Tips Mencari Sosok Co-Founder Ideal Menurut Modalku, Mbiz, dan Bang Joni

Ibarat mencari pasangan hidup, mencari co-founder itu susah susah gampang. Sebab, merekalah orang yang akan membantu Anda mewujudkan perusahaan impian. Ada yang mengatakan orang terdekat Anda lah yang tepat menjadi co-founder, namun cari apakah ini selalu tepat?

DailySocial mencoba untuk merangkum berbagai tips dari penggiat startup Indonesia, di antaranya dari petinggi Modalku, Bang Joni, dan Mbiz. Berikut rangkumannya:

Harus memiliki keahlian berbeda

Co-Founder dan CEO Modalku Reynold Wijaya mengatakan banyak orang yang terjebak saat mencari co-founder dengan lebih memilih orang yang sudah mereka kenal sebelumnya. Ini berbahaya karena secara natural biasanya orang berteman dengan orang-orang dengan latar belakang yang mirip, sehingga tanpa sadar memiliki keahlian yang sama.

Padahal dalam memulai bisnis, pertama-tama harus tentukan terlebih dahulu kapabilitas yang dibutuhkan untuk sukses. Dari sana, kita assess diri sendiri dan/atau calon founders apakah bila digabung kapabilitas ini bisa terpenuhi.

“Secara technical, founders idealnya memiliki skillset yang berbeda sehingga saling melengkapi, bukan saling bersaing. Kalau sama-sama jago di bidang sales, pasti dua-duanya ingin kontrol sales,” terang Reynold.

Yang terpenting, sambungnya, setiap founder harus memiliki keahlian, wewenang, dan tanggung jawab yang harus di atur terlebih dahulu agar jelas. Tujuannya agar tidak terjadi deadlock atau infighting.

Dia mengakui, untuk mencari founder dengan keahlian yang saling melengkapi itu sangat sulit. Biasanya baru ditemukan di luar lingkungan pertemanan, meski terkadang ada juga dari sana.

“Terakhir, yang tak kalah penting adalah memiliki values. Walaupun skillset berbeda, values harus serupa sehingga perusahaan akan selalu didahului dan membelakangkan ego. Bila Anda mendapatkan sosok tersebut, artinya Anda telah mendapatkan founder yang ideal.”

Lihat keahlian yang “dibutuhkan” perusahaan

Sementara itu, menurut CEO Mbiz Ryn Hermawan, Anda harus memperhatikan keahlian yang dibutuhkan oleh perusahaan itu sendiri, termasuk investor. Dengan mengombinasikan kebutuhan perusahaan, baik itu dari segi jaringan, pengalaman bekerja sebelumnya, beserta pencapaiannya yang bakal digunakan perusahaan untuk mendukung bisnis ke depannya.

In reality biasanya investor atau perusahaan cari founder itu based on kesamaan visi dahulu, founder perlu percaya dengan ide dan goal akhirnya. Sebab itu yang akan initiate the excitement dan fondasi dasar untuk di bawa ke tahapan eksekusi,” kata Ryn.

Harus punya “chemistry”

Senada dengan Ryn, CEO Bang Joni Diatche G Harahap menuturkan bahwa memiliki chemistry adalah hal utama yang harus dicari saat mencari founder. Chemistry menjadi penting demi melihat kecocokan dari masing-masing founder baik secara personal maupun bisnis, serta dengan bisnis perusahaan itu sendiri. Bila itu tidak ada, bisa dipastikan hubungan antar rekan kerja akan sulit harmonis.

Ache, panggilan akrab Diatche, menambahkan, dia juga memilih perlunya founder untuk memiliki kesamaan visi dan mental yang kuat.

“Karena mental yang itu, menurut saya adalah salah satu variabel utama untuk kesuksesan suatu perusahaan. Kalau ketiga unsur tersebut tidak pas, tidak akan gabung,” kata Ache.

Empat Kenyataan Di Balik Peluncuran Startup

Meluncurkan perusahaan startup itu meski terlihat glamour, tapi kenyataannya tidak berkata demikian. Pada ujungnya, startup harus berorientasi pada bisnis yang perlu menghasilkan uang agar dapat terus bertahan dan menghidupi karyawannya.

Artikel ini bisa jadi diperuntukkan untuk Anda atau tidak, sebab kami akan memperkenalkan bagaimana realita di dunia startup. Sebelum berhenti dari pekerjaan dan menyelam ke dunia yang penuh gejolak, perlu Anda ketahui ada empat aspek penting yang harus dipertimbangkan. Berikut rangkumannya:

1. Memperoleh laba itu butuh waktu

Satu kebenaran yang pasti Anda alami ketika baru meluncurkan startup adalah, Anda tidak bisa mengetahui secara pasti kapan akan memperoleh laba.

Ketika pendiri Fed.Ex Frederick W Smith mendirikan perusahaannya tersebut di 1962, dia tidak langsung memperoleh laba dalam satu malam. Hal ini baru terjadi terjadi pada 1976 setelah dia harus berhutang besar sebanyak US$5 ribu untuk menyelamatkan Fed.Ex dari kebangkrutan. Saat ini perusahaan tersebut telah menghasilkan keuntungan sebesar US$13 miliar, namun jalan menuju sana tidaklah mudah.

