Lewat Samsung Innovation Campus, Samsung Berupaya Meningkatkan Kapasitas & Kesuksesan Inovasi di Indonesia

Samsung Innovation Campus (SIC) adalah program pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) global bagi para kaum muda. Samsung Electronics Indonesia menjadikan program ini sebagai upaya dan dukungan dalam meningkatkan kapasitas dan kesuksesan inovasi di Indonesia yang masih rendah melalui pendidikan.

Tahun ini Samsung Innovation Campus diselenggarakan sejak bulan Januari dan 496 siswa dari seluruh Indonesia ikut dalam penyaringan tahap pelatihan dan dibagi menjadi 119 tim. Memasuki tahap pelatihan yang akan berlangsung hingga bulan Oktober, hanya siswa yang berhasil lolos dalam penyaringan yang akan diasah kemampuannya dalam berinovasi melalui pendampingan coding dan programming secara intensif selama 12 minggu. Sampai peserta bisa melengkapi prototipe produk digital, membuat presentasi, dan mengajukan solusi di akhir pelatihan.

Menempati peringkat 85 dari 131 negara dalam Global Innovation Index 2020, menandakan Indonesia masih harus mendorong pertumbuhan budaya dan ekosistem inovasi agar lebih optimal. Karenanya, program SIC berperan dalam mengenalkan dan memanfaatkan teknologi yang sesuai perkembangan generasi saat ini. Melalui pembekalan coding dan programming SIC, para generasi muda bisa mendapatkan skill yang dibutuhkan industri sekarang dan masa depan, sekaligus membuka peluang bagi mereka untuk menjadi generasi yang dapat memberikan solusi di masyarakat lewat inovasi,” ujar Ennita Pramono, Head of Corporate Citizenship Samsung Electronics Indonesia.

Samsung menekankan pengembangan keterampilan dan proses berpikir dalam program SIC sebagai fokus utama, peserta mesti mengikuti rangkaian pembekalan inovasi coding dan programming dengan materi dasar Problem Definition, Design Thinking, UX/UI (user experience/user interface), HTML, CSS, dan JavaScript. Peserta juga diharuskan untuk memberikan solusi atas suatu permasalahan dalam bentuk video dan menyelesaikan beberapa tugas coding hingga membuat website sederhana. Kedua tugas ini adalah indikator penilaian kelolosan peserta menuju tahap pelatihan.

Siswa yang lolos dan telah disaring menjadi 13 tim oleh Samsung dan Skilvul – mitra Samsung dalam menjalankan program SIC, mereka dapat ikut serta pula dalam SIC Project Competition 2021. Tim yang terdiri dari total 46 siswa tersebut berasal dari: SMK Negeri 2 Surakarta, SMK Negeri 1 Geger Madiun, SMK Negeri 1 Martapura, SMK Negeri 1 Cimahi, SMK Negeri 10 Makassar, dan SMK Muhammadiyah Kudus.

Pada pelatihan pengembangan produk program SIC, poin yang perlu menjadi fokus peserta adalah target utama aplikasi atau produk, dan fitur utama yang ada di aplikasi mereka. Mengapa demikian? Karena fungsi dari aplikasi harus bisa menjawab permasalahan yang dihadapi customer atau target pengguna. Jadi, peserta perlu mendetailkan apa saja fitur utama yang benar-benar cocok dan dibutuhkan. Jangan sampai menciptakan fitur yang sia-sia, karena bisa melenceng dari permasalahan yang ingin diselesaikan. Maka dari itu, mereka harus menajamkan fitur dengan menentukan fitur utama dan fitur pendukung,” ungkap William Hendradjaja, Chief of Business Skilvul.

Dalam mengembangkan aplikasi sesuai kebutuhan, setiap peserta wajib jeli melihat masalah di sekitar mereka seperti lingkungan, kesehatan, pendidikan, sosial, minat baca, maupun lapangan pekerjaan. Peserta harus paham betul ide yang mereka buat untuk mengatasi masalah apa, siapa target penggunanya, rencana aksi dalam pengembangan idenya akan seperti apa, serta dukungan yang mereka perlukan dalam pengembangan ide ini harus meminta bantuan siapa dan dalam bentuk apa.

