Microsoft Flight Simulator Siap Lepas Landas 18 Agustus 2020

Penantian panjang penggemar game simulasi akhirnya bakal segera terbayarkan. Microsoft Flight Simulator sudah punya jadwal rilis resmi: sehari setelah perayaan kemerdekaan RI, atau persisnya 18 Agustus 2020.

Apa saja yang bisa kita ekspektasikan dari salah satu permainan paling ambisius garapan Asobo Studio ini? Banyak, salah satunya dunia dengan skala yang amat besar, dan yang sudah diisi dengan lebih dari 37 ribu bandara, 1,5 miliar gedung, 2 triliun pohon, gunung, jalanan, sungai, dan masih banyak lagi. Sekadar mengingatkan, pengembangnya sampai harus meminta bantuan platform cloud Microsoft Azure untuk mengakses data geografis sebesar 2 petabyte.

Bukan cuma besar, dunianya juga diklaim ‘hidup’, terutama berkat simulasi lalu lintas penerbangan berdasarkan data yang dicomot dari dunia nyata (pemain dapat menjumpai pesawat-pesawat lain yang sedang mengambil rute serupa di kenyataan), serta efek cuaca yang dinamis dan realistis.

Tingkat kesulitan dalam game ini benar-benar dapat disesuaikan dengan selera dan kemampuan masing-masing pemain. Mau memiliki kontrol manual sepenuhnya? Bisa saja. Sebaliknya kalau mau serba dituntun, game juga siap menyajikan panduan yang lengkap dan interaktif sehingga pemain tidak melewatkan satu pun langkah persiapan sebelum pesawat lepas landas.

Microsoft Flight Simulator bakal ditawarkan dalam tiga edisi yang berbeda (pre-order sudah bisa dilakukan mulai sekarang). Rinciannya adalah sebagai berikut:

  • Standard Edition seharga $60 yang mencakup 20 pesawat dan 30 airport dengan tingkat detail yang sangat akurat
  • Deluxe Edition seharga $90 dengan 25 pesawat dan 35 airport
  • Premium Deluxe Edition seharga $120 dengan 30 pesawat dan 40 airport

Jadi kalau mau menikmati Microsoft Flight Simulator sepenuhnya, pilihan yang paling tepat tentu saja adalah Premium Deluxe Edition yang harganya dua kali lipat versi standarnya. Dalam versi ini, bandara super-populer seperti Dubai International Airport maupun Heathrow Airport di London mempunyai tingkat detail yang jauh melebihi bandara yang sama di versi standarnya.

Soal pesawat pun juga demikian. Boeing 787-10 Dreamliner hanya bisa kita telusuri dengan tingkat detail yang paling maksimal pada Premium Deluxe Edition. $120 memang terdengar sangat mahal, tapi kita juga tidak boleh lupa bahwa game ini memang menuntut spesifikasi PC yang tinggi. Kalau Anda sanggup membeli Nvidia RTX 2080, tentunya Anda tidak akan keberatan dengan harganya, bukan?

Microsoft Flight Simulator Standard Edition juga akan tersedia bagi para pelanggan Xbox Game Pass di hari peluncurannya nanti. Belum diketahui seperti apa mekanismenya seandainya pelanggan juga ingin menikmati seluruh konten pada Premium Deluxe Edition.

Sumber: Xbox Wire.

Tak Hanya Menuntut Spesifikasi Tinggi, Microsoft Flight Simulator Juga Memerlukan Koneksi yang Mumpuni

Ambisius, satu kata itu bisa menggambarkan skala realisme yang bakal ditawarkan Microsoft Flight Simulator. Game simulasi garapan Asobo Studio itu tak hanya mempersilakan para pemain menjelajah seluruh penjuru dunia, tapi juga mampir ke 37.000 bandara yang ada di muka Bumi.

Itu semua tanpa melupakan kualitas grafisnya yang memukau, seperti yang bisa kita lihat dari trailer-nya. Bagian-bagian pesawat kelihatan begitu mendetail, simulasi cuacanya juga tampak amat realistis. Tidak heran apabila game ini akan menuntut spesifikasi PC yang cukup tinggi.

