Pelaku Industri, Akademisi, dan Pemerintah Bicara Masa Depan Talenta Digital

Pada acara “Peringatan 40 Tahun Pendidikan Informatika” yang diselenggarakan Ikatan Alumni Informatika (IAIF) ITB, para pemangku kepentingan (stakeholder) yang diwakili dari sektor industri, akademisi, dan pemerintah duduk bersama dan berdiskusi terkait masa depan talenta digital di Indonesia.

Dalam sambutannya Wakil Dekan Akademik STEI ITB Saiful Akbar menyoroti tentang bagaimana Indonesia dapat menghasilkan kualitas dan mutu talenta sesuai bidang lulusannya.

“Ini menjadi pertanyaan utama. Kebutuhan terhadap talenta besar, tetapi upaya untuk menumbuhkembangkan talenta mungkin tidak banyak. Informatika adalah disiplin ilmu yang tidak butuh kewarganegaraan, dari mana saja bisa didapatkan,” ujar Saiful.

Isu perihal ketimpangan talenta digital, baik dari sisi jumlah maupun kemampuan, bukanlah sebuah topik baru. Sejak bertumbuhnya ekonomi digital di tanah air, para stakeholder telah lama menyuarakan isu tersebut. Terlebih Indonesia diprediksi menjadi pasar ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara. Langkah untuk memperkecil gap tersebut harus segera dilakukan.

Berdasarkan riset di 2019, Indonesia diperkirakan butuh 9 juta talenta digital di 2030 atau menghasilkan 600 ribu talenta per tahun. Di samping itu, Indonesia diprediksi mendapat bonus demografi, yakni 70% dari total jumlah penduduk berada dalam usia produktif di 2045. Kelompok usia produktif ini akan menjadi motor penggerak ekonomi negara.

Yang menjadi tantangan adalah jumlah tenaga kerja di usia produktif dinilai tidak seimbang dengan tingkat kualitas tenaga kerja, terutama di bidang teknologi. Padahal, Indonesia tengah ‘asyik’ mengecap akselerasi digital.

Sebagai gambaran tambahan, mengutip iNews, lulusan sarjana IT di Indonesia dari ratusan perguruan tinggi maupun sekolah kejuruan program studi IT tak kurang dari 400 ribu orang setiap tahunnya. Mayoritas lulusan ini dianggap belum memenuhi kualifikasi SDM yang dibutuhkan industri.

Koordinator Startup Digital Kementerian Kominfo Sonny Hendra Sudaryana menambahkan bahwa pemerintah telah menjalankan perannya dengan tugas utama menghubungkan masyarakat di Indonesia. Pemerintah mendorong pelaku industri membangun infrastruktur jaringan, salah satunya lewat program Palapa Ring.

Dari sisi pengembangan kemampuan, pemerintah juga berupaya mengakomodasi kebutuhan ini melalui sejumlah inisiatif melalui program Digital Literacy Academy, Startup Studio, 1000 Startup, dan Digital Literacy National Movement.

Inisiatif ini diambil untuk memfasilitasi dan mengakselerasi peningkatan kemampuan talenta digital, dari tahap dasar, menengah, hingga lebih lanjut. “Ekonomi digital Indonesia terbesar di Asia Tenggara. Dalam beberapa tahun ke depan, kita akan punya 5G, mobil listrik, maupun metaverse. Jadi kita harus siap-siap mengingat perkembangan teknologi terus berubah,” ungkapnya.

Kolaborasi

Sementara itu, Country Engineering Lead Microsoft Indonesia Irving Hutagalung lebih menyoroti fenomena skill gap pada talenta digital di Indonesia. Menurutnya, isu ini tak kalah penting daripada sekadar terpaku pada kuantitas talenta digital.

Menurutnya, isu ini juga sudah lama disuarakan oleh para customer dan partner Microsoft di Indonesia, yang menuntut kualitas talenta yang lebih baik. “Sepuluh tahun setelahnya, saya masih mendapat masukan yang sama, jadi tidak ada yang berbeda. Lembaga pendidikan pasti akan tetap mencetak lulusan. Jadi, skill tetap perlu ditingkatkan. Ini belum bicara soal soft skill,” tambahnya.

Di samping itu, Irving juga menyoroti pentingnya keterlibatan industri untuk menjembatani skill gap antara lulusan kampus dan apa yang diharapkan perusahaan. Menurutnya, kurang tepat apabila kampus bertujuan untuk mencetak lulusan yang siap bekerja, tetapi justru menyiapkan pondasi cara berpikir yang benar.

