Deretan Pengumuman Paling Menarik yang Apple Singkap di WWDC 2021

Seperti biasa setiap pertengahan tahun, Apple menggelar konferensi developer tahunannya (WWDC). Berhubung masih pandemi, WWDC 2021 pun kembali digelar secara online dan terbuka bagi semua orang.

Pada sesi keynote-nya, Apple membeberkan sederet inovasi dari sisi software yang sudah mereka kerjakan. Di antaranya adalah iOS 15, iPadOS 15, watchOS 8, macOS Monterey, dan sejumlah pembaruan lain pada layanan maupun perangkat besutan mereka.

Di artikel ini, saya telah merangkum sejumlah pengumuman paling menarik yang Apple singkap di WWDC 2021, utamanya fitur-fitur baru apa saja yang bakal bisa pengguna nikmati dari versi terbaru masing-masing sistem operasi yang sudah disebutkan tadi, yang dijadwalkan hadir untuk publik secara luas pada musim semi tahun ini.

FaceTime Links dan SharePlay

Di tengah meningkatnya penggunaan layanan video call akibat pandemi, Apple melihat urgensi tinggi untuk menghadirkan sederet penyempurnaan buat FaceTime. Yang paling utama dan paling menarik mungkin adalah fitur bernama FaceTime Links. Berkat fitur ini, pengguna nantinya bisa menjadwalkan sesi FaceTime, lalu membagikan tautannya ke siapa saja yang ingin mereka ajak bercengkerama secara virtual.

Istimewanya, yang diajak tidak wajib menggunakan produk bikinan Apple. Pengguna smartphone Android maupun laptop Windows pun juga bisa ikut bergabung ke sesi FaceTime langsung via browser, tanpa perlu login atau mendaftarkan akun terlebih dulu. Meski berlangsung via web, Apple memastikan bahwa sesi FaceTime akan tetap terenkripsi secara penuh (end-to-end) seperti biasanya.

FaceTime di iOS 15, iPadOS 15, dan macOS Monterey juga akan mendukung fitur spatial audio, serta dua mode mikrofon untuk skenario penggunaan yang berbeda. Mode yang pertama dimaksudkan untuk mengeliminasi suara-suara di sekitar pengguna yang mengganggu, sedangkan mode yang kedua pada dasarnya justru akan mengamplifikasi suara-suara di sekitar.

Apple turut memperkenalkan fitur SharePlay. Fitur ini memungkinkan pengguna untuk mendengarkan musik bersama, maupun menonton video bersama, selagi terhubung via FaceTime. Selagi SharePlay diaktifkan, konten pun otomatis akan tersinkronisasi, sehingga apa yang sedang saya dengar atau lihat bakal sama persis seperti yang didengar atau dilihat oleh lawan bicara saya. Terakhir, FaceTime juga akan mendukung fitur screen sharing.

Notification Summary dan Focus

Selain FaceTime, Apple turut menyempurnakan fitur notifikasi di iOS 15 dan iPadOS 15. Perangkat nantinya bisa menyajikan Notification Summary, menyatukan notifikasi-notifikasi yang tidak mendesak dari beberapa aplikasi (yang bukan pesan kiriman seseorang), lalu menampilkannya di waktu senggang pengguna.

Harapannya tentu adalah supaya pengguna bisa lebih berfokus ketika bekerja atau belajar, dan tidak mudah teralihkan perhatiannya oleh notifikasi. Dalam konteks ini, Apple juga menyiapkan fitur bernama Focus untuk iOS 15 dan iPadOS 15. Focus pada dasarnya memungkinkan pengguna untuk memfilter notifikasi dan aplikasi berdasarkan kebutuhannya.

Jadi ketika sedang bekerja misalnya, pengguna dapat mengaktifkan profil yang akan membatasi notifikasi maupun akses ke aplikasi-aplikasi media sosial. Anggap saja Focus sebagai versi lebih advanced dan merinci dari fitur Do Not Disturb. Focus akan tersinkronisasi antar perangkat via iCloud, jadi selagi aktif di iPhone, profil yang sama juga akan aktif di iPad maupun Mac.

Live Text

Kalau Anda familier dengan Google Lens, maka Anda bakal langsung paham fungsi dari fitur bernama Live Text ini. Dengan memanfaatkan on-device intelligence, perangkat yang menjalankan iOS 15 maupun iPadOS 15 dapat mengenali teks pada tampilan kamera, semisal teks pada halaman buku resep yang hendak difoto. Pengguna pun bisa langsung menyeleksi teks tersebut, menyalin dan menambahkannya ke catatan atau aplikasi lain.

Bukan cuma di kamera, Live Text juga berlaku untuk semua gambar yang tersimpan di perangkat, yang berarti foto-foto lama pun juga dapat diseleksi teksnya. Semisal ada nomor telepon yang tertera di suatu foto, pengguna juga bisa langsung menelepon atau menambahkannya ke kontak dengan mengklik nomor tersebut. Fitur Live Text juga akan tersedia di macOS Monterey.

