Game Baru Hideo Kojima Ditujukan Buat Penggemar Uncharted dan The Division

Bahkan setelah terdengar rumor soal rencana Hideo Kojima untuk mengundurkan diri dari Konami, juru bicara publisher malah bilang bahwa sang desainer game legendaris itu ‘hanya mengambil cuti panjang’. Perpisahan baru resmi ketika Kojima dan Sony mengeluarkan pernyataan mengenai niat mereka mengembangkan game bersama-sama buat PlayStation 4.

Kojima Productions kini berdiri sebagai studio independen, namun fans masih bertanya-tanya akan seperti apa kreasi anyar mereka. Kabar baik bagi yang penasaran, dari wawancara bersama Famitsu, kita diberikan gambaran tentang permainan baru arahan Hideo Kojima. Pastinya, ia sedikit lebih berbeda dari genre stealth ala Metal Gear Solid, lebih menyerupai franchise populer milik Sony.

Kojima menyampaikan, game baru tersebut mengusung formula action dan akan disukai oleh para penggemar seri Uncharted dan Tom Clancy’s The Division. Ia memang masih enggan menyebutkan judul, bahkan memahami jika gamer menganggapnya tidak istimewa. Namun Kojima juga bilang, pemain akan lebih memahaminya setelah mereka melihat dan memainkannya langsung.

Game action itu memang tidak diramu sebagai permainan open-world, tetapi Kojima yakin karya digital tersebut akan jadi luar biasa. Saat ini developer mencoba memikirkan tiap aspeknya secara bersamaan – mulai dari plot cerita, karakter, dan sistem game. Ada pula beberapa elemen baru yang sedang diuji coba oleh tim Kojima Productions. Namun beberapa orang mungkin merasa kecewa karena permainan tersebut hanya tersedia eksklusif di console current-gen Sony.

Dalam episode HideoTube terbaru, Kojima menjelaskan bahwa masih terlalu dini untuk membahasnya, apalagi studio Kojima Productions baru ‘bediri kembali’ di bulan Desember 2015. Ia mengaku, mereka belum punya staf dan kantor, masih dalam tahap perencanaan dasar. Hideo Kojima menuturkan, “Buat sekarang saya masih mencari tahu bagaimana mempresentasikan studio ini. Mohon tunggu sedikit lebih lama.”

Developer lebih fokus untuk membangun tim kecil yang dipenuhi para talenta energik dan penuh semangat. “Kami tidak sedang mencari staf, kami berupaya menghimpun ‘rekan kerja’. Umur, jenis kelamin, dan kapan Anda dilahirkan tidaklah penting,” kata Kojima.

Dalam ajang pemberian gelar game terbaik di 2015 (dilakukan lima bulan memasuki tahun 2016), Famitsu turut menganugerahkan MVP Award kepada sang pencipta seri Metal Gear itu

Via Gamespot, Gematsu & Polygon.

[Rumor] NEO Ialah Codename Untuk Sony PlayStation ‘4.5’, Berikut Detail dan Spesifikasinya

Rumor mengenai rencana Sony menggarap versi lebih canggih PlayStation 4 membuat perhatian seisi industri gaming tertuju pada perusahaan Jepang itu. Berita tersebut memunculkan banyak pertanyaan: Bagaimana cara mereka menyajikannya? Lalu bagaimana nasib pemilik PS4 biasa? Informasi ini bukan sekedar kabar angin, karena lagi-lagi diperkuat laporan dari sumber berbeda.

Info terakhir mengenai PlayStation ‘4.5’ atau ‘PS4K’, panggilan favorit para fans dan pers, diungkap oleh Austin Walker dari Giant Bomb. Ia melaporkan, sejumlah informan yang mengetahui langsung proyek ini mengonfirmasi bahwa console anyar Sony itu diberi codename NEO. Selain julukan, tersingkap pula detail mengenai hardware. Dengan begitu kita memiliki patokan untuk menakar kesanggupan NEO menangani konten VR serta 4K.

