Sennheiser CX Plus True Wireless Hadirkan ANC di Harga yang Lebih Terjangkau

Sennheiser punya TWS baru. Namanya CX Plus True Wireless, dan ia terkesan lebih menarik ketimbang CX 400BT True Wireless yang dirilis tahun lalu. Pasalnya, CX Plus punya banderol yang lebih terjangkau, tapi ia justru sudah dilengkapi dengan fitur active noise cancellation (ANC).

Di harga $180, CX Plus lebih murah $20 ketimbang CX 400BT saat pertama diluncurkan. Ia memang bukan TWS paling murah yang Sennheiser tawarkan sejauh ini — titel tersebut jatuh pada CX True Wireless yang dihargai $130 — akan tetapi ia jelas jauh lebih terjangkau daripada Momentum True Wireless 2 yang dibanderol seharga $300.

ANC tidak akan lengkap tanpa dibarengi oleh fitur transparency mode yang cara kerjanya berkebalikan, dan itu pun tersedia di sini. Jadi saat butuh ketenangan, pengguna tinggal mengaktifkan ANC. Sebaliknya, saat perlu mendengar suara di sekitarnya, mereka tinggal menyalakan transparency mode, tidak perlu melepas perangkat dari telinga.

Terkait kinerja audionya, CX Plus mengandalkan sebuah dynamic driver berdiameter 7 mm pada masing-masing earpiece-nya. Layaknya sebuah earphone premium, ia menjanjikan “bass yang mantap, mid yang jernih dan natural, serta treble yang mendetail”. Di tiap earpiece-nya, pengguna juga dapat menemukan dua buah mikrofon.

Dari segi konektivitas, CX Plus sudah mengadopsi versi terbaru Bluetooth 5.2, lengkap dengan dukungan atas codec SBC, AAC, aptX, dan aptX Adaptive. Perangkat dapat digunakan secara terpisah antara unit sebelah kiri dan kanannya, dan ia juga dibekali fitur Smart Pause yang akan menghentikan jalannya audio secara otomatis ketika perangkat dilepas dari telinga, lalu memutarnya lagi saat perangkat kembali dikenakan.

Secara desain, CX Plus kelihatan mirip seperti CX True Wireless. Bodinya secara keseluruhan tahan air dengan sertifikasi IPX4, dan sisi luar masing-masing earpiece-nya telah dibekali panel sentuh kapasitif untuk memudahkan pengoperasian.

Total daya tahan baterai CX Plus bersama charging case-nya diklaim bisa mencapai angka 24 jam. Sayang sekali Sennheiser tidak merincikan seberapa lama TWS-nya sendiri bisa bertahan dalam sekali pengisian. Sebagai konteks, CX True Wireless yang tidak dibekali ANC menawarkan daya tahan hingga 9 jam per charge, atau total 27 jam.

Seperti yang sudah disebutkan, Sennheiser CX Plus True Wireless akan dijual seharga $180. Pemasarannya dijadwalkan berlangsung mulai 28 September, dan konsumen dapat memilih antara warna hitam dan putih.

Sumber: Sennheiser.

Sennheiser Jual Divisi Consumer Audio-nya ke Sonova

Di antara semua merek headphone, nama Sennheiser mungkin adalah salah satu yang paling terkenal sekaligus paling dipandang. Namun siapa yang menyangka kalau perusahaan asal Jerman itu rupanya kesulitan bersaing di ranah consumer audio, hingga akhirnya pada bulan Februari kemarin mereka mengumumkan niatnya untuk menjual divisi Consumer Electronics-nya.

Tiga bulan berselang, Sennheiser rupanya sudah punya pembeli. Mereka adalah Sonova, korporasi asal Swiss yang punya pangsa pasar besar di industri hearing aid. Melalui sebuah siaran pers, Sonova mengumumkan bahwa mereka akan mengakuisisi Sennheiser Consumer Division senilai 200 juta euro, atau kurang lebih setara 3,45 triliun rupiah.

Sennheiser sendiri menggambarkan transaksi ini sebagai kooperasi permanen, sebab brand Sennheiser masih akan terus dipakai oleh Sonova ke depannya. Beberapa karyawan yang selama ini bekerja di Sennheiser Consumer Division juga akan berpindah rumah ke Sonova. Mereka akan tetap mengembangkan portofolio produknya di segmen consumer audio, hanya saja di bawah pemilik baru.