Bagaimana dengan startup Anda? Bisa jadi dengan proyeksi perusahaan sudah mencetak laba pada tahun ke lima berdiri, prediksi bisa bergeser dari rencana.

2. Membuat rencana jangka panjang

Meluncurkan startup bukanlah cara cepat jadi kaya. Faktanya meluncurkan startup itu jauh dari kata glamor. Jadi sebelum Anda mengatur rencana bagaimana startup bergerak, Anda perlu tahu berapa besar gaji yang Anda terima hari ini? Seberapa berhasilkah meniti karier di startup? Berapa besar peluangnya?

Intinya, Anda harus memiliki pola pikir jangka panjang dengan tujuan apa saja keuntungan yang bisa didapat setelah “melompat” ke karier baru. Apakah mendirikan startup hanya sebatas batu loncatan karier atau karena Anda tidak memiliki pekerjaan lain di luar bidang lainnya.

Lalu dari sisi gaji dan tunjangan, berapa biaya konservatif yang bisa Anda dapat dalam lima tahun mendatang, apakah startup Anda bisa membayar dengan nilai lebih?

Mendirikan startup itu tidak selalu membicarakan uang. Ada kegembiraan dan kepuasan besar menjadi bos untuk diri sendiri, jika Anda tidak bahagia di lingkungan kerja saat ini.

3. Selalu ada masa surut hubungan dengan rekan kerja

Orang yang menyelamatkan perusahaan yang Anda rintis adalah co-founder Anda sendiri. Dia lah yang bekerja dengan baik bersama Anda, melengkapi kemampuan Anda dan memungkinkan perusahaan untuk sukses di bidang yang bukan keahlian Anda.

Meski begitu, banyak tantangan muncul di antara Anda berdua. Ini bukan berbicara mengenai keahlian saja, tapi chemistry yang terjalin karena Anda harus berbagi tugas dan tanggung jawab. Bagaimana membangun kepercayaan kepada orang lain untuk menangani berbagai urusan yang tidak dapat Anda lakukan sendiri

Perjalanan Anda dengan co-founder juga tidak selalu berjalan mulus, pasti ada rintangannya. Anda bakal bersitegang yang menguji mental. Ada kabar buruk, kemuduran, penundaan janji, dan lainnya. Banyak pasangan yang sudah menikah, namun berujung pada perceraian karena penyebab utamanya adalah pasangan memulai suatu hubungan yang tidak saling mempercayai.

Pada intinya, Anda dan co-founder, baik itu hubungan bisnis maupun pribadi, harus bersedia memberi banyak perhatian untuk seluruh pekerjaan Anda. Ada konsekuensi yang harus Anda ditanggung ketika menerima co-founder sebagai rekan kerja.

4. Penjualan bukan tujuan akhir

Jika Anda memiliki tujuan akhir perusahaan hanya akan bisa berkembang dan sukses bila dijual ke perusahaan lain, artinya Anda sedang berada dalam masalah.

Strategi akhir Anda mendirikan startup bukanlah agar dibeli oleh perusahaan lain. Ekspektasi Anda harus lebih tinggi dari itu. Jika Anda membangun perusahaan yang bagu hanya untuk diserap oleh entitas yang lebih besar dari Anda, lalu bagaimana dengan nasib rencana jangka panjang Anda?

Satu-satunya cara untuk mencapai kemandirian ekonomi sejati adalah membuat perusahaan Anda secara berkelanjutan dan menguntungkan. Tentu saja, untuk mencapainya tidak pernah mudah. Jika Anda melakukannya dengan benar, paling tidak Anda memiliki pilihan untuk menjualnya atau tidak.

Meskipun seseorang akan selalu berada di tingkat stres yang tinggi saat meluncurkan startup, perlu diyakini bahwa kesuksesan itu bisa dicapai. Anda hanya perlu tahu berapa biayanya, dan yang terpenting adalah biaya tersebut layak untuk Anda lakukan.

Tiga Kesalahan Terbesar yang Kerap Dilakukan Pendiri Startup

Dalam sesi tanya jawab di halaman mediumnya, investor asal Amerika Serikat Bay McLaughlin yang banyak mengalokasikan dananya kepada startup IoT dan hardware, menyampaikan pengalaman menarik seputar startup. Dari jawaban yang dibagikan terangkum tiga hal penting yang wajib dicermati oleh pendiri startup, yaitu tiga kesalahan yang kerap dilakukan dan pastinya wajib untuk dihindari.

Keberhasilan seorang pendiri startup menjalankan bisnisnya, sepenuhnya dipengaruhi oleh tiga berikut, yang terangkum dalam artikel ini.