Kami berharap, melalui program SIC akan muncul para inovator muda yang mampu melahirkan produk inovasi dan menumbuhkan mindset baru dalam mengumpulkan serta menerapkan kekuatan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk merespon, mengatasi, dan menanggulangi permasalahan yang ada di lingkungan sekitar. Hingga pada akhirnya, inovasi yang dihadirkan pun mampu menjawab kebutuhan pasar dan industri, serta membuat Indonesia menjadi lebih baik,” tutup Ennita. Lebih lanjut mengenai Corporate Social Responsibility Samsung, kunjungi CSR Samsung.

Samsung Galaxy Tab S7 FE 5G Dirilis, Dibekali S Pen dengan Harga Kurang dari 10 Juta

Di tengah hangatnya komersialisasi jaringan 5G di Indonesia, produsen seperti Samsung melihat ini sebagai kesempatan untuk memperkenalkan sebanyak mungkin perangkat 5G. Di segmen smartphone flagship, Samsung sudah menawarkan Galaxy S21 Series 5G sejak lama. Kemudian baru-baru ini, mereka meluncurkan Galaxy A22 5G untuk meramaikan pasar smartphone 5G murah.

Sekarang, giliran segmen tablet yang jadi incaran. Samsung baru saja memperkenalkan Galaxy Tab S7 FE 5G, tablet kelas menengah ke atas yang disiapkan untuk mendampingi kegiatan belajar dan bekerja, sekaligus menjadi pusat hiburan dengan layar besarnya. Perangkat ditenagai chipset Qualcomm Snapdragon 750G, penerus Snapdragon 730G yang sudah dilengkapi dengan modem 5G terintegrasi.

Sebagai perangkat penunjang kreativitas dan produktivitas, Galaxy Tab S7 FE 5G hadir membawa layar 12,4 inci beresolusi 2560 x 1600 pixel. Namun yang lebih istimewa adalah, paket penjualannya turut menyertakan S Pen, stylus andalan Samsung yang dikenal responsif karena memiliki latensi rendah. Saat sedang tidak digunakan, stylus ini dapat ditempelkan secara magnetis ke sisi belakang tablet.

Layar sebesar itu tentunya juga ideal untuk multitasking, dan Samsung pun tak lupa membekali Galaxy Tab S7 FE 5G dengan fitur Multi-Active Window untuk membuka hingga tiga aplikasi sekaligus secara bersamaan. Buat yang sering bekerja dengan aplikasi tertentu, mereka bisa memanfaatkan fitur App Pair untuk mengelompokkan sampai tiga aplikasi yang paling sering digunakan, lalu cukup dengan satu klik saja, ketiganya dapat langsung dibuka dalam tampilan Multi-Active Window tadi.

Seperti banyak perangkat Samsung lain, tablet ini tentu juga mendukung fitur Samsung DeX, yang memungkinkan pengguna untuk menikmati pengalaman ala perangkat desktop. Kalau ada dana ekstra, konsumen juga bisa membeli aksesori book cover keyboard secara terpisah untuk mendapatkan pengalaman ala laptop yang lebih ideal.

Secara fisik, Galaxy Tab S7 FE 5G mengemas bodi setebal 6,3 mm dengan finish logam dalam dua pilihan warna dan bobot sekitar 608 gram. Meski tipis, baterai yang tertanam memiliki kapasitas sebesar 10.090 mAh, serta mendukung fast charging dengan output maksimum 45 W. Sayangnya, charger 45 W ini harus ditebus secara terpisah.

Perangkat dibekali RAM 6 GB dan storage internal 128 GB, tidak ketinggalan pula slot kartu microSD yang mendukung kapasitas maksimum 1 TB. Melengkapi fitur dan spesifikasi perangkat adalah kamera belakang 8 megapixel dan kamera depan 5 megapixel, serta speaker stereo besutan AKG yang mendukung Dolby Atmos.

Rencananya, Samsung Galaxy Tab S7 FE 5G akan segera dijual dengan harga Rp9.499.000. Bagi konsumen yang membeli selama 1-7 Juli 2021 di toko online Samsung.com atau Eraspace.com, mereka juga bakal menerima bonus dengan nilai total hampir tiga juta rupiah berupa book cover keyboard, perlindungan Samsung Care+ selama satu tahun, dan kesempatan mendapat cashback.