Komponen-komponen yang memengaruhi performa memperoleh upgrade. NEO dibekali CPU Jaguar octa-core berkecepatan 2,1GHz (1,6GHz di PS4), versi baru kartu grafis AMD GCN (Graphics Core Next, 36 CU di kecepatan 911 MHz), serta memori RAM 8GB GDDR5 218GBps. Dari dokumen yang diperoleh Giant Bomb, NEO seperti masih menggunakan hard disk PlayStation 4 standar, namun belum jelas soal kapasitas maupun kecepatan koneksinya.

Upgrade ini tentu saja akan mendongkrak kualitas visual. NEO mendukung output ultra-HD, tetapi tidak mengharuskan developer mengembangkan game di resolusi native 4K. Sony dikabarkan telah menghubungi para developer buat merundingkan beberapa hal penting. Di bulan Oktober nanti, tiap permainan harus memiliki ‘Base Mode’ dan ‘NEO mode’ untuk digunakan di console baru.

Bagi pemilik TV 4K, NEO mampu meng-upscale game ke format itu, meski menakar dari hardware, sepertinya sulit bagi NEO buat menyuguhkan pengalaman 4K gaming sejati. Menariknya lagi, Sony bersikeras supaya komponen baru tidak menyebabkan frame rate jadi meningkat. Di dokumen, berkali-kali Sony mengingatkan developer agar frame rate permainan di NEO tetap sama seperti di PlayStation 4.

NEO bukanlah pengganti PlayStation 4, ia akan dipasarkan secara berdampingan dengan console current-gen tersebut. Kedua sistem tetap tersambung ke PSN store serta komunitas yang sama, serta menghidangkan pengalaman serupa. Sony berkomitmen untuk menjaga playerbase kedua sistem tetap tersambung, dan tidak akan ada judul game atau fitur-fitur eksklusif NEO. Hal serupa berlaku bagi dukungan periferal, termasuk PlayStation VR: tidak akan ada mode virtual reality eksklusif di NEO.

Melihat namanya, NEO memang memiliki keterkaitan dengan PlayStation VR. Sebelum diumumkan, headset VR Sony itu disebut Project Morpheus. Tim Sony Computer Entertainment pasti penggemar berat The Matrix…

Via Polygon.

Sony Umumkan Tanggal Peluncuran Shadow of the Beast di Indonesia

Nama Shadow of the Beast tertimbun oleh game-game populer baru meskipun faktanya ia merupakan salah satu franchise klasik. Awalnya dirilis buat Commodore Amiga di tahun 1989, Shadow of the Beast turut di-port ke platform lain. Permainan diikuti oleh dua sekuel, dirilis tahun 1990 dan 1992. Dan kabarnya, versi barunya akan tersedia eksklusif di console current-gen Sony.

Sony Interactive Entertainment menyingkap sebuah kejutan untuk pemilik PlayStation 4 di Indonesia. Mereka mengumumkan agenda peluncuran remake Shadow of the Beast, yang ternyata akan dilangsungkan tidak lama lagi. Bulan Mei memang dipenuhi pelepasan judul-judul menarik (Battleborn, Uncharted 4, Doom), tapi Shadow of the Beast dijajakan di harga yang bersahabat bagi isi dompet.

Shadow of the Beast 02
Parallax scrolling kembali hadir di versi baru ini.

Sebagai remake, Shadow of the Beast versi baru akan menceritakan kembali petualangan Aarbron. Sewaktu kecil, ia diculik, tubuhnya dirusak oleh sihir dan dijadikan pelayan oleh penguasa jahat bernama Maletoth. Hingga hari ini, belum ada detail lain mengenai sang tokoh antagonis, dan apakah Shadow of the Beast mengusung narasi yang sama seperti sebelumnya.

Developer Heavy Spectrum Entertainment Labs bertanggung jawab dalam pengembangannya, menggantikan Reflections Interactive. Gameplay mengombinasikan formula action dan platforming. Sejumlah komponen klasik yang ada di pendahulunya turut dihadirkan lagi di varian anyar itu; misalnya health bar tradisional, sistem combo, dikombinasi quick-time event.

