Dyson Pure Cool Link Gabungkan Pembersih dan Penyejuk Udara dengan Fitur ala Perangkat IoT

Penyejuk udara dan pembersih udara adalah dua perangkat yang sangat berbeda. Namun pabrikan perabot elektronik ternama Dyson rupanya menemukan cara yang tepat untuk menggabungkan keduanya menjadi satu perangkat, ditambah dengan fitur konektivitas yang menjadikannya semakin relevan di era Internet of Things ini.

Didapuk Dyson Pure Cool Link, wujud fisiknya tak jauh berbeda dari lini kipas angin tanpa baling Dyson lainnya. Akan tetapi di bagian bawahnya, tampak komponen penyaring udara yang akan menyedot dan membersihkan hingga hampir 100 persen udara di dalam ruangan, lalu menggelontorkannya kembali menjadi udara sejuk.

Dyson Pure Cool Link

Pure Cool Link sekaligus menjadi debut Dyson dalam ranah Internet of Things. Ia datang bersama sebuah aplikasi Android dan iOS. Lewat aplikasi ini, pengguna tentunya dapat mengontrol perangkat dari kejauhan, sekaligus memantau seberapa efektif kinerja sistem pembersih udaranya sejak dinyalakan.

Seiring digunakan, data yang dikumpulkan oleh aplikasinya ini akan diteruskan kembali menuju perangkat, sehingga sistem pembersih udara milik Pure Cool Link bisa bekerja secara lebih optimal lagi. Dengan kata lain, pengaturan bisa dilakukan secara otomatis, dan pengguna hanya tinggal menikmati udara sejuk nan bersih di dalam kediamannya.

Dyson Pure Cool Link

Dyson tak lupa menyematkan secuil fitur otomatisasi, dimana Pure Cool Link secara otomatis akan bekerja lebih hening di malam hari. Saat mode malam ini aktif, display LED-nya juga akan meredup agar tidak mengganggu ketenteraman pengguna.

Dyson Pure Cool Link saat ini sudah dipasarkan di Amerika Serikat dalam dua varian ukuran, dengan banderol $500 untuk varian tower yang berukuran besar. Sejauh ini belum ada informasi mengenai ketersediaannya di Indonesia, namun semoga saja dengan hadirnya flagship store Dyson di Jakarta, Pure Cool Link juga akan segera menyusul ke tanah air.

Sumber: Independent dan CNET.

Xiaomi Juga Punya Lampu Meja Pintar Berkonektivitas Bluetooth

Meski seluruh dunia mengenalnya sebagai pabrikan smartphone, lahan bisnis Xiaomi jauh lebih luas dari itu. Pabrikan asal Tiongkok tersebut juga memasarkan perangkat-perangkat smart home, dan salah satunya adalah lampu meja pintar bernama Xiaomi Yeelight Bedside Lamp berikut ini.

Tipikal Xiaomi, desain Yeelight tampak minimalis sekaligus elegan. Berbentuk tabung, tiga perempat bagiannya dapat menyala dalam 16 juta warna dan dengan tingkat kecerahan mencapai 300 lumen. Semua ini tentunya bisa dikontrol dengan smartphone via Bluetooth, tapi Xiaomi tak membatasinya di situ saja.

Bagian atas Yeelight dilengkapi sebuah tombol On/Off yang dikitari oleh panel sentuh. Lewat panel ini, Anda bisa menyentuh dan menggeser jari untuk mengatur tingkat kecerahan atau mengganti warnanya. Namun kalau Anda memakai aplikasi pendampingnya di smartphone, Anda bisa mengakses fitur yang lebih lengkap, sepertinya misalnya menetapkan timer supaya lampu bisa mati sendiri beberapa saat setelah Anda tertidur.

Xiaomi Yeelight Bedside Lamp

Bagian dalam Yeelight terbentuk dari 14 buah LED dan desain optik yang fungsional. Hasilnya, Yeelight punya Color Rendering Index (CRI) senilai 90+ – semakin dekat ke angka 100, semakin bagus kemampuan suatu sumber cahaya untuk membuat suatu benda terlihat di mata manusia dalam warna yang sebenarnya.