Smartwatch Samsung Berikutnya Akan Menggunakan One UI Watch Berbasis Wear OS dari Google

Meski Google punya sistem operasi untuk perangkat wearable yang disebut Wear OS, namun smartwatch Samsung selalu menggunakan OS bikinannya sendiri. Galaxy Watch3 misalnya, Samsung memakai Wearable OS 5.5 berbasis Tizen. Bagaimana bila kelebihan dua OS wearable tersebut digabungkan?

Pada ajang Google I/O 2021 bulan Mei lalu, Google sempat mengumumkan kerja samanya dengan Samsung untuk mengembangkan OS wearable baru. Benar saja, di ajang MWC 2021 ini Samsung mengumumkan OS smartwatch berikutnya yang disebut One UI Watch dan berbasis Wear OS dari Google.

Samsung belum mengungkapkan detail mengenai Galaxy Watch4, namun penerus Galaxy Watch3 itu dipastikan akan menjadi yang pertama menjalankan One UI Watch dan rencananya akan dirilis pada acara Galaxy Unpacked berikutnya. Karena berbasis Wear OS dari Google, One UI Watch akan terintegrasi lebih dalam dengan smartphone Android daripada Tizen OS.

Sebagai contoh bila kita menginstal aplikasi dari Play Store yang memiliki aplikasi watch, maka smartwatch juga akan secara otomatis menginstalnya. Sinkronisasi antara kedua perangkat juga terjadi lebih seamless, di mana smartwatch menampilkan pengaturan yang ditetapkan pada smartphone. Contohnya jika kita menambah word clock Jakarta dan New York, memblokir nomor telepon tertentu, pengaturan tersebut juga akan dibawa ke smartwatch.

Selain itu, One UI Watch juga membuka daftar aplikasi yang lebih besar di pergelangan tangan kita daripada Wearable OS berbasis Tizen. Sejumlah judul populer seperti Strava, Adidas Running, Calm, Spotify, YouTube Music, dan Google Maps akan tersedia untuk Galaxy Watch.

Samsung juga mengatakan Galaxy Watch berikutnya akan memiliki masa pakai baterai yang lebih lama, performa lebih cepat, dan dukungan beragam aplikasi lebih banyak berkat Wear OS dari Google. Untuk membedakan smartwatch dengan Wear OS dari produsen lain, Samsung akan menghadirkan tool desain watch face untuk para desainer. Kita nantikan saja, smartwatch Samsung berikutnya dengan One UI Watch yang diharapkan Galaxy Watch4 pada bulan Agustus mendatang.

Sumber: GSMArena

Robot Vacuum Cleaner Terbaru Samsung Mampu Mendeteksi Beragam Objek Mungil Secara Presisi

Robot vacuum cleaner yang mampu mendeteksi rintangan dengan sendirinya sudah terdengar biasa. Yang tidak biasa adalah robot vacuum cleaner yang sanggup mendeteksi rintangan sekecil 1 cm, memastikan ia tidak akan terjebak akibat objek-objek mungil yang sulit dideteksi selama menjalankan tugas bersih-bersihnya.

Inilah gagasan utama yang ditawarkan Samsung lewat robot vacuum terbarunya, Jet Bot AI+. Diperkenalkan pertama kali di ajang CES pada bulan Januari lalu, perangkat canggih ini sudah siap untuk dipasarkan secara luas di berbagai negara dalam waktu dekat. Di Amerika Serikat, harganya dipatok $1.299.

Samsung mengklaim Jet Bot AI+ sebagai robot vacuum pertama yang dibekali dengan active stereo-type 3D sensor, yang bertugas mendeteksi objek-objek kecil itu tadi. Dibantu oleh kamera 3D depth yang setara dengan 256.000 sensor jarak, perangkat mampu mendeteksi secara presisi berbagai macam objek dengan volume sampai sekecil 1 cm³.

Fitur lain yang turut diunggulkan adalah solusi Intel AI, yang memungkinkan sang robot untuk bernavigasi secara lebih akurat, sebab yang dikenali bukan sekadar objek-objek di atas lantai saja, melainkan juga perabot dan mebel. Alhasil, sang robot bisa menjaga jarak dari objek-objek yang ringkih, seperti misalnya vas bunga berbahan porselen, atau benda-benda lain yang dicap membahayakan, seperti kabel misalnya.