Shadow of the Beast 03
Gameplay Shadow of the Beast baru tampak familier.

Di E3 2015, Matt Birch selaku CEO Heavy Spectrum Entertainment sempat bilang bahwa Shadow of the Beast akan menyuguhkan pertempuran ‘brutal’. Komponen-komponen esensial lain contohnya art direction dan musik tak lupa dibubuhkan di sana. Developer menggaet komposer asli Shadow of the Beast David Whittaker dan kembali menyajikan parallax scrolling. Upaya itu katanya dilakukan ‘demi memastikan gamer tidak kecewa’.

“Jelajahi Karamoon, sebuah dunia yang cantik, brutal dan penuh dengan misteri, dalam perjalanan tunggal menggulingkan Maletoth sang tiran jahat,” tulis Sony Sony Computer Entertainment Hong Kong Limited di press release. “Rasakan pertempuran epik melawan bos dan hadapi gerombolan lawan dalam aksi penuh adrenalin. Kembangkan kemampuan lewat skill point, dan buka gerakan-gerakan brutal baru.”

Shadow of the Beast edisi standar rencananya akan dirilis pada hari tanggal 17 Mei 2016. Sony menyediakan versi digital serta Blu-ray, keduanya dijajakan seharga Rp 300 ribu.

Sony Umumkan Informasi Soal Ketersediaan Final Fantasy XV di Indonesia

Meskipun ada kata ‘final’ di judul Final Fantasy, perjalanan franchise game kebanggaan Square Enix ini masih jauh dari selesai. Fans sedang menanti permainan ke-15 di entry mainline, dan setelah waktu pengembangan yang cukup lama serta sempat terdengar rumor pembatalan, publisher akhirnya mengumumkan informasi lengkap mengenai peluncuran Final Fantasy XV.

Setelah dinanti-nanti para penggemarnya, detail lebih lanjut disingkap di ajang ‘Uncovered: Final Fantasy XV’ di kota Los Angeles. Di sana Square Enix mengungkap waktu rilis, harga, dan rencana memperluas jagat fiksinya. Sebagai salah satu penyedia platform permainan tempat Final Fantasy VX mendarat, Sony Computer Entertainment turut meneruskan kabar tersebut pada pemilik PlayStation 4.

Lewat Final Fantasy XV, Square Enix mencoba menyajikan rasa berbeda dibanding permainan-permainan terdahulu. Setting game lebih kelam, menampilkan karakter-karakter manusia serta latar belakang yang lebih realistis. Ia mengusung genre action role-playing dengan sistem pertempuran menyerupai Kingdom Hearts atau Final Fantasy: Type-0, dipadu formula open-world.

Final Fantasy XV mengisahkan petualangan Noctis Lucis Caelum, putra mahkota dan pelindung kerajaan Lucis yang diberkahi sebuah kekuatan akibat insiden di masa kecilnya. Game dimulai setelah deklarasi gencatan senjata antara Lucis dan rivalnya, Niflheim, mengakhiri perang dingin karena perebutan kristal. Noctis harus pergi dari kampung halamannya akibat pengkhianatan Niflheim.

Mendampingi peluncuran FFXV, Square Enix juga mempunyai agenda buat memublikasikan seri anime berjudul Brotherhood Final Fantasy XV, terdiri dari lima bagian, masing-masing menceritakan latar belakang kawan-kawan Noctis. Episode pertama sudah dapat Anda saksikan di YouTube. Film berdurasi kurang lebih 12 menit itu digarap oleh A-1 Pictures.

Anda menyukai Final Fantasy: Advent Children? Sutradara Takeshi Nozue dikabarkan akan kembali untuk menahkodai featured film animasi Kingsglaive Final Fantasy XV, fokus pada Raja Regis, ayah dari Noctis, dan Crown City. Film diproduksi oleh Sony Pictures Entertainment serta Square Enix, dan akan didistribusi secara digital.