Membangun startup tanpa pengetahuan dan pengalaman tentang produk

Kesalahan pertama ini adalah kesalahan yang paling banyak dilakukan oleh pendiri startup, hal ini sebagian besar dipengaruhi oleh “hype” menjadi seorang Founder dan popularitas yang bakal diterima dari media. Idealnya jika Anda ingin membuat layanan kesehatan atau produk tentang pendidikan, pahami terlebih dahulu hal tersebut. Jika Anda sebagai pendiri memiliki latar belakang atau pendidikan terkait akan menjadi dasar yang kuat, namun jika Anda tidak memiliki pengetahuan atau latar belakang di bidang tersebut jangan dipaksakan.

Jika saat ini Anda merasa yakin dengan prototipe yang ada, bukan berarti Anda bisa membuatnya, begitu juga jika Anda mampu menjual kepada 100 pelanggan, bukan berarti produk tersebut akan terjual kepada 100 ribu orang. Carilah Co-founder atau partner yang menguasai bidang tersebut, dan ciptakan kolaborasi yang harmonis. Investor akan mencari siapa tim yang ada dalam startup, bukan kepada produk yang akan diluncurkan.

Asumsi jika produk sudah dibuat, pelanggan pasti akan membeli

Hal berikut adalah kesalahan kedua terbanyak yang kerap dilakukan oleh pendiri startup. Terlalu percaya dengan ide dan pemikiran pribadi tanpa dilengkapi dengan faktor pendukung lainnya. Ketika ide atau produk yang Anda miliki telah diterima dengan baik oleh keluarga, teman dan orang-orang terdekat lainnya bukan berarti produk tersebut akan diterima oleh publik.

Faktanya keinginan atau behavior dari masyarakat umum cukup kompleks, tidak bisa dibuktikan berdasarkan kalangan terdekat saja. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah melakukan riset, coba temukan produk atau layanan yang saat ini sedang digemari oleh masyarakat umum. Dari sana nantinya Anda bisa memutuskan bagaimana produk yang Anda miliki, bisa memberikan kontribusi kepada orang banyak, dan tentunya dibutuhkan.

‘Be obsessed with the problem you want to solve, not your solution.’ -Danae Ringelmann

Tidak mau menerima bantuan atau nasihat

Kesalahan terakhir ini masih banyak dilakukan oleh pendiri startup. Keyakinan yang sangat tinggi bahkan cenderung angkuh menyebabkan para pendiri enggan untuk bertanya atau minta bantuan kepada pihak yang relevan. Yang perlu diingat adalah dalam dunia startup dukungan dari investor, mentor dan partner memiliki andil yang cukup besar untuk kesuksesan startup.

Untuk itu ciptakan relasi yang baik dengan komunitas dan mentor yang sesuai dengan startup Anda. Terima dengan baik masukan atau feedback dari investor, hindari menghiraukan atau bertentangan dengan investor terkait dengan ide, operasional dan rencana ke depan dari startup.

Seri Pengembangan Produk #3: tentang Minimum Viable Product

Arikel seri sebelumnya telah membahas tentang Product Management dan Product-Market Fit untuk menemukan sekaligus memvalidasi tipikal produk yang tepat. Sedikit mengulas kembali, bahwa simpulan definisi produk adalah solusi yang ditawarkan untuk memecahkan masalah. Pada seri ini, akan dibahas tentang bagaimana startup menguji solusi yang ditawarkan, sehingga mengetahui sejauh apa penerimaan masyarakat.

Teknik tersebut disebut dengan Minimum Viable Product (MVP). Sesuai namanya, MVP merupakan hasil pekerjaan paling minimalis yang dapat disajikan ke calon pengguna dengan tujuan mendapatkan banyak pelajaran ketertarikan dan masukan calon pengguna. Sederhananya seperti ini, sebut saja startup memiliki visi untuk mengembangkan produk ABC dengan fitur X, Y, Z. Startup hanya perlu meluncurkan X (dianggap sebagai fitur paling penting) untuk segera dikenalkan ke pasar.

Beberapa pertimbangan mendasar mengapa MVP diperlukan sebelum produk tersebut benar-benar dijadikan adalah untuk mengurangi risiko, meningkatkan kemungkinan untuk sukses, mendapatkan timbal balik lebih cepat, mengurangi kompleksitas hingga mengukur proses pengembangan.

Mulai mengembangkan MVP

MVP dibuat setelah startup benar-benar mengetahui visi produk yang akan dikembangkan, biasanya masih bersifat ide dan konseptual. Project Manager, membuat daftar fitur atau prioritas pengembangan sesuai dengan urgensinya. Hal pertama yang harus setelah ada daftar prioritas tersebut, lakukan penjajakan setiap fitur yang akan dikembangkan dengan mempertemukan antara asumsi dan risiko yang mungkin terjadi.

Sebagai contoh sebuah startup akan mengembangkan sebuah platform mobile untuk pembelajaran jarak jauh. Salah satu fitur di dalamnya ialah adanya konten interaktif untuk pembelajaran siswa secara mandiri. Asumsinya dengan adanya konten tersebut siswa tidak bergantung dengan guru dan memiliki semangat belajar yang tinggi. Dan risikonya adalah jika para siswa menanggap konten konvensional seperti buku lebih nyaman digunakan untuk belajar harian.