Jet Bot AI+ juga dilengkapi sensor LiDAR, yang bertugas memindai ruangan dan mengalkulasikan lokasinya secara presisi guna mengoptimalkan jalur pembersihannya. Kehadiran LiDAR juga memungkinkan robot ini untuk bekerja di ruangan dengan pencahayaan yang minim.

Terkait kemampuan membersihkannya, Jet Bot AI+ datang membawa Digital Inverter Motor yang akan memaksimalkan daya hisapnya. Sang robot juga dapat mengidentifikasi tipe permukaan lantai secara otomatis sekaligus seberapa banyak debu di atasnya, lalu menyesuaikan sendiri daya hisapnya demi memaksimalkan efisiensi.

Selesai membersihkan, Jet Bot AI+ akan bergerak sendiri menuju ke unit Clean Station untuk memindahkan kotoran yang dikumpulkannya. Clean Station ini memiliki kapasitas tampung sebesar 2,5 liter, dan hanya perlu diganti setiap satu sampai tiga bulan menurut Samsung.

Samsung tidak lupa membekali Jet Bot AI+ dengan sistem filtrasi berlapis guna menjebak 99,99% partikel udara, termasuk yang berukuran sekecil 0,5-4,2 µm. Sistem filtrasi yang sama juga terdapat pada unit Clean Station tadi, memastikan agar tidak ada partikel yang kembali mengontaminasi udara di dalam rumah.

Tanpa perlu terkejut, Jet Bot AI+ tentu sudah terintegrasi dengan ekosistem SmartThings. Perangkat bisa dikendalikan via aplikasi SmartThings, atau dijadwalkan untuk membersihkan ruangan secara selektif (bisa satu ruangan saja atau beberapa ruangan sekaligus). Lewat aplikasi SmartThings, pengguna juga bisa menetapkan ‘area terlarang’ buat sang robot.

Sumber: Samsung dan Engadget.

Samsung Galaxy A22 5G Ramaikan Pasar Smartphone 5G Murah

Salah satu topik bahasan teknologi yang paling hangat belakangan ini adalah 5G. Wajar apabila kemudian pabrikan-pabrikan smartphone tidak ingin melewatkan momentum ini. Satu demi satu smartphone 5G dengan harga terjangkau diluncurkan, tidak terkecuali yang berasal dari Samsung.

Lewat sebuah acara virtual, Samsung Indonesia secara resmi memperkenalkan Galaxy A22 5G. Ponsel ini merupakan model 5G termurah yang Samsung jual di Indonesia saat ini. Dengan banderol resmi Rp3.299.000, ia bahkan lebih terjangkau lagi daripada A32 5G yang juga diluncurkan belum lama ini.

Urusan spesifikasi, A22 5G mengandalkan chipset MediaTek Dimensity 700, chipset yang sama persis seperti yang digunakan oleh Realme 8 5G, yang juga dijual di kisaran harga yang setara. Melengkapi spesifikasinya adalah RAM 6 GB, storage internal 128 GB, serta baterai 5.000 mAh yang mendukung fast charging 15 W.

Menurut Irfan Rinaldi, Product Marketing Manager Samsung Electronics Indonesia, A22 5G memerlukan waktu sekitar 90 sampai 100 menit untuk mengisi baterainya dari kosong hingga penuh. Cukup disayangkan A22 5G tidak dilengkapi NFC. Jadi kalau memang benar-benar membutuhkan NFC, konsumen harus ‘naik kelas’ ke A32 5G.

Untuk layarnya, A22 5G mengemas panel 6,6 inci dengan resolusi FHD+ dan refresh rate 90 Hz. Lalu untuk kameranya, A22 5G mengandalkan kamera depan 8 megapixel dan tiga kamera belakang: kamera utama 48 megapixel, kamera ultra-wide 5 megapixel, dan kamera depth 2 megapixel.

Samsung Galaxy A22 / Samsung Indonesia

Dalam kesempatan yang sama, Samsung Indonesia rupanya turut menyingkap Galaxy A22 versi standar alias non-5G. Perangkat ini dibanderol seharga Rp2.999.000 dan ada sejumlah perbedaan pada spesifikasinya.