Kembali ke permainan Final Fantasy XV, Square Enix tak lupa menyuguhkan sebuah demo Platinum gratis, membawa pemain ke masa kecil Noctis. Narasinya unik, menawarkan pengalaman di luar game dan tidak ada di versi retail-nya nanti.

Final Fantasy XV versi PlayStation 4 sudah bisa Anda pre-order. Ia akan meluncur pada tanggal 30 September 2016 seharga mulai dari Rp 820 ribu (edisi standar). Permainan juga tersedia buat console Xbox One.

Sumber tambahan: Blog PlayStation.

Detail Baru Mengenai ‘PlayStation 4.5’ Terungkap

Beberapa waktu lalu, laporan dari Kotaku menyatakan bahwa Sony saat ini sedang menggodok versi baru PlayStation 4. Sistem sengaja dirancang untuk menjalankan konten-konten yang menuntut kemampuan olah visual tinggi, misalnya VR atau resolusi 4K. Meski demikian, kabar tersebut memang memunculkan banyak pertanyaan, khususnya dari para pemilik PS4.

Sony memang belum memberikan komentar, namun berita dari Wall Street Journal menguatkan informasi ini sekaligus memberikan sedikit pencerahan mengenai keberadaan ‘PlayStation 4.5’ (atau ‘PlayStation 4K’?). Narasumber anonim menyampaikan, sistem anyar itu menyimpan kinerja olah grafis dan data lebih mumpuni, agar bisa bersaing dengan Oculus Rift dan HTC Vive yang ditenagai PC high-end.

Sang informan tak lupa bilang, walaupun nanti PlayStation 4.5 mulai dipasarkan, proses produksi PlayStation 4 standar tidak dihentikan. Tampaknya Sony Computer Entertainment tak mau kehilangan momentum penjualan PS4, belum lama melewati angka 36 juta unit. Bahkan tanpa console baru, Sony berpotensi besar memimpin kompetisi VR karena produk mereka ditawarkan jauh di bawah harga kompetitor tanpa adanya system requirements yang harus terpenuhi.

Narasumber menjelaskan, ada kemungkinan PlayStation 4.5 diumumkan secara resmi di bulan Oktober 2016, bertepatan dengan perilisan PlayStation VR. Meski Sony mengklaim PS4 sanggup menangani PlayStation VR, tambahan tenaga tentu akan mendongkrak kualitas konten. Kabar baiknya: gamer PS4 yang belum ingin beralih ke hardware anyar tak perlu cemas, katalog software (app dan game) tetap sama, sehingga mereka tak tertinggal.

Tujuan Sony meng-upgrade PlayStation 4 adalah untuk menghimpun gamergamer yang tak keberatan mengeluarkan uang lebih banyak demi produk lebih canggih, terutama buat menikmati virtual reality atau konten UHD. Presiden SCE Andrew House sempat bilang bahwa VR merupakan langkah berikutnya dalam upaya Sony menghidangkan pengalaman gaming lebih istimewa dan akan mengantar gamer ke era baru video game.

Macquarie Securities memprediksi, Sony berpeluang memasarkan delapan juta unit PSVR dalam waktu dua tahun, namun produsen dari Jepang itu memerlukan beberapa tahun lagi hingga penjualan hardware dapat memberikan profit yang berarti. Buat sekarang, pemasukan utama bersandar pada penjualan software.

Para rival juga sudah bersiap-siap menghadapi masa transisi unik ini. Microsoft diketahui berupaya melebur ekosistem Xbox dengan PC berbekal platform Windows 10, sedangkan Nintendo sedang sibuk dengan proyek NX mereka. Kemudian Sony tampaknya merespons positif ajakan Microsoft untuk ‘menyatukan’ jaringan online PS4 dan Xbox One dalam game-game tertentu.

[Rumor] Sony Sedang Garap ‘PlayStation 4.5’ Buat Tangani 4K Gaming?