Phonak Virto Marvel, salah satu hearing aid tercanggih dari Sonova sejauh ini / Sonova

Kedengarannya memang cukup aneh; kenapa sebuah produsen alat bantu dengar harus mengakuisisi brand headphone yang terkenal di kalangan audiophile? Namun kalau melihat tren di industri hearing aid, semuanya jadi terkesan masuk akal. Dalam beberapa tahun terakhir, tidak sedikit produsen hearing aid yang mencoba menjejalkan teknologi-teknologi modern ke produk-produk besutannya, seperti misalnya teknologi untuk mengadaptasikan suara dengan kondisi di sekitar.

Di saat yang sama, tren terkini di bidang consumer audio adalah teknologi active noise cancellation (ANC) yang juga dapat beradaptasi dengan kondisi sekitar. Kalau dipikir-pikir, berkat fitur seperti ambient mode atau transparency mode, TWS berteknologi ANC sebenarnya juga bisa berfungsi layaknya sebuah alat bantu dengar, membiarkan kita mendengar suara-suara di sekitar secara jelas tanpa perlu melepas perangkat dari telinga.

Buat Sennheiser sendiri, melepas divisi consumer audio-nya berarti mereka dapat sepenuhnya berfokus pada bidang professional audio, bidang yang sebenarnya sudah menjadi spesialisasi Sennheiser sejak awal berdiri di tahun 1945. Sekadar informasi, produk pertama Sennheiser adalah sebuah voltmeter, diikuti oleh mikrofon (yang pada akhirnya membuat nama Sennheiser jadi mulai terkenal) setahun setelahnya.

Selain professional audio, portofolio produk Sennheiser turut mencakup segmen business communications, dan ini juga akan menjadi prioritas mereka ke depannya setelah melepas divisi consumer audio-nya ke Sonova, yang dijadwalkan rampung transaksinya sebelum akhir tahun 2021.

Sumber: Sennheiser via TechCrunch.

Sennheiser Luncurkan Dua Mic Baru untuk Kreator Konten

Salah satu cara termudah untuk meningkatkan kualitas suatu video adalah dengan meningkatkan kualitas audionya, sebab bagaimanapun juga, video merupakan sebuah produk audio visual. Untuk mewujudkannya, kita perlu lebih dari sebatas mic bawaan yang tertanam pada kamera atau smartphone.

Pilihan mikrofon eksternal yang tersedia sangatlah beragam, dan di antaranya mungkin Anda pernah mendengar nama Sennheiser MKE 400 sebagai salah satu rekomendasi. Kabar baiknya, shotgun mic yang populer itu telah diperbarui dengan sederet penyempurnaan.

Yang paling utama, desainnya kini tampak jauh lebih modern. Namun bukan sekadar manis di mata saja, desain barunya juga jauh lebih fungsional; spesifiknya berkat housing yang merangkap peran sebagai windshield standar. Saat merekam di tengah-tengah tiupan angin yang sangat kencang, tentu saja pengguna masih bisa membungkusnya dengan windshield eksternal yang juga termasuk dalam paket penjualan.

Kompatibilitas juga menjadi faktor yang diperhatikan oleh Sennheiser. Jadi selain kabel TRS untuk menyambungkan mic ke kamera DSLR atau mirrorless, paket penjualannya turut mencakup kabel TRRS sehingga pengguna juga bisa menghubungkannya ke smartphone via headphone jack.

Bicara soal headphone jack, MKE 400 rupanya juga memiliki sambungan headphone-nya sendiri. Ini tentu sangat berguna ketika pengguna hendak memonitor audio yang direkam, tapi ternyata kamera yang digunakan tidak dilengkapi jack mikrofon.

Tidak seperti iterasi sebelumnya, MKE 400 versi anyar ini bisa menyala atau mati dengan sendirinya mengikuti kamera. Pada beberapa smartphone, MKE 400 juga bisa mati sendiri ketika dilepaskan. Tentu saja ia tetap dilengkapi tombol power untuk pengoperasian secara manual.