Persyaratan spesifikasi Microsoft Flight Simulator

Benar saja, seperti yang tercantum pada tabel di atas, spesifikasi minimumnya saja sudah tergolong cukup gres. Uniknya, selain spesifikasi yang direkomendasikan, developer juga mencantumkan spesifikasi PC ideal yang menurut mereka baru cukup untuk menyajikan Microsoft Flight Simulator secara maksimal.

Satu yang agak mencuri perhatian adalah, tiga tingkatan spesifikasi itu menuntut bandwith koneksi internet dalam jumlah yang berbeda. Apakah ini berarti Microsoft Flight Simulator hanya bisa dimainkan secara online?

Ya, sebab game ini banyak memanfaatkan platform cloud Microsoft Azure. Untuk me-render seluruh isi Bumi misalnya, game perlu mengakses data geografis sebesar 2 petabyte (2.000 TB) yang tersimpan di Microsoft Azure. Lalu mengapa game masih menuntut 150 GB kapasitas hard disk?

Microsoft Flight Simulator

Berdasarkan hasil wawancara The Guardian dengan pengembangnya, Microsoft Flight Simulator bakal dilengkapi mode offline. Persisnya bagaimana mode offline itu bekerja belum diketahui, tapi kemungkinan besar ada banyak fitur dalam game yang harus dipangkas.

Satu yang pasti adalah simulasi lalu lintas udara secara real-time. Jadi selain menampilkan banyak pemain sekaligus, Microsoft Flight Simulator juga akan menyimulasikan sejumlah penerbangan yang sedang berlangsung di dunia nyata. Fitur semacam ini tentunya memerlukan koneksi ke server secara konstan, sehingga besar kemungkinan tak akan tersedia pada mode offline.

Jadi jangan kaget kalau spesifikasi idealnya menuntut koneksi internet secepat 50 Mbps. Game seambisius Microsoft Flight Simulator rupanya juga membutuhkan spesifikasi komputer yang tak kalah ambisius.

Via: PC Gamer.

Game Unik PC Building Simulator Kini Tersedia di PS4, Xbox One dan Nintendo Switch

Berawal dari keisengan seorang developer asal Rumania, PC Building Simulator telah berevolusi menjadi game yang resmi dijual di Steam. Sekarang, game yang mengajak kita menjadi ahli dalam merakit PC itu juga sudah tersedia di tiga console terpopuler: PlayStation 4, Xbox One, dan Nintendo Switch.

Sepintas game simulator bakal terdengar membosankan, akan tetapi PC Building Simulator rupanya turut dilengkapi dengan Career Mode yang cukup menarik. Dikisahkan bahwa Anda tengah dititipi toko komputer oleh paman Anda, dan Anda harus meneruskan bisnisnya dengan menerima permintaan klien via email.

Anggap saja ini Stardew Valley, hanya saja yang diwariskan bukanlah kebun, melainkan bisnis komputer rakitan. Permintaan yang datang dari konsumen tentu beragam, mulai dari yang sederhana seperti sebatas membersihkan casing berdebu, memberantas virus, mengganti modul RAM dengan yang baru, sampai yang lebih kompleks seperti mengganti prosesor sekaligus motherboard-nya.

PC Building Simulator

Di samping Career Mode, tentu saja yang menjadi andalan game ini adalah Free Build Mode. Di sini Anda bebas berkreasi merakit PC impian Anda, dengan ribuan pilihan komponen dari brandbrand asli yang merujuk pada versi nyatanya. Kalau Anda berencana menambahkan sistem liquid cooling bersifat custom, game ini setidaknya bisa menjadi kelinci percobaan sebelum mempraktekkannya secara langsung.

Detail yang disajikan game ini tergolong mengesankan. Utak-atik BIOS bahkan juga merupakan langkah yang tak bisa dihindari, persis seperti saat kita merakit PC sesungguhnya. Overclocking juga merupakan bagian penting dalam game ini, dan kalau kita tidak jeli, Blue Screen of Death (BSOD) pun siap menyambut.

Memainkan PC Building Simulator di console mungkin akan terdengar agak aneh awalnya, tapi tidak ada salahnya bagi yang gemar memainkan game simulator yang kompleks, realistis sekaligus amat mendetail.

Sumber: PlayStation Blog.

