupa robot origami MIT itu dibangun dengan material yang bisa larut dalam aseton, hanya menyisakan bagian magnet; sedangkan varian lainnya dapat hancur oleh air. Magnet permanen di sana berguna buat menggerakkan kaki-kakinya, dikendalikan lewat gelombang elektromagnetik.

Tentu saja butuh waktu cukup lama hingga robot origami mungil ini bisa dimanfaatkan oleh para dokter buat mengobati pasein. Bahkan sebelum diuji coba ke hewan – kira-kira dapat dilakukan tiga sampai empat tahun lagi – peneliti harus menyempurnakan sistem kendali agar jauh lebih akurat.

Sumber: MIT.

Ilmuwan Harvard Ciptakan Ikan Pari Cyborg Dari Sel Jantung Tikus

Jangan dikira eksperimen akan melambat terlepas dari munculnya kekhawatiran terhadap dampak negatif pengembangan robot dan kecerdasan buatan. Alam seringkali menjadi sumber ide, dan kita sudah melihat sendiri mengagumkannya imitasi fauna liar. Tapi berbeda dari robot biasa, kreasi tim Harvard ini boleh dikatakan sebagai ‘monster Frankenstein-nya dunia robotik’.

Peneliti Kevin Kit Parker dan tim Wyss Institute di Harvard University menyingkap sebuah organisme jenis baru, berada di area batas antara robot dan makhluk hidup. Ciptaan ini dirancang agar menyerupai spesies batoid, atau sederhananya, ikan pari. Salah satu aspek paling unik dari ‘cyborg’ itu adalah material penyusunnya. Ilmuwan menggunakan sekitar 200.000 sel jantung tikus untuk membentuk otot buatan.

Ukuran robot tersebut memang tidak besar, hanya memiliki panjang 16-milimeter dan berat 10 gram. Ia bergerak layaknya ikan pari, dan saat dilihat lebih dekat, organisme buatan ini memiliki tubuh transparan dengan tulang berwarna keemasan. Kreasi Kit Parker dan kawan-kawan itu terdiri dari empat bagian: tubuh dari karet, rangka sekaligus saraf berbahan emas, satu layer karet tipis lagi, serta elemen dasar dari jantung tikus (cardiomyocytes).

Cyborg Stingray 1
Ikan pari cyborg ini memiliki tubuh transparan dan syaraf berwarna keemasan.

Untuk membuat cyborg ikan pari ini bergerak, ilmuwan memodifikasi gen-gen sel tikus agar merespons cahaya. Ketika terekspos sinar, sel-sel tersebut akan berkontraksi, kemudian lapisan-lapisan tubuhnya bergerak seperti pompa dan menekan tulang – meniru cara ikan pari berenang. Dengan frekuensi cahaya berbeda, tim dapat mengatur kecepatan dan arah gerak sang robot.

Kit Parker mengaku bahwa ciptaannya ini memang belum sesempurna versi alam, dan meskipun cyborg batoid tersebut merupakan ‘mesin hidup’, butuh lebih banyak penelitian untuk menggarap robot yang lebih kompleks berbekal jaringan hidup. Tantangan terbesarnya ialah menyediakan lingkungan dan kondisi khusus bagi material hidup agar tidak mati.

Tapi tujuan dari riset ini sebetulnya bukan untuk menciptakan tiruan dari makhluk hidup sesungguhnya, melainkan buat lebih memahami cara kerja jantung dan menanggulangi penyakit terkait organ penting ini. Parker menuturkan, fokus utama eksperimen mereka adalah membangun jantung buatan (sebelumnya ia juga sempat terlibat dalam upaya penciptaan organ mini).

Di tahun 2012, Kit Parker dan tim Harvard juga sukses membangun cyborg ubur-ubur. Robot sama-sama memanfaatkan jaringan jantung, tetapi rancangan dan sistem kerjanya lebih sederhana dari cyborg ikan pari.

Sumber: New Scientist & RT.com.

Layaknya Amfibi, Robot Salamander Pleurobot Bisa Berjalan dan Berenang

Alam sudah lama jadi sumber ide manusia dalam berinovasi dan menciptakan penemuan baru. Di bidang robotik, Anda mungkin sudah pernah mendengar tentang versi mekanik dari cheetah, gurita, siput tanpa cangkang, bahkan tak jarang robot diciptakan agar menyerupai manusia. Dan kali ini, tim ilmuwan Swiss memilih salamander sebagai sumber inspirasi.