Fitur auto on/off ini penting mengingat baterainya bukanlah yang paling awet, terutama jika dibandingkan dengan pendahulunya. Menggunakan dua baterai AAA, mikrofon ini bisa beroperasi selama sekitar 100 jam perekaman. Beruntung harga jualnya masih sama, yakni $200.

Alternatifnya, kreator juga bisa memanfaatkan mic model lavalier yang mudah sekali dikaitkan ke kerah baju. Buat yang lebih senang dengan bentuk clip-on seperti ini, mereka bisa melirik Sennheiser XS Lav yang juga baru diluncurkan.

Lagi-lagi kompatibilitas menjadi salah satu fitur yang paling diunggulkan. XS Lav terdiri dalam dua model, satu dengan colokan TRRS, satu lagi dengan colokan USB-C. Bagi kreator yang menggunakan smartphone yang tidak dilengkapi headphone jack, varian USB-C ini tentu bakal menjadi opsi yang paling ideal.

Untuk harganya sendiri, XS Lav versi standar dibanderol $50, sedangkan XS Lav versi USB-C dihargai $60. Sennheiser pun tidak lupa menyertakan windshield eksternal pada paket penjualan kedua model XS Lav.

Baik MKE 400 maupun XS Lav versi USB-C juga akan ditawarkan dalam bentuk bundel berlabel “Mobile Kit” yang dihargai lebih mahal $30 dari banderol masing-masing perangkat. Perangkat yang didapat sama persis, tapi plus sebuah tripod kecil besutan Manfrotto dan sebuah clamp mount untuk smartphone.

Sumber: The Verge dan Sennheiser.

EPOS GTW 270 Hybrid Andalkan Dongle USB-C untuk Atasi Problem Latency yang Umum Terjadi di TWS

Tidak setiap hari Anda mendengar kabar tentang TWS yang didedikasikan untuk gamer. Namun itulah premis utama yang dibawa oleh EPOS GTW 270 Hybrid. EPOS sendiri tentu bukan nama yang asing di industri gaming headset. Perusahaan asal Denmark tersebut merupakan otak di balik sejumlah headset Sennheiser, sebelum akhirnya mereka berdiri sebagai brand terpisah sejak pertengahan tahun lalu.

Sepintas tidak ada yang aneh dari wujud GTW 270 Hybrid, tapi ternyata paket penjualannya juga mencakup sebuah dongle USB-C (plus adaptor USB-A jika masih membutuhkan). Berkat bantuan dongle ini, GTW 270 Hybrid bisa terhubung ke PC, laptop, maupun console menggunakan codec aptX Low Latency.

Sesuai namanya, aptX Low Latency secara spesifik diciptakan untuk menekan latency hingga seminimal mungkin, sehingga yang didapat pengguna pada dasarnya adalah pengalaman yang bebas lag. Di saat yang sama, label “Hybrid” pada namanya mengacu pada konektivitas Bluetooth 5.1, yang dapat dijadikan alternatif ketika pengguna ingin memakainya bersama smartphone atau tablet.

Satu hal penting yang perlu dicatat adalah, GTW 270 Hybrid tidak cocok dipakai untuk bermain game multiplayer. Alasannya simpel: mikrofonnya tidak berfungsi saat ia terhubung via dongle. Yang salah bukan EPOS, melainkan codec aptX Low Latency yang memang hanya mendukung playback saja. Kalau perlu menggunakan mikrofonnya, maka opsi satu-satunya hanyalah dengan menghubungkan via Bluetooth.

Secara fisik, GTW 270 Hybrid tahan cipratan air dengan sertifikasi IPX5. Ia mempunyai satu tombol pengoperasian di earpiece sebelah kanannya. Dalam sekali pengisian, baterainya dapat bertahan selama sekitar 5 jam pemakaian, sedangkan charging case-nya bisa menyuplai hingga 15 jam daya baterai ekstra (total 20 jam).

EPOS GTW 270 Hybrid saat ini sudah dijual dengan kisaran harga 3,5 jutaan rupiah. Banderolnya cukup premium untuk ukuran TWS, tapi semestinya bisa menjadi alternatif yang menarik bagi gamer yang selama ini kerap mengeluhkan problem audio yang tidak sinkron selama bermain. Kalau bukan karena keterbatasan codec aptX Low Latency tadi, mungkin perangkat ini sudah menjadi rekomendasi yang sangat mudah bagi mayoritas gamer.

