LG XBOOM AI ThinQ WK9 Ramaikan Persaingan Smart Display Google Assistant

Lenovo dan JBL resmi memulai tren smart display Google Assistant pada bulan Agustus lalu, kemudian disusul oleh Google sendiri belum lama ini. Sekarang giliran LG yang unjuk gigi lewat perangkat bernama lengkap LG XBOOM AI ThinQ WK9.

Namanya mungkin terdengar paling kompleks sekaligus konyol, akan tetapi yang menonjol dari perangkat ini sebenarnya adalah fokusnya pada sektor audio. LG mengaku bahwa mereka telah bekerja sama dengan Meridian Audio dalam pengembangan produk ini, dan reputasi Meridian sebagai pemasok sistem audio untuk mobil-mobil mewah besutan Land Rover maupun Jaguar jelas tak boleh diremehkan.

Secara teknis, WK9 memang mirip seperti JBL Link View yang mengadopsi konfigurasi stereo. Bedanya, LG mengklaim WK9 punya output daya yang terbesar di angka 20 W. Jadi selain dapat menghasilkan suara yang jernih, volumenya semestinya juga cukup keras untuk mengisi satu ruangan yang agak besar. Sebagai referensi ekstra, bobot perangkat ini memang cukup berat di angka 1,51 kg.

LG XBOOM AI ThinQ WK9

Sepasang speaker itu mengapit layar sentuh 8 inci beresolusi HD. Apa yang konsumen lihat pada layarnya merupakan tampilan dari sistem operasi yang sama seperti yang terdapat pada Google Home Hub, yakni Android Things. Di atas layar tersebut, ada kamera 5 megapixel untuk video calling.

Seperti halnya smart display lain, WK9 juga dapat digunakan untuk mengontrol beragam perangkat smart home, termasuk halnya jajaran produk LG ThinQ lainnya. Di Amerika Serikat, LG XBOOM AI ThinQ WK9 saat ini sudah dipasarkan seharga $300 – paling mahal di antara kompetitornya yang masih satu platform.

Sumber: LG.

Terbuat dari Kayu Asli, Mui Dapat Menampilkan Beragam Informasi Sekaligus Menjadi Pusat Kendali Perangkat Smart Home

Peluncuran Google Home Hub belum lama ini semakin membuktikan bahwa tren smart display speaker sedang naik daun. Berbekal layar sentuh, perangkat yang masuk dalam kategori ini sangat ideal untuk menampilkan konten secara interaktif, sekaligus menjadi pusat kendali ekosistem smart home.

Maka dari itu, tidak heran apabila pabrikan berusaha semaksimal mungkin agar desain perangkat semacam ini bisa kelihatan melebur dengan interior rumah. Untuk urusan itu, sepertinya belum ada yang bisa menandingi karya pabrikan asal Jepang bernama Mui berikut ini.

Seperti yang bisa Anda lihat pada gambar di atas, wujud Mui tidak lebih dari sebilah balok kayu utuh – dalam bahasa Jepang, “mui” berarti “keheningan”. Namun ketika permukaannya Anda sentuh, seketika itu juga backlight berwarna putih akan menyala dan menampilkan beragam informasi.

Mui

Sihir apa yang diterapkan pengembangnya? Well, mereka ini sebelumnya pernah bekerja di Nissha, perusahaan spesialis sensor sentuh kapasitif asal Jepang yang produknya bisa kita jumpai di Nintendo Switch. Keahlian tersebut pada akhirnya mereka kawinkan dengan jiwa seni dan kecintaan terhadap bahan baku alami.

Ya, Mui terbuat dari kayu asli dan ditawarkan dalam sejumlah varian kayu yang berbeda. Namun estetika belum menceritakan kisahnya secara lengkap, sebab Mui juga merupakan display interaktif yang sangat fungsional.

Selain menampilkan informasi cuaca dan sebagainya, Mui juga dapat mengontrol perangkat smart home via platform IFTTT. Kalau perlu, ia juga dapat difungsikan sebagai saklar pintar untuk mengatur tingkat kecerahan lampu Philips Hue yang tersambung.

Mui

Integrasi mikrofon berarti Anda juga dapat mengoperasikannya via perintah suara, termasuk untuk mengirimkan pesan teks. Jangan bayangkan informasinya sepadat di Google Home Hub, akan tetapi melihat tampilan interaktif yang keluar dari balik sebuah kayu tetap saja memberikan sensasi yang sangat unik.