Urusan harga, Xiaomi membanderol Yeelight seharga $59. Anda bisa memesannya secara online, namun jangan lupa tambahkan $20 sebagai biaya pengiriman internasional.

Sumber: Digital Trends.

Silk Labs Sense Ingin Menjadi Mata, Telinga dan Otak dari Rumah Anda

Dunia tidak kekurangan perangkat smart home atau Internet of Things (IoT). Hanya saja, cukup jarang kita menjumpai perangkat dengan konsep “satu untuk semua”. Apalagi kalau perangkat itu punya desain yang cukup elegan untuk dijadikan dekorasi ruangan.

Meski sepintas terdengar ambisius, namun inilah misi yang tengah dituju oleh startup baru bernama Silk Labs. Meski usianya belum satu tahun, sosok-sosok di baliknya sudah punya segudang pengalaman di industri teknologi. Utamanya adalah sang pendiri, Andreas Gal, yang merupakan mantan CTO Mozilla.

Produk perdananya bernama Sense. Secara garis besar, Sense tidak jauh berbeda dari kamera pengawas macam. Namun ketimbang menjadi mata saja, ia juga ingin menjadi telinga sekaligus otak dari ekosistem rumah pintar yang telah Anda rencanakan secara merinci.

Fisik Sense sangatlah anggun untuk ukuran perangkat IoT. Sebuah kaca cekung menempel pada kotak kayu yang menjadi rumah dari seluruh komponen elektroniknya. Jantung Sense ada pada bagian tengah kaca cekung tersebut, yang merupakan kamera dengan kemampuan merekam video 1080p.

Silk Labs Sense

Namun Sense tidak akan merekam secara konstan begitu saja. Dirinya telah dibekali teknologi pengenal wajah yang dapat mendeteksi beberapa wajah sekaligus. Saat ada orang asing yang tak dikenal, ia akan segera merekam dan mengirimkan notifikasi ke smartphone Anda.

Teknologi pengenal wajah ini juga dimanfaatkan Sense untuk beradaptasi dengan kebutuhan tiap-tiap pengguna. Saat Anda baru tiba di rumah misalnya, Sense akan mengenali wajah Anda, lalu menginstruksikan speaker Sonos untuk memutar playlist lagu favorit Anda.

Ya, kekuatan utama Sense justru ada pada software-nya yang sanggup diintegrasikan dengan berbagai macam perangkat terkoneksi. Sonos hanyalah salah satu contoh, sama halnya dengan bohlam pintar Philips Hue atau Nest Thermostat; saat Anda datang, lampu akan otomatis menyala dan suhu ruangan akan disesuaikan dengan preferensi yang telah Anda tetapkan sebelumnya.

Kemampuan seperti ini biasanya mengandalkan koneksi dengan jaringan cloud. Tidak demikian untuk Sense. Semua pengolahan informasi berlangsung pada perangkat itu sendiri. Ia mengemas spesifikasi yang cukup wah, mencakup komponen seperti prosesor hexa-core dan RAM 2 GB. Soal konektivitas, ia mengandalkan Wi-Fi dan Bluetooth LE untuk berkomunikasi dengan smartphone Anda beserta perangkat lain di dalam rumah.

Sense turut dibekali dengan kemampuan mengenali perintah suara dan gesture. Fungsi-fungsi ini akan terus di-update, seiring dengan bertambahnya integrasi software Sense dengan aneka perangkat smart home.

Silk Labs Sense saat ini sudah bisa dipesan melalui Kickstarter seharga $225, belum termasuk biaya pengiriman internasional sebesar $20. Perangkat ini tentunya akan lebih menarik kalau ekosistem perangkat smart home di rumah Anda sudah cukup lengkap.

Terinspirasi Film, Engineer Google Ciptakan Perangkat Cermin Pintar

Seandainya Anda seorang engineer Google yang sangat berpengalaman, apa yang Anda lakukan ketika melihat gadget canggih di sebuah film fiksi ilmiah? Mungkin hal pertama yang Anda coba adalah berusaha membuatnya sendiri.

