GDILab Luncurkan GDIAnalytics untuk UKM dan Startup

GDILab, perusahaan teknologi yang berbasis di Jakarta dan bergerak di bidang social media analytics, hari ini meluncurkan produk analitik terbaru GDIAnalytics. Dengan memanfaatkan tiga media sosial paling favorit di Indonesia yaitu Twitter, Facebook, dan Instagram, GDIAnalytics ingin menyasar kalangan UKM dan bertujuan untuk memberikan layanan terpadu yang mampu memantau dan menganalisis performa ketiga media sosial tersebut untuk membantu perusahaan, UKM, dan startup menentukan strategi pemasaran yang tepat sasaran.

Platform yang ditawarkan oleh GDIAnalytics adalah Twitter, Facebook dan Instagram dilatar belakangi fakta bahwa ketiganya memiliki unstructured data yang berpotensi menjadi digital market insight.

“GDIAnalytics mencoba untuk menganalisis data agar brand dan perusahaan bisa mencapai target dan goal yang ada. Tujuan GDIAnalytics untuk membantu UKM dengan menawarkan layanan digital analytics,” kata Co-Founder GDILab Billy Boen.

GDIAnalytics merupakan perpaduan dua produk yang diciptakan sebelumnya yaitu Polaris dan Iris. Dengan produk tersebut, GDILab mengklaim sebagai perusahaan Indonesia pertama yang menyediakan perangkat lunak alat analitik terbuka sebagai bagian dari layanan atau Software as a Service (SaaS).

“Kita memang bukan company analytic pertama di Indonesia namun kita merupakan perusahaan pertama di Indonesia yang cukup percaya diri bersaing dengan perusahaan global lainnya dengan menawarkan harga yang terjangkau,” kata Billy.

Bermitra dengan Twitter dan IBM

GDILab didukung oleh Twitter Indonesia sebagai bagian dari ekosistem Twitter. Kerja sama yang dibangun ini berupaya memberikan dampak terbaik bagi masing-masing pihak, membantu lebih banyak UKM, dan memahami potensi yang dimiliki.

”Kerja sama bukan hanya sekedar pengembangan data tapi bagaimana data tersebut bisa digunakan untuk klien Twitter dan GDILab dengan menggunakan tools yg ada. Twitter sebagai media sosial yang paling banyak memberikan open data, fungsi dari Twitter lebih kepada memahami interest dari orang-orang,” kata Country Business Head Twitter Indonesia Roy Mangunsong.

Selama ini Twitter telah menjadi platform bagi masyarakat untuk membicarakan topik yang berkaitan dengan brand atau produk, meng-update diri dengan berita terkini. Dengan menggunakan tagar, Twitter juga kerap digunakan untuk berkampanye dan bisa direspon langsung oleh follower dengan mudah.

Dikembangkan dalam bentuk dashboard, fitur-fitur GDIAnalytics membuat pengguna dapat mengetahui apa yang dibicarakan orang mengenai produk atau brand terkait, mengukur performa buzzer, siapa saja yang ikut mempromosikan kampanye berikut lokasinya, serta mengukur popularitas sebuah kampanye yang telah dijalankan.

“Kami ingin menyasar semua kalangan UKM yang mau mengembangkan usaha dan tentunya telah melek teknologi dan bersedia membayar Rp 500 ribu setiap bulannya,” kata Billy.

Untuk mengedukasi lebih banyak UKM memanfaatkan media sosial sebagai sarana promosi, GDILab melakukan rangkaian kegiatan offline, seperti pelatihan, didukung sepenuhnya oleh Kementerian Koperasi dan UKM. Diharapkan mereka bisa memperkenalkan lebih banyak manfaat media sosial untuk mendukung kemajuan usaha UKM di Indonesia.

“Saya melihat saat ini perusahaan global yang menawarkan fitur dan layanan yang sama belum sepenuhnya peduli kepada UKM di Indonesia, dengan GDIAnalytics kami akan membantu semua UKM dengan memanfaatkan fitur-fitur yang dibutuhkan dan tentunya dengan harga yang terjangkau,” kata Billy.

Selain bermitra dengan Twitter, GDILab juga didukung IBM untuk hal infrastruktur. GDILab juga telah bermitra dengan perusahaan analitik Thailand Digital Associates Co.Ltd. (DA) yang telah berjalan selama hampir satu tahun.

