Riset Google-Temasek: Indonesia Kuasai Pangsa Pasar Ekonomi Internet di Asia Tenggara

Kawasan Asia Tenggara (SEA) digadang-gadang sebagai wilayah dengan pertumbuhan ekonomi internet paling pesat. Dalam satu dekade terakhir, dinamika bisnis digital di berbagai lanskap memang cukup terasa — berupa kemunculan bisnis baru atau penguatan bisnis yang sudah ada dalam investasi besar-besaran. Untuk melihat kondisi terkini, Google dan Temasek kembali merilis laporan riset bertajuk e-Conomy SEA 2018.

e-Conomy mencakup kegiatan ekonomi yang disokong oleh internet dan pendekatan digital. Beberapa sektor yang diteliti termasuk online travel, online media, ride hailing dan e-commerce; karena dinilai sudah mencapai tahap matang di kawasan SEA. Sementara periset beranggapan sektor lain seperti pendidikan, finansial, kesehatan dan sosial masih berada di tahap awal. Riset ini  menjangkau Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam.

Di SEA, ekonomi internet diprediksikan akan mencapai $240 miliar pada tahun 2025 mendatang, tahun ini sudah mencapai $72 miliar. Untuk mendukung pertumbuhan, bisnis akan membutuhkan investasi sampai $50 miliar. Saat ini riset turut memperkirakan konsumen internet di kawasan SEA sudah mencapai lebih dari 350 juta orang. Rata-rata mereka terhubung dengan pendekatan mobile, melalui perangkat ponsel pintar yang dimiliki.

Indonesia negara dengan pertumbuhan tercepat dan terbesar

Pada sektor yang diteliti, pasar paling besar dikuasai oleh bisnis online travel. Namun di tahun 2025, e-commerce akan menjadi yang terbesar. Nilai bisnis online travel tahun 2018 mencapai $30 miliar, e-commerce di angka $23 miliar. Kendati Grab dan Go-Jek menunjukkan putaran investasi besar tahun ini, ukuran pasar mereka masih di angka $8 miliar, bahkan di bawah online media yang nilainya berada di angka $11 miliar.

Ekonomi Digital Asia Tenggara
Ekonomi digital di SEA saat ini dan proyeksinya di tahun mendatang / Google-Temasek

Indonesia menjadi negara dengan pertumbuhan paling cepat dan ukuran pasar paling besar di SEA. Tahun 2018 angkanya mencapai $27 miliar, akan menyumbangkan $100 miliar di tahun 2025 mendatang. Pertumbuhannya ekonomi digital di Indonesia sangat pesat, pasalnya pada tahun 2015 lalu angkanya baru mencapai $8 miliar, artinya tahun ini berhasil tumbuh lebih dari 4x lipat. Untuk tahun ini, Thailand menjadi terbesar kedua di angka $12 miliar.

Ekonomi Digital Asia Tenggara
Indonesia memimpin pangsa pasar dengan putaran nilai bisnis tertinggi / Google-Temasek

Melihat lebih dekat masing-masing sektor

Sektor e-commerce menjadi yang paling dinamis dalam tiga tahun ke belakang. Dinamika tersebut disebabkan karena proses adaptasi yang dilakukan masif di kalangan konsumen. Tahun ini sektor e-commerce berhasil menyumbangkan nilai putaran bisnis mencapai $23 miliar, diprediksikan tahun 2025 mencapai $100 miliar. Para unicorn di SEA seperti Lazada, Shopee, dan Tokopedia dinilai Google dan Temasek akan berperan kritis dalam menumbuhkan bisnis ini.

Di sektor e-commerce, Indonesia tetap menjadi pemimpin pasar dengan nilai bisnis mencapai $12 miliar di tahun 2018. Sementara negara lain seperti Thailand dan Vietnam baru mencapai kurang lebih $3 miliar tahun ini.

Online travel jadi yang terbesar tahun ini. Dalam riset disebutkan bahwa lanskap ini mencakup tiga sub-sektor utama, yakni online vacation rental, online hotel, dan online flight. Bisnis penjualan tiket pesawat masih mendominasi tahun ini dengan perolehan mencapai $18,4 miliar, disusul reservasi hotel $10,7 miliar, dan sewa kendaraan $0,6 miliar. Total nilai yang mencapai hampir $30 miliar tersebut akan mencapai $78 miliar tahun 2015 mendatang, dengan porsi penjualan tiket pesawat mendominasi $40 miliar.