Seperti halnya gadget lain yang berbahan kayu, Mui tidak murah. Di situs crowdfunding Kickstarter, ia bisa dipesan dengan harga paling murah $499 saat ini. Harga ritelnya diperkirakan berkisar $999. Anggap saja Anda membeli sebuah furniture yang kebetulan cukup pintar untuk dijadikan pengontrol perangkat smart home.

Sumber: The Verge.

Facebook Dikabarkan Sedang Mengerjakan Aksesori untuk TV dengan Fungsi Video Calling

Facebook membuat kejutan baru-baru ini dengan meluncurkan sepasang smart display speaker dengan fungsi utama untuk video calling bernama Portal dan Portal+. Pengumuman ini dinilai mengejutkan sebab Facebook sendiri sedang dilanda skandal privasi yang cukup serius di kampung halamannya.

Portal dan Portal+ juga merupakan hardware pertama bikinan Facebook di luar Oculus, yang merupakan hasil akuisisi. Berhubung kedua perangkat itu baru akan dipasarkan pada bulan November mendatang, kita tentu belum bisa menilai sukses atau tidaknya.

Kendati demikian, Facebook sudah punya rencana mengenai hardware mereka selanjutnya. Perangkat baru ini merupakan semacam webcam yang bisa didudukkan di atas TV (plus mungkin menyambung via HDMI), sehingga TV dapat digunakan untuk video calling. Teknologi yang digunakan kurang lebih sama seperti yang terdapat pada Portal dan Portal+.

Berdasarkan informasi yang diterima oleh Cheddar dari sumber terpercaya, perangkat ini masih dalam tahap pengembangan. Facebook menjulukinya dengan codename “Project Ripley” secara internal, dan perilisannya dijadwalkan berlangsung pada musim semi 2019, meski ini masih belum pasti.

Di samping fitur percakapan video, Ripley juga mengusung integrasi Facebook Watch, layanan streaming video ala YouTube yang belum lama ini diluncurkan secara global. Facebook Watch juga merupakan salah satu suguhan Portal dan Portal+, dan Facebook sudah punya rencana untuk menambahkan integrasi layanan lain ke depannya (meski kans untuk YouTube tergolong kecil).

Sumber: Cheddar.

Google Luncurkan Smart Display Speaker dan Chromecast Generasi Ketiga

Google banyak memperkenalkan hardware baru dalam sebuah event yang digelar di kota New York semalam. Bintang utamanya tentu saja adalah Pixel 3 dan Pixel 3 XL, diikuti oleh tablet Chrome OS Pixel Slate.

Namun Pixel bukan satu-satunya lini produk yang kedatangan anggota keluarga baru. Google turut mengungkap Google Home Hub untuk bersaing dengan perangkat seperti Amazon Echo Show dan Facebook Portal di segmen smart display speaker, serta Chromecast generasi ketiga.

Google Home Hub

Google Home Hub

Google Home, seperti yang kita tahu, adalah lini smart speaker yang dibekali integrasi Google Assistant. Hub pada dasarnya menawarkan pengalaman yang lebih interaktif berkat layar sentuh 7 inci yang memenuhi bagian depannya. Entah mengapa Google menolak menyebutkan resolusi panel LCD yang digunakan, tapi semestinya paling tidak sudah beresolusi HD.

Tepat di atas layar tersebut tertanam sepasang mikrofon far-field untuk menangkap perintah suara pengguna dari kejauhan. Di antara mikrofon tersebut, ada sensor yang memungkinkan Hub untuk menyesuaikan tingkat kecerahan dan temperatur warna layarnya secara otomatis, menyesuaikan dengan kondisi pencahayaan di sekitar.

Google Home Hub

Output audionya ditunjang oleh sebuah full-range driver yang tersimpan di bagian dudukan layar. Bagian ini pun telah dibungkus bahan fabric khas lini Google Home, dengan empat pilihan warna yang tersedia: abu-abu, hitam, pink dan mint. Google tak lupa menyematkan Bluetooth 5.0 pada Hub.

Terkait fungsionalitas, apa yang ditawarkan Hub semestinya sama persis seperti Lenovo Smart Display dan JBL Link View, yang juga merupakan smart display speaker bertenaga Google Assistant, dengan sistem operasi Android Things.

Satu hal yang perlu dicatat, Hub tidak dilengkapi kamera, yang berarti ia tak dapat digunakan untuk video calling. Sebaliknya, video calling merupakan fitur yang dijadikan penawaran utama oleh Facebook Portal.