Via: ShackNews.

Sennheiser Luncurkan TWS Baru yang Lebih Terjangkau, CX 400BT True Wireless

Tidak seperti Sony atau Audio-Technica yang menawarkan bermacam true wireless earphone di rentang harga yang berbeda, Sennheiser sejauh ini baru merilis dua model saja yang semuanya duduk di kelas premium. Di kisaran harga $300, Sennheiser Momentum True Wireless 2 yang dirilis pada bulan Maret lalu jelas terlalu mahal buat sebagian konsumen.

Kabar baiknya, sang ahli audio asal Jerman punya penawaran baru bagi mereka yang memiliki budget lebih terbatas. TWS bernama lengkap Sennheiser CX 400BT True Wireless ini memang masih jauh dari kata murah, tapi setidaknya banderol $200 bisa dijangkau oleh lebih banyak kalangan.

Dengan selisih harga $100, apa yang membedakan CX 400BT dari Momentum True Wireless 2? Yang paling utama adalah active noise cancelling (ANC). Fitur tersebut absen pada CX 400BT, jadi Anda tidak perlu melirik perangkat ini seandainya fitur ANC benar-benar merupakan prioritas buat Anda.

Perbedaan selanjutnya mungkin tidak terlalu esensial, tapi yang pasti penampilan CX 400BT kalah premium dari kakaknya yang lebih mahal. Bentuknya lebih mengotak, dan charging case-nya tidak dibalut kain seperti milik Momentum True Wireless 2. Terlepas dari itu, CX 400BT tetap dilengkapi dengan panel sentuh pada sisi luar masing-masing earpiece-nya.

Lalu ketika mulai membahas soal jeroannya, di sinilah perbedaan antara CX 400BT dan Momentum True Wireless 2 terhenti, sebab keduanya mengemas unit driver 7 mm yang sama persis, dengan respon frekuensi 5 – 21.000 Hz yang sama pula. Bahkan versi Bluetooth yang dipakai pun sama, yakni versi 5.1.

Jadi kalau dipakai di tempat yang sunyi, mungkin akan sangat sulit membedakan kualitas suara yang dihasilkan masing-masing perangkat. Barulah ketika berada di keramaian, Momentum True Wireless 2 dengan teknologi ANC-nya bisa menyuguhkan pengalaman yang lebih superior daripada CX 400BT yang cuma mengandalkan isolasi suara secara pasif.

Soal baterai, CX 400BT memang belum selevel Momentum True Wireless 2, tapi masih tergolong cukup awet. Satu kali pengisian cukup untuk pemakaian selama 7 jam, dan charging case-nya siap menyuplai sekitar 13 jam daya ekstra (total 20 jam).

Seperti yang saya bilang, Sennheiser akan menjual CX 400BT True Wireless seharga $200. Di Amerika Serikat, pemasarannya akan dimulai pada pertengahan September ini juga. Pilihan warna yang tersedia ada dua, yakni hitam atau putih.

Sumber: Engadget dan Sennheiser.

Sennheiser Momentum True Wireless 2 Suguhkan ANC dan Baterai yang Lebih Awet

Dengan banderol $300, Sennheiser Momentum True Wireless jelas masuk di kategori premium. Kualitas suaranya mungkin tak perlu diragukan jika melihat reputasi Sennheiser selama ini, akan tetapi konsumen mungkin juga mendambakan kelengkapan fitur di rentang harga tersebut.

Sayangnya Momentum True Wireless tergolong pelit fitur. Satu fitur esensial yang absen dari perangkat tersebut adalah active noise cancelling (ANC), meski publik mungkin masih bisa maklum untuk produk generasi pertama. Kabar baiknya, Sennheiser baru saja meluncurkan suksesor Momentum True Wireless, dan ANC merupakan salah satu fitur unggulannya.

Sennheiser mengklaim ANC akan sangat efektif ditandemkan dengan isolasi pasif yang terealisasi berkat bentuk eartip-nya. Istimewanya, meski mengemas ANC, Momentum True Wireless 2 justru lebih ringkas ketimbang pendahulunya. Kendati demikian, kualitas suaranya tidak dikorbankan; perangkat masih mengandalkan driver 7 mm yang sama seperti sebelumnya.