Tidak berbeda dengan e-commerce, di sektor online travel Indonesia juga memegang nilai pangsa pasar terbesar. Tahun ini Indonesia menyumbang $8,6 miliar, akan mencapai $25 miliar pada tahun 2025 mendatang. Indonesia juga memimpin pangsa pasar di sektor ini. Tahun ini angkanya $2,7 miliar, diproyeksikan akan bertumbuh 3x lipat di tahun 2025 mencapai $8 miliar.

Ekonomi Digital Asia Tenggara
Online travel tahun ini memiliki pangsa pasar terbesar, segera disusul e-commerce / Google-Temasek

Selanjutnya ada sektor online media, yang dibagi dalam tiga jenis layanan, mencakup subscription music and video, online gaming, dan online advertising. Tahun ini angkanya mencapai $11,4 miliar didominasi sub-sektor periklanan online $7,2 miliar. Sementara online gaming menyumbang $3,8 miliar tahun ini, dan layanan musik/video on-demand $0,4 miliar. Tahun 2025 diprediksikan sektor ini akan menyumbangkan angka $32 miliar di SEA, dengan persentase sub-sektor yang tidak jauh berbeda dengan kondisi tahun ini.

Sektor terakhir yang diteliti oleh Google dan Temasek adalah ride hailing. Terdiri dari dua sub-sektor, yakni online food delivery dan online transport. Tahun 2018 angkanya mencapai $7,7 miliar, dengan pembagian $5,7 miliar didapat dari online transportation dan $2,0 miliar dari online food delivery. Tahun 2025 mendatang angkanya diprediksikan menjadi $28 miliar, dengan kepeimpinan sub-sektor online travel mencapai $20 miliar.

Indonesia tetap menjadi pangsa pasar terbesar dengan nilai tahun ini mencapai $3,7 miliar. Diproyeksikan tahun 2025 mendatang akan menyentuh angka $14 miliar. Turut disoroti juga pemain kunci di SEA untuk sektor ini, yakni Grab dan Go-Jek. Selain transportasi dan jasa antar makanan, keduanya terus mengembangkan solusi pembayaran digital dalam pengembangan bisnisnya.

DStour #47: Konsep Kolaborasi di Kantor Baru Shopee Indonesia

Terletak di kawasan SCBD Jakarta Selatan, kantor baru Shopee Indonesia sarat dengan fasilitas lengkap bagi karyawan bekerja dan bersantai. Didominasi warna oranye sebagai signature color Shopee, kantor yang memiliki empat lantai tersebut dilengkapi dengan collaboration room, working place, dan dining room.

Dipandu Country Brand Manager Shopee Indonesia Rezki Yanuar, berikut liputan DStour selengkapnya.

Dampak IPO Sea Limited untuk Operasional Bisnis Shopee di Indonesia

Sea Limited, sebelumnya dikenal dengan nama Garena, baru saja melakukan penawaran saham perdananya atau Initial Public Offering (IPO) di New York Stock Exchange. Rencana IPO ini sebenarnya sudah terdengar sejak bulan Mei lalu, yang ditaksir akan memberikan penambahan modal senilai lebih dari 12 triliun rupiah. Tiga unit bisnis Sea yang banyak dikenal di Indonesia, yakni Garena (untuk industri game), AirPay (untuk industri fintech) dan Shopee (untuk industri e-commerce).

Shopee menjadi salah satu yang paling signifikan posisinya di Indonesia. Menanggapi IPO Sea dan pengaruhnya terhadap operasional bisnis Shopee di Indonesia, DailySocial menghubungi Chris Feng, CEO Shopee. Chris meyakini bahwa akan banyak peluang baru yang hadir bersama IPO ini, termasuk untuk bisnis, performa karyawan dan kepercayaan pengguna.

Chris menyampaikan sementara ini belum ada agenda khusus yang akan dilakukan Shopee menyusul IPO yang diumumkan beberapa waktu lalu. Fokus yang diinginkan Chris saat ini lebih soal growth, bukan proposisi harga saham di grup perusahaannya.

“Operasional Shopee di Indonesia akan terus difokuskan untuk memastikan keberlanjutan pertumbuhan dan kesuksesan bisnis, dibandingkan perubahan harga saham harian. Harapan kami, para investor dapat dipandu dengan performa bisnis kami, dan menyadari kelebihannya, serta peluang besar yang akan hadir ke depannya,” ujar Chris.