Itulah yang dilakukan oleh seorang engineer Google bernama Max Braun. Terinspirasi oleh suatu adegan di film The 6th Day yang dibintangi Arnold Schwarzenegger, beliau membuat sebuah prototipe cermin pintar yang dapat menampilkan berbagai informasi.

Dijelaskan secara cukup merinci pada blog-nya di Medium, cermin pintar ini dibentuk dari sejumlah komponen yang bisa didapat dengan mudah. Utamanya adalah cermin dua arah, panel display, papan controller dan perangkat sejenis Google Chromecast atau Amazon Fire TV Stick.

Smart Mirror by Max Braun

Seperti yang bisa Anda lihat pada gambar, informasi yang ditampilkan sejauh ini barulah prakiraan cuaca, waktu dan tanggal, serta sejumlah headline berita terkini. Nantinya, Max berencana menambahkan informasi lain seperti kondisi lalu lintas, reminder, dan sederet info lain yang biasa kita jumpai dalam wujud kartu di Google Now.

Semua informasi ini akan di-update secara otomatis, jadi pengguna sama sekali tak perlu berinteraksi dengan cermin tersebut. Jangan bayangkan cermin pintar ini sebagai layar sentuh raksasa, ia hanyalah sebuah alat bantu berdandan yang mencoba menjadi lebih bermanfaat lagi lewat deretan informasi yang ditampilkannya.

Smart Mirror by Max Braun

Dari luar prototipe cermin pintar ini memang tampak sangat apik. Panel display-nya yang sangat tipis tersembunyi dengan baik di antara panel cermin. Tapi saat Anda buka, Anda bisa melihat sejumlah komponen yang berserakan di bagian belakangnya.

Terlepas dari itu, upaya yang dilakukan Max Braun ini patut mendapat acungan jempol setinggi-tingginya. Dengan modal sejumlah komponen, kreativitas dan ketekunan, ia bisa menyulap sebuah cermin kamar mandi biasa menjadi perangkat terkoneksi yang amat bermanfaat.

Tentunya Max tidak melontarkan rencana untuk menjual cermin pintar ini ke pasaran. Namun paling tidak pabrikan hardware lain bisa terinspirasi dan mencoba mengeksekusi idenya sendiri. Kalau satu orang dengan perlengkapan seadanya saja bisa membuat gadget sekeren ini, bagaimana jadinya satu tim riset dan pengembangan perusahaan.

Sumber: Medium.

Perangkat Ini Bisa Mendeteksi Kebocoran Lalu Mengirim Notifikasi ke Smartphone

Berhadapan dengan mesin cuci yang bocor itu sangatlah menyebalkan. Kalau kita ada di sana saat air mulai menetes, tidak akan jadi masalah. Tapi bagaimana jadinya kalau kebocoran terjadi ketika kita sedang pergi berbelanja dan tidak ada orang sama sekali di rumah? Kemungkinan air bisa meluber ke mana-mana dan merusak berbagai barang yang ada.

Itu masih seputar mesin cuci, padahal masih banyak penyebab kebocoran lainnya. Sederhananya, kita perlu selalu siaga terhadap kebocoran kalau tidak mau menanggung biaya kerusakan yang bisa sangat mahal. Untuk itu, kita perlu perangkat semacam yang diluncurkan Honeywell ini.

Bernama lengkap Honeywell Lyric Water Leak and Freeze Detector, fungsi perangkat ini sudah terpampang jelas pada namanya. Ia merupakan gabungan sejumlah sensor yang dapat mendeteksi ketika ada air meluber tanpa sengaja di suatu ruangan sekaligus memberi peringatan ketika suhu di suatu ruangan mulai turun drastis – kasus yang kedua ini sepertinya mustahil terjadi di Indonesia.

