Uber, Gojek dan Pelokalan Layanan

Rickshaw in India / ShutterstockBeberapa waktu lalu, raksasa aplikasi transportasi Uber membuat berita yang cukup membuat banyak pelaku industri memicingkan mata dengan meluncurkan UberAuto yang mirip seperti bajaj di Jakarta. UberAuto ini diluncurkan di New Delhi, India, namun yang membuat bingung banyak pihak adalah ini pertama kalinya Uber meluncurkan layanan yang sifatnya cash-only.

Sama seperti Indonesia, India juga mengalami kesulitan menumbuhkan tingkat penggunaan kartu kredit di negaranya, yang secara otomatis membuat layanan seperti Uber sulit untuk bertumbuh pesat. Fitur cash-only ini diluncurkan Uber karena memang persaingan di India makin ketat, apalagi dengan adanya pesaing lokal seperti Ola dan TaxiForSure yang didukung pendanaan yang tidak kalah besar.

Di Indonesia, Gojek dan HandyMantis mungkin bisa dibilang sebagai dua startup yang memiliki kesempatan untuk mengambil tempat Uber yang masih terlihat setengah hati terjun ke Indonesia. Salah satu strategi yang sepertinya sedang dilakukan Uber adalah pelokalan layanan, terlihat dengan peluncuran UberAuto di Indonesia. Strategi yang sama seharusnya juga masuk akal dilaksanakan oleh Uber di Indonesia, dengan situasi dimana mobil sebagai salah satu penyebab masalah kemacetan dan minimnya adaptasi kartu kredit di Indonesia.

Strategi Uber mengakuisisi Gojek merupakan bukanlah hal yang tidak masuk akal, bahkan cenderung strategi yang brilian. Gojek sendiri sebelumnya pernah menerima penawaran akuisisi namun untuk alasan tertentu, hal tersebut tidak terjadi. Setidaknya cukup untuk memperlihatkan bahwa akuisisi bukanlah sesuatu yang tidak mungkin untuk Gojek.

Sayangnya, sampai sekarang Uber selalu menggunakan strategi organik untuk ekspansi internasionalnya, dan meskipun telah cukup berhasil di beberapa negara, Uber juga menghadapi beberapa tantangan di beberapa negara kunci seperti India, Tiongkok dan beberapa negara di Eropa. Kompetitor terbesar Uber, Lyft, setelah mendapatkan pendanaan dari raksasa asal Jepang, Rakuten, menyatakan akan menggunakan strategi yang berbeda untuk ekspansi secara internasional. Sudah saatnya Uber berekspansi lebih agresif lagi, memanfaatkan keuntungan strategis bahwa mereka sudah ada di banyak negara lebih dulu ketimbang Lyft.

Meskipun sudah diberikan valuasi mencapai $40 milyar, Uber sejauh ini baru melakukan satu akuisisi, itupun ke startup peta deCarta dan bukan ke bisnis yang serupa dengan Uber. Salah satu contoh yang bisa dibilang cukup berhasil untuk ekspansi pasar secara global adalah Groupon dan LivingSocial, yang mencaplok ratusan situs serupa yang sudah memiliki pasar cukup besar di lokasi asalnya. Sama seperti Groupon, bisnis seperti Uber merupakan bisnis yang sangat lokal, strategi untuk mengakuisisi pemain-pemain lokal yang sudah memiliki kekuatan tentunya masuk akal.

Dengan valuasi dan pertumbuhan metrik yang begitu cepat, saya yakin Uber tidak akan kesulitan untuk mendapatkan pendanaan guna mengakuisisi pemain-pemain lokal seperti Kuaidi Dache dan Didi Dache (Tiongkok), Ola di India, LeCab di Perancis, Hailo di Inggris dan Gojek di Indonesia.