Yaw Adalah Kursi Simulator Virtual Reality Paling Portable

Selain kinerja hardware, penyajian konten VR sangat dipengaruhi oleh sistem kendali dan aksesori pendukung. Motion controller biasanya sudah dibundel bersama headset, namun beberapa game berkonsep immersive memerlukan PC berdesain portable hingga simulator. Umumnya, periferal tambahan seperti simulator tak hanya sangat mahal, tapi juga tidak praktis.

Hal ini jadi perhatian utama tim Intellisense. Bermaksud buat memberikan alternatif yang lebih ringkas dan terjangkau, mereka memperkenalkan Yaw, yaitu kursi simulator untuk virtual reality berkonsep portable, memungkinkan kita menggunakannya di rumah atau di kantor. Yaw bekerja layaknya kursi simulator berukuran ‘penuh’, bisa miring ke kiri, kanan, depan, serta belakang, dan melakukan gerakan berputar.

Ketika tak digunakan, Yaw mempunyai wujud seperti tempurung kura-kura yang bundar. Saat ingin dipakai, Anda perlu merakitnya sedikit: angkat bagian ‘tempurungnya’, keluarkan tiga ‘kaki’ yang tersembunyi di bagian stand, lalu balik tempurung dan taruh di atas stand. Anda akan mendapatkan sebuah kursi. Selanjutnya, pasangkan footrest dan keluarkan sandaran sehingga ada celah buat duduk.

Yaw mempunyai diameter kurang lebih seluas 74-sentimeter dan tinggi 38-sentimeter. Bobotnya hanya 15-kilogram, bisa mudah diangkat oleh dua orang. Intellisense merancang Yaw agar mendukung penuh kegiatan gaming, memungkinkan Anda memasangkan aksesori setir (berkat kehadiran meja detachable kecil), pedal gas (di footrest) serta stik untuk mengganti gigi.

Yaw Motion Simulator 1

Kompatibilitas merupakan salah satu faktor andalan Yaw. Ia siap mendukung lebih dari 80 aplikasi simulasi – dari mulai game F1, Need For Speed, Grid, Microsoft Flight Simulator, Euro Truck Simulator, XPlane, Elite: Dangerous). Saat ini Intellisense juga tengah mengusahakan agar produk mereka kompatibel dengan perangkat non-PC semisal Oculus Go, Samsung Gear VR, dan PlayStation VR.

Yaw Motion Simulator 2

Selain itu, kebebasan bergerak juga jadi fitur primadona kursi simulator ini. Di posisi normal, Yaw miring ke arah depan sejauh 24 derajat. Lalu ketika diaktifkan, ia bisa miring di poros horisontal hingga 50 derjat serta berputar 360 derajat. Yaw juga bekerja dengan hening sehingga Anda tidak membangunkan siapa pun sewaktu menikmati game VR di tengah malam.

Intellisense menyediakan dua model Yaw, yakni versi Yaw VR standar dan Yaw VR Pro yang menjanjikan daya tahan lebih tinggi. Produk bisa Anda pesan di Kickstarter seharga mulai dari US$ 890.

Melihat dukungan dan ketersediaan konten yang ada saat ini, Yaw jauh lebih fungsional untuk ber-gaming di mode VR ketimbang omni-directional treadmill. Jika punya Yaw di rumah, saya mungkin akan menikmati Project CARS 2 ‘lebih internsif’ dan melupakan tidur malam.

Game Ini Ajak Anda Belajar Merakit PC Sendiri

Banyak orang beranggapan bahwa merakit PC sendiri itu sulit. Selain harus memperhatikan banyak komponen sekaligus, kita juga harus memasangnya satu per satu dengan benar. Bagi yang belum terbiasa, saya maklum apabila merakit PC terkesan membingungkan.

Dibutuhkan sejumlah trial and error untuk benar-benar bisa menguasai aktivitas ini, tapi tentunya Anda tidak mau kalau error yang dimaksud melibatkan kartu grafis semahal GTX 1080 Ti, bukan? Di sinilah software simulator berperan besar, sama kasusnya seperti seorang pilot yang belajar menerbangkan pesawat melalui simulator terlebih dulu.