Safari dirombak total

Tampilan Safari di iOS 15, iPadOS 15, dan macOS Monterey sudah berubah drastis, dengan desain yang jauh lebih minimalis dan navigasi yang lebih baik. Di iOS 15, address bar-nya tak lagi diposisikan di atas, melainkan disatukan dengan tab bar di sisi bawah agar lebih mudah dijangkau menggunakan ibu jari. Untuk berpindah dari satu tab ke yang lain, pengguna bisa mengusap ke kiri atau kanan pada address bar baru tersebut.

Kumpulan tab yang sedang dibuka dapat dikelompokkan menjadi Tab Group, dan ini juga akan tersinkronisasi antar perangkat secara otomatis. Di Mac atau iPad, Tab Group dapat di-drag ke aplikasi lain, dan secara otomatis akan diubah menjadi daftar tautan yang bisa diklik. Terakhir, Apple turut menghadirkan dukungan extension pada Safari di iOS 15 dan iPadOS 15.

Auto translation dan system-wide translation

Setelah lebih dulu hadir di iOS, aplikasi Translate akhirnya juga akan tersedia di iPadOS 15. Apple juga telah menyempurnakannya agar mendukung fitur auto translation, sehingga perangkat dapat mendeteksi percakapan dalam bahasa yang berbeda secara otomatis, lalu menampilkan hasil terjemahannya di layar.

Fitur translation di iOS 15 dan iPadOS 15 kini juga berlaku secara system-wide. Jadi selagi berada di dalam aplikasi apa pun, pengguna bisa menyeleksi suatu teks, lalu mengklik opsi Translate untuk menerjemahkannya. Ya, fitur terjemahan ini juga berlaku untuk fitur Live Text tadi.

Multitasking yang lebih baik di iPad dan Quick Note

iPadOS mengemas fitur multitasking yang cukup lengkap, tapi pengoperasiannya bukanlah yang paling mudah. Di iPadOS 15, Apple ingin membenahinya dengan menghadirkan menu multitasking di sisi atas layar ketika membuka aplikasi. Buka menu tersebut, maka pengguna bisa langsung mengaktifkan mode split screen, tidak perlu lagi mengingat-ingat gestur tertentu. Alternatifnya, pengguna bisa mengaktifkan mode split screen dengan menumpukkan satu aplikasi ke yang lain pada tampilan app switcher

iPadOS 15 juga memperkenalkan fitur multitasking bernama Shelf. Shelf pada dasarnya akan menampilkan semua jendela yang terbuka dari suatu aplikasi. Jadi semisal pengguna menyandingkan Safari dengan beberapa aplikasi lain, tiap-tiap kombinasi Safari dan aplikasi lain itu akan muncul di sebuah tampilan kecil di bagian bawah layar, memberikan alternatif yang lebih cepat ketimbang mengandalkan app switcher.

iPadOS 15 dan macOS Monterey juga kedatangan fitur bernama Quick Note. Jadi selagi pengguna berada dalam aplikasi apapun, mereka bisa memunculkan jendela kecil untuk langsung membuat catatan atau menyimpan tautan, jauh lebih praktis ketimbang harus berpindah ke aplikasi Notes.

Swift Playgrounds kini bukan cuma untuk belajar

 

Awalnya cuma dimaksudkan sebagai medium belajar bahasa pemrograman Swift, Swift Playgrounds di iPadOS 15 telah berevolusi menjadi developer tool tulen. Jadi selain untuk belajar, Swift Playgrounds juga dapat dipakai untuk membuat aplikasi iPhone atau iPad dari nol sampai betul-betul jadi dan siap diajukan ke App Store untuk di-review.

Universal Control

Dari semua pengumuman menarik di WWDC 2021, mungkin ini adalah favorit saya. Universal Control merupakan kelanjutan dari prinsip Continuity yang Apple terapkan untuk semua platform-nya. Berkat Universal Control, pengguna pada dasarnya bisa mengoperasikan Mac sekaligus iPad menggunakan hanya satu keyboard dan mouse saja.

Jadi selagi menggunakan MacBook, pengguna bisa meletakkan iPad di sebelahnya, lalu trackpad beserta keyboard bawaan MacBook pun otomatis dapat dipakai untuk mengoperasikan iPad. Drag-and-drop konten dari satu perangkat ke yang lain pun juga dimungkinkan berkat fitur ini. Universal Control juga berlaku untuk lebih dari dua perangkat. Ya, satu mouse dan keyboard bisa dipakai untuk mengoperasikan MacBook, iPad, dan iMac sekaligus.

Universal Control bekerja dengan memanfaatkan kombinasi iCloud, Wi-Fi, serta Bluetooth. Apple mengklaim tidak perlu ada proses setup yang dijalankan. Asalkan syarat-syaratnya terpenuhi, kursor mouse bisa langsung dipindahkan dari Mac ke iPad, atau sebaliknya, secara seamless.

iCloud+

Buat semua pelanggan berbayar iCloud, layanan mereka nantinya akan di-upgrade menjadi iCloud+. iCloud+ menghadirkan tiga fasilitas ekstra untuk meningkatkan keamanan privasi pelanggan. Yang pertama adalah Private Relay, yang dari perspektif sederhana bisa dianggap sebagai fitur VPN yang terintegrasi ke iCloud. Jadi ketika browsing menggunakan Safari, Private Relay akan memastikan semua traffic yang meninggalkan perangkat akan selalu terenkripsi demi melindungi identitas penggunanya.