Honeywell Lyric Water Leak and Freeze Detector

Perangkat ini terdiri dari dua komponen. Satu merupakan unit utama yang Anda pasangkan di tembok, sedangkan satu lagi merupakan semacam kabel extension. Unit utamanya mengemas sensor air, kelembaban dan suhu, serta sebuah speaker untuk membunyikan alarm guna memperingatkan pemilik rumah.

Tapi bagaimana jika Anda tidak ada di rumah saat alarmnya berbunyi? Di sinilah konektivitas Wi-Fi mengambil peran. Lyric Water Leak Detector akan mengirimkan notifikasi ke smartphone Anda, menyarankan Anda untuk segera kembali ke rumah guna mengecek dan mencegah kebocoran jadi bertambah parah. Semakin cepat diatasi, tentunya semakin kecil skala kerusakan yang harus ditanggung.

Namun yang tidak kalah menarik adalah bagian kabel extension-nya. Kabel ini pada dasarnya bisa disambung-sambungkan hingga sepanjang 120 meter. Jadi hanya dengan satu unit utama Lyric Water Leak Detector, Anda bisa mendapat peringatan ketika kebocoran terjadi di ruangan yang jauh dari unit utamanya, di garasi misalnya.

Perangkat ini mengambil daya dari tiga baterai AA standar, yang diperkirakan baru akan habis setelah sekitar tiga tahun. Jadi setelah memsangnya, pengguna bisa melupakannya begitu saja. Saat ada air meluber, pengguna akan segera diperingatkan.

Harga yang dipatok Honeywell adalah $80. Kemungkinan besar barangnya tidak dipasarkan di sini. Tapi kalau Anda memang tertarik dan seringkali dibuat frustasi oleh kebocoran, mungkin bisa menitip ke saudara yang tinggal di Amerika Serikat.

Sumber: Reviewed.

Dengan Pot Ini, Anda Tak Perlu Repot Menyirami Tanaman Setiap Hari

Nama Parrot mungkin lebih sering diasosiasikan dengan drone atau headphone, tapi siapa yang menyangka kalau perusahaan asal Perancis tersebut juga punya gadget canggih untuk keperluan berkebun? Selain memperkenalkan drone baru di event CES 2016 minggu kemarin, mereka juga mengungkap perangkat unik bernama Parrot Pot.

Sesuai namanya, perangkat ini merupakan sebuah pot tanaman. Namun tentunya bukan sembarang pot yang Anda isi dengan tanah dan bibit begitu saja, ia dilengkapi dengan sistem irigasi otomatis yang dapat bekerja tanpa membutuhkan instruksi dari Anda.

Pada bagian sisinya, terdapat tangki untuk menampung hingga 2,2 liter air. Prinsip kerjanya sederhana: isi tangki tersebut hingga penuh, maka Pot akan memastikan tanaman kesayangan Anda tetap segar-bugar selama sebulan ke depan.

Parrot Pot

Parrot Pot hanya akan menyiramkan air ke tanaman di saat yang dibutuhkan, sesuai jumlah yang diperlukan pula. Selagi tanaman berkembang, Pot akan beradaptasi dengan siklus alaminya guna menetapkan jadwal menyiram yang paling tepat. Jadi selain menjaga kesehatan tanaman itu sendiri, Pot juga bermisi untuk menghemat suplai air.

Rahasianya terletak pada empat macam sensor pada sisi-sisi Pot, yang akan memonitor intensitas cahaya, pupuk, suhu dan kelembaban tanah maupun sisa air yang terdapat pada tangkinya. Saat tanaman Anda tidak terekspos sinar matahari yang cukup misalnya, Pot akan mengirim notifikasi ke smartphone lewat Bluetooth, meminta Anda untuk memindahkannya ke tempat yang lebih terkena cahaya.

Pot sebenarnya bisa bekerja tanpa harus didampingi aplikasi smartphone-nya. Kendati demikian, aplikasi ini menyimpan informasi tentang lebih dari 8.000 jenis tanaman sehingga Anda bisa menyesuaikan cara merawatnya seoptimal mungkin.