Namun itu masih sebatas estimasi, sehingga perlu dilakukan pengujian. Sebelum melakukan pengujian, pastikan startup telah mengidentifikasi variabel untuk memvalidasi keabsahan ide yang digagas. Paling mudah dengan menentukan faktor keberhasilan dengan angka numerik. Misalnya jika meneruskan contoh produk sebelumnya, validasinya bisa berupa: jika konten mendapatkan rating minimal 4 dari 80% pengguna maka dikatakan disukai.

Sehingga didapatkan formula sebagai berikut: Kami melihat <pengguna> memiliki <masalah yang <dihadapi>. Kami dapat membantu mereka dengan <solusi yang ditawarkan>. Kami tahu kami sedang mengerjakan hal yang benar jika <ukuran keberhasilan>.

Contoh penerapan formula yang sama dengan studi kasus Uber, oleh Frankie Le Nguyen
Contoh penerapan formula yang sama dengan studi kasus Uber, oleh Frankie Le Nguyen

Strategi implementasi MVP

Pada dasarnya MVP tidak harus berupa barang siap pakai atau aplikasi prototipe yang dapat dioperasikan –walaupun jika memungkinkan cenderung akan lebih baik dalam memberikan gambaran kepada konsumen. Dalam konsep pengembangan produk sejauh ini dikenal beberapa tipe implementasi populer penyampaian MVP, di antaranya:

  • Concierge
  • Wizard of Oz
  • Landing Pages
  • Videos
  • Crowdfunding
  • Single Feature MVP
  • Paper Prototypes
  • Customer Interviews

Dari beberapa bentuk implementasi MVP di atas, penggunaannya sangat bergantung dengan karakteristik produk yang ingin diperkenalkan dan disampaikan ke calon pengguna. Untuk format video misalnya, dapat digunakan untuk menjelaskan sebuah konsep yang cenderung sulit dipahami oleh pengguna, bisa jadi karena itu adalah hal yang baru. Video yang dibuat harus menggambarkan antarmuka yang mirip dengan konsep produk yang dikembangkan. Contoh startup populer yang menggunakan model ini dalam MVP adalah Dropbox.

Kemudian Landing Page atau sebuah halaman website tunggal untuk memberikan penjelasan dan gambaran dari proof-of-concept dari produk. Selain informasi produk secara umum, di sini pengembang juga dapat memberikan kanal respons untuk mengetahui ketertarikan calon pengguna. Contoh startup yang mengimplementasikan model ini adalah Buffer. Mereka melihat ketertarikan pengguna dengan menambahkan sebuah kolom email untuk pemberitahuan ke calon pengguna ketika produk benar-benar siap untuk dicoba.

Tren yang ada saat ini adalah dengan meluncurkan fitur terbatas pada aplikasi. Seperti yang dilakukan Foursquare pada awal pengembangan. Ia hanya mengaktifkan sebuah fitur utama untuk mengeliminasi kebingungan pengguna sekaligus memfokuskan pengguna pada layanan utama yang mereka miliki, yakni check-in di suatu tempat.

Hasil akhir yang diharapkan dari proses ini ialah memberikan perspektif yang benar-benar baru bagi tim produk dari sisi konsumen yang akan menjadi pangsa pasar. Dari sini tim pengembang dapat bergerak lebih cepat, mengetahui secara eksplisit mengenai apa yang harus disesuaikan dan apa yang harus ditambah sesuai dengan masukan pengguna. Product Manager akan berperan sentral dalam proses MVP, untuk menentukan iterasi dan mengatur komunikasi dengan pengguna untuk memastikan masukan yang diberikan terjaring dengan baik.

Lima Tahap Panduan Saat Akuisisi Startup

Meski perusahaan startup Anda sudah berkembang dengan baik, pasti selalu ada pertimbangan untuk selalu aktif memperluas fitur demi meningkatkan jumlah penggunaan. Opsi yang paling rasional adalah membangunnya secara in-house memberdayakan talenta yang sudah dimiliki atau mengambil langkah lebih cepat dengan mengakuisisi startup lain yang telah memiliki teknologi signifikan.

Akuisisi masuk ke dalam pertimbangan karena banyak memberikan dampak positif bagi perusahaan Anda pada masa depannya. Bagi konsumen existing Anda, akuisisi akan membuat mereka jadi lebih menikmati layanan yang diberikan. Bagi konsumen baru, hal ini menjadi solusi yang komprehensif untuk dipilih.

Apabila Anda ingin mengakuisisi startup untuk pertama kalinya, artikel ini akan membahas tahapan yang perlu Anda perhatikan agar proses akuisisi bisa berjalan sukses. Berikut rangkumannya:

1. Rajin memilah calon kandidat

Sebaiknya Anda perlu sediakan banyak waktu saat mencari calon kandidat startup. Lakukan proses uji tuntas atau due dilligence demi memastikan startup yang Anda bidik memiliki fitur, teknologi, dan ruang lingkup yang sesuai dengan tujuan strategis Anda.

Penting juga untuk melihat apakah mereka berada di posisi yang berkeinginan di akuisisi oleh perusahaan Anda. Bentuk komunikasi yang cukup untuk membangun hubungan Anda dengan calon startup, demi menemukan kesepakatan strategis yang menguntungkan kedua belah pihak.