Kendati demikian, tidak ditampik bahwa dengan bertanggarnya saham Sea di bursa maka akan berpengaruh memberikan penambahan modal bagi perusahaan, pun demikian untuk Shopee. Untuk itu sudah ada beberapa rencana yang akan digulirkan Chris untuk menguatkan pangsa pasar dan kinerja Shopee di Indonesia.

“Dengan adanya penambahan modal, kami dapat lebih menginvestasikan untuk pengembangan ekosistem, terkait pengembangan platform dan fitur, dan tentunya membantu penjual dalam mengembangkan bisnis mereka. Kami percaya hal ini juga merupakan cara yang unik bagi Shopee untuk menarik dan menjaga talenta-talenta terbaiknya, sehingga kami dapat terus memberikan pelayanan terbaik bagi pembeli dan penjual kami,” imbuh Chris.

Chris belum mau mengungkapkan secara detail realisasi pembaruan seperti apa dalam strategi bisnis dan penambahan fitur untuk Shopee. Yang jelas, sudah ada beberapa agenda yang disiapkan sebelum menutup tahun 2017 ini untuk Shopee Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Kampanye “10.10 Big Mobile Shopping Day” Kembali Digelar Shopee

Untuk meningkatkan traksi sekaligus popularitas belanja online, salah satu yang dilakukan oleh para pemain di industri e-commerce mengadakan ajang belanja online tematik. Layaknya sebuah eksibisi yang digelar untuk promosi dan memamerkan produk tertentu, ajang belanja online –dari yang pernah dihelat—berhasil memikat banyak konsumen untuk memanfaatkan momentum, umumnya karena banyak diskon yang ditawarkan. Hal tersebut juga yang kini memotivasi Shopee untuk meluncurkan kampanye tahunan bertajuk “10.10 Big Mobile Shopping Day 2017” yang akan dimulai tanggal 25 September sampai dengan 10 Oktober 2017.

Selama 16 hari, berbagai promosi akan ditawarkan, baik yang bertajuk diskon ataupun flash sale. Shopee tidak sendirian, karena sekurangnya ada 30 mitra yang bergabung dalam ajang ini, termasuk Bekraf, Indosat, Evercoss, hingga Traveloka. CEO Shopee Chris Feng mengungkapkan, dari pagelaran yang sama di tahun sebelumnya, dalam 24 jam transaksi penjualan berhail meningkat hingga 3,5 kali lipat, melibatkan lebih dari 51.000 penjual yang tergabung di mobile marketplace besutan Sea (dulu Garena) tersebut.

“Tahun ini, kami ingin melebihi pencapaian tahun lalu dengan lebih banyak promosi dalam kategori produk yang lebih luas. Kami mengajak seluruh pengguna Shopee di Indonesia, untuk berpartisipasi dalam acara yang menarik ini,” ujar Chris.

Chris melanjutkan, “Melihat tingginya potensi industri e-commerce di Indonesia, kami yakin 10.10 Big Mobile Shopping Day akan mendapat antusiasme tinggi dari pengguna di Indonesia. Dengan kampanye ini, kami juga ingin memperkuat posisi kami sebagai perusahaan e-commerce terdepan di Indonesia, serta untuk mengokohkan diri sebagai platform belanja online one-stop bagi seluruh masyarakat Indonesia.”

10.10 Big Mobile Shopping Day diselenggarakan seiring dengan meningkatnya popularitas belanja melalui ponsel di Indonesia, pasar m-commerce di Indonesia saat ini merupakan yang terbesar ketiga di dunia setelah Tiongkok dan India, dengan sekitar 75% pembelanjaan online dilakukan melalui perangkat mobile.

Sejalan dengan fokus Pemerintah Indonesia untuk menjadikan industri e-commerce sebagai tulang punggung ekonomi digital, 10.10 Big Mobile Shopping Day juga diselenggarakan untuk mendukung pasar e-commerce di Indonesia, yang diperkirakan akan meningkat sebesar $130 Miliar pada tahun 2020, dengan pertumbuhan tahunan sebesar 50%.

Pemerintah Indonesia, melalui Bekraf, memberikan dukungan terhadap 10.10 Big Mobile Shopping Day. Triawan Munaf selaku Kepala Bekraf mengatakan, “Bekraf didirikan untuk membantu Presiden merumuskan dan mempercepat nilai ekonomi di sektor industri kreatif, dimana usaha kecil dan menengah (UKM) memainkan peranan penting untuk mewujudkan visi ini. Oleh karena itu, kami sangat senang dapat mendukung kampanye 10.10 Big Mobile Shopping Day yang menyediakan platform bagi para pengusaha lokal untuk meraih pasar yang lebih luas serta mengembangkan bisnis mereka.”