Google Home Hub akan segera dipasarkan mulai 22 Oktober mendatang di Amerika Serikat, Inggris dan Australia. Harganya dipatok $149, sudah termasuk gratis berlangganan YouTube Premium selama enam bulan.

Chromecast (3rd Gen)

Chromecast (3rd Gen)

Untuk Chromecast, perubahan yang dibawa generasi ketiganya ini sebenarnya tidak terlalu banyak. Desainnya direvisi menjadi lebih simpel, dan kini mengusung logo Google ketimbang Chrome. Pilihan warnanya kini cuma ada putih dan hitam.

Dimensinya tetap ringkas, dengan diameter 51,8 mm dan tebal 13,8 mm, serta bobot hanya 40 gram. Kabel HDMI-nya lagi-lagi menyatu dengan perangkat, dan ia masih memerlukan suplai daya dari adaptor via micro USB.

Google mengklaim performanya lebih cepat 15%, tapi yang lebih penting adalah, Chromecast baru ini telah mendukung resolusi 1080p 60 fps, bukan lagi 720p seperti generasi sebelumnya – kalau 4K yang Anda cari, Chromecast Ultra masih bisa dijadikan pilihan.

Chromecast (3rd Gen)

Saat sedang tidak digunakan, perangkat bisa menampilkan koleksi foto yang tersimpan di Google Photos pada TV. Ke depannya, Google juga akan menambahkan dukungan multi-room audio pada Chromecast generasi baru ini sehingga ia dapat difungsikan layaknya Chromecast Audio.

Selebihnya, Chromecast (3rd Gen) masih sama seperti sebelumnya. Harganya pun tidak berubah: $35. Saat ini Google telah memasarkannya di sejumlah negara, dan akan menyusul ke lebih banyak lagi tahun depan.

Sumber: Google 1, 2.

Facebook Portal dan Portal+ Adalah Smart Display Speaker dengan Fokus pada Fungsi Video Call

Facebook resmi terjun ke bisnis hardware. Mereka baru saja memperkenalkan Portal dan Portal+, semacam smart display speaker ala Amazon Echo Show, tapi dengan video calling sebagai fungsi utamanya.

Portal adalah yang paling mirip dengan Echo Show. Ia dibekali layar sentuh 10,1 inci dengan resolusi 1200 x 800 pixel. Tepat di bawahnya, tersimpan dua full-range driver dengan output audio sebesar 10 watt.

Facebook Portal+

Portal+ di sisi lain mengemas layar sentuh 15,6 inci beresolusi 1920 x 1080 pixel. Selain lebih besar dan lebih lebar, layarnya ini bisa diubah orientasinya antara horizontal atau vertikal. Audionya juga lebih bertenaga, dengan output 20 watt dari sepasang tweeter dan sub-woofer 4 inci.

Letak perbedaan Portal dan Portal+ berhenti di sana. Selebihnya, keduanya menjanjikan fungsionalitas yang sama persis. Utamanya adalah kamera 12 megapixel dengan sudut pandang seluas 140°, yang dibantu oleh AI (artificial intelligence) untuk melakukan panning dan zooming secara otomatis.

Facebook Portal

Keduanya turut dilengkapi empat buah mikrofon (dua di depan dan dua di belakang) guna menangkap suara dari segala arah. Pengguna juga dapat mengoperasikan Portal dengan perintah suara; memanggilnya menggunakan frasa “Hey Portal”, atau memanggil Alexa yang sudah terintegrasi sepenuhnya.

Facebook Portal

Integrasi sejumlah layanan streaming tak lupa disematkan (Spotify, Facebook Watch, dll). Sayang sekali tidak ada YouTube maupun Netflix di sini. Facebook berencana menambah jumlah layanan yang terintegrasi, akan tetapi tidak ada yang bisa memastikan apakah nantinya YouTube dan Netflix juga bakal tersedia.

Terakhir, Facebook Portal juga menawarkan fitur Story Time, yang pada dasarnya bakal menyulap sesi panggilan video bersama seorang anak menjadi sesi storytelling yang immersive dengan bantuan AR (augmented reality).

Facebook Portal

Saat semua fitur itu sedang tidak digunakan, Portal dan Portal+ akan menampilkan kumpulan foto dan video dari akun Facebook pengguna. Sejumlah notifikasi juga akan ikut disajikan, termasuk halnya pengingat ulang tahun.