Para peneliti di École Polytechnique Fédérale de Lausanne Swiss belum lama mengungkap kreasi canggih mereka: sebuah robot ‘amfibi’ yang mampu bergerak layaknya spesies Pleurodeles waltl dengan sangat detail. Dinamai Pleurobot, salamander mekanik ini bisa berenang dan merangkak; dan suatu hari nanti, riset ini diharapkan dapat membantu para pasien penderita kelumpuhan untuk berjalan lagi.

Tim EPLF Biorobotics Laboratory yang dipimpin Profesor Auke Ijspeert sebetulnya sudah beberapa kali menciptakan robot amfibi, tetapi baru kali ini mereka menggarapnya secara sangat akurat, berbasis gerakan tiga dimensi dari tulang hewan. Untuk melakukannya, ilmuwan menggunakan video X-ray dari seekor salamander dan melacak 64 titik di sana saat hewan berenang dan merangkak.

Pleurobot memang belum secanggih ‘versi alamnya’, namun tetap saja karya EPFL itu sangat mengagumkan. Robot tersusun atas komponen hasil cetak printer 3D, dipadu motor dan sirkuit elektronik; memiliki 11 bagian tulang punggung yang ditenagai 27 unit motor (salamander sendiri mempunyai 40 ruas tulang punggung dengan banyak sambungan). Sebelum itu, peneliti mencoba mencari tahu desain teroptimal dan menentukan jumlah segmen bermotor paling efisien agar Pleurobot dapat meniru bermacam-macam gerakan salamander.

Ijspeert menjelaskan bahwa pada hewan salamender, tulang punggung (bukan otak) bertanggung jawab mengendalikan gerakan. Jadi berupaya meniru manuver amfibi dapat memberi banyak pengetahuan bagaimana tulang belakang berinteraksi dengan tubuh, dan selanjutnya membuka pemahaman mengenai fungsi spinal cord di makhluk vertebrata lain, termasuk manusia.

Para ahli neurobiologi itu berhasil membuktikan bahwa rangsangan elektrik adalah hal yang menentukan gerakan salamander. Di level stimulasi rendah, sang hewan akan berjalan, dan jika stimulasinya lebih besar, ia akan mulai berenang.

EPLF percaya, memahami hubungan antara tulang belakang dan sistem gerakan tubuh makhluk hidup akan mempermudah proses terapi dan pengembangan perangkat prostetik bagi pasien amputasi dan penderita kelumpuhan di masa yang akan datang. Penemuan tersebut juga bisa dimanfaatkan sebagai basis dalam menciptakan ‘biorobot‘ lainnya.

Pleurobot 1
Dapat berenang dan merangkak, penampilan Pleurobot memang sedikit menyeramkan.

Via The Verge. Sumber: EPFL.

Ini Dia 10 ‘Hukum’ Pengembangan AI Versi CEO Microsoft Satya Nadella

Hanya dalam satu hari saja, Twitter mengubah kecerdasan buatan kreasi Microsoft yang tidak berdosa menjadi mimpi buruk. Dengan mempelajari percakapan di sosial media, chatbot bernama Tay itu tak lama mulai melontarkan tweet-tweet kontroversial. Microsoft akhirnya menonaktifkannya, tapi jangan dikira hal ini menghentikan upaya mereka mendalami bidang AI.

Faktanya, kita sudah lama menggunakan versi kasar dari kecerdasan buatan, dan tema ini juga menjadi perhatian para raksasa teknologi. Melalui sebuah esai di Slate, CEO Microsoft Satya Nadella menjabarkan 10 ketentuan wajib yang sebaiknya dijadikan panduan pembuatan AI, serta turut membahas ‘Tiga Hukum Robot‘ karya penulis fiksi ilmiah legendaris Isaac Asimov dan tulisan Bill Gates di tahun 1995, Internet Tidal Wave.

Esai tersebut diungkap di tengah perdebatan mengenai apakah AI bisa menjadi ancaman sekelas ‘Terminator’ terhadap manusia di masa depan. Belum lama ini saja, sang fisikawan terkenal Stephen Hawking mengingatkan kita mengenai ancaman ‘perlombaan senjata’ berbekal AI yang dilakukan negara-negara maju.