Di bidang gaming, banyak orang percaya, besarnya resolusi yang dapat dihidangkan oleh layar merupakan salah satu faktor penentu kualitas visual. Dan belakangan, gamer PC hardcore sudah mulai bermain-main dengan resolusi 4K. Namun bagi mayoritas pecinta permainan video, termasuk pemilik console current-gen, ber-gaming di UHD masih jauh di luar jangkauan.

Terkait hal ini, sebuah kabar menarik terdengar di akhir minggu lalu. Berdasarkan diskusi developer, Kotaku melaporkan bahwa Sony mempunyai rencana untuk menciptakan versi baru PlayStation 4 dengan GPU dan kemampuan olah data lebih mumpuni sehingga sanggup menjalankan game di resolusi 4K, dan lebih baik dalam menangani PlayStation VR. Device itu diberi sebutan PS4.5.

Menghitung secara kasar, 4K menyuguhkan resolusi sebesar 3840×2160-pixel, empat kali lebih besar dari full-HD – boleh dibilang sebagai standar PlayStation 4. Console Sony itu sebetulnya mampu menghidangkan output 4K berupa foto dan video, tapi UHD belum didukung buat gaming. Lewat upgrade ‘4.5’ ini, developer diberikan kesempatan untuk menyajikan efek grafis canggih dan membuat game tampil lebih cantik.

Penyampaiannya pada konsumen mungkin akan membingungkan, terutama bagi pemilik PlayStation 4. Kotaku belum tahu apakah PS4.5 hadir berupa upgrade atau perangkat baru, tapi informasi diperkuat oleh pernyataan individu berbeda berdasarkan narasumber terpercaya. Meski demikian, detailnya masih sangat minim. Satu sumber menyatakan, PS4.5 itu merupakan upaya eksplorasi dan tidak dirilis tahun ini.

Informan Kotaku tersebut belum tahu kapan Sony akan resmi mengungkapnya dan berapa harganya. Jika benar, maka ada peluang ‘PlayStation 4.5’ tersuguh berupa tambahan buat PlayStation 4. Sony sudah pasti tidak mau menelantarkan hampir 36 juta pemilik console. Tapi sampai di titik ini, hanya tim Sony yang mengetahui apa rencana mereka selanjutnya. Sisanya, kita cuma bisa menerka-nerka.

Kotaku sempat menghubungi Sony, namun juru bicara mereka hanya menjawab, “Kami tidak bisa memberi komentar terhadap rumor dan spekulasi.”

Mungkin alasan Sony (dan Microsoft) mencoba keluar dari tradisi siklus hidup console lagi-lagi terkait dengan perkembangan teknologi PC. Secara kualitas, PC tanpa kesulitan mengalahkan Xbox One dan PlayStation 4, dan jarak itu terus bertambah tiap tahun. Valve juga sudah lama diketahui berupaya mengekspansi layanan mereka ke ruang keluarga – sebuah wilayah yang tadinya dikuasai console.

Terlepas dari itu semua, saat ini ber-gaming di 4K belum memberikan banyak keuntungan, kecuali Anda bermain di TV atau proyektor yang mampu mendukungnya.

Processing Unit PlayStation VR Ternyata Tak Memberi Tambahan Tenaga?

‘Festival VR’ yang dimulai awal tahun ini berlanjut di event GDC 2016. Setelah lama ditunggu-tunggu, Sony akhirnya memberi tahu rincian mengenai harga, waktu peluncuran dan isi bundel PlayStation VR. Namun selain premis inovasi dan dukungan beragam konten, mereka tampak masih malu-malu menyingkap detail teknisnya, terutama rahasia dari unit boks ekternal.

Kita semua tahu, VR menuntut dukungan sistem ber-hardware mumpuni. Untuk PSVR, banyak orang berasumsi Sony menambahkan kekuatan olah data pada boks yang tersambung ke headset, dinamai processor unit oleh sang produsen. Terlepas dari namanya itu, seorang staff Sony menyampaikan bahwa processing unit sebetulnya tidak memberikan tambahan tenaga untuk GPU maupun CPU, dan bukan pula berperan sebagai upgrade atau ekspansi.