“Analitik memungkinkan untuk menerka dan menentukan seperti apa minat serta interest dari konsumen. Diharapkan GDIAnalytics juga bisa berguna untuk UKM dan startup yang ada di Indonesia,” tuntas Billy.

Menyusul Facebook dan Twitter, Instagram Bersiap Tampilkan Konten Terkurasi

Dalam beberapa bulan ke depan, akan ada sesuatu yang berbeda dari timeline Instagram kita. Kalau biasanya konten ditampilkan secara kronologis, dimana foto-foto yang terbaru akan muncul di paling atas, ke depannya tidak lagi demikian. Pasalnya, Instagram tengah menyiapkan algoritma khusus untuk menampilkan konten terkurasi.

Rencana ini diumumkan langsung lewat blog resmi Instagram. Keputusan ini didasari oleh semakin membeludaknya foto maupun video yang dibagikan oleh pengguna Instagram, yang setiap harinya semakin melipat ganda – di Indonesia saja ada 22 juta pengguna aktif. Hal ini mengakibatkan pengguna melewatkan sekitar 70 persen dari konten yang terdapat di timeline-nya, berdasarkan data yang dikumpulkan Instagram.

Cara kerja kurasi konten Instagram ini nantinya akan mirip seperti yang sudah lama kita jumpai di Facebook. Foto maupun video dari pengguna yang kita ikuti tak lagi ditampilkan secara kronologis, melainkan berdasarkan minat kita, hubungan kita dengan sang pengunggah dan timing.

Contohnya, kalau musisi yang kita follow mengunggah video dari konser semalam, video tersebut akan muncul di bagian paling atas ketika kita membuka Instagram. Sama halnya dengan foto hewan peliharaan baru dari teman baik kita; Instagram akan memastikan supaya kita tidak melewatkannya.

Sebelum ini, Twitter juga sempat mengambil langkah serupa dengan mengubah sistem timeline-nya. Dalam kasus Twitter, media sosial berlambang burung tersebut menawarkan fitur ini secara opsional, yang berarti pengguna masih bisa mengakses konten di timeline secara kronologis.

Untuk Instagram, belum ada keterangan apakah fitur ini juga bersifat opsional. Tapi kalau melihat apa yang dilakukan Facebook selama ini dengan dua tipe News Feed yang berbeda, yakni “Top Stories” dan “Most Recent”, sepertinya Instagram juga akan menerapkan metode serupa. Hal ini krusial karena pasti ada banyak pengguna yang lebih memilih menerima konten secara kronologis.

Sumber: The Guardian. Gambar header: Instagram via Pixabay.

Pengguna Aktif Instagram di Indonesia Capai 22 Juta

Dalam perbincangan WSJ dengan VP Facebook untuk Asia Pasifik Dan Neary, terungkap bahwa platform media sosial ini terus menambah jumlah pengguna di kawasan ini, meskipun program Free Basics (yang dahulu bernama Internet.org) mendapatkan tentangan di sejumlah negara. Selain menginformasikan jumlah angka soal pengguna Facebook di Asia Pasifik, Neary juga secara spesifik memberikan apresiasi terhadap jumlah pengguna aktif Instagram di Indonesia yang menurut data MAU (Monthly Active Users) mencapai 22 juta.

Neary mengatakan bahwa jumlah pengguna Facebook di Asia Pasifik mencapai 540 juta per akhir Desember 2015, atau sepertiga dari total pengguna aktif Facebook di seluruh dunia. Angka tersebut naik hampir 100 juta, dari 449 juta di periode yang sama tahun sebelumnya.

Untuk urusan periklanan, Neary menyebutkan kawasan Asia Tenggara memiliki pertumbuhan pengiklan terbesar, dengan secara global Facebook memiliki 3 juta pengiklan. Meskipun demikian, perolehan pendapatan Facebook rata-rata per orang di Asia Pasifik sejauh ini hanya $1,59, jauh lebih kecil dibanding di kawasan Amerika Utara yang mencapai $13,54.

Untuk jumlah pengguna, Indonesia saat ini disebutkan memiliki sekitar 82 juta pengguna aktif di Facebook, sama jumlahnya dengan gabungan pengguna aktif Facebook di Thailand, Filipina, dan Vietnam.