Jauhi perusahaan yang terlihat bersusah payah ingin diakusisi karena ingin melemparkan masalah yang mereka alami ke Anda.

2. Kembangkan resep strategis akuisisi

Setelah Anda memiliki resep strategis akuisisi yang tepat, jadikan ini sebagai acuan untuk rencana akusisi di masa depannya. Pastikan resep tersebut mencakup detil mengenai proses pendekatan, jangka waktu, isi kesepakatan, bagaimana bentuk komunikasinya, dan lain-lain.

Meski Anda sudah memiliki resep, Anda harus selalu pastikan pelajaran apa saja yang bisa dipetik agar tidak mengulang kesalahan yang sama. Kemudian tinjaulah secara berkala agar tetap sesuai dengan kondisi yang berlaku.

3. Luangkan waktu untuk saling mengenal

Ini mirip seperti mencari pasangan hidup. Anda harus meluangkan waktu untuk berkumpul demi saling mengenal, bertukar cerita dan informasi, berdiskusi tentang keyakinan dan aspirasi masing-masing di masa depan. Pada saat inilah, Anda akan benar-benar mengerti jika Anda itu adalah pasangan yang cocok untuk jangka panjang.

Dalam bisnis, mungkin bentuk nyatanya bisa berupa mewawancarai semua anggota dari masing-masing tim, berbagi laporan keuangan, mendokumentasikan strategi, serta menghitung hasilnya. Ketika semua pekerjaan ini selesai, akan terlihat apakah startup tersebut adalah jodoh Anda atau bukan.

Apabila saat proses pendekatan ini, Anda dan calon startup merasa tidak menemukan kecocokan. Jangan paksakan. Anda bisa mundur, mengikuti insting, dan tetap mengacu pada analisis data dalam setiap memutuskan suatu keputusan.

4. Jangan terburu-buru lakukan integrasi

Anda tidak harus langsung memboyong seluruh tim saat proses akuisisi selesai. Luangkan waktu untuk melakukannya dengan benar agar setiap orang dalam tim merasa nyaman, sembari menentukan bentuk sinergi yang tepat. Proses ini cukup penting karena Anda dapat mengurangi potensi terjadinya strategi yang tumpang tindih.

Lakukan rencana komunikasi secara internal dan eksternal, guna memastikan alasan dan manfaat nyata yang dirasakan semua pihak yang terlibat, termasuk konsumen. Libatkan karyawan agar mereka tahu bagaimana bekerja nantinya setelah integrasi berhasil diselesaikan.

5. Visualisasikan hasil

Meski proses akuisisi memakan banyak waktu, tenaga, biaya, hingga rintangan yang terus bermunculan, Anda harus tetap dapat memvisualiasikan hasil akhirnya. Hal ini akan membuat Anda untuk tetap fokus dan mampu melewati rintangan. Anda meyakini bahwa dari akuisisi dengan startup X akan membawa keuntungan yang baik bagi konsumen. Dengan demikian, Anda jadi selalu termotivasi dan berkomitmen untuk melihat hasil akhir dari akusisi yang sedang dijalankan.

Tiga Tipe Pemilik Startup yang Wajib Dihindari

Maraknya kehadiran startup saat ini telah melahirkan banyak pendiri dan pemilik startup yang memiliki ide segar, teknologi terkini, dan produk yang menarik.

Dari sekian banyak pendiri startup saat ini, hanya sebagian saja yang masuk dalam kategori enthusiast founder, atau pendiri startup yang memliki kecintaan cukup besar terhadap startup yang dimiliki. Tipe pendiri startup seperti ini, biasanya enggan untuk menyerah ketika mulai mengalami kendala dan selalu berhasil menghadirkan inovasi baru untuk kemajuan startup sekaligus memberikan manfaat lebih kepada orang banyak.

Artikel berikut ini akan membahas tiga jenis pemilik startup yang wajib dihindari karena memiliki tujuan dan sikap yang kurang sesuai dengan karakter pendiri startup yang ideal.

Hanya ingin menjadi “founder”

Berawal dari mengikuti tren dan sekedar mencoba saat ini masih banyak pendiri startup yang membangun startup hanya demi mengejar title atau jabatan yang bergengsi sebagai Founder. Tipe pendiri startup seperti ini biasanya tidak memiliki tujuan dan rencana jangka panjang, namun hanya fokus kepada status dan popularitas, ketika berhasil mendapatkan pendanaan dari investor ternama, telah meluncurkan startup dan diliput oleh berbagai media.

Menjadi seorang pendiri startup merupakan tanggung jawab besar, memerlukan proses,dan rencana jangka panjang. Tidak hanya bersifat sementara atau “in the moment” saja.

Cenderung “lari” ketika mendapatkan masalah

Untuk membangun startup dibutuhkan kemampuan, kesabaran dan dedikasi yang tinggi, ketika pendiri startup hanya memikirkan cara cepat untuk keluar dari permasalahan atau hanya memikirkan exit strategy, bisa jadi pendiri startup tersebut tidak memiliki cukup ambisi dan keinginan untuk menjalankan bisnis startup.