Via Polygon, Chris Norden selaku senior staff engineer akhirnya menjelaskan fungsi sesungguhnya dari processing unit PlayStation VR. Pertama, kotak sebesar empat tumpuk case CD itu bertugas untuk mengolah dan menyuguhkan audio 3D. Berkatnya, developer tidak perlu memperkirakan ke mana pemain melihat. Mereka hanya tinggal menempatkan sumber suara di ruang virtual, lalu processor unit akan mengolahnya secara real-time.

Processing unit juga bertanggung jawab menangani displaysocial screen‘, mengacu pada layar kedua PlayStation VR. Boks ini memungkinkan console PS4 menampilkan gambar di headset serta TV secara bersamaan. Ia dapat bekerja dalam dua mode, yaitu mirror dan separate. Fitur mirror diklaim sanggup menyajikan output bebas distrosi dari display di mata kanan. Kemudian mode separate menyampaikan output video dan audio berbeda, berjalan di resolusi 720p dengan 30 frame per detik.

Dengan processing unit, PlayStation VR juga mempunyai kemampuan menarik: cinematic mode, di mana headset akan mensimulasikan layar seluas lima meter (225-inci) sejauh 2,5-meter di ruang virtual, kompatibel ke semua game atau konten non-VR. Beberapa fitur yang turut didukungnya meliputi Share Play serta Live, dan hampir semua elemen UI PS4 sudah disesuaikan ke mode tersebut.

Bundel PlayStation VR sendiri berisi headset, processor unit, kabel khusus untuk headset VR, kabel HDMI, kabel USB, headphone stereo, kabel power dan unit adaptor. Paket tidak termasuk PS Move, PS Camera dan controller DualShock. Camera adalah komponen wajib, dan jika kebetulan Anda belum mempunyainya, Sony telah menyiapkan alternatif.

Presiden Sony Computer Entertainment Worldwide Shuhei Yoshida bilang pada Tech Insider, akan tersedia bundel PlayStation VR yang dilengkapi unit motion controller Move beserta PS Camera.

Sumber tambahan: Gamespot & IGN.

Sony Singkap Info Waktu Peluncuran dan Harga PlayStation VR

Berbicara virtual reality, trio Oculus Rift, HTC Vive dan Sony PlayStation VR akan selalu disebut. Rahasia mengenai Rift serta Vive sudah disingkap berminggu-minggu silam, dan sejak saat itu perhatian gamer tertuju pada PSVR. Beberapa jam lalu, CEO Sony Computer Entertainment Andrew House akhirnya menyingkap informasi penting yang begitu dinanti-nanti.

Bertepatan dengan berlangsungnya GDC 2016, House mengumumkan harga serta waktu perilisan PlayStation VR. Sesuai janji produsen, device ini dibanderol seharga ‘console baru’, yaitu US$ 400. Artinya ia merupakan alternatif lebih murah, dan lebih mudah khususnya buat para pemilik PlayStation 4 karena head-mounted display kompatibel langsung ke console itu. PSVR rencananya akan meluncur pada bulan Oktober 2016 nanti.

Secara tertulis, sang CEO turut menyampaikan upaya Sony mengembangkan ekosistemnya. Sampai hari ini, terhitung ada 230 developer yang sedang membangun konten PlayStation VR. Mereka terdiri dari tim independen sampai studio-studio besar di bawah publisher raksasa. House memperkirakan, akan tersedia 50 permainan mendampingi pelepasan PSVR ke publik hingga akhir 2016.

Sony PlayStation VR Launch Date 01

Kapabilitas PlayStation VR juga dijanjikan tidak terpatok di satu titik. Fiturnya akan bertambah seiring update, dan Sony turut membayangkan genre-genre permainan baru yang hanya mungkin tercipta berkat virtual reality. Tapi aspek paling menarik dari PSVR terletak pada kemudahan konsumen untuk memilikinya. Menakar dari perhitungan kasar, harga headset plus PS4 setara dengan Vive tanpa PC pendukung. Namun benarkah penawaran Sony semanis ini?