Fasilitas yang kedua adalah Hide My Email, yang memungkinkan pengguna untuk menciptakan alamat-alamat email acak untuk dipakai mendaftar suatu layanan atau newsletter. Setelahnya, alamat acak tadi akan meneruskan konten ke inbox alamat email utama pengguna secara otomatis, sangat praktis untuk menjaga kerahasiaan alamat email utama yang dipakai.

Terakhir, iCloud+ juga menghadirkan dukungan HomeKit Secure Video, yang memungkinkan pengguna untuk menyimpan rekaman dari banyak kamera pengawas sekaligus, dan semua itu tidak akan ikut dihitung pada batasan storage masing-masing pelanggan.

Siri kini lebih responsif dan lebih accessible

Pada deretan sistem operasi baru yang diumumkan, kemampuan speech recognition milik Siri bisa berjalan langsung di perangkat secara offline, tanpa perlu mengandalkan bantuan jaringan cloud. Hasilnya adalah, selain lebih menguntungkan buat privasi pengguna, juga kinerja Siri yang jauh lebih responsif dari sebelumnya.

Juga menarik adalah API baru yang disediakan untuk para pengembang perangkat HomeKit, yang dirancang supaya Siri dapat langsung dipanggil dari perangkat-perangkat tersebut. Dengan begitu, pengguna ke depannya bisa langsung berinteraksi dengan Siri di beberapa perangkat smart home tanpa memerlukan iPhone sebagai perantaranya.

Pembaruan untuk AirPods

Apple memang belum menyingkap AirPods baru, tapi mereka telah menyiapkan sejumlah pembaruan yang menarik untuk produk-produk lama mereka. Untuk AirPods Pro misalnya, Apple bakal menghadirkan fitur bernama Conversation Boost. Fitur ini pada dasarnya bakal menyulap AirPods Pro menjadi semacam alat bantu dengar, mengisolasi dan mengamplifikasi suara milik seseorang yang sedang mengajak berbicara, sehingga pengguna bisa mendengarnya secara jelas meski sedang berada di keramaian.

Ke depannya, AirPods Pro dan AirPods Max juga dapat dilacak lokasinya secara akurat via jaringan Find My, tanpa perlu mengandalkan bantuan perangkat AirTag. Semisal pengguna tidak sengaja meninggalkan AirPods Pro di suatu kedai kopi, mereka bakal langsung diingatkan sebelum sepenuhnya beranjak dari kawasan tersebut.

Sumber: Apple.

Apple Hentikan Produksi HomePod Orisinal

Diperkenalkan pertama kali di tahun 2017, HomePod merupakan debut perdana Apple di kategori smart speaker yang mengusung integrasi voice assistant. Seperti yang sudah bisa ditebak dari produk Apple, HomePod hanya menawarkan integrasi Siri, bukan Google Assistant dan juga bukan Amazon Alexa. Hal ini pada akhirnya justru berdampak buruk terhadap penjualan.

Meski tidak ada data pasti yang berasal dari Apple sendiri, penjualan HomePod sepertinya memang tidak begitu baik. Buktinya, Apple baru-baru ini memutuskan untuk menghentikan produksi HomePod sepenuhnya. Speaker seharga $299 itu tidak akan dilanjutkan setelah stoknya habis terjual.

Yang masih akan terus diproduksi ke depannya adalah HomePod Mini, smart speaker bertubuh mungil yang Apple perkenalkan pada bulan Oktober 2020 kemarin. Berhubung HomePod orisinal sudah di-discontinue, ini berarti Apple bisa benar-benar berfokus pada HomePod Mini, yang memang punya peluang lebih besar di pasar berkat harganya yang relatif terjangkau: $99.

HomePod Mini / Apple
HomePod Mini / Apple

Bagi sebagian besar konsumen, khususnya yang sudah berkeluarga, HomePod Mini bakal terkesan lebih menarik ketimbang HomePod orisinal. Dengan modal yang sama, mereka bisa membeli tiga unit HomePod Mini untuk disebar di dalam rumahnya, sehingga mereka dapat menggunakan fitur Intercom yang tersematkan.

Dari segi kualitas suara, HomePod Mini jelas tidak akan bisa mengalahkan HomePod orisinal. Namun mayoritas konsumen mungkin sudah cukup puas dengan suara yang dihasilkan oleh HomePod Mini, dan sejumlah ulasan yang beredar di internet memang banyak yang memberikan nilai positif terkait kualitas suaranya, terutama jika mempertimbangkan ukurannya.

Sama seperti kakaknya, kekurangan terbesar HomePod Mini adalah terkait integrasi voice assistant-nya. Lagi-lagi yang dapat diajak berinteraksi cuma Siri, dan tidak sedikit konsumen yang menyayangkan absennya Google Assistant maupun Alexa. Pun begitu, dengan banderol cuma $99, kekurangan tersebut jauh lebih bisa dimaafkan di HomePod Mini daripada di HomePod orisinal yang berharga tiga kali lipat lebih mahal.

HomePod adalah produk kedua yang Apple discontinue dalam satu bulan terakhir ini. Sebelumnya, mereka sudah lebih dulu menghentikan produksi iMac Pro.