Khusus untuk Instagram, yang baru saja merayakan milestone 400 juta pengguna bulan September lalu, Indonesia menjadi salah satu pasar kunci dengan Neary menyebutkan 22 juta pengguna aktif di Nusantara mengakses layanan ini setiap bulannya. Ini pertama kalinya Instagram (dalam hal ini Facebook sebagai induk perusahaannya) menginformasikan jumlah pengguna layanannya di suatu negara.

Tren ini sejalan dengan survei JakPat yang menyimpulkan bahwa Instagram kini lebih populer ketimbang Twitter di Indonesia, apalagi di kalangan anak muda. Menurut survei JakPat, pengguna Instagram di Indonesia menggunakan layanan ini untuk mencari informasi produk online shop, meme, dan mengunggah foto-foto liburan dan wisata.

Melihat begitu aktifnya pengiklan Indonesia berpromosi di Instagram, tak ada yang bisa menampik Instagram sebagai platform media sosial yang bakal semakin berpengaruh di masa mendatang.

Yogrt Hadirkan Konsep Baru Targetkan Kalangan Millenials Indonesia

Salah satu strategi bisnis yang secara umum sudah sering dilakukan oleh startup adalah mengubah model bisnis atau lebih dikenal dengan pivoting. Pivoting sendiri dilakukan setelah melihat adanya perubahan kebiasaan dari konsumen, melihat potensi baru hingga mengadopsi tren yang ada. Yogrt yang pada awalnya merupakan aplikasi jejaring sosial yang mengunggulkan game untuk menghubungkan pengguna saat ini telah mengubah layanan, fitur hingga sistemnya menjadi aplikasi sosial dengan mengedepankan location base dan merilis versi baru mengusung tagline baru “Always Fun Nearby”.

Berdiri pada bulan Oktober 2014, Yogrt mengklaim telah memiliki lebih dari 80 juta orang produktif berusia 18-25 tahun di Indonesia. Saat ini basis pengguna Yogrt di Indonesia tersebar mulai dari Lhokseumawe di ujung Barat Indonesia hingga Jayapura di titik Timur Indonesia, dengan total meliputi 86 kota.

“Dengan menargetkan kalangan millenials Yogrt ingin menjadi jejaring sosial lokal yang bukan hanya berfungsi sebagai media sosial yang sarat dengan informasi dan fitur menarik, namun juga ingin membuka wawasan dan jaringan baru pengguna dengan pilihan teman berbeda di setiap lokasi,” kata Co-Founder Yogrt Roby Muhammad saat acara temu media Selasa (08/03) di Jakarta.

Konsep baru “0” Friend

Konsep baru “0 Friend” diperkenalkan oleh Yogrt setelah dilakukan percobaan dan uji coba kepada kalangan mahasiswa. Berbeda dengan media sosial lainnya sepeti Path, Facebook, Instagram yang pada umumnya memindahkan jumlah teman yang sudah ada melalui email dan akun media sosial yang sudah terdaftar, di Yogrt versi terbaru pengguna diberikan pilihan untuk mengikuti teman-teman baru berdasarkan lokasi yang berbeda. Nantinya di timeline yang ada, pengguna bisa melihat informasi yang relevan sesuai dengan lokasi, interest dan pilihan personal lainnya berasal dari teman-teman baru.

“Yogrt adalah open platform dengan location base service berbeda dengan media sosial lainnya, Yogrt tidak menawarkan opsi import your friend, timeline Yogrt di drive berdasarkan lokasi, jadi secara otomatis akan memiliki teman sesuai lokasi,” kata Roby.

Hingga kini Yogrt telah mencapai satu juta pengguna di Indonesia dengan tingkat rasio interaksi yang tinggi yakni 2 dari 3 pengguna terlibat di dalam posting, berkomentar, chatting dan bermain.

Terdapat tiga keuntungan lebih yang ditawarkan oleh Yogrt, di antaranya adalah open social media, yang termasuk di dalamnya adalah bisa melihat posting-an dari pengguna lain di luar social circle, semua pengguna bisa bergabung yang tentunya dapat memperluas wawasan dan networking.

Sementara itu keuntungan lebih yang ditawarkan melalui location base di antaranya adalah bisa melihat timeline hingga pengguna di kawasan sekitar (nearby), bisa mencari apa yang Anda sukai dan bersifat lebih engaging, pada akhirnya lokasi akan menentukan konten timeline pengguna.