Perbedaan yang paling utama tentu adalah chipset yang digunakan, yakni MediaTek Helio G80. Layarnya pun juga sangat berbeda. Bukan sebatas bentuk poninya saja, melainkan juga jenis panel yang digunakan: Super AMOLED 6,4 inci, dengan resolusi 1600 x 720 pixel dan refresh rate 90 Hz. Resolusinya lebih rendah, tapi sudah AMOLED dengan tingkat kecerahan maksimum 600 nit.

Konfigurasi kamera yang tertanam pun juga tidak sama. A22 mengandalkan kamera depan 13 megapixel dan empat kamera belakang: kamera utama 48 megapixel dengan OIS, kamera ultra-wide 8 megapixel, kamera macro 2 megapixel, dan kamera depth 2 megapixel.

Yang mungkin jadi pertanyaan adalah, kenapa kamera A22 justru terkesan lebih superior daripada A22 5G, terutama dengan adanya OIS? Irfan menjelaskan bahwa pertimbangannya adalah supaya harga jual A22 5G tidak terlampau mahal dan terpaut terlalu jauh dari A22. Dengan begitu, konsumen jadi bisa menentukan prioritasnya masing-masing; kalau yang dipentingkan adalah kamera, maka bisa memilih A22, tapi kalau dukungan 5G dirasa wajib, maka A22 5G adalah pilihan yang lebih ideal.

Saya pribadi melihat Samsung sebenarnya bisa saja menyematkan spesifikasi kamera yang identik, atau malah menyematkan panel AMOLED pada A22 5G, tapi harganya otomatis tidak akan semurah itu. Ketika selisih harga kedua perangkat terlalu jauh, konsumen mungkin bakal jadi lebih sulit menentukan prioritas, dan keputusan membeli pun sepenuhnya ditentukan oleh ketersediaan budget.

Selebihnya, Samsung Galaxy A22 5G dan Galaxy A22 cukup identik, baik dari segi kapasitas RAM, penyimpanan internal, maupun baterai. Untuk membedakan fisiknya, selain bisa ditinjau dari bentuk poninya, juga bisa dengan menyentuh bagian belakangnya; A22 5G memiliki permukaan bertekstur matte, sedangkan A22 hadir dengan finish glossy.

Flash sale dengan bonus menarik

Tidak seperti Galaxy A32 5G yang cuma dipasarkan secara online, Galaxy A22 5G dan A22 bakal tersedia melalui jalur online sekaligus offline. Pun begitu, Samsung juga menggelar program flash sale selama tiga hari (28-30 Juni 2021) dengan value yang cukup tinggi. Banderolnya memang sama — Rp3.299.000 untuk A22 5G, Rp2.999.000 untuk A22 — akan tetapi bonus-bonusnya bisa menjadi daya tarik tersendiri.

Untuk Galaxy A22 5G, konsumen yang membeli selama periode flash sale bakal mendapat bonus berupa perangkat Galaxy Fit2 dan layanan Samsung Care+ selama 2 tahun, dengan nilai total mencapai hampir 1,5 juta rupiah. Program ini hanya tersedia di samsung.com/id serta official store Samsung di Tokopedia.

Untuk Galaxy A22, bonus selama periode flash sale-nya adalah Galaxy Fit2 dan paket data IM3 180 GB selama 12 bulan, dengan nilai total sekitar 700 ribu rupiah. Program ini bisa diikuti lewat samsung.com/id serta official store Samsung di Shopee.

Samsung Luncurkan Sederet Monitor Gaming Baru, Kali Ini Tidak Ada yang Curved

Samsung punya sejumlah monitor gaming baru, menyusul deretan monitor gaming high-end yang diluncurkannya tahun lalu. Yang sedikit berbeda, penawarannya kali ini tidak ada yang bertipe curved, alias semuanya datar.

Model yang pertama adalah Odyssey G7 28″ (G70A), yang mengemas panel 28 inci dengan resolusi 4K dan refresh rate maksimum 144 Hz. Jenis panel yang digunakan adalah IPS, dengan waktu respon 1 milidetik (GTG). Tingkat kecerahan maksimumnya bisa mencapai angka 400 nit, dan perangkat juga telah mengantongi sertifikat HDR400.