Sumber: TechCrunch.

Apple Luncurkan HomePod Mini, Smart Speaker Mungil Seharga $99

iPhone 12 Mini bukanlah satu-satunya produk bertubuh mungil yang Apple ungkap pada acara peluncuran iPhone 12 semalam. Pada kenyataannya, event tersebut dibuka dengan pengumuman HomePod Mini, alternatif ringkas dari smart speaker bernama sama yang Apple perkenalkan tiga tahun silam.

Tidak seperti HomePod orisinal yang berwujud silindris, bentuk HomePod Mini hampir menyerupai bola. Desainnya langsung mengingatkan saya pada Amazon Echo generasi keempat yang dirilis bulan lalu, akan tetapi bagian atasnya dibuat mendatar sebagai tempat untuk panel sentuh, dan yang juga akan menyala ketika Siri berbicara.

Meski mungil dengan tinggi tidak lebih dari 8,4 cm, HomePod Mini tetap memprioritaskan kualitas suara di atas segalanya, sama kasusnya seperti HomePod standar. Di balik kain bermotif jaring-jaringnya, bernaung satu unit full-range driver racikan Apple sendiri, dibantu oleh sepasang passive radiator untuk menghasilkan bass yang mantap dan treble yang jernih.

HomePod Mini turut dibekali chip Apple S5, yang menurut Apple akan bekerja menganalisis karakteristik dari musik yang dimainkan, lalu mengoptimalkan berbagai parameter secara real-time, termasuk halnya mengatur pergerakan driver dan passive radiator-nya. Seperti halnya HomePod, HomePod Mini juga dirancang supaya dapat menyajikan suara yang konsisten terlepas dari penempatannya di dalam ruangan.

Total ada empat mikrofon yang disematkan pada HomePod Mini. Tiga di antaranya bertugas mendengarkan mantra “Hey Siri”, lalu mikrofon yang keempat berfungsi untuk mengisolasi suara yang keluar dari speaker sendiri agar perangkat dapat mendeteksi suara pengguna dengan lebih baik meski ada musik yang tengah mengalun.

Ya, tentu saja smart speaker non-portable ini masih mengandalkan Siri dan bukan asisten virtual yang lain. Kendati demikian, Apple percaya Siri sudah jauh lebih cerdas daripada sebelumnya, serta mampu mengidentifikasi suara dari beberapa pengguna yang berbeda secara otomatis, sehingga respon yang diberikan akan selalu tepat sasaran.

HomePod Mini juga dapat berperan sebagai sebuah smart home hub, dengan catatan perabot-perabot pintar yang digunakan memang termasuk dalam ekosistem Apple HomeKit. Lalu yang cukup lucu adalah fitur Intercom, yang dirancang supaya pengguna di satu rumah bisa saling berinteraksi lewat beberapa unit HomePod Mini yang tersebar.

Menariknya, Apple juga merancang agar fitur Intercom ini bekerja di perangkat lain seperti iPhone, Apple Watch, MacBook, bahkan AirPods. Jadi kalaupun hanya ada satu HomePod Mini di rumah, semestinya fitur Intercom ini akan tetap berguna, terutama buat konsumen yang memang sudah terlanjur ‘terjerumus’ dalam ekosistem produk Apple.

Rencananya, HomePod Mini akan dipasarkan mulai 16 November mendatang seharga $99. Harganya ini tentu sangat menarik, tapi sayangnya tidak ada integrasi Spotify di sini, yang berarti pelanggan Spotify hanya bisa memutar musik dari layanan tersebut dengan menggunakan metode streaming Bluetooth ketimbang langsung berbicara dengan Siri.

Sumber: Apple.

Mengapa Smart Speaker di Indonesia Belum Sepopuler di Amerika Serikat?

“Alexa, I’m leaving.” Seketika itu pula lampu apartemen dipadamkan, tirai jendela diturunkan, dan penghangat ruangan dimatikan. Pulang kerja dan setibanya di rumah, Alexa kembali dipanggil; “Alexa, cooking time,” dan dalam sekejap lampu dapur langsung menyala, disusul oleh alunan musik upbeat yang di-stream via Spotify.

Kira-kira seperti itulah gambaran keseharian manusia modern. Namun kalau Anda jeli, Anda bisa melihat saya menyebut “penghangat ruangan” ketimbang “AC”. Alasannya, skenario ini jauh lebih mudah dicapai apabila kita tinggal di Amerika Serikat daripada di Indonesia.

Apakah negara kita sebegitu tertinggalnya perihal teknologi sampai-sampai tren smart home yang berpusat pada smart speaker dan integrasi voice assistant sulit diwujudkan? Jelas bukan itu masalahnya, tapi lalu mengapa smart speaker di Indonesia belum sepopuler di AS?

Saya melihat setidaknya ada empat poin penting yang menghambat perkembangan tren smart speaker di tanah air, dan saya akan coba membahasnya satu per satu lewat artikel ini.