Konsep “0 Friend” juga memudahkan pengguna untuk memulai tanpa harus khawatir dengan belum adanya teman baru di akun dan tidak harus memindahkan teman yang ada di akun media sosial lainnya, bisa melihat langsung pengguna baru, memberi apresiasi dan respon serta mendapatkan informasi yang lebih relevan tanpa adanya batasan sosial karena semua berdasarkan lokasi.

“Konsep “0 friend” tepat bagi karakter orang Indonesia yang umumnya terbuka dan ramah. Terutama saat berbicara mengenai segmen usia 18-25 tahun yang memerlukan rekanan dalam menavigasi hidup dan kehidupan sosialnya. Tidak seperti aplikasi sosial media yang tersedia saat ini, seperti Facebook atau Path yang lebih ditujukan untuk lingkaran pertemanan tertutup, atau Twitter dan Snapchat, yang memerlukan pengikut agar pikiran atau komentar Anda ada yang mendengarkan, Yogrt akan melengkapi pengalaman bermedia sosial pengguna di mana pengguna dengan jumlah teman nol masih dapat berbagi dan mendapat informasi melalui konsep aplikasi pertemanan berbasis lokasi dan terbuka,” kata Roby.

Dilengkapi dengan fitur games beragam

Saat ini Yogrt mengklaim telah masuk dalam jajaran Top 5 Free Social Apps di Google Play Store dan telah menembus 1 juta pengguna di Android. Yogrt juga sudah bisa diakses di 86 kota besar di Indonesia dengan jumlah pengguna paling aktif di pulau Jawa, dan sudah bisa digunakan di 154 negara termasuk Indonesia.

“Dengan lonjakan pertumbuhan pengguna, kami menargetkan meraih 5 juta pengguna dalam 6 bulan ke depan dan terus mengembangkan fitur dengan selera lokal seperti posting-an audio dan video pada timeline,” kata CEO dan Founder Yogrt Jason Lim.

Untuk menambah pilihan kepada pengguna, Yogrt juga dilengkapi dengan pilihan games yang menarik dan ringan untuk pengguna, mulai dari mini games, games berbasis HTML 5 untuk menghilangkan kebosanan, dan beragam kuis kepribadian.

Sejumlah fitur baru siap diluncurkan Yogrt, di antaranya sistem yang lebih cerdas untuk menemukan kecocokan ketertarikan pengguna, perbaikan pada fitur foto dan kemampuan berbagi konten audio dan video di timeline yang menjadi tren digital saat ini.

“Karena melihat perubahan dan makin banyaknya social apps yang ada seperti Tinder, Path dan lainnya, membuat Yogrt bertransformasi dan mengubah konsep yang ada. Secara teknologi bukan sesuatu yang baru, namun bedanya Yogrt memanfaatkan location base untuk menambah teman dan menemukan teman baru. Target kami tahun 2016 ini tentunya menambah jumlah pengguna Yogrt dengan menawarkan open concept kepada kalangan millenials di Indonesia,” tuntas Jason.

Sinekdok Hadir Sebagai Media Sosial Yang Mengakomodir Penulis dan Seniman

Konsep media sosial kini telah direplikasi untuk berbagai macam kebutuhan, mulai dari layanan pertemanan yang umum digunakan, layanan kolaborasi bisnis, hingga kebutuhan spesifik lainnya. Baru-baru ini diluncurkan Sinekdok, sebuah portal media sosial yang mencoba mengakomodir seniman dan sastrawan untuk dapat menunagkan karya-karyanya. Berbagai tulisan sastra dan seni, termasuk konten multimedia dapat diterbitkan dan dipublikasikan melalui Sinekdok.

Tak hanya didesain sebagai tempat berkumpulnya para seniman dan sastrawan, namun Sinekdok juga berupaya membuat para penulis produktif dengan menghubungkan dengan rekanan percetakan. Saat ini sudah ada percetakan Elex Media Komputindo yang telah menjalin kerja sama dengan Sinekdok. Hal ini memungkinkan para pemilik karya di Sinekdok menrbitkan tulisan-tulisannya dalam sebuah buku.