“Saya melihat saat ini Indonesia masih berada di tahap mempertanyakan apa saja peran pemerintah terhadap isu ini. Bagi saya, industri harus terlibat secara aktif, tidak hanya berharap pada kampus untuk memperbaiki semua,” ungkapnya.

Salah satu upaya yang dilakukan Microsoft adalah melakukan kolaborasi dengan sejumlah pemangku kepentingan untuk meningkatkan kemampuan talenta digital, yakni corporate, universitas, digital natives, dan komunitas yang diharapkan dapat menjangkau golongan underserved.

Disclosure: DailySocial.id merupakan media partner acara Peringatan 40 Tahun Pendidikan Informatika

Kolaborasi Pemerintah dan Swasta Dukung Lahirnya Startup Berkualitas

Indonesia telah menjadi startup hub terbesar di Asia Tenggara. Bukan hanya terkait banyaknya pendanaan yang masuk, namun juga jumlah startup yang terus muncul setiap tahunnya. Meskipun sudah banyak di antara startup tersebut yang menuai sukses, namun masih ada yang belum memiliki dampak nyata.

Dalam sesi #SelasaStartup kali ini, DailySocial.id mengulas topik seputar kolaborasi regulator dan swasta dalam mewujudkan perekonomian digital di Indonesia. Bersama dengan Program Director Antler Indonesia Kanta Nandana dan Koordinator Startup Digital Kementerian Kominfo Sonny Sudaryana.

Kolaborasi pemerintah dan pihak terkait

Salah satu keberhasilan startup untuk mempercepat pertumbuhan bisnis adalah dengan menjalin kolaborasi antara startup, korporasi, dan pemerintah. Cara tersebut ternyata juga dinilai paling efektif. Bukan hanya menyediakan infrastruktur yang bisa dimanfaatkan pelaku industri, tapi juga untuk menjangkau lebih banyak pengguna di pelosok daerah yang belum tersentuh dengan teknologi.

Melalui Gerakan 1000 Startups dan Sekolah Beta yang memberikan literasi dasar mengenai startup, diharapkan bisa menjadi wadah yang bisa membantu pendiri startup mendapatkan informasi yang relevan, akses pendanaan, hingga jaringan dengan investor. Di sisi lain, Kominfo juga ingin mengatasi adanya permasalahan ketimpangan sumber daya manusia yang saat ini masih terfokus di kota-kota besar saja.

“Salah satu kolaborasi yang terlihat jelas saat ini adalah Pedulilindungi yang bisa diakses di berbagai platform. Bukan hanya aplikasi milik pemerintah saja, tapi juga startup dan perusahaan teknologi lainnya. Diharapkan kolaborasi seperti ini bisa diperluas menjadi bentuk yang berbeda,” kata Sonny.

Sementara sebagai program akselerasi startup, Antler Indonesia melihat perlu adanya dukungan dan pemahaman yang jelas antara pemain konvensional dan mereka startup digital yang ingin mendisrupsi. Sehingga adanya kolaborasi yang menguntungkan antara mereka.

Transformasi digital

Pemerintah melalui Kominfo saat ini sedang mengupayakan untuk bisa menyukseskan transformasi digital. Dalam hal ini bukan hanya fokus kepada startup saja, namun juga sektor lainnya. Pemerintah, bisnis hingga masyarakat, harus bekerja sama untuk mewujudkan transformasi digital yang merata.

Dari sisi pemerintah harus paham kebijakan apa yang akan diatur, program apa yang ingin dilancarkan dan bagaimana pemerintah bisa mencetak lebih banyak perusahaan rintisan yang berkualitas. Untuk itu penting juga bagi pemerintah untuk memberikan literasi digital, agar semua pihak baik swasta hingga pelaku UMKM bisa menjadi bagian dari transformasi digital tersebut.

“Dalam hal ini pemerintah akan memberikan resource yang relevan dan tentunya dibutuhkan oleh mereka penggiat startup. Selain itu kami juga bisa mempertemukan mereka kepada investor yang tepat dan akses langsung ke pasar, khususnya untuk wilayah yang baru terkoneksi ke digital,” kata Sonny.

Bukan hanya pendanaan yang dibutuhkan oleh pendiri startup, namun juga mentorship hingga konsultasi dengan pakar terkait untuk bisa menjadikan startup yang berkualitas. Dalam hal ini Antler Indonesia yang mulai fokus kepada startup di tanah air, berupaya untuk mempertemukan para co-founder yang relevan, demi menciptakan tim startup yang solid.