Seorang developer asal Rumania yang dikenal dengan nickname Claudiu baru-baru ini merilis sebuah game menarik berjudul PC Building Simulator. Sejauh ini masih dalam tahap pre-alpha, game ini dimaksudkan supaya orang-orang dapat belajar merakit PC sendiri, atau bagi mereka yang sekadar ingin mencoba konfigurasi hardware baru.

PC Building Simulator disajikan dalam grafik tiga dimensi yang cukup apik berkat penggunaan engine Unity. Tujuan utama yang perlu dicapai tidak lain dari merakit komponen demi komponen hingga menjadi komputer yang siap pakai.

Komponen yang dimaksud sangat mendetail, bahkan sampai ke baut spacer (dudukan motherboard) individual. Bahkan pemasangan tiap-tiap kabelnya pun juga diperhatikan, dimana Anda harus memilih jenis konektor kabel (SATA, PCI-E, dll) yang tepat, dan menancapkannya ke colokan yang tepat pula.

Berhubung masih pre-alpha, pastinya game ini masih punya banyak kekurangan, salah satunya dalam hal pilihan komponen yang tersedia. Pengembangnya berjanji untuk terus menyempurnakannya, bahkan menambahkan Career Mode supaya pemain jadi lebih tertantang lagi.

Silakan langsung kunjungi situs resmi PC Building Simulator dan mengunduhnya secara cuma-cuma – atau Anda juga bisa memberikan donasi kepada sang developer jika berkenan. Versi pre-alpha-nya ini tersedia untuk Windows, Linux maupun Mac OS.

Sumber: Digital Trends dan Rock Paper Shotgun.

Microsoft AirSim Adalah Simulator Drone dan Mobil Tanpa Sopir yang Amat Realistis

Sebelum seorang pilot dapat menerbangkan pesawat, ia harus lebih dulu lulus ujian simulasi. Drone maupun mobil tanpa sopir juga demikian. Kalau tidak, tim pengembangnya bisa menghabiskan biaya banyak hanya untuk mengajari drone buatannya membedakan tembok dan bayangan.

Simulasi sejatinya sangat berperan dalam pengembangan teknologi computer vision, machine learning maupun artificial intelligence. Gampangnya, kalau pengujiannya membutuhkan banyak trial and error, simulasi merupakan cara terbaik untuk menghindari sejumlah konsekuensi yang ada, contohnya drone yang menabrak tembok kalau dalam skenario tadi.

Tim Microsoft Research baru-baru ini merilis sebuah software simulator berlisensi open-source yang bisa dimanfaatkan untuk menguji drone, mobil maupun gadget lain yang mengandalkan AI dan teknologi kemudi otomatis. Dinamai Aerial Informatics and Robotics Platform, atau AirSim singkatnya, simulator ini diklaim sanggup menciptakan dunia virtual seakurat dan semirip mungkin dengan dunia nyata.

Berbekal Unreal Engine, AirSim mampu me-render elemen-elemen grafik yang kompleks macam bayangan atau refleksi secara akurat dan realistis. Para pengembang drone pada dasarnya bisa menguji berbagai teorinya dan menabrakkan drone buatannya berulang-ulang sampai ratusan bahkan ribuan kali tanpa harus mengalami kerugian finansial.

Microsoft menegaskan bahwa AirSim tidak dimaksudkkan untuk menggantikan pengujian di dunia nyata, namun setidaknya bisa jadi pelengkap yang efektif sekaligus efisien. Singkat cerita, sebelum pengembang menguji apakah vacuum cleaner robotik garapannya bisa benar-benar berhenti sebelum terjatuh dari tangga, mereka bisa lebih dulu mematangkan teknologinya dengan simulator ini.

Microsoft AirSim saat ini masih dalam tahap beta, akan tetapi developer sudah bisa mengaksesnya lewat GitHub.

Sumber: 1, 2, 3.

Rasakan Kompleksnya Mengembangkan Startup dalam Game The Founder

Membangun sebuah bisnis atau startup itu tidak mudah. Selain harus berfokus mencari untung, tujuan lain yang biasanya hendak dicapai adalah menciptakan sebuah produk yang punya dampak atau peran penting bagi konsumen.