Tipe pendiri startup seperti ini biasanya juga akan gampang menyerah ketika dihadapkan dengan masalah atau tantangan dan cenderung lari atau menghindar ketimbang mencari solusi terbaik untuk terus menjalankan bisnis. Keberhasilan sebuah startup sepenuhnya tergantung dari keyakinan dan kemampuan pendiri mencari solusi terbaik ketika sedang mengalami kesulitan.

Hanya mengejar keuntungan

Idealnya ketika startup didirikan harus memiliki nilai dan bagaimana layanan serta produk yang ada bisa memberikan kontribusi untuk orang banyak. Meskipun mendapatkan keuntungan atau profit merupakan tujuan utama dari sebuah startup, namun jika tidak dibarengi dengan visi dan misi yang bernilai akan menjadikan Anda pendiri startup yang hanya memikirkan kepada keuntungan saja.

Tipe pendiri startup seperti ini biasanya akan menghiraukan cara-cara yang tepat untuk membangun bisnis dan hanya fokus kepada mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya. Bukan hanya mengejar kesempatan dan popularitas saja, tipe pendiri seperti ini akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan keuntungan pribadi.

Efektif Menggunakan Media Sosial untuk Tingkatkan Loyalitas Pengguna

Media sosial merupakan salah satu kanal terbaik untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Bagi bisnis, media sosial merupakan media paling mudah untuk menjangkau pelanggan. Berkomunikasi dengan mereka dan membagikan konten-konten yang bisa mereka nikmati, semua itu termasuk dalam rencana dan strategi pengelolaan loyalitas pengguna.

Berikut beberapa hal sederhana yang bisa dilakukan untuk menjaga dan meningkatkan loyalitas pengguna melalui media sosial.

Detil dalam menjawab

Sebagai media komunikasi masa kini media sosial menjelma sebagai ruang komunikasi bagi pengguna berkonsultasi mengenai layanan. Baik itu pertanyaan mengenai penawaran, promo hingga pertanyaan teknis. Media sosial memberikan kesempatan bisnis terhubung langsung dengan mereka.

Untuk tidak merusak ekspektasi dan tetap menjaga kepercayaan pengguna, usahakan setiap orang yang memegang akun resmi mengetahui dengan persis pertanyaan dan permasalahan yang dihadapi. Minimal ada koordinasi di sana. Jawab pertanyaan pengguna dengan sejelas mungkin. Selain waktu tunggu, kejelasan soal pertanyaan akan berpengaruh pada kepuasan pengguna.

Ucapkan terima kasih

Mengucapkan terima kasih adalah salah satu adab dalam berkomunikasi atau saat seseorang meminta tolong. Dalam prakteknya, mengucapkan terima kasih berperan penting untuk memberikan penghargaan kepada pengguna yang memberikan komentar atau berinteraksi dengan bisnis melalui media sosial. Harus ada standar yang ditetapkan bagi mereka pemegang akun resmi untuk selalu mengucapkan terima kasih dalam rangka menjaga interaksi positif dan membangun loyalitas yang lebih.

Terlibat dalam percakapan dan membagikan konten dari pengguna

Menjalin komunikasi atau percakapan melalui media sosial memang sering terjadi. Komplain atau sekedar menanyakan masalah yang dialami misalnya. Interaksi ini penting bagi bisnis karena bisa mengetahui dengan langsung pain point dari sumbernya. Selain itu mencari tahu percakapan di media sosial dan berinteraksi dengan mereka yang terlibat juga tidak ada salahnya. Keterlibatan bisnis dengan percakapan seputar layanan yang ditawarkan memberikan kesan kedekatan bagi masyarakat.

Uuntuk menghargai pengguna, bisnis juga bisa membagikan konten-konten yang dibuat oleh fans atau pengguna, baik review atau jenis konten positif lainnya. Interaksi ini akan memberikan dampak positif bagi loyalitas pengguna.

 

Beberapa Hal yang Harus Diperhatikan saat Mengembangkan Produk Baru

Dalam menjalankan sebuah bisnis saat-saat paling sibuk adalah saat sedang mempersiapkan sebuah produk baru.  Biasanya banyak energi tercurah di sana, mulai dari riset hingga proses pengembangan sebuah produk. Untuk memudahkan dalam proses persiapan produk baru, berikut beberapa hal yang bisa disiapkan pada fase persiapan produk baru.

Persiapan mulai dari ide hingga riset

Untuk bisa mendapatkan ide mengenai produk baru bisnis bisa memanfaatkan banyak sumber, mulai dari umpan balik dari pengguna, masukan dari tim, atau inspirasi-inspirasi yang didapat dari pengembangan teknik. Dari sana biasanya muncul ilham untuk dicoba diterapkan menjadi sebuah produk baru.