Soal bahasa

Google Assistant dalam bahasa Indonesia / Google
Google Assistant dalam bahasa Indonesia / Google

Seperti yang kita tahu, voice assistant macam Alexa, Siri maupun Google Assistant diciptakan untuk berinteraksi secara lisan. Dukungan bahasa Indonesia mungkin sudah tersedia – terutama pada Google Assistant – tapi pada prakteknya komunikasi dengan voice assistant masih lebih mudah dijalani menggunakan bahasa Inggris.

Kalau tidak percaya, silakan cari video review Amazon Echo atau Google Home berbahasa Indonesia di YouTube. Videonya memang dalam bahasa Indonesia, akan tetapi bisa saya pastikan hampir semuanya berinteraksi dengan voice assistant menggunakan bahasa Inggris. Untuk yang sepenuhnya menggunakan bahasa Indonesia, kebanyakan adalah mereka yang iseng mencoba keahlian Google Assistant dalam melawak.

Masalah bahasa ini menurut saya hanyalah masalah waktu. Ketika pertama diluncurkan beberapa tahun lalu, Google Assistant juga tidak langsung bisa berbahasa Indonesia, namun sekarang ia sudah fasih dan pandai membuat lelucon dalam bahasa ibu kita. Seiring waktu, dukungan bahasa voice assistant akan semakin lengkap dan sempurna, dan semoga saja di titik itu kita sebagai konsumen juga jadi makin terbiasa berinteraksi menggunakan bahasa Indonesia.

Bagi yang sudah lancar berbahasa Inggris, saya kira Anda tak akan menemukan kesulitan dalam menggunakan smart speaker. Namun mayoritas tidak demikian, sehingga wajar apabila faktor bahasa ini menjadi penghambat perkembangan tren smart speaker di tanah air – setidaknya untuk saat ini.

Soal perbedaan budaya

Google Home Hub / Google
Google Home Hub / Google

Permasalahan bahasa dalam banyak kesempatan akan selalu dikaitkan dengan masalah perbedaan budaya. Yang membedakan di sini adalah, orang Indonesia cenderung tidak verbal ketika bersentuhan dengan teknologi.

Saya pribadi merasakannya. Saya fasih berbahasa Inggris, akan tetapi Siri di iPhone tidak pernah aktif. Pernah saya mencoba mengaktifkannya dengan maksud supaya lebih mudah memasang alarm (tinggal menginstruksikan Siri secara lisan), tapi ternyata saya jauh lebih terbiasa membuka aplikasi alarm secara manual, atau malah meminta tolong istri saya menyetel alarm di ponsel saya seumpama saya sedang disibukkan dengan hal lain dan tiba-tiba teringat harus bangun lebih awal di keesokan harinya.

Oke lah ini semua hanya masalah kebiasaan, tapi kita semua tahu tidak mudah mengubah suatu kebiasaan, apalagi yang sudah terbentuk sejak kecil. Bagi saya pribadi, kebiasaan ini bisa diubah apabila poin selanjutnya juga sudah bisa teratasi.

Soal ekosistem smart home yang belum besar

Ilustrasi aplikasi untuk mengontrol perangkat smart home. Mengontrol beberapa sekaligus dengan satu frasa jelas lebih mudah lagi / Pixabay
Ilustrasi aplikasi untuk mengontrol perangkat smart home. Mengontrol beberapa sekaligus dengan satu frasa jelas lebih mudah lagi / Pixabay

Pada skenario yang saya singgung di awal, perangkat smart home tentu memegang peranan penting dalam mewujudkannya. Lampu, tirai jendela, dan penghangat ruangan di situ semuanya dapat berkomunikasi via jaringan Wi-Fi, dan voice assistant memegang peran sebagai perantara.

Di Amerika Serikat, ekosistem smart home sudah tergolong sangat maju. Contoh yang paling gampang adalah pintu garasi. Di sana, cukup umum menjumpai rumah-rumah dengan pintu garasi yang dapat membuka sendiri ketika pemiliknya terdeteksi sudah dekat. Di Indonesia, saya yakin populasi penjualnya cukup langka, sebab memang pasarnya kurang cocok.

Ketika ekosistem smart home sudah meluas dan konsumen dapat dengan mudah melengkapi kediamannya dengan perabot-perabot pintar, di titik itulah smart speaker beserta voice assistant di dalamnya bisa berperan secara maksimal. Satu frasa singkat seperti di awal tadi sudah cukup untuk mengoperasikan beberapa perangkat sekaligus.

Google Assistant pada Google Home adalah salah satu yang paling bisa berinteraksi secara alami / Google
Google Assistant pada Google Home adalah salah satu yang paling bisa berinteraksi secara alami / Google

Pabrikan biasa menyebut fitur ini dengan istilah “routines“, dan menurut saya pribadi, routines adalah kunci dari sinergi antara smart speaker dan perangkat smart home. Tanpa routines, sebagian besar perangkat smart home akan terasa gimmicky. Namun dengan routines, kita bisa langsung merasakan bedanya beserta kepraktisan yang ditawarkannya.

Tahun lalu, saya mulai melihat banyak iklan-iklan properti yang mencantumkan “gratis perangkat smart home” sebagai salah satu nilai jual utamanya. Ini bisa menjadi pertanda bahwa ekosistem smart home di negara kita tidak stagnan, meski mungkin progress-nya masih tergolong lambat jika dibandingkan dengan di negara lain.