Kualitas produk saja sejatinya tidak cukup, Anda juga harus menerapkan strategi pemasaran yang jitu. Pasalnya, tanpa ada konsumen yang menggunakan produk Anda, jelas tidak akan ada pemasukan. Semua ini harus tetap diperhitungkan selagi Anda berkonsentrasi membuat terobosan-terobosan baru di dunia teknologi.

Kompleksitas dalam mengembangkan startup dan menjalani beratnya persaingan bisnis di Silicon Valley ini bisa Anda rasakan tanpa perlu mengeluarkan biaya sepeser pun lewat game berjudul The Founder. Lahir dari sebuah proyek Kickstarter, The Founder menempatkan Anda sebagai seorang pendiri perusahaan teknologi yang ambisius.

Pilih nama perusahaan, tentukan lokasinya, kategori produk perdananya dan cofounder-nya / Screenshot
Pilih nama perusahaan, tentukan lokasinya, kategori produk perdananya dan cofounder-nya / Screenshot

Pada awal permainan, Anda diminta untuk memberi nama perusahaan, memilih cofounder berdasarkan kelebihannya masing-masing – ada yang pintar programming, ada yang jago marketing, dan ada juga yang anak orang kaya dan siap memberikan Anda modal ekstra – dan yang terakhir menentukan lokasi awal perusahaan Anda sebelum nantinya berekspansi ke kawasan lain.

Kiprah startup Anda berawal di tahun 2001, dimana bubble dot-com baru saja meledak, dan Anda harus memulai startup baru Anda di bawah bayang-bayang perusahaan besar seperti Kougle, Coralzon dan Carrot Inc. – buat yang tidak menyadarinya, masing-masing merupakan pelesetan dari Google, Amazon dan Apple Inc.

Tambahkan berbagai fasilitas di kantor untuk meningkatkan kinerja karyawan secara keseluruhan / Screenshot
Tambahkan berbagai fasilitas di kantor untuk meningkatkan kinerja karyawan secara keseluruhan / Screenshot

Semuanya dimulai dari apartemen pribadi Anda. Produk perdana Anda bisa berupa gadget; bisa juga berupa situs e-commerce, media sosial, atau kombinasi keduanya. Setiap kali meluncurkan sebuah produk baru, Anda akan dihadapkan dengan mini game dimana perusahaan Anda harus saling berebut pangsa pasar dengan kompetitor.

Dari situ bisnis Anda terus berkembang; Anda mulai merekrut karyawan-karyawan baru, menerapkan taktik pemasaran untuk meningkatkan hype produk, mencicipi ranah produk baru, membeli kantor baru yang lebih besar dan melakukan riset di berbagai bidang, mulai dari pertahanan nasional sampai bioteknologi.

Pilihan kategori produk yang bisa dikembangkan oleh startup Anda / Screenshot
Pilihan kategori produk yang bisa dikembangkan oleh startup Anda / Screenshot

Sampai akhirnya Anda tiba di titik dimana laba menjadi satu-satunya kepentingan yang Anda kejar. Hilang sudah visi mulia untuk menciptakan dunia yang lebih baik di awal berdirinya perusahaan. Yang ada malah Anda mengganti seluruh staf dengan robot cerdas yang jauh lebih efisien dan hemat biaya ketimbang pekerja manusia. Dunia pun menjadi sebuah distopia, dan Anda-lah penyebab utamanya.

Ini memang menjadi tujuan utama dari sang pencipta game, Francis Tseng, yang memang menjalani karirnya di kawasan Silicon Valley. Beliau sejatinya ingin menunjukkan bahwa memimpin perusahaan besar bukan berarti hanya menjadi orang kaya saja, tapi Anda juga harus memperhatikan dampak inovasi Anda terhadap dunia.

E-commerce dan media sosial adalah kombinasi tepat untuk mengawali kiprah startup Anda dalam game The Founder / Screenshot
E-commerce dan media sosial adalah kombinasi tepat untuk mengawali kiprah startup Anda dalam game The Founder / Screenshot

Beberapa insiden dalam game The Founder terinspirasi dari kejadian di dunia nyata. Contohnya, kalau Anda mengembangkan produk berupa hardware, kemungkinan terjadi insiden bunuh diri pekerja di pabrik, yang kita tahu dialami oleh Apple dan Foxconn dalam beberapa tahun terakhir.