Langkah selanjutnya adalah menyesuaikan dengan sumber daya dan strategi yang ada. Dua hal pertama adalah melihat sejauh mana potensi pasar dan potensi basis pengguna yang ada. Di titik ini bisnis juga harus bisa memetakan seberapa banyak kompetitor dengan keunggulan dan kelemahan masing-masing. Informasi tersebut akan membantu bisnis menentukan akan jadi seperti apa produk baru. Belajar dari keunggulan-keunggulan kompetitor dan hindari kesalahan-kesalahan yang mereka buat. Jika produk Anda menyasar segmen baru dan belum terdapat saingan, artinya tes pasar dan pengguna perlu dilakukan lebih intensif.

Tentukan seperti apa spesifikasi produk yang akan dibangun, alangkah lebih baik jika lengkap dengan seperti apa produk dalam dua hingga sampai tiga tahun ke depan. Tentukan seperti apa versi paling final atau gambaran sempurna produk yang ingin dibangun. Menentukan spesifikasi produk ini bisa membantu bisnis menentukan selling point.

Mempersiapkan tim

Setelah selesai dengan ide dan strategi produk yang akan dibangun selanjutnya adalah fokus pada pembangunan tim dan alokasi anggaran. Proses pembagian tim di sini sangat penting. Pastikan anggota tim yang terlibat bisa membagi waktu dan fokus pada pengembangan produk baru. Skill mereka memang dibutuhkan, tapi fokus dan konsistensi juga diperlukan. Mulai dari tim marketing, produksi, desain, hingga tim finansial harus disiapkan. Kemudian tentukan hal-hal teknis yang berkaitan dengan deskripsi pekerjaan dan deadline.

Bagian terpenting dari menentukan tim adalah mengalokasikan dana, objektif, dan jadwal pengembangan. Semua harus terhitung secara matang, untuk menghindari jadwal mundur dan alokasi dana yang membengkak.

Mulai dari prototipe

Setelah proses persiapan selesai, coba keluarkan produk baru dalam bentuk prototipe. Prototipe ini berfungsi untuk tes pasar. Bagaimana respon dan penerimaan pelanggan. Selanjutnya monitoring berkelanjutan untuk menentukan respons dan harapan pengguna terhadap produk baru.

Seri Pengembangan Produk #1: tentang Product Management dan Product Manager

Salah satu hal krusial dalam startup adalah terkait dengan pengembangan produk. Sebagai sebuah bisnis yang memiliki inovasi berkelanjutan, startup dituntut untuk bisa selalu melakukan pembaruan fitur. Untuk memastikan proses itu terjadi, penting untuk memahami tentang dua hal, yakni Product Management dan peran Product Manager di dalam sebuah startup.

Ketika berbicara pada skala startup –di dalamnya terdapat proses bisnis yang berjalan untuk berjuang pada revenue—produk dapat didefinisikan sebagai sebuah solusi pada permasalahan yang dialami konsumen. Sifat produk berbeda dengan tools internal atau software custom, karena produk umumnya dinikmati oleh konsumen yang heterogen dan banyak. Lalu unsur apa saja yang membuat sebuah produk itu bagus?

Pada teknis pengembangan, produk berada pada irisan antara teknologi, bisnis dan pengalaman pengguna. Dan inti dari produk yang berkualitas ialah harus bermanfaat, diinginkan konsumen, memiliki daya guna dan layak untuk digunakan. Product Management adalah sebuah proses untuk mengakomodasi pengembangan produk sehingga mendapatkan tujuan tersebut. Sehingga Product Management dapat dikatakan proses memaksimalkan nilai bisnis dari suatu produk.

Peran Product Manager

Secara mendasar Product Manager (dalam hal ini untuk produk digital) pastinya orang yang memahami tentang struktur pemrograman –setidaknya tahu tentang algoritma dan coding. Meskipun demikian, peran utamanya lebih ke soal berbagai keputusan saat pengembangan produk, sehingga Product Manager harus memahami secara umum stack teknologi yang dikelola.

Kriteria product manager yang baik oleh Frankie Le Nguyen
Kriteria product manager yang baik oleh Frankie Le Nguyen

Tanggung jawab seorang Product Manager termasuk menuliskan requirement (seperti user story) yang mendeskripsikan fitur dari produk. Wireframe dan perincian fungsionalitas juga dibuat olehnya, untuk memastikan tim produk memahami setiap detil untuk proses pengembangan. Untuk membuat kebutuhan tersebut, kadang seorang Product Manager juga perlu untuk turun langsung ke pangsa pasar, melakukan analisis pasar hingga wawancara untuk memvalidasi masalah yang ingin diselesaikan.

Seperti yang telah digambarkan pada definisi Project Management, prosesnya merupakan irisan dari beberapa komponen. Hal tersebut berimplikasi pada tugas seorang Product Manager untuk mengondisikan tim internal dalam sebuah perusahaan, tidak hanya tim pengembang, namun termasuk tim penjualan, pemasaran hingga tim dukungan. Sselain untuk menyatukan visi, seorang Product Manager juga harus memahami ragam perspektif yang dimiliki oleh orang-orang tersebut.