Penulis di portal Sinekdok memiliki hak cipta atas karyanya. Bagi karya yang telah diterbitkan, maka royalti sepenuhnya telah menjadi hak penulis dan penerbit yang telah bekerja sama dengan Sinekdok. Sinekdok juga memberikan apresiasi karya pengguna dengan mentransformasikan karyanya dalam produk bernilai jual yang sebagian royaltinya akan menjadi hak pengguna. Produk tersebut dapat berupa kaos, jaket, wood painting, dan lain-lain.

Sementara itu, bagi penulis yang sudah melakukan self-publish atas karyanya, Sinekdok juga memberikan bantuan untuk melakukan penjualan secara online di fitur Sinestore (online store untuk penjualan karya yang diterbitkan dari Sinekdok). Sinestore ini yang nantinya membantu penulis untuk menjual karya-karya mereka, termasuk penjualan buku dan merchandise.

“Sinekdok mengajak semua masyarakat untuk terus berkreasi serta membangkitkan budaya literasi dan seni musik di Indonesia,” ujar Founder Sinekdok Shofa Mh.

Shofa juga menambahkan bahwa saat ini banyak penulis muda yang berbakat dan memiliki potensi dalam bidang ini. Namun sulitnya menembus pasar penerbitan menjadi salah satu penghalangnya. “Karena itulah Sinekdok hadir untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dengan platform media sosial, Sinekdok membantu penulis dan penerbit untuk melihat selera masyarakat melalui feedback yang diberikan antar sesama pengguna terhadap karya yang di-posting,” tuturnya.

Sinekdok

Sinekdok memiliki visi ke depan untuk dapat menjadi sebuah referensi masyarakat luas mengenai pengetahuan sastra dan musik, serta melahirkan seniman-seniman dan sastrawan-sastrawan yang dapat bersaing di kancah Internasional. Sebelumnya, mereka yang tertarik menghasilkan karya di Sinekdok dapat membuat akun dan berbagi karya dengan pengguna lainnya. Ada banyak kategori karya yang telah disediakan di fitur Sinekdok. Pengguna dapat berbagi ide berupa novel, cerpen, puisi, dan lain-lain.

Untuk tahun ini, Sinekdok menargetkan untuk mendapatkan pengguna sebanyak 100.000 pengguna. Upaya yang telah dilakukan salah satunya dengan mensosialisasikan secara online-offline, termasuk berkunjung ke komunitas di kampus-kampus. Startup ini juga sedang menjajaki kerja sama dengan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud untuk memudahkan langkahnya menjadi portal sastra online #1 di Indonesia.

Seberapa Sering Anda Memakai Emoji di Twitter? Cari Tahu dengan Emoji Life

Seberapa sering Anda menggunakan emoji? Pertanyaan ini memang tergolong tidak penting, tapi paling tidak kita bisa mendapat gambaran tentang seberapa besar peran ‘bahasa’ baru ini dalam komunikasi kita sehari-hari.

Kalau Anda penasaran dengan jawabannya, Anda bisa memanfaatkan tool analytics bernama Emoji Life. Emoji Life pada dasarnya mirip seperti tool analytics resmi dari Twitter, namun ia secara khusus akan membeberkan keterlibatan emoji dalam aktivitas Anda di Twitter.

Usai membuka situsnya dan login menggunakan akun Twitter, Anda akan diminta untuk melakukan otorisasi terlebih dahulu. Sesudahnya, Emoji Life akan menampilkan gambaran umum terkait penggunaan emoji selama Anda berkicau di Twitter.

Emoji Life

Saya sendiri tergolong jarang memakai emoji, tapi istri saya ternyata cukup sering. 17,7 persen dari total tweet-nya mengandung emoji, dan mayoritas adalah emoji nyengir. Emoji Life memberi istri saya pangkat “Emoji Novice”, sedangkan saya cuma “Emoji Newb”.

Lebih lanjut, Emoji Life juga akan menjabarkan detail lain seperti berapa jumlah tweet yang mengandung emoji yang di-like atau di-retweet oleh pengguna lain. Anda juga bisa melihat berapa kali masing-masing emoji sudah Anda gunakan, serta kategori apa yang paling populer.

Sekali lagi, tool ini memang terkesan tidak penting. Namun di saat yang sama ia bisa menunjukkan peran emoji yang setiap harinya kian terlibat dalam percakapan di Twitter.