Francis memanfaatkan waktu luangnya selama sekitar satu setengah tahun untuk mengembangkan The Founder. Game ini bisa langsung Anda nikmati lewat browser desktop tanpa perlu meng-install apa-apa. Kalau Anda suka dengan genre game simulasi seperti saya, jangan ragu untuk mencoba memainkan The Founder.

Sumber: Fast Company.

Simulator Klasik RollerCoaster Tycoon Kini Bereinkarnasi Menjadi Game iOS dan Android

Dunia mungkin sedang dilanda demam Super Mario Run, akan tetapi ada game lain yang sampai membuat saya mencak-mencak kegirangan. Game tersebut adalah RollerCoaster Tycoon Classic, simulator klasik yang kini telah bereinkarnasi menjadi game iOS sekaligus Android.

Game ini berbeda dari RollerCoaster Tycoon 4 Mobile, sebab ia merupakan gabungan antara RollerCoaster Tycoon orisinil dan RollerCoaster Tycoon 2 yang dirilis untuk PC belasan tahun silam. Dikembangkan oleh Origin8 Technologies, RollerCoaster Tycoon Classic masih menerima supervisi dari kreator aslinya, Chris Sawyer.

Secara grafik, game ini mungkin terlihat kuno dan pixelated, tapi justru itulah yang memberikan karisma tersendiri padanya. Grafik 2D dengan tampilan isometrik dan musik orisinilnya membuat jiwa kanak-kanak saya aktif kembali, mengingat saya masih duduk di bangku SD ketika memainkan game aslinya di PC.

Dalam RollerCoaster Tycoon Classic, Anda harus rajin mendengarkan masukan dan permintaan dari para pengunjung / Atari
Dalam RollerCoaster Tycoon Classic, Anda harus rajin mendengarkan masukan dan permintaan dari para pengunjung / Atari

Mengusung genre simulator, game ini menawarkan lebih dari sekadar membangun taman hiburan dengan wahana roller coaster yang ekstrem. Anda juga dituntut untuk memiliki skill manajemen yang baik, mulai dari mengatur keuangan, kinerja karyawan sampai mendengarkan masukan dan permintaan dari para pengunjung taman.

Total ada 95 skenario yang bisa dimainkan dalam game ini, yang semuanya diambil dari RollerCoaster Tycoon orisinil beserta sekuelnya. Gameplay-nya dipastikan tidak berubah, namun tentu saja tampilannya telah dioptimalkan untuk perangkat berlayar sentuh.

Anda juga dituntut untuk mengatur keuangan beserta kinerja karyawan dengan baik / Atari
Anda juga dituntut untuk mengatur keuangan beserta kinerja karyawan dengan baik / Atari

Lebih menarik lagi, game ini tidak dibanjiri oleh microtransaction seperti RollerCoaster Tycoon 4 Mobile. Total hanya ada 3 in-app purchase yang bisa dibeli, yang masing-masing merupakan expansion pack berisikan puluhan map baru sekaligus level designer. Tidak ada yang namanya koin ekstra untuk ini-itu seperti yang kerap kita jumpai pada mayoritas game freemium.

RollerCoaster Tycoon Classic saat ini sudah tersedia seharga Rp 89 ribu di iOS dan Rp 81 ribu di Android. Ya, sepertinya saya akan dibuat sibuk oleh game ini selama liburan akhir tahun tidak lama lagi.

Sumber: Atari.

Application Information Will Show Up Here

Berbekal Teknologi Nvidia, Seperti Inilah Penggunaan VR di Ranah Militer

Hampir semua orang setuju bahwa gaming ialah ujung tombak pengembangan teknologi serta konten virtual reality, dan di era kelahiran VR untuk konsumen ini, produsen serta developer mulai mencoba menjamah bidang edukasi sampai komunikasi. Tapi berbeda dari anggapan publik, menurut Nvidia ada satu ranah yang sebetulnya sudah lama menggali teknologinya.

Raksasa spesialis grafis itu berpendapat, sudah hampir satu abad sistem simulasi dimanfaatkan sebagai alat pelatihan pilot tempur (dibuat pertama kali di tahun 1920-an). Dengan canggihnya teknologi yang tersedia sekarang, metode ini digunakan oleh pihak militer demi menjaga ketajaman kemampuan pilot mereka. Dan di konferensi I/ITSEC, pihak Mass Virtual memamerkan penjelmaan simulator high-end pesawat tempur F-18.