Fitur lain yang tidak kalah penting adalah kompatibilitas dengan AMD FreeSync Premium Pro serta Nvidia G-Sync. Di samping DisplayPort 1.4, perangkat turut dibekali port HDMI 2.1, yang berarti ia juga bisa disambungkan ke PlayStation 5 atau Xbox Series X untuk menikmati permainan di resolusi 4K 120 fps.

Satu keunikan yang ditawarkan model ini adalah fitur Auto Source Switch+, yang dapat mendeteksi perangkat yang terhubung lalu mengganti mode input-nya secara otomatis. Dengan kata lain, pengguna hanya perlu menyalakan PC atau console, dan monitor pun akan langsung mengenalinya sekaligus mengaktifkan mode input yang tepat.

Monitor yang berikutnya adalah Odyssey G5 27″ (G50A), yang mengemas panel IPS 27 inci dengan resolusi QHD (2560 x 1440), refresh rate 165 Hz, dan waktu respon 1 milidetik (MPRT). Kompatibilitas dengan AMD FreeSync Premium dan Nvidia G-Sync juga tersedia, tapi sayangnya tidak untuk fitur-fitur seperti HDR400 maupun HDMI 2.1. Pun demikian, tingkat kecerahan maksimumnya terhitung lumayan tinggi di angka 350 nit.

Khusus untuk G70A dan G50A, Samsung turut membekali keduanya dengan sejumlah fitur untuk memudahkan multitasking, mulai dari fitur Picture-by-Picture (PBP), Picture-in-Picture (PIP), sampai Easy Setting Box untuk membagi-bagi porsi tampilan layar secara mudah.

Model yang terakhir adalah Odyssey G3 27″ dan 24″ (G30A), yang ditargetkan untuk kalangan mainstream yang masih bermain di resolusi 1080p alias FHD. Refresh rate maksimum yang didukung mencapai angka 144 Hz, dan waktu responnya juga tercatat berada di angka 1 milidetik (MPRT).

Model ini mempunyai tingkat kecerahan maksimum 250 nit, cukup standar mengingat memang tidak ada dukungan HDR. Rincian spesifikasinya hanya mencantumkan dukungan AMD FreeSync Premium, tanpa label G-Sync Compatible. Menariknya, monitor di kelas budget ini masih menawarkan ergonomic stand yang cukup lengkap (height-adjustable, tilt, swivel, pivot).

Samsung sejauh ini belum mengumumkan harga dan ketersediaan G70A dan G50A. Untuk G30A, informasi yang tercantum di Amazon menunjukkan banderol $250 untuk varian 27 inci dan $220 untuk varian 24 inci, dengan jadwal pemasaran mulai 1 Juli.

Sumber: Samsung dan Engadget.

Samsung dan Vivo Adalah Vendor Smartphone 5G dengan Pertumbuhan Paling Pesat di Q1 2021

Berdasarkan riset terbaru yang dipublikasikan oleh Strategy Analytics (SA), total pengapalan smartphone secara global mencapai angka 136 juta unit pada kuartal pertama tahun 2021 kemarin (Q1 2021). Jumlah ini naik sekitar 6% jika dibandingkan dengan angka pengapalan di kuartal sebelumnya (Q4 2020).

Dari lima pabrikan, Samsung dan Vivo keluar sebagai dua vendor smartphone 5G dengan pertumbuhan tercepat di seluruh dunia. Samsung, dengan lineup keluarga Galaxy S21 5G yang diperkenalkan pada Q1 2021, berhasil mengapalkan 17 juta unit smartphone 5G, naik sekitar 79% dibanding kuartal sebelumnya.

Menyusul di belakang Samsung adalah Vivo dengan angka pertumbuhan per kuartal sebesar 62%. Menurut SA, Vivo berhasil mengapalkan 19,4 juta smartphone 5G di Q1 2021, sebagian besar adalah iQOO U3 5G dan U7 5G. Kalau dua ponsel tersebut kedengaran asing, itu karena Vivo memang tidak menjualnya di Indonesia, dan sejauh ini pasar 5G terkuat mereka terpusat di dataran Tiongkok serta Eropa.