Kesimpulannya, masih ada harapan terkait perluasan ekosistem smart home di tanah air. Lalu ketika itu sudah terwujud, barulah kita bisa melihat peran esensial smart speaker, dan pada akhirnya kebiasaan kita yang kurang verbal perlahan juga bisa diubah saat sudah merasakan faedahnya.

Soal ketersediaan smart speaker yang terbatas

Apple HomePod / Apple
Apple HomePod / Apple

Poin yang terakhir ini adalah yang paling bisa dimaklumi, sebab perangkat elektronik dari kategori lain pun masih banyak yang serba terbatas ketersediaannya di tanah air. Sebagai produk baru dari kategori yang baru pula, wajar apabila pemasaran smart speaker di Indonesia belum gencar.

Sejauh ini yang saya tahu baru JBL yang sudah memasarkan lini speaker Link-nya di Indonesia. Google Home belum tersedia via jalur resmi, demikian pula Amazon Echo. Bahkan HomePod yang semestinya mudah diboyong ke tanah air – karena iBox yang berada di bawah Erajaya Group memegang hak distribusi eksklusif atas produk Apple – juga belum kunjung tersedia.

Tebakan saya, selain karena kategorinya masih baru, alasan lainnya menyambung poin sebelumnya mengenai ekosistem smart home. Karena ekosistemnya belum luas, peran smart speaker belum bisa maksimal, sehingga pada akhirnya pabrikan maupun distributor masih enggan membawa produk smart speaker-nya ke pasar Indonesia.

Kalau kita lihat, keempat masalah ini sebenarnya dapat teratasi dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. Itulah mengapa saya mencantumkan kata “belum” pada judul ketimbang “tidak”, sebab memang saatnya masih belum tiba buat smart speaker untuk bersinar di pasar Indonesia.

Saya sama sekali tidak bermaksud mencegah Anda yang tertarik membeli, atau malah menjatuhkan yang sudah terlanjur membeli smart speaker. Beli sekarang atau nanti, smart speaker tetap sangatlah bermanfaat, hanya saja manfaatnya nanti (ketika tantangan-tantangan di atas sudah terlewati) akan lebih terasa lagi daripada sekarang.

Google Assistant Kini Mendukung Fitur Siri Shortcuts di iOS 12

Dibandingkan Siri, Google Assistant jauh lebih superior dalam banyak hal. Masalahnya, mengakses Assistant di perangkat iOS tidak sepraktis di Android. Kalau di Android kita tinggal mengucapkan “OK Google” diikuti oleh instruksi atau pertanyaannya, di iOS kita harus membuka aplikasi Assistant secara manual terlebih dulu.

Namun Google seakan tidak kehabisan akal. Mereka baru saja meluncurkan update aplikasi Assistant yang menghadirkan dukungan atas fitur Siri Shortcuts pada iOS 12. Siri Shortcuts, bagi yang tidak tahu, memungkinkan pengguna untuk meracik frasa custom guna mengakses beragam fungsi aplikasi pihak ketiga via Siri.

Berkat Siri Shortcuts, pengguna sekarang bisa menetapkan frasa seperti “OK Google” atau “Hey Google”. Lalu ketika mereka mengucapkan frasa tersebut ke Siri, aplikasi Assistant akan dibuka secara otomatis, dan ganti Assistant yang siap mendengarkan instruksi atau pertanyaan selanjutnya dari pengguna.

Semuanya bakal terdengar lucu dan kurang elegan ketika kita mengucapkan “Hey Siri, OK Google” demi memanggil Assistant di iOS secara lebih mudah. Namun itu masih lebih praktis ketimbang harus memanfaatkan widget Assistant pada lock screen atau sebelah kiri home screen.

Berhubung Google Assistant sendiri bisa dipakai untuk mengontrol perangkat smart home, pengguna perangkat iOS juga dapat memanfaatkan Siri Shortcuts untuk keperluan tersebut. Contohnya, frasa “Goodnight Google” yang kita ucapkan ke Siri bakal membuka aplikasi Assistant dan menjalankan fungsi untuk mematikan semua lampu pintar yang terhubung secara otomatis.

Saya yakin sampai kapan pun Apple tak akan membiarkan Google Assistant bisa terintegrasi langsung ke iOS, sehingga teknik berbasis Siri Shortcuts ini adalah cara paling praktis buat pengguna iOS yang lebih memilih Assistant ketimbang Siri. Untuk menggunakannya, pastikan Anda sudah meng-update aplikasi Assistant ke versi yang paling baru (versi 1.4.6108).

Sumber: The Verge.

Bermacam Fungsi pada Mobil Besutan VW Sekarang Bisa Dikontrol dengan Siri

Siapa yang menyangka voice assistant bakal memegang peran sepenting ini dalam kehidupan manusia? Awalnya hanya dipandang sebagai gimmick di smartphone, voice assistant sekarang juga sudah menjadi salah satu komponen esensial buat sistem infotainment mobil. Tidak percaya? Lihat saja apa yang baru-baru ini diumumkan VW.

Mereka mengumumkan integrasi yang cukup mendalam antara aplikasi smartphone-nya, VW Car-Net, dengan Siri di perangkat iOS. Menggunakan perangkat dengan iOS 12, pemilik mobil VW yang kompatibel bisa meminta bantuan Siri untuk mengunci atau membuka mobilnya.