Antler Indonesia yang juga telah hadir di 17 negara dan memiliki jaringan dengan 300 perusahaan secara global, memiliki bekal pakar yang bisa menjadi mentor dan membantu pendiri startup untuk memahami lebih lanjut ide bisnis mereka, agar bisa memberikan impact dan tentunya profitable.

“Sejak awal kita berupaya untuk mengajarkan para pendiri startup masalah apa yang ingin dipecahkan. Bukan fokus kepada produk atau aplikasi, namun bagaimana ide bisnis tersebut tervalidasi dan bisa menjadi solusi terbaik untuk orang banyak,” kata Kanta.

Meskipun saat ini sudah mulai banyak modal yang masuk dari venture capital lokal hingga asing dan mulai banyaknya startup yang lahir, namun belum banyak pendiri yang memiliki kualitas yang baik. Dalam hal ini Sonny menegaskan kolaborasi pemerintah dengan pihak terkait seperti program akselerasi Antler Indonesia, bisa menjadi cara yang tepat untuk mencetak pendiri startup yang berkualitas.

“Tantangan saat ini adalah bagaimana mencari founder material yang cocok dan berkualitas. Dengan banyaknya program saat ini menurut saya bisa membantu menemukan founder yang ideal. Menjadi penting untuk mendapatkan akses ke mentor untuk membantu psikologi founder, bukan hanya pendanaan saja,” kata Sonny.

Kominfo Launches “Startup Studio” to Support Early-Stage Startup Business Acceleration

The Ministry of Communication and Information strives to complete the variant of digital startup empowerment programs in Indonesia. After the previous “National 1000 Startup Digital Movement” for founders for the ideation stage and “Next Indonesia Unicorn” for later-stage startups, Kominfo now presents a “Startup Studio” program for startups in the middle of the two stages. It is for early-stage startups starting to accelerate their business scale.

Startup Studio Indonesia aims to facilitate business growth through a variety of supports. It is focused on five things, product and team acceleration, validation of fundraising strategies, validation of growth marketing strategies, support for technology development, and sharpening business capabilities.

Director General of Kominfo Informatics Applications, Semuel Abrijani Pangerapan said to DailySocial, his team will select 20 startups for the first stage of Startup Studio. Overall, this program targets to gather around 300 startups by 2024.

In the curation process, Kominfo involved several parties. “Startup Studio Indonesia has formed a professional curatorial board consisting of various stakeholders in the tech startup ecosystem. Indeed, the decision of the curator board is absolute, without any intervention from anywhere.”

More brainstorming, less classes

Regarding its unique values, Semuel said “More brainstorming, less classes. Seeing the many sources of information about startups on the internet, we reduce the portion for the class format and prioritize two-way brainstorming with coaches.”

Each selected startup founder will be matched with a mentor according to the pain points they face in developing their business. “We believe founders need to have two-way discussions with experts in various fields, such as products, fundraising, growth hacking, people and culture, and others,” Semuel added.

In the practice, pitching sessions to investors will be held periodically for 4 weeks and on a one-on-one basis. Every week, the startup will be pitching with at least 2 investors. It is expected to strengthen the network between startups and potential investors.

Mechanism and criteria

The Startup Studio Indonesia program runs intensively for 3 months. It consists of three main lines, Founder’s Camp, 1-on-1 Mentoring, and Networking. The first event, Founder’s Camp, is a series of mentoring or brainstorming with industry players, discussing the practical knowledge that founders should master to expand their business scale.

Next, 1-on-1 Mentoring is a private session per startup to get consultation and execution supervision with the experts. Finally, Networking, an effort to expand the network to dozens of venture capitalists and leaders in related industries.

The agenda is scheduled as follows:

Timeline program Startup Studio 2020 / Kominfo
Startup Studio 2020 timeline / Kominfo

In general, the startups’ criteria are those who have reached a product-market fit, as proven by traction. This includes getting angel, pre-seed, seed, or maximum pre-series A funding. Although this is open to all landscapes, Kominfo prioritizes startups in the fields of education, health, maritime, agriculture, tourism, and logistics.

Kominfo also emphasized that this program is open to anyone, not only for the alumni of the 1000 Startup program that has been previously implemented.

“We open up opportunities for all early-stage startups that are in line with the listed participant criteria. If the registrant startup is a graduate of 1000 Startups, of course this is a plus point for us. However, this does not guarantee that the registrant startup has a special portion,” he said. Semuel.