Selanjutnya, ada OPPO dan Xiaomi yang masing-masing mencatatkan pertumbuhan sebesar 55% dan 41% dibanding kuartal sebelumnya. Satu-satunya yang mengalami penurunan adalah Apple, turun sekitar 23% dari 52,2 juta unit di Q4 2020 menjadi 40,4 juta unit di Q1 2021. Namun ini tidak terlalu mengagetkan mengingat iPhone 12 dirilis di Q4 2020, dan ponsel 5G pertama Apple itu memang merupakan salah satu opsi paling populer yang dijadikan hadiah selama musim liburan di berbagai negara.

Satu catatan menarik yang SA tambahkan adalah bagaimana pertumbuhan pesat Samsung tidak diimbangi dengan popularitasnya di Tiongkok. Menurut SA, tingkat kehadiran Samsung sangatlah kecil di Tiongkok, yang notabene merupakan pasar 5G terbesar, dan ini yang pada akhirnya menghambat laju pertumbuhannya lebih jauh lagi. Sebaliknya, vendor asal Tiongkok seperti Vivo, OPPO, maupun Xiaomi nyaris tidak punya andil di pasar Amerika Serikat, dan ini menurut SA berdampak terhadap besaran laba yang bisa dihasilkan.

SA melihat bahwa permintaan atas smartphone 5G terus bertambah kuat, terutama di Tiongkok, Amerika Serikat, dan negara-negara di Eropa Barat. Diprediksi bahwa total pengapalan smartphone 5G secara global selama tahun 2021 bakal mencapai angka 624 juta unit, naik drastis dari 269 juta unit di sepanjang tahun 2020.

Sumber: Strategy Analytics.

Contuerpoint: Pangsa Pasar Apple iPad Terus Tumbuh di Q1 2021 & Diikuti Samsung

Your next computer is not a computer, begitulah Apple mendeskripsikan iPad pada video iklan terbarunya di YouTube. Ya, seperti yang kita ketahui iPad semakin powerful dengan chip M1 yang menghadirkan lompatan performa yang benar-benar signifikan.

Saat dipadukan dengan aksesori Magic Keyboard dan Apple Pencil, saya setuju dengan Apple dan sangat tertarik bekerja dengan iPad selayaknya komputer tetapi bagi saya jelas bukan komputer utama atau satu-satunya. Apple jelas menahan diri dalam mengembangkan iPadOS dan masih mempertahankan keterbatasan iPad untuk melindungi MacOS atau sistem operasi komputer yang sebenarnya dari Apple. Lalu, bagaimana pangsa pasar iPad saat ini?

Menurut laporan terbaru dari Counterpoint memperlihatkan bahwa pangsa pasar tablet secara global iPad telah tumbuh sebesar 53% dari tahun ke tahun di Q1 2021 dengan total pangsa pasar 37%. Pada kuartal yang sama tahun sebelumnya iPad menguasai 30% dari pangsa pasar.

Laporan tersebut menyebutkan bahwa Apple dan Samsung sama-sama diuntungkan pada tahun 2020 dari penurunan persaingan pasar tablet. Keduanya secara agresif merilis dan mempromosikan model-model baru, sementara produsen lain tidak lagi merilis tablet baru. Tablet Samsung yakni Galaxy Tab S7 dan S7+ juga menjadi lawan tangguh bagi iPad Pro.

Apple menjual 33% lebih banyak unit iPad di seluruh dunia pada tahun 2020 dibandingkan tahun 2019 dan terus memimpin pasar, memperluas pangsanya menjadi 37% pada Q1 2021. Apple tumbuh di semua wilayah utama, terutama di Jepang, di mana penjualannya terus mencapai titik tertinggi sepanjang masa.

Bagan di atas menunjukkan bahwa pangsa pasar Samsung, Lenovo, dan Samsung semuanya tumbuh dari Q1 2020. Pangsa Huawei turun dari 11% di Q1 2020 menjadi hanya 5% di Q1 2021. Merek lainnya pangsa pasar gabungan turun 10%.

Meskipun model dasar iPad merupakan sebagian besar penjualan tablet Apple, Analis Senior Counterpoint Liz Lee menjelaskan bahwa semua model di seluruh jajaran iPad berkinerja baik. Model dasar iPad terdiri 56% dari seluruh penjualan iPad di Q1 2021, sementara iPad Air 4 dan model Pro masing-masing terdiri dari 19% dan 18%. Hasilnya iPad 8 menjadi model terlaris sedangkan iPad Air 4 peringkat kedua.