––

Disclosure: DailySocial merupakan media partner pagelaran 10.10 Big Mobile Shopping Day 2017

Sea, Induk Perusahaan Shopee, Siapkan IPO di Amerika Serikat

Sea Ltd., di Indonesia lebih dikenal sebagai induk perusahaan Shopee setelah perubahan nama dari Garena, dikabarkan tengah merilis Initial Public Offering (IPO) perdananya di Amerika Serikat setelah mengajukan ke U.S. Securities and Exchange Commission beberapa minggu terakhir. Menurut Bloomberg disebutkan bahwa penawaran ini berpotensi menghasilkan raihan dana baru hingga $1 miliar (atau senilai 13.3 triliun rupiah).

Untuk memenuhi ketentuan yang tersurat dalam Jumpstart Our Business Startups (JOBS) Act dari sekuritas di AS, perusahaan telah menunjuk Goldman Sachs Group Inc. dan Morgan Stanley untuk membantu IPO ini.

Sebelumnya Sea telah membukukan pendanaan baru hingga 7,3 triliun rupiah dari beberapa investor, termasuk GDP Venture. Pendanaan terakhir tersebut membawa Sea sebagai “most valuable startup” di wilayah Asia Tenggara, bersanding dengan pemain lain seperti GO-JEK dan Grab.

Jika Sea benar melakukan IPO di Amerika Serikat, hal ini bakal menjadi ironi karena otoritas setempat sedang gencar mempertahankan perusahaan potensial untuk melakukan penawaran publik di wilayahnya sendiri. Singapore Exchange Ltd. sedang mengupayakan untuk membangun hub regional bagi startup yang berkembang. Untuk “menahan” startup teknologi melakukan IPO di luar negeri, bursa efek di sana bekerja sama dengan regulator untuk mengembangkan sebuah sistem yang lebih “bersahabat” bagi para perusahaan rintisan untuk memulai penawaran publik.

Sea sendiri telah berevolusi dari perusahaan yang menyediakan platform permainan online menjadi holding company dengan diversifikasi bisnis online marketplace dan layanan pembayaran. Indonesia menjadi sasaran bisnis utama Sea, terutama untuk Shopee.

GDP Venture Berpartisipasi dalam Pendanaan Baru untuk Induk Shopee Senilai 7 Triliun Rupiah

Induk perusahaan mobile marketplace Shopee, Garena, memperoleh dana baru $550 juta (7,3 triliun Rupiah) dari 5 investor. Investor Indonesia GDP Venture termasuk dalam jajaran investor yang berpartisipasi di putaran ini. Mayoritas dana akan digunakan untuk memperkuat kehadiran Shopee di Indonesia. Termasuk dalam pengumuman ini adalah penggunaan nama holding baru Sea, yang juga merupakan akronim untuk Asia Tenggara (Southeast Asia).

Tidak disebutkan berapa valuasi Sea setelah pendanaan. Terakhir Sea memiliki valuasi $3,75 miliar dan perusahaan (bersama dengan Grab dan Go-Jek) bersaing untuk menjadi startup paling bernilai (most valuable) di Asia Tenggara. Selain GDP Venture, juga turut berpartisipasi dalam pendanaan ini Farallon Capital Management, Cathay Financial Holding, Hillhouse Capital Group, dan JG Summit Holdings.

Sea kini memiliki tiga fokus utama, hiburan dan permainan (direpresentasikan oleh Garena), e-commerce (direpresentasikan oleh Shopee), dan pembayaran (direpresentasikan oleh Airpay). Shopee sebagai mobile marketplace kini fokus ke berbagai barang kebutuhan perempuan dan memberikan kelebihan bebas ongkos kirim ke seluruh Indonesia.

Sea dikabarkan sebelumnya telah menunjuk Goldman Sachs untuk membantu persiapan go public.

Pertumbuhan pesat Shopee di Indonesia menjadi pencetus utama putaran pendanaan kali ini. Disebutkan GMV (atau total nilai penjualan) Shopee dalam 9 bulan terakhir mencapai $3 miliar (40 triliun Rupiah). Selain di Indonesia, Shopee juga tersedia di Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, Vietnam, dan Taiwan.