Namun yang menjadi tanda tanya terbesar mungkin adalah seputar privasi. Facebook sadar betul bahwa ini bukan kekuatan utama mereka, namun mereka tetap berupaya meyakinkan konsumen lewat cara-cara berikut ini.

Facebook Portal

Yang pertama, kamera dan mikrofon milik Portal dan Portal+ dapat dinonaktifkan dengan satu sentuhan. Kalau itu ternyata masih kurang, pengguna juga dapat menutupi kameranya dengan cover plastik yang termasuk dalam paket pembelian.

Kedua, Facebook juga memastikan tidak ada percakapan video yang mereka dengarkan atau simpan di server. Enkripsi pun tidak lupa diterapkan pada semua sesi panggilan video. Terkait perintah suara, Portal hanya akan meneruskan ke server setelah pengguna mengucapkan mantra “Hey Portal”.

Facebook Portal

Terakhir, fitur-fitur berbasis AI, seperti kemampuan panning dan zooming otomatis kameranya tadi, berjalan langsung di perangkat, bukan melalui server Facebook. Kameranya pun tidak menggunakan teknologi pengenal wajah untuk mengidentifikasi identitas pengguna.

Facebook tentu berharap semua ini bisa cukup meyakinkan konsumen untuk menggunakan Portal dan Portal+ tanpa khawatir perihal privasi. Di Amerika Serikat, keduanya akan dipasarkan mulai bulan November, masing-masing seharga $199 (Portal) dan $349 (Portal+).

Sumber: Facebook.

Lenovo Smart Display Mulai Dipasarkan, Disusul oleh JBL Link View

Perangkat smart display bertenaga Google Assistant akhirnya resmi meluncur ke pasaran, meski baru di Amerika Serikat saja. Kita tahu sejauh ini sudah ada empat pabrikan berbeda yang menyiapkan smart display-nya masing-masing, yakni Lenovo, JBL, LG dan Sony. Namun yang paling cepat membawanya ke publik rupanya adalah Lenovo.

Lenovo Smart Display, demikian nama resminya, terbilang unik karena datang dalam dua ukuran: 8 inci beresolusi HD dan 10 inci beresolusi full-HD. Keduanya sama-sama dibekali speaker 10 watt yang diposisikan di sebelah kiri layar (varian 10 inci punya speaker yang sedikit lebih besar), dan desainnya secara keseluruhan tampak sangat elegan.

Bersamaan dengan peluncuran ini, Google juga menjelaskan lebih detail mengenai apa saja yang bisa konsumen lakukan bersama perangkat smart display. Kita tahu bahwa sistem operasinya, Android Things, tidak bisa diisi aplikasi semudah perangkat Android biasa, akan tetapi Google telah membekalinya dengan cukup banyak aplikasi sekaligus; termasuk layanan-layanan dari mereka seperti Calendar, Duo, Photos, Maps, News dan YouTube.

Bicara soal YouTube, semua konsumen Smart Display bakal mendapat akses ke layanan berlangganan YouTube Premium secara cuma-cuma selama tiga bulan. Untuk konten audio, pilihannya malah lebih banyak lagi: YouTube Music, Spotify, Pandora, iHeartRadio, TuneIn, Google Podcast, bahkan juga Google Play Books.

Fitur Routines milik Google Assistant pun turut tersedia di sini. Cukup dengan mengucapkan “Hey Google, good morning”, perangkat bakal langsung menyajikan ringkasan prakiraan cuaca, informasi lalu lintas, reminder, agenda, beserta video berita terkini. Mengendalikan perangkat smart home pun juga bisa dilakukan via Smart Display.

JBL Link View / JBL
JBL Link View / JBL

Di AS, Lenovo Smart Display dibanderol seharga $200 untuk varian 8 inci dan $250 untuk varian 10 inci. Setelahnya, smart display besutan JBL, yaitu JBL Link View yang akan menyusul di awal bulan September. Layarnya cuma 8 inci, namun harganya dipatok $250, padahal desainnya menurut saya lebih jelek ketimbang milik Lenovo.

Mengapa bisa demikian? Karena JBL Link View semestinya punya kualitas suara yang lebih baik daripada milik Lenovo. Pertama, kita tahu pengalaman panjang JBL di dunia audio. Kedua, di dalamnya bukan cuma satu driver berdaya 10 watt, tapi sepasang driver dengan diameter masing-masing 51 mm.

Secara fungsi keduanya semestinya sama. Sekarang kita tinggal menunggu seperti apa buatan LG dan Sony nanti, dan ada aspek unik apa yang ditawarkannya dibanding besutan Lenovo dan JBL ini.