Itu baru satu fungsi. Sisanya masih ada fungsi untuk mengecek estimasi jarak tempuh dengan bahan bakar yang tersisa, serta fungsi untuk membunyikan klakson atau mengedipkan lampu depan. Berhubung ini Siri yang kita bicarakan, fungsi-fungsi tersebut bisa diaktifkan dengan frasa seperti “Hey Siri, lock my car” dan sejenisnya.

Pada kenyataannya, VW sengaja membuat agar aplikasinya ini kompatibel dengan Siri Shortcuts, sehingga pengguna bebas menciptakan frasa-frasa perintahnya sendiri, semisal untuk menyesuaikan suhu dalam kabin, mengaktifkan komponen defroster, atau malah menanyakan lokasi mobilnya di sebelah mana.

Ya, Siri Shortcuts bukan sekadar untuk mengontrol perangkat smart home atau memudahkan workflow aplikasi mobile. VW Car-Net merupakan bukti bahwa fitur tersebut juga berlaku untuk memanjakan pengemudi dan penumpang mobil.

VW memang bukan yang pertama menerapkan voice assistant dalam mobil, tapi pendekatan yang mereka ambil cukup menarik. Mereka mungkin tengah menyiapkan voice assistant-nya sendiri, tapi setidaknya untuk sekarang konsumen sudah bisa menikmati kemudahannya dengan bantuan Siri.

Sumber: VentureBeat dan Volkswagen.

Philips Hue Kini Mendukung Fitur Siri Shortcuts di iOS 12

Dibandingkan Google Assistant, Siri memang tertinggal jauh hampir di segala aspek. Namun sejak iOS 12, Siri setidaknya sudah bisa berkomunikasi dengan aplikasi pihak ketiga, yang berarti pengguna dapat meminta bantuannya untuk mengakses fitur dari bermacam aplikasi.

iOS 12 juga menghadirkan Siri Shortcuts, yang memungkinkan pengguna untuk menginstruksikan Siri memakai frasa bikinannya sendiri. Kabar baiknya, Philips Hue kini sudah mendukung fitur Siri Shortcuts.

Menggunakan frasa “dinner time” misalnya, Siri dapat memerintahkan Hue untuk berganti warna menjadi “Savannah Sunset”, lalu sekaligus mengaktifkan Do Not Disturb, memutar musik, dan lain sebagainya. Semua ini dapat dikustomisasi melalui aplikasi bawaan bernama Shortcuts di iOS 12.

Philips Hue App

Di samping itu, Siri rupanya juga bisa mempelajari pola penggunaan Hue, lalu menyajikan rekomendasi shortcut secara proaktif berdasarkan waktu yang tepat. Jadi semisal Anda sering mengganti tema warna Hue menjadi “Yoga” di sore hari, ke depannya Siri bakal menampilkan shortcut-nya secara otomatis di waktu yang sama.

Sebelum ini, pengguna sebenarnya sudah bisa menikmati fungsi yang sama melalui aplikasi pendamping Philips Hue sendiri. Namun Siri Shortcuts semestinya dapat semakin memudahkan prosesnya. Satu hal yang perlu dicatat, fitur ini memerlukan Philips Hue Bridge 2.0 untuk bisa berfungsi.

Kehadiran Siri Shortcuts semestinya bisa mendorong pengguna perangkat iOS untuk lebih sering meminta bantuan Siri, yang pada akhirnya bisa membuatnya jadi semakin pintar (karena sifat dasarnya yang selalu mempelajari pola penggunaan).

Sumber: 9to5Mac.

Dukungan AirPlay 2 Akhirnya Tersedia di Sejumlah Speaker Sonos

Seperti yang sudah diberitakan sebelumnya, fitur unggulan yang dibawa oleh iOS 11.4 adalah AirPlay 2. Dukungan atas protokol wireless baru ini akhirnya sudah mendarat di lini produk Sonos, dan secara langsung menghadirkan kapabilitas baru pada deretan speaker multi-room tersebut.

Yang paling utama, speaker Sonos sekarang dapat memutar audio dari berbagai aplikasi di perangkat iOS, dengan catatan aplikasinya turut mendukung AirPlay. Selama bertahun-tahun, Sonos hanya bisa memutar audio dari aplikasi pendampingnya sendiri, dan kasusnya tak lagi demikian dengan kehadiran AirPlay 2.

Audio yang berasal dari aplikasi streaming video seperti YouTube dan Netflix pun juga dapat diteruskan ke Sonos via AirPlay. Dari kacamata sederhana, cara kerja speaker Sonos sekarang jadi lebih mirip seperti speaker Bluetooth biasa berkat AirPlay 2, meski batasannya masih tergantung pada kompatibilitas aplikasi.

Sonos AirPlay 2

Selanjutnya, bagi pelanggan layanan Apple Music, Anda sekarang dapat meminta bantuan Siri untuk mengontrol jalannya musik di speaker Sonos. Perlu dicatat, Anda masih harus berbicara dengan Siri via perangkat iOS, bukan lewat speaker Sonos secara langsung.