Ternyata tidak. Selepas presentasi GDC mereka, Sony baru memberi tahu bahwa agar PlayStation VR dapat kompatibel ke PlayStation 4, kita harus melengkapinya dengan PS Camera. Bukan itu saja, tampaknya kita memerlukan periferal PlayStation Move untuk menikmati mayoritas game di sana. Di toko retail global, Camera dijajakan di kisaran US$ 60, lalu Anda perlu mengeluarkan US$ 50 lagi buat sebuah Move.

Jika dijumlahkan semua (belum disesuaikan ke Rupiah, dan anggap saja Anda belum mempunyai PS4), pengalaman virtual reality di console Sony itu menuntut biaya antara US$ 800-850. Dan kini kita tiba pada pertanyaan terbesarnya: apakah sepadan?

Sony Japan Studio berencana membundel PSVR dengan The PlayRoom VR, bisa diunduh gratis dari Store, berisi enam game yang dapat dinikmati bersama kawan-kawan dan keluarga. Selain itu, sejumlah permainan blockbuster juga akan kompatibel secara penuh ke device: Battlezone, Gran Turismo Sport, Until Dawn: Rush of Blood, Final Fantasy XIV, The London Heist sampai Eve: Valkyrie. Judul-judul tersebut memastikan PSVR tak kalah saing dari Rift maupun Vive.

Menariknya lagi, via Twitter, Sony mengonfirmasi bahwa Star Wars Battlefront juga akan hadir di PlayStation VR – setelah kemunculan trailer bocor berjudul Trials on Tatooine VR di YouTube awal minggu ini.

Sumber: Blog PlayStation. Tambahan: Kotaku.

Sony Akui Oculus Rift Lebih Baik Dari PlayStation VR?

Dengan PlayStation VR, Sony kini berada di posisi menguntungkan. Harga versi retail Rift serta Vive sudah diungkap, dan keduanya ternyata bukanlah produk terjangkau. Tak seperti headset kompetitor, tidak ada daftar hardware yang harus dipenuhi oleh PSVR selain kepemilikan PS4. Dan melihat penjualan PlayStation 4, PlayStation VR berpeluang besar untuk jadi juara.

Menariknya, meskipun percaya diri pada potensi produk mereka, Sony secara besar hati mengakui keunggulan sang rival. Dalam wawancara panjang bersama Polygon, executive vice president Masayasu Ito menyampaikan bahwa kualitas konten Rift memang lebih baik. Tapi di persaingan itu, pendekatan Sony adalah menawarkan alternatif lebih terjangkau dengan dukungan teknologi yang tak kalah mutakhir.

“Jika Anda berbicara mengenai mutu di kelas high-end, saya mengakui Oculus menyuguhkan konten lebih baik,” tutur Ito menjawab pertanyaan Polygon. “Meski demikian, ia [Rift] menuntut hardware PC yang canggih dan mahal. Keunggulan PlayStation VR ialah integrasi ke PlayStation 4. Perangkat didesain buat pemakaian sehari-hari, lebih mudah digunakan, dan pastinya lebih terjangkau. PlayStation VR bukan diperuntukkan bagi pemilik PC high-end, melainkan khalayak umum.”

Dari laporan Bloomberg di tahun lalu, CEO Sony Computer Entertainment Andrew House pernah bilang mereka berencana menjual PlayStation VR seharga console baru. Jika berpatokan dari PS4 ketika baru diluncurkan, banyak orang berspekulasi bahwa device akan dipasarkan di kisaran US$ 300-400. Menghitung perkiraan harga termahal plus PlayStation 4, Anda dapat menikmati VR cukup dengan mengeluarkan US$ 800. Uang sebanyak ini baru bisa membeli satu unit Vive, belum termasuk PC-nya.

Spesifikasi PSVR memang sedikit di bawah Rift. Ia menyuguhkan sebuah layar OLED 5,7-inci 1920×1080, di-split menjadi 960×1080 buat tiap mata. Refresh rate PlayStation VR lebih tinggi dari Rift (90Hz), yaitu 120Hz, tapi Rift mempunyai resolusi lebih besar di 2160×1200 serta field of view lebih luas, 110 versus 100 derajat. Perlu diketahui, karena jarak dari mata ke layar begitu dekat, jumlah pixel sangat memengaruhi kualitas.