Parrot Pot

Ini sebenarnya bukan pertama kali Parrot memperkenalkan gadget untuk berkebun. Tahun lalu mereka sempat meluncurkan Parrot Flower Power. Perangkat tersebut pada dasarnya juga dirancang untuk memonitor kesehatan tanaman. Hanya saja bedanya ia tak punya sistem irigasi otomatis karena langsung ditancapkan ke tanah.

Dari segi fisik, Parrot sengaja merancang Pot agar ideal untuk ditempatkan di dalam maupun di luar ruangan. Ia mengambil daya dari empat buah baterai AA, dan secara keseluruhan tubuhnya yang setinggi 29,8 cm dan berdiameter 20,6 cm tahan terhadap guyuran hujan saat ditempatkan di teras misalnya.

Parrot akan mulai memasarkan pot tanaman pintarnya ini pada bulan April mendatang. Harganya belum dirincikan, tapi bisa dipastikan lebih mahal ketimbang Flower Power yang dibanderol $60. Penggemar tabulampot (tanaman buah dalam pot), siapkan tabungan Anda…

Sumber: Parrot Blog.

Smarter Hadirkan Tiga Perangkat Dapur Berkonektivitas

Tak hanya perangkat wearable atau drone saja yang bisa mengundang perhatian di ajang CES 2016 minggu kemarin, tetapi juga perabot dapur berkonektivitas. Perusahaan asal Inggris yang bergerak di bidang ini, Smarter, memperkenalkan tiga perangkat sederhana yang diharapkan bisa meng-upgrade dapur Anda.

Smarter Fridge Cam

Perangkat yang pertama ini merupakan sebuah kamera yang Anda pasangkan di dalam lemari es. Ya, di dalam, karena tugasnya menjadi pengawas dari seluruh bahan makanan yang tersimpan di dalamnya. Bukan mengawasinya dari maling, melainkan dari Anda sendiri.

Smarter Fridge Cam

Smarter beranggapan bahwa, saat kita berbelanja di supermarket misalnya, seringkali kita lupa bahan makanan apa yang stoknya menipis di dalam lemari es. Dengan Smarter Fridge Cam, pengguna tinggal membuka aplikasi di smartphone, lalu melihat keadaan di dalam lemari es secara real-time. Stok buah tinggal sedikit? Waktunya untuk beli lagi.

Smarter Mats

Perangkat yang kedua ini hanya berupa tatakan untuk botol, gelas dan sebagainya. Tentu saja bukan sembarang tatakan, melainkan yang telah ditanami sejumlah sensor untuk mengukur bobot dari botol susu atau botol saus sambal yang Anda letakkan di atasnya.

Smarter Mats

Jadi pada saat isi botol-botol tersebut tinggal sedikit, aplikasinya akan memberikan notifikasi sehingga Anda bisa segera berkunjung ke supermarket terdekat untuk membeli bahan yang baru.

Smarter Detect

Perangkat yang terakhir ini fungsinya lebih luas, merupakan sebuah sensor yang bisa ditambatkan ke berbagai perabot dapur seperti oven, lemari es sampai mesin cuci sekalipun. Fungsinya? Memberi tahu pengguna semisal oven sudah mencapai suhu yang diinginkan, pintu lemari es lupa ditutup, atau ketika mesin cuci sudah selesai bertugas.

Smarter Detect

Konsep yang ditawarkan pada dasarnya mirip seperti LG SmartThinQ Sensor. Intinya, berkat Smarter Detect, perabot elektronik tradisional bisa sedikit menyesuaikan diri dengan era Internet of Things.

Sejauh ini Smarter belum mengungkapkan banderol harga dari masing-masing perangkat baru yang mereka perkenalkan, sedangkan jadwal pemasarannya diperkirakan akan dimulai pada musim panas mendatang. Kalau cuma berupa sensor seperti Smarter Mats dan Detect, mungkin harganya tidak terlalu mahal. Yang kemungkinan bisa sampai ratusan dolar adalah Smarter Fridge Cam.

Sumber: Wareable. Sumber gambar: Smarter.