Sennheiser Momentum True Wireless 2

Lebih kecil dan dilengkapi ANC, semestinya baterainya lebih boros ketimbang generasi sebelumnya. Well, kenyataannya tidak demikian. Perangkat ini justru lebih unggul jauh soal daya tahan baterai. Yang tadinya cuma mampu bertahan hingga 4 jam pemakaian, generasi keduanya malah bisa sampai 7 jam pemakaian.

Juga mengesankan adalah charging case-nya, yang mampu mengisi penuh perangkat sampai tiga kali. Secara total, Momentum True Wireless 2 menawarkan daya tahan baterai total selama 28 jam. Bandingkan dengan generasi pertamanya yang cuma memberikan daya total selama 12 jam.

Sennheiser Momentum True Wireless 2

Selebihnya, Momentum True Wireless 2 masih mempertahankan sejumlah kelebihan pendahulunya, mulai dari sertifikasi ketahanan air IPX4, sampai dukungan Google Assistant dan Siri, tidak ketinggalan pula pengoperasian via panel sentuh yang tertanam pada sisi luar masing-masing earpiece.

Semua itu tanpa mengubah banderol harganya. Seperti sebelumnya, Sennheiser Momentum True Wireless 2 tetap dipasarkan seharga $300. Masih premium memang, tapi setidaknya kini jauh lebih lengkap fitur-fiturnya.

Sumber: Sennheiser.

Headset Gaming Wireless Sennheiser GSP 370 Unggulkan Daya Tahan Baterai Hingga 100 Jam

Saya yakin semua setuju bahwa headset wireless jauh lebih praktis ketimbang yang berkabel. Namun sering kali kelemahannya ada pada daya tahan baterai. Jadi setelah belasan atau puluhan jam, sesi gaming terpaksa harus terinterupsi oleh sesi charging.

Kalau ketahanan baterai selama ini menjadi faktor yang membuat Anda urung membeli headset gaming wireless, mungkin penawaran terbaru dari Sennheiser berikut ini bisa membuat Anda berubah pikiran. Dinamai Sennheiser GSP 370, keunggulan utamanya terletak pada daya tahan baterainya yang diklaim mencapai angka 100 jam.

Sennheiser GSP 370

Anggap sehari Anda menghabiskan waktu sekitar 10 jam untuk bermain, maka headset ini masih bisa digunakan setelah seminggu nonstop, dan ia pun masih bisa digunakan selagi dalam posisi di-charge. Sayang sekali charging-nya masih mengandalkan kabel micro USB, meski itu tidak terlalu menjadi masalah kalau memang perangkat jarang perlu diisi ulang.

GSP 370 mengandalkan bantuan dongle USB untuk menyambung secara wireless ke PC, Mac maupun PlayStation 4. Selain irit daya, koneksinya ini juga disebut minim latency, sehingga transmisi audio yang keluar maupun masuk bisa berjalan hampir tanpa delay.

Sennheiser GSP 370

GSP 370 mengemas earcup tipe over-ear yang berukuran besar. Bantalan memory foam-nya dibalut dua jenis material yang berbeda; kulit sintetis di luar, semacam suede di dalam. Di baliknya, bernaung dynamic driver dengan respon frekuensi 20 – 20.000 Hz.

Menyambung ke earcup sebelah kirinya adalah mikrofon unidirectional dengan respon frekuensi 100 – 6.300 Hz dan teknologi noise cancelling. Saat dibutuhkan, mic ini bisa di-mute secara instan dengan melipat lengannya ke atas. Di sisi kanan earcup, ada kenop besar untuk mengatur volume headset.

Terkait desainnya, Sennheiser bilang bahwa headband tipe split milik GSP 370 dirancang untuk mengurangi tekanan pada kepala. Juga menarik adalah engsel ball-joint yang secara otomatis memosisikan earcup agar sudutnya sesuai dengan bentuk kepala masing-masing pengguna.

Bagi yang tertarik, Sennheiser GSP 370 saat ini sudah dipasarkan seharga $200.

Sumber: SlashGear dan Business Wire.