Menariknya lagi, Sony menganggap PlayStation VR sebagai console baru, bukan sekedar aksesori pelengkap. Layaknya sistem permainan, Sony telah menyiapkan berbagai judul game. Sebagian tim mulai menambahkan fitur-fitur virtual reality dalam permainan PlayStation, contohnya seri Grand Turismo serta Dreams, namun mayoritas game yang kompatibel ke PSVR sendiri digarap oleh studio third-party.

PlayStation VR dijadwalkan untuk meluncur tahun ini, namun Sony belum menyebutkan waktu rilisnya secara spesifik.

Sony Sedang Garap Controller PlayStation VR Berbentuk Sarung Tangan?

Setelah harga Rift serta Vive diumumkan, kini perhatian tertuju pada Sony dan PlayStation VR mereka. Ada beberapa alasan mengapa virtual reality tidak murah. Pertama, konsumen harus mempersiapkan hardware yang mampu mendukungnya. Lalu aksesori kendali juga tidak kalah penting. Menariknya, ada indikasi Sony tidak cuma mengandalkan DualShock 4 saja.

User NeoGAF bernama Rösti melaporkan bahwa perusahaan video game berbasis Tokyo itu telah mengajukan tiga buah paten input kendali untuk digunakan bersama headset PlayStation VR. Paten tersebut meliputi Thumb Controller, Glove Interface Object, dan ‘sistem serta metode buat menyediakan feedback bagi pengguna yang sedang berinteraksi dengan konten digital’.

Di antara ketiga paten tersebut, Glove Interface Object paling menarik. Berdasarkan rangkuman penjelasan Sony, periferal ini memungkinkan user berinteraksi dengan video game. Mengacu pada gambar-gambar yang telah dipublikasi, aksesori berbentuk sarung tangan itu memberi kemampuan pada sistem buat menterjemahkan pose tangan menjadi input; contohnya, dengan mengacungkan jempol dan telunjuk, aplikasi membacanya sebagai pistol.

PlayStation VR Glove Controller

Melihat secara lebih teknis, sarung tangan memanfaatkan sensor flex untuk mengindentifikasi jari. Dari sana, sebuah modul komunikasi akan menyalurkan data dari sensor ke device komputasi utama supaya perangkat dapat mengetahui posisi dan pose jari. Kemudian sistem segera me-render tangan kita di dunia virtual, menampilkannya di head-mounted display.

Menariknya lagi, Glove Interface Object kemungkinan juga akan dibekali pressure sensor, diletakkan di sejumlah lokasi misalnya ujung jari atau telapak tangan, fungsinya adalah mendeteksi besar kecilnya tekanan. Terdapat pula touch switch agar sarung tangan bisa mengetahui saat permukaannya saling bersentuhan – misalnya sewaktu jempol menyentuh jari lain.

PlayStation VR Glove Controller 01

Premisnya memang sangat menarik, dan berpotensi menyaingi Oculus Touch atau controller Vive, tapi Sony bukanlah produsen pertama yang mengusung aksesori kendali mirip sarung tangan. 27 tahun silam, Nintendo pernah meluncurkan Power Glove. Diracik untuk melengkapi NES, Power Glove memperoleh kesuksesan di awal pengenalannya. Namun karena keterbatasan teknologi dan hanya ditopang dua permainan, ia gagal secara komersial.

Implementasi teknologi serupa berpeluang memberikan alternatif terbaik atas solusi input virtual reality. Namun buat sekarang, kita hanya bisa menunggu dengan sabar sampai Sony mengungkapnya lebih resmi. Perlu Anda tahu, pengajuan paten telah dilakukan sejak bulan September serta Oktober 2014, dan baru dipublikasi pada 25 Februari 2016 kemarin.

Via IGN.