Lini Smart TV Samsung Tahun 2016 Bisa Mengontrol Perangkat Smart Home

Sebagai perangkat elektronik utama yang ditempatkan di ruang tamu, televisi sebenarnya punya potensi menjadi semacam pusat kendali atas perangkat-perangkat lain yang ada di rumah, terlebih mengingat sekarang adalah zamannya Internet of Things (IoT).

Sebelum ini, kita sudah melihat rencana LG untuk melengkapi lini smart TV-nya dengan kemampuan mengontrol perangkat smart home. Dan kini giliran Samsung yang mengambil langkah serupa. Dalam mengeksekusinya, Samsung mengajak SmartThings, perusahaan IoT yang mereka akuisisi tahun lalu.

Kerja sama tersebut hadir dalam bentuk integrasi platform SmartThings pada lini smart TV Samsung. Dikatakan bahwa seluruh lini Samsung SUHD TV yang dirilis di tahun 2016 nantinya bisa dijadikan remote control atas lebih dari 200 perangkat smart home yang kompatibel dengan platform SmartThings, mulai dari lampu, kunci pintu, thermostat, kamera pengawas, speaker, dan lain sebagainya.

Namun tentunya software saja tidak cukup guna memberikan integrasi yang sempurna. Kedua pihak nantinya bakal menyediakan aksesori bernama SmartThings Extend untuk ditancapkan ke port USB milik TV. Dengan aksesori tersebut, pengguna bahkan bisa memonitor sekaligus mengontrol perangkat smart home yang memakai protokol ZigBee dan Z-Wave.

Contoh skenario dimana integrasi ini akan terasa sangat bermanfaat adalah ketika pengguna hendak menciptakan suasana ruang menonton yang sempurna. Pengguna hanya perlu mengaktifkan fitur Cinema Mood pada aplikasi SmartThings di televisi, kemudian sistem pencahayaan sekaligus audio akan disesuaikan dengan sendirinya.

Samsung dan SmartThings rencananya akan mendemonstrasikan TV bersenjatakan integrasi smart home ini pada event CES 2016 di awal Januari mendatang.

Sumber: TechCrunch, Samsung dan SmartThings Blog.

LG HOM-BOT Turbo+ Ialah Robotic Vacuum Cleaner Berteknologi Augmented Reality

Robotic vacuum cleaner bukanlah barang baru. Brand seperti iRobot sudah beberapa tahun mendominasi pasar, namun kini LG ingin ikut meramaikan kompetisi melalui perangkat terbarunya, LG HOM-BOT Turbo+.

HOM-BOT bukan sekedar robot pembersih biasa yang bisa bergerak dengan sendirinya. Ia dilengkapi sejumlah fitur pintar, termasuk salah satunya yang memanfaatkan teknologi augmented reality, membuka peluangnya untuk bersaing melawan produk dari pabrikan lain yang sudah amat berpengalaman di bidang ini.

Fitur andalan tersebut dijuluki Home-Joy. Fitur ini pada dasarnya memungkinkan pengguna untuk menetapkan area yang perlu dibersihkan hanya dengan mengarahkan kamera smartphone, lalu menunjuk area secara spesifik. Sesaat kemudian, HOM-BOT akan langsung bergerak menuju titik yang telah ditetapkan dan mulai bersih-bersih.

LG HOM-BOT Turbo+

HOM-BOT dibekali tiga sensor kamera yang ia manfaatkan untuk mengenali kondisi di sekitarnya, memisahkan antara area yang sudah dibersihkan dan yang belum. Kamera pada bagian depannya juga berkontribusi atas dua fitur unggulan lain yakni Home-View dan Home-Guard.

Fitur Home-View sejatinya akan menampilkan pandangan sang robot secara real-time pada smartphone pengguna. Pengguna kemudian bisa ‘memperbudaknya’ dari kejauhan, memerintahnya untuk membersihkan isi rumah kapan saja ia mau dan dari mana saja.