Sid Meier Pamerkan Game Starships Dalam Video Berdurasi Setengah Jam

Walau namanya sering dipajang di depan tiap judul game, sudah cukup lama Sid Meier tidak menangani langsung permainan-permainan milik Firaxis. Namun setelah respon gamer yang biasa-biasa saja terhadap Beyond Earth, developer tak cuma mengumumkan Starships tiba-tiba, tapi sang desainer legendaris itu kembali memegang arahan pengembangannya. Continue reading Sid Meier Pamerkan Game Starships Dalam Video Berdurasi Setengah Jam

Sid Meier’s Starships Mengajak Kita Bertualang Menjelajahi Bintang

Satu babak selesai, lembaran berikutnya dimulai. Rasanya belum lama Firaxis melepas Civilization: Beyond Earth, lanjutan Civilization sekaligus jelmaan Alpha Centauri di era modern. Tapi kini developer siap melangkah ke tahap selanjutnya. Sebuah game strategi anyar baru saja diumumkan, dan kabar gembiranya, desainer legendaris Sid Meier sendiri akan turun tangan. Continue reading Sid Meier’s Starships Mengajak Kita Bertualang Menjelajahi Bintang

Microsoft Akan Hidupkan Kembali Seri Game Strategi Klasik, Apakah Itu?

Sebelum Valve mendominasi pasar, Microsoft sudah lebih dulu berkecimpung di industri gaming. Ada lebih dari 130 IP video game dipegang oleh mereka. Tapi semenjak Microsoft mengalihkan fokus ke Xbox dan home console current-gen, genre strategi yang biasa menjadi andalan lama-lama terabaikan. Kabar baiknya, tak semua harapan penggemar strategi sirna begitu saja. Continue reading Microsoft Akan Hidupkan Kembali Seri Game Strategi Klasik, Apakah Itu?

Strategi Xiaomi Demi Tawarkan Smartphone Berperforma Tinggi di Harga Terjangkau

Pernahkah Anda merasa penasaran mengapa produk handset Xiaomi begitu laku keras di negara asalnya dan mendapatkan permintaan tinggi dari konsumen di negara lain? Karena harganya yang terjangkau, tak sedikit orang berasumsi bahwa Xiaomi mengambil jalan pintas dalam proses produksi. Tapi bukan seperti itu kenyataannya. Continue reading Strategi Xiaomi Demi Tawarkan Smartphone Berperforma Tinggi di Harga Terjangkau

Aria Rajasa: “Menaikkan Demand Lebih Mudah Daripada Supply”

Sebuah bisnis tidak pernah bisa berdiri sendiri, ia akan dengan sendirinya saling bersinggungan dengan sektor bisnis lain. Perkembangan pesat bisnis e-commerce, juga mendorong dan menuntut perkembangan sektor bisnis lainnya termasuk juga sumber daya orang-orang yang terjun di dalamnya. Terkait dengan hal ini, DailySocial menghubungi Aria Rajasa, co-founder Tees Indonesia, dan menanyakan pandangannya tentang menjalankan e-commerce di Indonesia.

Continue reading Aria Rajasa: “Menaikkan Demand Lebih Mudah Daripada Supply”

Planetary Annihilation, Permainan Strategi Epik Berskala Masif

Permainan real-time strategy (RTS) kini menjadi salah satu hal yang paling didamba gamer. Semenjak Total War: Shogun 2 dan StarCraft 2: Heart of the Swarm dirilis, RTS tampak terbengkalai. Developer Uber Entertainment mencoba kembali memanaskan genre ini dengan menciptakan sebuah permainan baru bernama Planetary Annihilation. Continue reading Planetary Annihilation, Permainan Strategi Epik Berskala Masif

Survei Agate: Indonesia Menyukai Game RPG, Strategi dan FPS

Salah satu studio game yang paling menonjol di Indonesia, Agate Studio, beberapa waktu lalu mengadakan survei tentang gaming di Indonesia. Ada sekitar 1200 gamers yang berpartisipasi dalam survei ini yang bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan tentang kondisi gaming saat ini di Indonesia. Hasilnya sudah bisa ditebak, RPG (Role Playing Games), Strategi dan FPS (First Person Shooter) adalah 3 game paling populer di Indonesia. Di sisi lain, game musik dan puzzle adalah yang paling kurang disukai.

Desktop menjadi perangkat paling populer yang digunakan untuk bermain game, meskipun popularitas dari mobile gaming naik pesat. Hampir 90% responden mengaku bahwa mereka masih menggunakan desktop untuk bermain game, dengan 33% mengatakan bahwa mereka menggunakan smartphone untuk bermain game. Sesuai dengan fakta sebelumnya, sebagian besar orang (89%) memainkan game di rumah, dengan hanya 31% masih bermain game di internet atau game center.

Continue reading Survei Agate: Indonesia Menyukai Game RPG, Strategi dan FPS