Sennheiser Jalani Debut Perdananya di Bidang Otomotif dengan Membawa Konsep Immersive Audio

Tidak seperti Bowers & Wilkins, Bang & Olufsen, maupun dedengkot audio lainnya, Sennheiser selama ini belum pernah mengaplikasikan teknologinya ke sektor otomotif. Bukan berarti pabrikan asal Jerman itu tidak tertarik, namun mereka rupanya memiliki visi yang sedikit berbeda. Berbeda karena mereka ingin memberikan suatu suguhan yang benar-benar baru di dunia otomotif.

Suguhan yang dimaksud adalah 3D audio, atau yang dikenal juga dengan istilah immersive audio. Seperti yang kita tahu, beberapa tahun terakhir ini Sennheiser sibuk mengembangkan platform teknologi bernama Ambeo yang menitikberatkan pada penyajian immersive audio.

Puncaknya, awal tahun ini Sennheiser menyingkap Ambeo Soundbar, yang diyakini sanggup menggantikan peran set home theater dalam menyajikan immersive audio, tanpa harus meminta bantuan dari perangkat lain seperti subwoofer. Berhubung teknologinya sudah cukup matang, Sennheiser kini berniat memperkenalkan Ambeo ke industri otomotif.

Klien pertama mereka adalah Karma Automotive, produsen mobil elektrik yang dulunya mengusung nama Fisker Automotive. Kolaborasi antara kedua pihak ini melahirkan sound system Ambeo untuk Karma Revero GT.

Berdasarkan penjelasan Sennheiser, sistem ini melibatkan sejumlah speaker multi-channel yang disusun menjadi dua lapis, serta dibantu oleh sebuah subwoofer. Agar semakin maksimal, sandaran kepala pada kursi mobil juga tidak lupa diintegrasikan dengan deretan speaker ini.

Contoh interface mobil sound system Sennheiser Ambeo / Sennheiser
Contoh interface sound system Sennheiser Ambeo pada layar dashboard mobil / Sennheiser

Menariknya, kadar immersive dari audio yang disuguhkan rupanya juga bebas diatur oleh konsumen melalui layar dashboard. Bahkan titik pusat suaranya pun juga bisa disesuaikan dengan keinginan. Sennheiser tak lupa menambahkan bahwa ini berlaku untuk sumber audio apapun, sebab Ambeo telah dilengkapi algoritma yang sanggup mengonversi format audio standar menjadi 3D audio.

Itu tadi soal output, dan ternyata sound system Ambeo juga meliputi input sekaligus. Berbekal deretan mikrofon berteknologi beam-forming, sistem ini juga dirancang untuk mewujudkan percakapan telepon via mobil yang lebih jernih dari biasanya, sebab teknologi beam-forming itu mampu memfokuskan mikrofon ke pembicara yang aktif.

Di saat yang sama, suara angin, suara mesin, atau suara gesekan ban juga akan dianulir oleh sistem ini. Lebih menarik lagi, berkat kemampuan menentukan titik pusat audio itu tadi, penumpang lainnya tak harus terganggu oleh percakapan telepon dan tetap bisa menikmati alunan musik yang tengah diputar.

Apa yang ditawarkan Sennheiser ini, khususnya seputar positional audio itu tadi, sebenarnya sudah pernah dilakukan oleh pabrikan lain, Harman misalnya. Kendati demikian, karya Sennheiser ini terkesan lebih lengkap karena juga melibatkan immersive audio dan yang pada dasarnya merupakan teknologi noise cancelling untuk bercakap-cakap di dalam mobil.

Sumber: Sennheiser.

Sennheiser Kembangkan Aksesori Berteknologi Spatial Audio untuk Magic Leap

Game Angry Birds FPS yang bakal dirilis untuk Magic Leap merupakan salah satu bukti pengalaman unik yang dapat ditawarkan AR headset tersebut. Gameplay-nya menarik, dan visualnya yang membaur dengan lingkungan di sekitar pemain pun sangat menggugah perhatian.

Namun di medium mixed reality (AR + VR), grafis barulah sebagian dari cerita lengkapnya. Audio turut memegang peranan penting dalam menumbuhkan kesan immersive. Dalam kasus Magic Leap, headset-nya memang dilengkapi speaker terintegrasi, akan tetapi ini masih jauh dari kata ideal.