Di sisi lain, fitur Home-Guard tidak ada sangkut-pautnya dengan kegiatan bersih-bersih. Dengan fitur ini, HOM-BOT bisa merangkap tugas sebagai kamera pengawas. Setiap kali ada gerakan yang terdeteksi, ia akan mengambil gambar dan mengirimkannya ke pengguna yang sedang berada di luar rumah.

LG HOM-BOT Turbo+

Selebihnya, HOM-BOT tidak jauh berbeda ketimbang robotic vacuum cleaner pada umumnya. Ia dirancang supaya dapat bernavigasi selagi menghindari rintangan macam tangga ataupun meja. LG menanamkan sepasang prosesor di dalam HOM-BOT supaya ia bisa membuat keputusan dengan cepat, membelok dengan sigap sebelum wajahnya mencium tembok.

LG HOM-BOT Turbo+ rencananya akan dipamerkan di ajang CES 2016 bulan depan. Harga maupun ketersediaanya mungkin baru akan dirincikan dalam kesempatan tersebut.

Sumber: SlashGear dan LG.

Lampu Pintar Fluxo Dapat Memancarkan Cahaya ke Arah yang Anda Kehendaki

Ide bohlam pintar yang bisa dikontrol lewat smartphone sudah cukup umum dewasa ini. Tapi kalau sebuah lampu bisa diatur arah pancaran cahayanya menggunakan smartphone, ide tersebut tentu saja terdengar begitu menarik.

Itulah misi yang ingin dicapai seorang desainer asal Austria bernama Luke Roberts. Melalui Kickstarter, dirinya memperkenalkan Fluxo, yang diklaim sebagai lampu terpandai sejagat.

Sebelum membahas tentang fitur pintarnya, mari terlebih dulu memantau fisiknya. Fluxo tidak lain dari sebuah lampu gantung. Di dalamnya tertanam sekitar 300 LED yang dapat berpenjar hingga 2.800 lumen, atau setara dengan sebuah bohlam berdaya 200 watt, cukup untuk menerangi satu ruangan yang berukuran besar.

Pada bagian atasnya terdapat komponen heat sink berbentuk sejumlah sirip yang memastikan setiap LED milik Fluxo bisa tahan lama. Menurut pengembangnya, Fluxo bisa bertahan paling tidak sampai 10 tahun lamanya.

Oke, saatnya bicara soal apa yang membuat Fluxo pantas menyandang gelar lampu terpandai. Ia mengemas teknologi bertajuk “Paint Your Light, dimana pengguna bisa memilih warna pancaran cahaya, lalu mengatur arahnya ke titik yang diinginkan hanya dengan mengusap layar smartphone yang tersambung via Bluetooth.

Fluxo Smart Lamp

Jadi semisal Anda tengah duduk di atas sofa dan membaca majalah, Anda bisa mengarahkan pancaran cahaya tepat ke posisi Anda duduk, dan di sekitar Anda pun jadi sedikit redup. Aplikasi pendamping Fluxo bisa menyimpan sejumlah preset sehingga Anda dapat mengganti mood ruangan hanya dengan sejumlah tap.

Fluxo Smart Lamp

Contoh lain adalah ketika Anda hendak menonton film dan menginginkan ruangan jadi agak gelap, tapi ada orang lain yang sedang membaca buku. Arahkan saja pancaran cahaya Fluxo ke orang tersebut, dan Anda pun siap menonton dengan nyaman tanpa gangguan sinar yang menyilaukan.

Lebih lanjut, Fluxo juga dibekali sensor pendeteksi gerakan. Jadi ketika Anda meninggalkan ruangan, lampu akan mati dengan sendirinya. Sebaliknya, saat Anda memasuki ruangan, Fluxo pun akan menyala secara otomatis, dan Anda tinggal memilih preset yang diinginkan pada saat itu.

Fluxo terdengar sangat menarik, terutama jika ditempatkan di ruangan keluarga yang biasa dipakai untuk bermacam kegiatan. Sayang harganya sedikit mahal. Di Kickstarter, ia ditawarkan seharga €369, atau kurang lebih sekitar Rp 5,7 juta.