Setelah produk mulai dikembangkan tim developer, desainer dan lainnya, tugas Product Manager selanjutnya ialah melakukan pengukuran, baik pengukuran atas kemajuan proses, kesesuaian terhadap spesifikasi hingga status pengujian. Proses tersebut juga harus dibarengi dengan analisis kinerja produk secara berkelanjutan. Proses pengawasan juga tetap perlu dilakukan untuk memastikan roadmap produk tetap terjaga dan prioritas pekerjaan dapat teratur.

Di fase akhir ketika produk sudah siap dipasarkan, Product Manager biasanya akan disibukkan bersama tim Business Development untuk menentukan harga hingga peramalan pangsa pasar. Ketika produk sudah sampai di pasar, tugas Product Manager belum usai. Ia tetap harus melakukan analisis pembelian, penggunaan hingga menetapkan strategi implementasi di sisi klien.

Seorang Product Manager yang baik

Seorang Product Manager yang baik bukan orang yang terlalu memfokuskan sebagian besar waktunya pada masalah internal saja. Ia tetap harus memahami karakteristik pasar dan konsumen, hingga memvalidasi calon pelanggan. Prioritas yang diperlukan adalah pada hasil keluaran produk yang dihasilkan.

Kecakapan komunikasi menjadi hal yang penting dimiliki. Selain untuk mampu menjangkau pihak luar, juga penting untuk dapat mengkomunikasikan pemahaman tentang produk kepada seluruh tim. Seorang Product Manager mau tidak mau harus memiliki ketangkasan berpikir dan memperhatikan detil.

Sampai sini dapat disimpulkan bahwa sebuah produk adalah sebuah solusi yang mampu memecahkan masalah secara kolektif. Product Management digunakan untuk dapat menciptakan produk yang berfokus pada misi tersebut. Seorang Product Manager bertugas mengelola proses tersebut secara mendetil.

5 Cara Terbaik Melakukan Penjualan untuk Startup Baru

Saat membangun startup fokus utama dari pemilik startup dan tim adalah, bagaimana menciptakan produk atau layanan yang terbaik untuk target pengguna. Namun demikian hal penting lainnya yang juga wajib untuk dicermati adalah, bagaimana Anda mampu melakukan penjualan produk dan layanan startup.

Artikel berikut ini akan membahas 5 cara terbaik melakukan kegiatan penjualan untuk startup baru.

Pemilik startup harus melakukan penjualan sendiri

Masa awal startup merupakan masa yang sangat krusial bagi pemilik startup untuk memahami dan tentunya mengetahui dengan jelas siapa saja target pasar dan seperti apa feedback langsung dari mereka. Sebelum Anda pemilik startup mulai melakukan perekrutan untuk tim pemasaran dan penjualan yang handal, ada baiknya untuk mulai melakukan penjualan secara langsung sendiri kepada target pasar. Selain untuk melakukan interaksi langsung, sebagai pemilik startup, tentunya Anda memiliki informasi yang sangat luas terhadap produk, sehingga memudahkan saat penyampaian informasi tersebut kepada calon pembeli.

Targetkan kepada rekanan dan pelanggan baru

Untuk startup baru tentunya akan menjadi lebih sulit untuk meyakinkan supplier atau perusahaan yang sudah mapan dan profesional. Untuk memudahkan Anda melakukan penjualan dan pemasaran, coba dekati supplier atau perusahaan yang masih baru dan target pengguna dari kalangan millennial yang lebih terbuka menerima perubahan dan layanan terbaru berbasis teknologi.

Fokus kepada early adopter

Jika Anda telah mendapatkan beberapa pelanggan pertama yang telah mencoba dan membayar layanan atau produk startup Anda, ada baiknya untuk selalu membina relasi yang baik dengan mereka, early adopter. Pelanggan yang masuk dalam kategori early adopter biasanya tidak memiliki keraguan dan cukup yakin untuk menggunakan produk startup Anda. Ke depannya pertahankan terus early adopter, atau pelanggan awal Anda, dengan memberikan perhatian dan bonus saat layanan atau fitur baru hadir.

Pasarkan produk yang dibutuhkan oleh pengguna

Kebanyakan startup yang berbasis kepada teknologi memiliki visi dan misi serta target cukup tinggi terkait dengan layanan, fitur dan teknologi yang akan diimplementasikan. Saat startup masih berada pada tahap awal dan mulai memasuki kegiatan pemasaran dan penjualan, ada baiknya untuk memfokuskan kepada fitur dan layanan yang saat ini dibutuhkan oleh target pengguna. Jika memang sudah waktunya dan feedback atau permintaan sudah didapatkan dari pengguna setia, coba hadirkan inovasi baru yang relevan dan tentunya dibutuhkan.

Uji coba gratis atau diskon

Cara yang cukup ampuh untuk menarik perhatian pembeli adalah dengan memberikan diskon khusus atau uji coba gratis (free trial) terhadap layanan atau produk startup Anda. Dengan demikian Anda bisa melihat siapa saja calon pelanggan yang berpotensi untuk menjadi pelanggan setia berdasarkan penawaran istimewa tersebut. Manfaatkan juga masa-masa awal ini untuk mengumpulkan feedback sekaligus melakukan kegiatan pemasaran dan penjualan secara agresif.