Namun bertolak belakang dari hal itu, Nadella berkeinginan agar manusia dan mesin bisa bekerja sama untuk memerangi penyakit dan kemiskinan. Jadi apa saja hukum dalam pengembangan AI versi CEO Microsoft? Ini dia:

  • AI harus didesain untuk membantu kemanusiaan, serta menghargai kebebasan manusia.
  • AI harus transparan, di mana kita perlu mengetahui bagaimana teknologi bekerja dan apa saja aturannya.
  • AI harus memaksimalkan efisiensi tanpa menghancurkan martabat manusia, dengan turut melestarikan budaya serta menghargai kemajemukan.
  • AI harus dirancang agar dapat menjaga privasi secara pintar.
  • AI harus memiliki algoritma yang dipertanggungjawabkan, sehingga manusia bisa membatalkannya jika mulai membahayakan.
  • AI harus dijaga dari berprasangka agar tidak ada diskriminasi.

Namun dalam pemanfaatan kecerdasaan buatan, terdapat rambu-rambu yang juga harus diikuti oleh manusia:

  • Empati: keadaan mental ini sangat sulit ditiru oleh robot, dan akan sangat berharga dalam interaksi manusia dan mesin.
  • Edukasi: Nadella percaya dengan lebih banyak investasi pada pendidikan, manusia akan dapat mencapai tingkat pemikiran yang lebih tinggi serta menciptakan inovasi yang saat ini belum kita pahami.
  • Kreativitas: merupakan salah satu kemampuan unggulan manusia yang tidak bisa ditiru oleh mesin. Keberadaan AI memperkaya serta menyempurnakan kreativitas.
  • Keputusan dan tanggung jawab: kita boleh saja menerima hasil analisis dan diagnosis komputer, namun keputusan dan pertanggungjawaban tetap berada di pundak manusia.

Via Geek Wire. Header: Business Insider.

Robot Bernama Pillo Ini Dirancang Untuk Jaga Kesehatan Keluarga Anda

Kesehatan adalah hal yang seringkali dilupakan, tapi begitu didamba saat kita jatuh sakit. Tak cuma menghabiskan uang, berobat ke dokter juga mengonsumsi banyak waktu berharga Anda. Tim developer Pillo Health dari New York mempunyai ide unik buat jalan keluar atas kendala ini berbekal teknologi robotik dan bidang kecerdasan buatan yang semakin canggih.

Beragam jenis robot telah diciptakan buat membantu manusia, dan kali ini, developer mengembangkan robot spesialis kesehatan anggota keluarga, mereka namai Pillo. Konsepnya sangat menarik, Pillo mampu menjawab pertanyaan user terkait kesehatan, menyambungkan Anda langsung dengan dokter, dan mengelola jadwal serta memberi tahu pengguna supaya tidak lupa minum obat.

Meskipun Pillo tidak bisa bergerak otomatis dan menyodorkan langsung antibiotik ke tangan kita, ia mengusung sistem AI cerdas yang akan bertambah pintar dan lebih mengenal anggota keluarga seiring makin banyaknya interaksi. Sewaktu Anda menyampaikan pertanyaan, Pillo langsung mencari jawabannya di internet. Namun tak cuma sekedar jawaban, sang robot hanya menggunakan informasi dari sumber terpercaya dan up-to-date saja.

Pillo 1
Pillo diklaim sebagai robot kesehatan ‘pintar’ pertama di dunia.

Pillo dilengkapi teknologi pengenal wajah dan suara, sehingga ia bisa melihat, mendengar dan mengerti maksud Anda. Kemampuan tersebut memungkinkan robot beradaptasi terhadap kebutuhan spesifik, memastikan pasokan obat tetap tersedia, serta menjaga kerahasiaan data-data pribadi seperti jenis obat dan suplemen. Pillo juga mengamankan pasokan vitamin dan obat, hanya menyajikannya ke individu yang tepat ketika dibutuhkan, serta mengingatkan jika pengguna lupa.

Hebatnya lagi, para pecinta fitness bisa memperoleh banyak manfaat dari Pillo. Robot kesehatan ini dapat tersinkronisasi secara wireless ke perangkat wearable atau tracker, di mana Anda dipersilakan menyimpan, mengakses dan sharing data terkait kegiatan olah fisik sehari-hari. Kita tinggal menginstal aplikasi companion, tersedia untuk device Android dan juga iOS.