For more information and registration, visit: https://startupstudio.id/.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Kominfo Luncurkan “Startup Studio”, Dukungan Akselerasi Bisnis Startup Tahap Awal

Kementerian Kominfo terus melengkapi varian program pemberdayaan startup digital di Indonesia. Setelah sebelumnya ada “Gerakan Nasional 1000 Startup Digital” untuk founder di tahap ideation dan “Next Indonesia Unicorn” untuk startup later stage, kini Kominfo hadirkan program “Startup Studio” untuk startup yang ada di tengah-tengah dari dua tahap tadi. Yakni startup tahap awal yang mulai mengakselerasi skala bisnisnya.

Startup Studio Indonesia ingin memfasilitasi kebutuhan pengembangan bisnis melalui beragam dukungan. Fokusnya pada lima hal, yakni akselerasi produk dan tim, validasi strategi fundraising, validasi strategi growth marketing, dukungan pengembangan teknologi, dan menajamkan kemampuan bisnis.

Kepada DailySocial, Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kominfo Semuel Abrijani Pangerapan mengatakan, di tahap pertama dari Startup Studio pihaknya akan memilih 20 startup. Namun, secara keseluruhan, target jumlah startup yang ingin dirangkul dalam program ini hingga tahun 2024 adalah 300 startup.

Dalam pemilihannya, Kominfo melibatkan banyak pihak. “Startup Studio Indonesia telah membentuk dewan kurator profesional terdiri dari berbagai stakeholders di ekosistem tech startup. Tentunya keputusan dewan kurator bersifat mutlak, tanpa ada intervensi dari mana pun.”

“More brainstorming, less classes“

Disinggung mengenai nilai unik apa yang coba ditawarkan, Semuel mengatakan “More brainstorming, less classes. Melihat banyaknya sumber informasi mengenai startup di internet, kami mengurangi porsi untuk format kelas dan lebih mengutamakan brainstorming dua arah dengan para coach.”

Setiap founder startup terpilih akan dipertemukan dengan mentor yang sesuai dengan pain points yang mereka hadapi dalam pengembangan bisnisnya. “Kami yakin founders lebih butuh melakukan diskusi dua arah dengan ahli di berbagai bidang, seperti produk, fundraising, growth hacking, people and culture, dan lain-lain,” imbuh Semuel.

Dalam pelaksanaannya, sesi picthing ke investor akan dilaksanakan secara berkala selama 4 minggu dan secara one-on-one. Setiap minggu, startup akan pitching dengan setidaknya 2 investor. Diharapkan dapat memperkuat jejaring antara startup dengan investor potensial.

Mekanisme dan kriteria

Program Startup Studio Indonesia berjalan secara intensif selama 3 bulan. Terdiri dari tiga genda utama, yakni Founder’s Camp, Mentoring 1-on-1, dan Networking. Acara pertama, Founder’s Camp merupakan rangkaian mentoring atau brainstorming dengan para pelaku industri, mendiskusikan ilmu praktis yang harus dikuasai para founder untuk mengembangkan skala usahanya.

Kemudian Mentoring 1-on-1 adalah sesi privat per startup untuk mendapatkan konsultasi dan supervisi eksekusi bersama para ahli. Terakhir Networking, upaya memperluas jejaring pada puluhan venture capital dan para pemimpin di industri terkait.

Adapun untuk agendanya telah terjadwal sebagai berikut:

Timeline program Startup Studio 2020 / Kominfo
Timeline program Startup Studio 2020 / Kominfo

Secara umum, kriteria startup yang ditargetkan adalah mereka yang sudah mencapai product-market fit, dibuktikan dengan traction. Termasuk sudah mendapatkan pendanaan angel, pre-seed, seed, atau maksimal pre-series A. Kendati terbuka untuk semua lanskap, namun Kominfo memprioritaskan startup di bidang pendidikan, kesehatan, maritim, agrikultur, pariwisata, dan logistik

Kominfo juga menekankan bahwa program ini terbuka untuk siapa saja, tidak hanya untuk alumni program 1000 Startup yang telah dilaksanakan sebelumnya.

“Kami membuka kesempatan bagi seluruh startup early-stage yang selaras dengan kriteria peserta yang sudah tertera. Apabila startup pendaftar merupakan lulusan 1000 Startup, tentunya menjadi sebuah poin plus bagi kami. Namun, hal tersebut tidak menjamin bahwa startup pendaftar memiliki porsi khusus,” ujar Semuel.

Untuk informasi lebih lanjut dan pendaftaran, kunjungi: https://startupstudio.id/.