Sumber: Google dan 9to5Google.

Tren Voice Assistant dan Kemunculan Kategori Produk Baru, Smart Display Speaker

Ada pemandangan yang tidak biasa saat perwakilan DailySocial bertandang ke Las Vegas guna menghadiri perhelatan CES 2018 dua pekan lalu: logo Alexa dan Google Assistant tampak bertebaran di mana-mana. Dari keduanya, Google tampil lebih agresif, menempatkan personil-personilnya di semua booth perangkat yang mendukung Google Assistant, sampai menyulap kereta monorel Las Vegas menjadi baliho berjalan bertuliskan “Hey Google”.

Untuk pertama kalinya dalam sejarah, kehadiran Google begitu terasa di CES meskipun mereka sama sekali tidak membawa perangkat keras buatannya sendiri, dan ini juga bukan disebabkan oleh sejumlah smartphone Android yang dipamerkan. Virtual assistant, voice assistant, smart assistant, atau apapun nama yang lebih sreg di benak Anda, bakal menjadi kunci di balik inovasi-inovasi teknologi yang bakal kita jumpai sepanjang tahun 2018 ini.

Terlepas dari persaingan panas antara Alexa dan Google Assistant, tidak bisa dipungkiri bahwa pengaruh yang dibawa keduanya begitu besar. Begitu besarnya, voice assistant pada dasarnya berhasil memicu kemunculan kategori produk baru, dan produk ini lebih menjurus ke sisi lifestyle ketimbang gadget secara umum.

Tren voice assistant dan kemunculan kategori smart display speaker

Amazon Echo Show / Amazon
Amazon Echo Show / Amazon

Produk yang saya maksud adalah smart display speaker, yang sejatinya merupakan smart speaker dengan imbuhan layar sentuh interaktif. Amazon memulai kategori ini lewat Echo Show yang diperkenalkan Mei tahun lalu, kemudian Google menyusul baru-baru ini melalui mitra-mitranya seperti JBL, Lenovo, LG dan Sony. Dalam kesempatan yang sama, Baidu juga memamerkan perangkat serupa dengan voice assistant besutannya sendiri.

Bagi saya pribadi, smart display speaker semacam ini lebih cocok dikategorikan sebagai produk lifestyle. Mengapa? Ada banyak alasan. Salah satunya, hampir semuanya mengusung desain apik yang lebih pantas dijadikan dekorasi rumah ketimbang disembunyikan di sudut ruangan.

JBL Link View / Harman
JBL Link View / Harman

Foto produk Amazon Echo Show dan JBL Link View sama-sama menunjukkan skenario penggunaannya di dapur. Perpaduan layar yang menampilkan resep masakan, plus voice assistant yang bertugas membacakan konversi satuan-satuan bahan makanan yang dipakai, membuat smart display speaker begitu ideal untuk skenario ini.

Namun dalam hati saya bertanya, bukankah tablet yang didudukkan di atas unit docking sebenarnya juga bisa difungsikan serupa? Benar saja, tapi smart display speaker tetap lebih unggul soal ini karena mengemas mikrofon yang selalu aktif mendengarkan instruksi dari pengguna. Dengan tablet, pengguna harus lebih dulu membuka aplikasi voice assistant-nya.

Singkat cerita, hampir semua yang smart display speaker bisa lakukan sebenarnya juga bisa dilakukan oleh tablet. Akan tetapi menyebut smart display speaker sebagai sebuah speaker yang ditempeli tablet adalah oversimplification alias penyederhanaan yang terlalu berlebih.

Komponen spesifik seperti mikrofon yang always-on dan yang biasanya mengadopsi teknologi beam-forming (bisa menangkap suara dari kejauhan meski sedang ada musik yang diputar cukup keras), membuat kinerja smart display speaker lebih efektif untuk semua hal yang mengandalkan perintah suara sebagai interface utamanya.

Smart display speaker vs. smart speaker

Google Home Max / Google
Google Home Max / Google

Smart display speaker di sisi lain juga tidak bermaksud menjadi smart speaker versi premium. Segmen itu sebenarnya sudah diisi oleh produk seperti Google Home Max, dan tidak lama lagi, Apple HomePod. Setidaknya untuk sekarang, kualitas audio premium dan layar sentuh interaktif masih belum bisa dijadikan satu paket.