Developer menggunakan prosesor berbasis ARM sebagai otak dari Pillo, dan menyematkan layar touchscreen 7-inci, kamera HD, rangkaian microphone omni-directional, serta melengkapi kreasi mereka dengan koneksi Wi-Fi dan Bluetooth. Terdapat pula baterai lithium-ion di dalam, menjaga fungsi-fungsi utama Pillo tetap bekerja meskipun listrik sedang mati.

Tim Pillo Health saat ini sedang melangsungkan kampanye pengumpulan dana di situs Indie Gogo, menargetkan angka US$ 75 ribu. Di sana, versi Early Bird dibanderol seharga US$ 300. Jika program crowdfunding-nya sukses, rencananya Pillo akan mulai didistribusikan di bulan Juli 2017.

Anki Cozmo Ialah Robot Mungil yang Punya Emosi, Berkarisma dan Bisa Berinteraksi dengan Manusia

Masih ingat dengan Anki, perusahaan robotik yang didirikan oleh tiga cendekiawan asal Carnegie Mellon University? Dalam tiga tahun terakhir, mereka sempat mencuri perhatian lewat Anki Drive dan Anki Overdrive, yang tak lain merupakan permainan balap mobil berbekal kecerdasan buatan.

Kini Anki sudah siap mewujudkan visinya yang diusung sejak awal perusahaan terbentuk, yakni menghidupkan sebuah karakter robot yang punya emosi, berkarisma dan dapat berinteraksi dengan manusia. Bernama Anki Cozmo, robot ini merupakan hasil riset dan pengembangan dari tim yang memiliki latar belakang sangat beragam, mulai dari ahli robotik, animator, game developer sampai desainer Batmobile.

Cozmo istimewa karena ia merupakan perpaduan teknologi robotik dan kecerdasan buatan. Wujudnya sepintas memang mirip robot dari film WALL-E garapan Pixar, dan ukurannya pun hanya sekepalan tangan; tapi jangan salah, dalam sedetik saja ia dapat mengolah data lebih banyak ketimbang seluruh robot Mars Rover buatan NASA.

Namun letak keunikan Cozmo justru ada pada karismanya. Berbekal teknologi computer vision dan emotion engine, Cozmo dapat mengenali dan mengingat wajah beserta nama Anda. Semakin sering Anda berinteraksi dengan Cozmo, semakin terikat pula ia dengan Anda; ekspresi wajahnya akan berbeda ketika melihat orang yang baru ia kenal dan yang sudah ia anggap sebagai sahabat.

Cozmo dapat mengeluarkan ekspresi yang kompleks berdasarkan emosinya saat itu. Jika Anda sudah mengabaikannya terlalu lama, maka ia akan sedikit cemberut. Ia pun tidak betah tinggal diam begitu saja, dan akan mengajak Anda bermain-main dengan sejumlah aktivitas yang bisa diakses lewat aplikasi smartphone.

Anki Cozmo dapat mengenal dan mengingat wajah beserta nama Anda / Anki
Anki Cozmo dapat mengenal dan mengingat wajah beserta nama Anda / Anki

Untuk bisa mulai bermain dengan Cozmo, pengguna sama sekali tak perlu merakit komponen demi komponen. Cozmo bisa langsung diaktifkan melalui aplikasi di perangkat Android maupun iOS. Lucunya, ketika ia sedang di-charge, akan kedengaran suaranya sedang mendengkur.

Anki saat ini sudah menerima pre-order Cozmo seharga $160. Rencananya Cozmo akan mulai dipasarkan secara luas mulai bulan Oktober mendatang dengan harga retail $180. Sepintas ia memang terdengar mahal, namun sebagai perbandingan, replika BB-8 buatan Sphero dibanderol $150, dan robot tersebut sama sekali tak dilengkapi indera penglihatan maupun kecerdasan buatan.

Sumber: Anki.

Zenbo Ialah Asisten Digital Keluarga Berwujud Robot Lucu dari Asus

Saat ini sepertinya era dimana keberadaan perangkat smart home hub telah menunjukkan geliatnya. Amazon telah memperkenalkan perangkat asisten digital bernama Alexa, lalu kemudian Google memiliki perangkat serupa bertajuk Google Home yang baru saja diperkenalkan pada ajang Google IO 2016 lalu. Dan kini Asus punya produk setipe bernama Zenbo.