Mass Virtual adalah perusahaan software yang fokus pada simulasi VR. Salah satu proyek besar mereka adalah program Angkatan Laut Amerika Serikat bertajuk Beyond Visual Range, dengan misi menyuguhkan pengalaman pertempuran udara serealistis mungkin. Tingkat realisme dan keakuratan material sangat penting demi memastikan kelancaran proses latihan. Buat mencapainya, unit simulator memanfaatkan kartu grafis Nvidia Quadro.

Mass Virtual F-18 1

Hasilnya tidak mengecewakan. Simulasi ini menempatkan Anda di kokpit pesawat jet F-18 dengan level detail super-tinggi. Menurut John Brooks selaku CEO Mass Virtual, tingginya tingkat detail akan memudahkan user menghafal apa yang telah dipelajari dan membuat proses latihan lebih maksimal sembari menekan ongkosnya. Brooks berpendapat, performa Nvidia Quadro sangat stabil dan bisa diandalkan.

Simulasi F-18 tentu saja tak hanya fokus pada aspek grafis dan detail di kokpit. Saat terbang di atas lautan, para pilot bisa segera mengetahui informasi dari radar dan display serta suara pesawat lawan. Selanjutnya mereka tinggal mengubah haluan, memilih roket, mengunci musuh, dan menembakkannya.

Di I/ITSEC, Mass Virtual menunjukkan kemampuan GPU Quadro P600 menangani empat demo VR secara bersama-sama di satu server via headset Vive serta Oculus. Diklaim sebagai kartu grafis terkuat yang ada di pasar saat ini, Quadro P6000 memungkinkan organisasi militer menjalankan simulasi untuk beberapa user di satu server tanpa membebani sistem. Artinya, pelatihan melalui VR dapat dilakukan di ruangan kecil dan terpisah seperti kapal laut – sehingga para pilot bisa terus mengasah skill di manapun mereka berada.

Meskipun memiliki base dan boost clock speed setara GTX Titan X, Quadro P600 menyimpan memori dua kali lebih besar dari GPU gaming high-end tersebut, yakni 24GB GDDR5X. Harganya sangat mahal, ditawarkan mulai dari US$ 7.000.

Sumber: Nvidia.

Logitech Akuisisi Saitek Senilai $13 Juta dari Mad Catz

Penggemar game Flight Simulator dan sejenisnya tentu saja tidak asing dengan nama Saitek. Selama bertahun-tahun, pabrikan tersebut setia mengeluarkan produk peripheral yang unik dan dirancang secara spesifik untuk gamegame simulator maupun balap.

Kini Saitek harus mengucapkan selamat tinggal, bukan kepada penggemarnya, melainkan kepada Mad Catz selaku perusahaan induknya. Konsumen sebenarnya tidak perlu khawatir, sebab Saitek tidak akan menghilang begitu saja, mereka hanya akan berpindah rumah ke Logitech, dengan nilai akuisisi mencapai $13 juta.

Mad Catz yang mengakuisisi Saitek senilai $30 juta di tahun 2007 belakangan ini rupanya mengalami krisis finansial. Tidak tanggung-tanggung, krisis tersebut menyebabkan tiga petingginya turun dari jabatan CEO, direktur dan senior vice president. Maka dari itu, suntikan dana $13 juta dari Logitech tentunya bisa membantu Mad Catz untuk ‘bangun’ kembali.

Untuk Logitech sendiri, portofolio Saitek merupakan aset yang amat bernilai bagi mereka sebagai salah satu produsen peripheral terbesar sejagat. Sejauh ini peripheral untuk game simulasi Logitech baru sebatas tiga produk saja, dan kehadiran Saitek bisa dipastikan akan mengisi kekosongan tersebut.

Di sisi lain, akuisisi ini bisa dilihat sebagai langkah Logitech dalam mengantisipasi meledaknya tren virtual reality. Seperti yang kita tahu, game VR banyak yang menawarkan gameplay bertema simulasi, dan produk-produk buatan Saitek bakal menjadi incaran para konsumen.

Sumber: Tom’s Hardware dan Logitech.