Pengalamannya akan jauh lebih ideal apabila melibatkan perangkat yang kapabel untuk spatial audio, atau sederhananya audio yang ‘menyelimuti’ sekitar kita (360 derajat). Kabar baiknya, Magic Leap One dilengkapi colokan audio 3,5 mm standar, sehingga ia dapat dibantu oleh aksesori yang tepat.

Sennheiser Ambeo Smart Headset / Sennheiser
Sennheiser Ambeo Smart Headset / Sennheiser

Salah satu aksesori tersebut tengah dikerjakan oleh Sennheiser. Kita tahu pabrikan asal Jerman itu punya lini perangkat Ambeo yang menitikberatkan pada teknologi 3D audio, yang sejatinya merupakan istilah lain dari spatial audio. Sennheiser ingin inovasinya ini bisa dinikmati para konsumen Magic Leap.

Pastinya apa yang sedang digarap Sennheiser masih belum diketahui, tapi saya menduga antara headphone atau earphone baru dari lini Ambeo. Produk ini nantinya bakal mengusung label “Works with Magic Leap” sebagai pertanda bahwa perangkat sudah pasti kompatibel dengan headset Magic Leap One.

Balik ke game Angry Birds FPS tadi, kehadiran headphone atau earphone berteknologi spatial audio seperti besutan Sennheiser ini tentunya dapat menambah keseruan bermain. Suara burung yang kita lontarkan dengan katapel akan terdengar menjauh seiring ia meluncur menuju ke markas para babi. Ini baru satu contoh, dan tentu masih ada banyak skenario yang lain, dengan konten yang lain pula.

Sumber: Sennheiser.

Sennheiser Singkap True Wireless Earphone Perdananya, Momentum True Wireless

True wireless earphone bukanlah barang baru lagi di industri perangkat audio, akan tetapi hingga kini masih ada nama besar industri yang belum mengikuti tren ini. Salah satunya adalah Sennheiser. Mereka bukannya tidak tertarik, melainkan cuma terlambat. Di IFA 2018, Sennheiser akhirnya mengungkap secara resmi true wireless earphone perdananya.

Dinamai Momentum True Wireless, desainnya tergolong simpel dan tidak neko-neko. Sebagai bagian dari lini Momentum, kualitas suara sudah pasti menjadi prioritas utama di samping desain, dan di sini Sennheiser telah menyematkan driver tipe dynamic berdiameter 7 mm yang benar-benar baru ke masing-masing earpiece-nya, dengan rentang frekuensi 17 – 21.000 Hz.

Sennheiser Momentum True Wireless

Anda tidak akan menjumpai tombol sama sekali pada bodi perangkat yang diklaim tahan cipratan air (IPX4) ini, sebab pengoperasiannya semua mengandalkan gesture. Contohnya, sentuh satu kali di earpiece kiri untuk play atau pause, sedangkan di earpiece kanan untuk memanggil Google Assistant atau Siri.

Nantinya, pengguna akan dipandu melalui aplikasi pendamping di ponsel guna memahami semua gesture yang didukung Momentum True Wireless. Aplikasi yang sama juga dapat dimanfaatkan untuk mengubah pengaturan perangkat, termasuk halnya mengunduh dan meng-install firmware update jika ada.

Sennheiser Momentum True Wireless

Perangkat mengandalkan konektivitas Bluetooth 5.0, lengkap dengan dukungan codec aptX. Dalam satu kali pengisian, baterainya bisa bertahan sampai empat jam penggunaan. Tentu saja ia datang bersama sebuah charging case, dan case-nya ini tampak amat stylish serta masih cukup ringkas untuk disimpan di dalam kantong.

Case tersebut dapat mengisi ulang Momentum True Wireless sebanyak dua kali, sehingga secara total daya tahan baterainya mencapai 12 jam. Yang patut dibanggakan, charging case-nya dapat diisi ulang dengan kabel USB-C, dan proses pengisiannya pun cepat, cuma 1,5 jam dari kosong hingga penuh.

Sennheiser Momentum True Wireless

Rencananya, Sennheiser Momentum True Wireless akan dipasarkan mulai pertengahan bulan November mendatang. Di Amerika Serikat, harganya dipatok $300, jauh di atas kebanyakan true wireless earphone kompetitor, tapi toh ini memang Sennheiser yang kita bicarakan.

Sumber: Sennheiser dan The Verge.