Menariknya, pendekatan yang dibuat Asus sangatlah berbeda, tidak seperti dua perusahaan teknologi Amazon dan Google yang mengemas perangkat smart home hub mereka dengan bentuk mirip sebuah pengeras suara, Asus telah mengemas perangkat asisten digital miliknya sedikit lebih humanoid.

Diperkenalkan Asus pada perhelatan pameran elektronik akbar Computex 2016 di Taiwan (Senin 30/5), selain mengumumkan trio smartphone Zenphone 3 besutannya, perusahaan asal Taiwan ini telah memperkenalkan Zenbo, sebuah perangkat asisten digital bagi keluarga berbentuk robot yang memiliki desain unik dan lucu.

Asus Zenbo

Alih-alih memiliki bentuk kaku yang ‘duduk terpaku’ di atas meja, Zenbo racikan Asus ini memiliki bentuk yang sekilas mirip Apple iMac G4 atau mungkin mengingatkan Anda pada tokoh Wall-E. Zenbo juga memiliki animasi mata dan roda di bagian bawah tubuhnya, membuatnya terkesan lebih interaktif dan atraktif karena bisa berjalan menggelinding ke semua isi ruangan layaknya binatang peliharaan.

Ia dapat merespon perintah suara dan memenuhi kebutuhan semua anggota keluarga mulai dari menampilkan informasi resep masakan, mesin pengingat, berbelanja ke situs e-commerce, memutar musik, membacakan cerita, mengambil foto, melakukan panggilan video, serta menangkap video dan menginformasikan kejadian di rumah pemiliknya.

Lebih jauh mengenai kemampuan Zenbo, karena ia sejatinya merupakan sebuah perangkat smart home hub, maka ia bisa terhubung dengan semua perangkat rumah pintar lainnya. Ini menjadikan pemiliknya dapat memberikan perintah suara pada Zenbo untuk mengunci pintu, mematikan atau menyalakan perangkat elektronik lainnya seperti lampu, televisi maupun pendingin ruangan.

Seperti yang kami rangkum dari situs Engadget, Jonney Shih selaku chairman Asus mengatakan bahwa pihaknya memiliki ambisi untuk bisa menyediakan robot di setiap rumah tangga. Dan Zenbo telah dihadirkan untuk bisa menjadi asisten pribadi, perangat hiburan sekaligus juga teman bagi semua anggota keluarga mulai dari anak-anak hingga manula.

Dari pemaparan yang dilakukan Jonney Shih, disebutkan bahwa robot Zenbo yang memiliki jargon ‘Your Smart Little Companion’ ini akan dibanderol dengan harga $599 untuk tiap unitnya, namun ia tidak menyebutkan secara detail kapan dan di negara mana saja Zenbo ini akan tersedia.

Sementara untuk saat ini, pihak Asus juga telah menyediakan tool SDK (software development kit) bagi para pengembang yang ingin menjejalkan aplikasi dan fungsi tambahan pada Zenbo agar perangkat smart home hub berwujud robot ini bisa menjadi lebih ‘sakti’ dan dapat memenuhi semua kebutuhan pemiliknya.

Informasi detail mengenai Asus Zenbo dapat dilihat melalui situs resminya di Zenbo.ASUS.com.

Sumber: 1, 2 | Gambar Header: Asus Zenbo

Beginilah Jadinya Kalau Pabrikan Mobil Merancang ‘Jubah Iron Man’

Entah memang terinspirasi Iron Man atau tidak, namun pengembangan baju eksoskeleton sepertinya sedang menjadi tren di antara sejumlah pabrikan. Setelah Panasonic memamerkan kreasinya beberapa waktu lalu, kini giliran Hyundai yang unjuk gigi dengan ‘jubah Iron Man’ buatannya.

Dikembangkan bersama sejumlah mitra Hyundai, termasuk halnya Kia Motors, baju eksoskeleton ini dipandang sebagai sebuah wearable robot. Meski tidak membuat penggunanya jadi anti-peluru seperti jubah Iron Man di filmnya, kreasi Hyundai ini dirancang untuk mendongkrak kekuatan fisik penggunanya secara drastis.

Saat dikenakan, pengguna diklaim bisa mengangkat objek dengan bobot lebih dari 60 kilogram dengan mudah. Selain itu, wearable robot ini juga bisa dimanfaatkan sebagai alat bantu berjalan atau menaiki tangga, terutama untuk kaum difabel maupun para lansia.