Kalau melihat tampilan layar JBL Link View misalnya, wajar apabila kita berasumsi bahwa smart display speaker menjalankan sistem operasi Android, sedangkan smart speaker tidak. Pada kenyataannya, Google sudah menyiapkan platform baru untuk smart display speaker yang dijuluki Android Things.

Lenovo Smart Display / Lenovo
Lenovo Smart Display / Lenovo

Dari kacamata sederhana, Android Things adalah varian khusus Android yang diperuntukkan perangkat IoT (Internet of Things). Anda tidak bisa menjalankan aplikasi Android seperti biasa di smart display, yang ada justru adalah tampilan berbasis web yang telah dikemas dalam interface serba kartu seperti di Google Now.

Meng-install software update di smart display pastinya lebih mudah karena bisa langsung dari layarnya sendiri, sedangkan di smart speaker seperti Google Home, dibutuhkan smartphone sebagai perantaranya. Terlepas dari itu, baik smart display maupun smart speaker sama-sama didampingi oleh voice assistant yang sama cerdasnya.

Alexa punya Skills, Google Assistant punya Actions / Amazon
Alexa punya Skills, Google Assistant punya Actions / Amazon

Pernyataan terakhir ini penting karena pada akhirnya semua pertimbangan bakal jatuh pada platform voice assistant yang dipilih. Sebagus apapun layar milik Amazon Echo Show, Anda tidak bisa memakainya untuk menonton video YouTube akibat keegoisan Google. Pengorbanan besar ini mau tidak mau harus diterima oleh mereka yang banyak berlangganan layanan milik Amazon, sekaligus yang merasa Alexa lebih pas di hatinya ketimbang Google Assistant.

Di sisi sebaliknya, Google mulai mengejar ketertinggalannya dari Amazon dengan menyiapkan directory khusus terkait apa saja yang bisa dilakukan Google Assistant, yang mereka sebut dengan jargon “Actions”. Amazon sendiri menggunakan istilah “Skills” untuk Alexa, dan kini keduanya sedang dalam fase adu banyak dengan menarik perhatian developer.

Tidak peduli apa mediumnya (smart display atau smart speaker), sejarah bakal mencatat 2018 sebagai babak pertempuran sengit antara Alexa dan Google Assistant. Siri dan Bixby sengaja tidak saya masukkan hitungan, mengingat keduanya dari awal sudah dikembangkan secara tertutup oleh masing-masing pencetusnya (Apple dan Samsung); sedangkan untuk Cortana, well, Microsoft masih harus bekerja lebih keras lagi dari sekadar bermitra dengan Harman.

JBL Link View Adalah Smart Speaker Google Assistant Pertama yang Dibekali Layar Sentuh Interaktif

Masih ingat dengan Amazon Echo Show? Berbeda dari smart speaker lain yang dibekali integrasi Alexa, Echo Show sangat unik karena ia juga mengemas sebuah layar sentuh interaktif. Bagaimana dengan platform sebelah? Apakah Google dan mitra-mitranya tidak tertarik mengembangkan produk serupa?

Tentu saja mereka tertarik. Salah satu yang pertama datang dari anak perusahaan Harman. Dinamai JBL Link View, ia menjadi jawaban atas permintaan konsumen yang mendambakan fungsionalitas Echo Show, tapi lebih percaya dengan Google Assistant.

Penampilannya sepintas tampak mirip seperti speaker Bluetooth pada umumnya, akan tetapi bagian depannya dihuni oleh sebuah layar sentuh berukuran 8 inci, lalu di atasnya bermukim sebuah kamera 5 megapixel untuk keperluan video calling. Dimensinya terbilang ringkas, hanya 330 x 150 x 100 mm saja, dan secara keseluruhan tahan cipratan air dengan sertifikasi IPX4.

Seperti speaker lain dari lini JBL Link, Link View tak cuma mengunggulkan integrasi Google Assistant saja, tapi juga fitur streaming Chromecast dan kapabilitas multi-room. Performa audionya ditunjang oleh sepasang speaker yang masing-masing berdaya 10 watt, lengkap dengan sebuah radiator pasif untuk menggelontorkan bass yang mantap.

Kalaupun Anda hanya butuh sebuah speaker wireless yang mumpuni, Link View mendukung streaming audio hingga resolusi 24-bit/96kHz. Pemasarannya dijadwalkan berlangsung pada musim panas mendatang di Amerika Serikat, lalu menyusul ke depannya lagi untuk negara-negara lain. Sayang JBL belum mengungkapkan berapa harganya.

Sumber: Harman.