Sebagai bagian pendanaan ini, mantan Menteri Luar Negeri Singapura George Yeo dan mantan Menteri Perdagangan Mari Pangestu sebagai penasihat, sementara Pandu Sjahrir menjadi Preskom PT Garena Indonesia.

Application Information Will Show Up Here


Disclosure: GDP Venture dan DailySocial berada di bawah naungan induk perusahaan yang sama

Indonesia has the Biggest IT Spending in Southeast Asia without Maximal Utilization

Indonesia spends the biggest amount in Information Technology (IT) all over Southeast Asia. In 2011, Singapore placed second in the list. But International Data Corporation’s predicts that Singapore’s IT spending in 2012 will be below Thailand.

Indonesia’s IT spending reaches USD10.9 billion in 2011. This year, the number is predicted to increase 18.3% to USD12.9 billion. Said number consists of 11.5 billion for purchasing hardware, 759 million for service and 522 million for purchasing software. With that amount, Indonesian IT budget places 19 of the biggest IT budget all over the world.

The number actually is still able to increase with the many software hijacking in Indonesia. According to another IDC’s report as written by Kompas Tekno, the loss of software piracy in Indonesia reaches USD1.46 billion. Roughly, it can be summarized that if those pirated software gets paid, Indonesia will spend 4 times of the current cost for software.

Unfortunately, as reported by The Jakarta Post, the benefit of the huge budget spent for IT is not spread evenly all over Indonesia. Indonesia’s IT development is still focusing in Jakarta and its surrounding areas. Indonesia’s IT penetration is low compared to the other countries.

Continue reading Indonesia has the Biggest IT Spending in Southeast Asia without Maximal Utilization

GfK: Smartphone Boom Continues in Southeast Asia

GfK Asia released the results of a survey conducted in several countries in Southeast Asia, related to smartphone sales in the region. The survey concluded that the smartphone boom is continuing in Southeast Asia, where a total of nearly 7.7 million smartphone units were sold during the first quarter of 2012 with a value of $2.4 million. The rate of increase in smartphone sales in the region increased in the range of 70%-400% over a year ago, with the Philippines scoring the highest growth percentage.

Of course, Indonesia is the biggest market, where sales exceeded $1.4 billion (58% of total regional sales) and smartphone penetration rate reached 62% as conveyed by Gerrard Tan, Account Director for Digital Technology, GfK Asia.

I’m not sure that the 62% figure is valid with regards to market penetration for smartphones in various regions in Indonesia. It is impossible (for now) for smartphones to have more sales than regular phones in Indonesia. I assume, the survey figures only reflect the conditions in major cities in Indonesia.

Continue reading GfK: Smartphone Boom Continues in Southeast Asia

Gree Ventures and Its Investment Plan in South East Asia and East Asia

The other day, Gree announced that it will establish a new subsidiary for investment called Gree Ventures. As reported on Asiajin, Gree Ventures will make GV-I Investment Partnership that will do investment to startups on the internet business realm.

Gree which run their business in social game platform is one of the biggest digital companies in Japan. Dr. Serkan Toto also mentioned that Glee’s financial statement is shown a good result.

Another interesting thing about it is that it will hand investments not only for the Japanese market but also globally with Southeast Asia and East Asia as the main focus. According to its official release, the focus on Southeast Asia and East Asia will be a long term expansion for Gree.

Continue reading Gree Ventures and Its Investment Plan in South East Asia and East Asia

Gree Luncurkan Lembaga Pendanaan, Siap Investasi di Asia Tenggara dan Asia Timur

Hari ini Gree mengumumkan bahwa mereka akan mendirikan anak perusahaan baru untuk investasi bernama Gree Ventures. Seperti yang disebutkan oleh Asiajin.com, Gree Ventures akan membuat GV-I Investment Partnership yang akan berinvestasi di perusahaan startup yang bergerak di bisnis internet.

Gree yang bergerak di platform game sosial adalah salah satu yang terbesar di Jepang, dan Serkan Toto juga menyebutkan bahwa laporan keuangan mereka juga dikabarkan memberikan hasil yang baik.

Lalu yang menarik adalah, pandanaan yang akan dilakukan tidak hanya untuk pasar Jepang namun untuk dunia dengan fokus utama untuk pasar di Asia Tenggara (SEA) dan Asia Timur. Seperti yang dijelaskan di rilis resmi, fokus SEA dan Asia Timur ini menjadi ekspansi jangka panjang Gree.

Continue reading Gree Luncurkan Lembaga Pendanaan, Siap Investasi di Asia Tenggara dan Asia Timur