Selain meningkatkan kekuatan fisik, wearable robot ini juga bisa dipakai sebagai alat bantu berjalan / Hyundai
Selain meningkatkan kekuatan fisik, jubah ini juga bisa dipakai sebagai alat bantu berjalan / Hyundai

Mengingat ini baru berupa prototipe, Hyundai pun belum mau mengungkapkan apakah mereka nantinya bakal benar-benar merilis ‘jubah Iron Man’ ini untuk publik. Namun seandainya benar, Hyundai akan mengincar pabrik-pabrik serta divisi militer sebagai target pasarnya.

Jika dibandingkan dengan kreasi Panasonic, baju eksoskeleton milik Hyundai ini tampak lebih kompleks sekaligus lebih menyerupai robot. Apakah ini lebih baik atau tidak kita belum bisa menjawab, namun seandainya Hyundai menambahkan jetpack pada jubah garapannya, saya yakin perhatian publik akan langsung tertuju padanya.

Sumber: Yonhap News dan Hyundai via The Verge.

Ziro Ialah Robot Rakitan yang Bisa Anda Kendalikan Lewat Gerakan Tangan

Sejumlah proyek open source membuat bidang robotik semakin mudah dijamah semua orang. Tak hanya khalayak antusias, robot kini menjadi elemen edukasi penting buat anak-anak di negara maju. Beberapa tipe sengaja dirancang menarik dan mudah dimengerti untuk memicu minat terhadap ilmu robotik, salah satunya di antara mereka ialah kreasi dari ZiroUI.

Melalui website Indie Gogo, developer dari San Jose itu memperkenalkan Ziro: sebuah kit yang memungkinkan Anda mendesain, membangun dan menggerakkan robot. Keunikannya tak sampai di sana, Anda turut diberi kendali penuh. Buat mengontrolnya, kita tinggal mengangkat sebuah jari atau mengibaskan tangan. Dan tak hanya kalangan pecinta robot yang bisa bersenang-senang, Zito juga diramu supaya bersahabat bagi pemula.

Ziro mengusung rancangan modular, terdiri dari komponen bermotor terpisah, dapat dikendalikan dengan smart glove via koneksi wireless. Robot tersebut bisa diekspansi sampai delapan modul. Anda dipersilakan memilih kit pre-made atau merakitnya sendiri dari nol. Tak ada batasan dalam bentuk apapun. Gerakan dapat diatur agar menyerupai engsel atau berputar 360 derajat, dan Anda juga dibebaskan membubuhkan mainan atau hasil cetakan 3D.

Ziro 02
Tiga elemen penting di Ziro: modul, smart glove dan app mobile.

Yang membedakan Ziro dengan robot rakitan sejenis adalah kemudahan kustomisasi. Proses konfigurasi tak memerlukan langkah-langkah rumit, semuanya bisa dilakukan lewat aplikasi smartphone. Anda tinggal memilih fungsi (sudah disediakan) atau menciptakan perintah baru. Caranya sangat mudah; tentukan satu dari tujuh gesture, pasangkan gerakan ke modul, kemudian sinkronisasi gesture ke salah satu modul.

Setelah itu, prosedur kontrol dilakukan sepenuhnya dengan gerakan tangan. Misalnya menekuk tangan ke bawah untuk menyuruhnya maju dan mengarahkan tangan ke atas buat memerintakan robot berputar. Menurut tim pengembang, Ziro merupakan solusi di zaman ‘zombi layar’, sebuah generasi yang tak bisa lepas dari perangkat bergerak dan elektronik ke manapun kita pergi.

Ziro 03
Ziro juga dapat dirakit jadi robot pterodactyl.

“Meskipun Ziro diprogram menggunakan smartphone, ia memungkinkan pengguna menciptakan objek di dunia nyata langsung lewat kedua tangan, kemudian memperbolehkan mereka mengontrolnya dengan satu tangan,” jelas ZiroUI. Ziro tak memiliki target konsumen khusus, ia bisa dimanfaatkan siapapun. Melalui produk ini, developer ingin khalayak merasakan kembali serunya proses dan pengalaman belajar.

Ziro dapat Anda beli di situs Indie Gogo. Versi Starter Kit dibanderol US$ 150 (dua modul plus satu smart glove), sedangkan Ziro Pro Kit dijajakan seharga US$ 200 (smart glove ditambah empat modul).