Sumber: GSMArena

Samsung Memperkenalkan LPDDR5 uMCP, RAM dan Storage Smartphone Dalam Satu Chip

Samsung telah memperkenalkan solusi memori untuk perangkat smartphone terbarunya, disebut LPDDR5 uMCP. Di mana Samsung mengintegrasikan RAM berbasis LPDDR5 dan penyimpanan UFS 3.1 NAND flash dalam satu chip, hasilnya Samsung menjanjikan performa flagship-level pada smartphone yang ditenagai chipset kelas menengah.

Dijelaskan oleh Young-soo Sohn, VP of the Memory Product Planning Team at Samsung. Chip LPDDR5 uMCP ini akan memungkinkan pengguna menikmati streaming tanpa gangguan, gaming lebih lancar, dan memberikan pengalaman mixed reality bahkan di perangkat kelas bawah.

Dari sisi produksi, chip tersebut akan memungkinkan produsen membuat smartphone dengan biaya lebih murah dan lebih cepat karena arsitektur internalnya disederhanakan. Ukuran chip LPDDR5 uMCP ini juga hanya 11,5×13 mm, sehingga menyediakan lebih banyak ruang ekstra untuk komponen internal lainnya.

Meski begitu, performa DRAM mengalami peningkatan sebesar 50% dari 17 GB/s menjadi 25 GB/s. Sementara performa NAND flash meningkatkan dua kali lipat, dari 1.5 GB/s menjadi 3 GB/s, bila dibandingkan dengan penyimpanan UFS 2.2 berbasis LPDDR4H.

Samsung dapat menyesuaikan kapasistas berbeda, berdasarkan requirement dari pabrikan. Kapasitas DRAM dapat berkisar antara 6GB dan 12GB, sedangkan besaran penyimpanannya berkisar dari 128GB hingga 512GB.

Adapun pengujian dengan beberapa produsen telah selesai dilaksanakan. Samsung berharap kita bakal melihat smartphone baru yang dirilis dengan chip LPDDR5 uMPC segera pada awal bulan nanti.

Sumber: GSMArena

Samsung Umumkan Sensor Gambar Terkecil ISOCELL JN1 50MP untuk Kamera Depan dan Sekunder

Samsung telah memperkenalkan sensor gambar untuk kamera smartphone terbarunya, disebut ISOCELL JN1 dan mengemas resolusi 50MP. Hadir dengan ukuran per pikselnya hanya 0.64 μm dan seluruh sensornya adalah tipe 1/2.76 inci yang menjadikannya terkecil di industri saat ini dan yang pernah diproduksi oleh Samsung.

Samsung mengatakan bahwa ukuran sensor yang kecil akan memberikan produsen smartphone lebih fleksibel dan mengurangi ukuran modul kamera hingga 10%. Sensor gambar ini dirancang untuk kamera depan, atau kamera sekunder menggunakan lensa telephoto dan ultra wide angle pada smartphone kelas menengah maupun flagship.

Sejumlah peningkatan yang dibawa Samsung antara lain adalah teknologi ISOCELL 2.0 untuk advanced pixel isolation dan mengurangi cross-talk. Secara teori juga dapat meningkatkan sensitivitas cahaya hingga 16% dan color fidelity.

Samsung juga mengadopsi teknologi phase-detection autofocus generasi kedua yang disebut Double Super PDAF. Di mana memiliki kerapatan piksel phase-detection dua kali lipat lebih banyak dan menawarkan kecepatan AF yang sama cepat meski saat memotret dalam kondisi cahaya 60% lebih rendah bila dibandingkan dengan teknologi Super PDAF.

Selain itu, sensor gambar ISOCELL JN1 menggunakan teknologi pixel-binning Tetracell yang menggabungkan empat piksel menjadi satu piksel besar 1.28 μm untuk kualitas foto optimal pada resolusi 12,5MP. Juga mendukung fitur real-time HDR dan dan Smart ISO, serta perekam video hingga 4K 60fps atau Full HD hingga 240 fps.

Saat ini, sensor gambar Samsung ISOCELL JN1 sudah dalam tahap produksi massal. Artinya, tidak akan butuh waktu lama lagi sampai dapat dijumpai di smartphone baru mendatang.

Sumber: GSMArena