Sumber: TheNextWeb.

Aplikasi Facebook Moments Kini Bisa Dipakai untuk Berbagi Video

Dengan semakin banyaknya konten video yang bisa kita jumpai di Facebook, tidak mengherankan apabila aplikasi Moments ikut meramaikan tren serupa. Ya, aplikasi berbagi foto yang dirilis pada pertengahan tahun kemarin tersebut sekarang juga bisa digunakan untuk berbagi video.

Sekadar mengingatkan, kelebihan utama Moments adalah kemampuannya untuk mengelompokkan foto berdasarkan siapa saja orang-orang yang ada di dalamnya, sekaligus waktu dan tempat pengambilannya. Tujuannya adalah mempermudah pengguna dalam menentukan siapa saja yang punya akses ke koleksi foto tersebut, dan mereka pun juga bebas menambahkan foto-foto lainnya.

Sekarang koleksinya juga mencakup konten video. Dalam beberapa minggu ke depan, pengguna juga bisa membuat slideshow yang terdiri dari kombinasi foto dan video dari suatu event, lalu membagikannya ke timeline Facebook masing-masing.

Facebook Moments

Sejak diluncurkan, sudah ada lebih dari 400 juta foto yang dibagikan melalui Moments. 100 juta di antaranya bahkan berasal dari bulan Januari saja. Angka ini cukup bisa membuktikan popularitas Moments di kalangan pengguna Facebook, dan dukungan konten video sepertinya akan semakin memantapkan posisi tersebut.

Bagi yang belum sempat mencoba, aplikasi Facebook Moments saat ini sudah tersedia untuk iOS maupun Android.

Sumber: TechCrunch.

Application Information Will Show Up Here

Facebook Resmi Luncurkan Fitur Reactions Secara Global

Berangkat dari rumor tombol Dislike lalu dipatahkan oleh pengujian fitur Reactions di dua negara, Facebook akhirnya membuka tirai akses fitur Reactions ke semua pengguna yang tersebar di belantara dunia. Buat yang ketinggalan berita, Reactions diwakili oleh keenam emoji imut yang ada pada gambar di atas.

Facebook memperlakukan fitur Reactions ini sebagai pelengkap dari tombol Like yang sudah ada sejak lama. Maksudnya, ketimbang hanya membubuhkan jempol ke suatu post milik rekan, pengguna bisa mengekspresikan apa yang dirasakannya secara lebih spesifik lagi.

Untuk memberikan reaksi terhadap suatu post, pengguna bisa menyentuh dan menahan tombol Like di perangkat mobile, atau mengarahkan cursor mouse ke tombol Like di desktop. Dari situ akan muncul enam pilihan reaksi yang berbeda, yaitu Like, Love, Haha, Wow, Sad dan Angry.

Mengapa hanya ada enam? Berdasarkan pengakuan Facebook, mereka sudah menjalankan riset selama lebih dari setahun guna menentukan tipe reaksi apa yang bakal paling sering pengguna berikan terhadap suatu post. Mulai dari komentar sampai sticker yang terpopuler, semuanya diperhatikan oleh Facebook hingga akhirnya mereka keluar dengan enam tipe reaksi di bawah.

Facebook Reactions

Selama diujikan, fitur Reactions diyakini mendapat respon positif dari para pengguna. Maka dari itu, Facebook pun sekarang sudah siap merilisnya secara global. Namun entah mengapa – atau memang peluncurannya dilakukan secara bertahap – saya masih belum bisa mengakses fitur ini sampai sekarang.

Apakah ke depannya akan ada tambahan jenis reaksi selain enam yang sudah ada? Tidak ada yang tahu. Facebook hanya mengungkapkan bahwa mereka akan terus mendengar masukan dari para pengguna supaya mereka “bisa mempunyai koleksi tipe reaksi yang bermanfaat buat semua pengguna”, demikian dijelaskan lewat rilis resminya.

Kalau melihat tipe reaksi yang ada sekarang seperti Like dan Love, mungkin saja Facebook bakal menambahkan “Frustrated” atau “Furious” untuk melengkapi reaksi Angry. Terlepas dari itu, paling tidak sekarang kita punya cara yang lebih efisien guna mengungkapkan perasaan kita terhadap curhatan seorang rekan di Facebook.