Yang bisa langsung adalah dengan Alexa, sebab asisten virtual besutan Amazon ini telah terintegrasi ke sejumlah speaker besutan Sonos. Yang menarik, Siri dan Alexa bisa diajak berinteraksi secara bergantian. Jadi misalnya, Anda bisa meminta tolong Siri untuk memutar playlist favorit di Apple Music, lalu ganti memanggil Alexa untuk menyesuaikan volumenya pada Sonos.

Dukungan AirPlay 2 sudah bisa dinikmati oleh konsumen Sonos melalui software update gratisan. Pun begitu, yang kompatibel hanyalah Sonos One, Sonos Playbase, Sonos Play:5 generasi kedua, dan yang paling baru, soundbar mini Sonos Beam.

Sumber: Sonos.

Indonesia’s RMKB Ventures Invests at AI Startup Vahan

An Indonesia-based investment firm, RMKB Ventures, invests in Vahan, an AI startup. Also participated in seed funding round are a number of Googlers, Spike Ventures, and some India’s startup executives. Funding will be used for product and team development to support expansion plans in India, Indonesia, and the Middle East.

Co-founded by Madhav Krishna and Mohammed Abdoolcarim, Vahan’s vision is to build an automated voice assistant platform for business, like Siri or Alexa, which can be implemented in popular messaging platforms, such as WhatsApp.

Krishna’s background is in AI and machine learning. He’s graduated from Columbia University, while Abdoolcarim, a Stanford graduate, was a Google and Siri’s Product Manager.

Vahan‘s solution resembles chatbot with a twist. It has the ability to understand conversational voice input, currently accommodating English and local languages in India, especially Hindi (including daily conversation). Vahan said its current product development is to understand conversations in Indonsian.

Vahan targets to capture one million users in India and Indonesia. It’s expecting to raise Series A funding this year.

Chatbot-based customer service solutions in Indonesia have started to emerge. Some of them are Kata.ai and Bang Joni. Nevertheless, no development that we know of is currently built for voice-based conversations.

Abdoolcarim said to DailySocial that the company is exploring a partnership with Go-Jek and Grab. The following video explains Vahan’s capability:

RMKB Ventures‘ Founding Partner, Ronald Ishak, to DailySocial said, “We see the potential [system] disruption of customer service systems using machine learning that becomes increasingly sophisticated. We also support founders tahat having a strong background, graduated from Stanford University and once led [product development] in Siri. Vahan built Siri for business and we are very excited to work with them.”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

RMKB Ventures Terlibat Pendanaan untuk Startup Artificial Intelligence Vahan

Perusahaan investasi Indonesia RMKB Ventures terlibat dalam pendanaan awal, yang tak disebutkan jumlahnya, untuk startup Artificial Intelligence Vahan. Selain RMKB, juga turut berpartisipasi sejumlah Googler, Spike Ventures, dan sejumlah eksekutif startup-startup yang berbasis di India. Dana yang diperoleh akan digunakan untuk pengembangan produk dan tim untuk mendukung rencana berekspansi di India, Indonesia, dan Timur Tengah sebagai target pasar utama.

Vahan yang didirikan oleh Madhav Krishna dan Mohammed Abdoolcarim memiliki visi membangun platform asisten virtual berbasis suara untuk bisnis yang diimplementasikan dalam platform messaging, misalnya WhatsApp. Bayangkan Vahan sebagai Siri atau Alexa untuk solusi bisnis.

Krishna disebut memiliki latar belakang keilmuan AI dan machine learning dari Columbia University, sementara Abdoolcarim yang berstudi di Stanford University sebelumnya pernah Menjadi Product Manager untuk Google dan Siri.

Disebutkan bahwa solusi yang dikembangkan Vahan, seperti chatbot tapi dengan kemampuan memahami input percakapan, saat ini sudah mengakomodasi Bahasa Inggris dan bahasa lokal di India, khususnya Hindi (termasuk bahasa percakapan sehari-hari). Vahan mengklaim saat ini sedang mengembangkan produk untuk memahami percakapan dalam Bahasa Indonesia.

Vahan menargetkan untuk memperoleh total pengguna satu juta pengguna di India dan Indonesia, serta berharap menggalang dana Seri A tahun ini.

Solusi layanan pelanggan berbasis chatbot bahasa Indonesia di platform messaging sudah mulai bermunculan, seperti Kata.ai dan Bang Joni, meskipun demikian belum ada yang mengembangkannya lebih lanjut untuk memahami percakapan berbasis suara.

Kepada DailySocial, Abdoolcarim menyebutkan pihaknya sedang menjajaki kemitraan dengan Go-Jek dan Grab. Video berikut menjelaskan contoh implementasi yang bisa dilakukan Vahan:

Founding Partner RMKB Ventures Ronald Ishak kepada DailySocial berkomentar, “Kami melihat potensi disrupsi [sistem] layanan pelanggan menggunakan machine learning yang secara berkelanjutan menjadi semakin pintar. Kami juga mendukung para pendiri yang memiliki latar belakang kuat, yaitu lulusan Stanford University dan pernah memimpin [pengembangan produk] di Siri. Vahan membangun Siri untuk bisnis dan kami sangat bersemangat untuk bekerja sama dengan mereka.”