Sumber: Facebook.

Social Media Week Jakarta 2016 Digelar Bulan Ini

Acara media sosial terbesar Indonesia “Social Media Week Jakarta 2016 (#SMWJakarta)” kembali digelar. Mulai dari pembahasan seputar pemasaran berbasis konten sebagai pendekatan bisnis baru, masa depan ekonomi kreatif nasional, lanskap startup dan prediksinya di tahun 2016, hingga pembahasan tentang investasi peningkatan traksi media sosial untuk meningkatkan retrun of investment (ROI) akan didiskusikan selama 4 hari penuh.

Social Media Week merupakan sebuah inisiatif global yang akan membahas bagaimana memastikan kekuatan teknologi mampu termanfaatkan dengan baik di masyarakat, menciptakan keuntungan dan potensi tersembunyi dari setiap aksi individu di dalamnya.

SMW sendiri pertama kali digelar di New York pada tahun 2009. Acara tahunan ini diadakan selama dua periode dalam setahun (Februari dan September). Setiap momen pelaksanaan SMW selalu memiliki garis besar yang berbeda dari waktu ke waktu, disesuaikan dengan yang saat ini sedang “hot” di lanskap digital dunia.

Tahun 2016 sendiri menjadi bagian penting dalam perkembangan teknologi. Beberapa evolusi teknologi siap untuk dihadirkan. Perangkat pintar, konektivitas, analisis data dan machine learning memasuki babak baru. Mengusung tema besar “The Invisible Hand: Hidden Forces of Technology“, #SMWJakarta ingin merepresentasikan dari perkembangan tersebut.

Bersama para pakar dan praktisi di masing-masing bidang (tercatat saat ini ada 99 pembicara dari dalam dan luar negeri), para peserta akan dihadapkan pada berbagai insight bermanfaat. Rangkaian acara akan digelar mulai pada tanggal 23 – 26 Februari 2016 di Senayan City. Dari banyaknya topik bahasan yang ditawarkan, peserta dapat memfokuskan keikutsertaan pada materi yang relevan dengan kebutuhannya.

Pesatnya perkembangan digital yang ada saat ini menghadirkan tantangan sekaligus kesempatan bagi pelaku bisnis tanah air untuk menggarap pangsa pasar. Saluran media sosial dan teknologi yang ada patut disiasati dengan baik. Keandalan dalam memanfaatkan saluran tersebut terbukti membuat bayak bisnis melenggang sukses, seperti yang nanti akan diceritakan oleh para pemateri di #SMWJakarta.

Dari data Laporan Startup 2015 yang dirilis DailySocial, terbukti bahwa ekosistem internet dan mobile market di Indonesia terus bertumbuh. Menutup tahun 2015, sekitar 83,6 juta pengguna internet aktif tersebar di seluruh Indonesia, dengan 69,3 persen di antaranya adalah digital native yang menghabiskan lebih dari 5 jam per hari untuk mengakses Internet.

Saat ini pendaftaran masih dibuka untuk masing-masing bahasan. Biaya Conference Pass untuk dua hari adalah 2,5 juta Rupiah dan tersedia diskon khusus untuk pembelian minimal 5 orang dari perusahaan yang sama. Selain Conference Pass, tersedia juga 3 kelas MasterClass khusus dengan biaya 600 ribu Rupiah per sesi.

Peminat bisa segera mendapatkan #SMWJakarta Conference Pass sekarang juga, mengingat tiket mulai hampir habis. Tiket bisa dibeli di Blibli atau melalui email ke [email protected].

DailSocial Quiz (#DSQuiz) sendiri memberikan kesempatan kepada Anda untuk mendapatkan tiket gratis MasterClass, yang akan diumumkan pemenangnya Senin (22 Februari 2016), dengan menjawab tantangan berikut:

Dari tiga sesi Masterclass berikut, mana yang menurut Anda paling menarik? Berikan alasannya!

  1. Masterclass 1: Keys to Working with Blogger and Influencers
  2. Masterclass 2: Membuat Infographic dari Social Data
  3. Masterclass 3: Social Media Measurement Metric

Tuliskan jawaban Anda di kolom komentar. Pemenang terpilih (6 orang) akan mendapatkan tiket MasterClass secara gratis sesuai dengan sesi yang ingin diikuti.