Layanan Streaming Songza Siap Dilebur ke Google Play Music Awal Tahun Depan

Setelah setahun lebih, Google akhirnya memutuskan untuk memensiunkan Songza pada tanggal 31 Januari 2016 mendatang. Sekedar informasi, Songza adalah layanan streaming musik yang diakuisisi oleh Google pada bulan Juli 2014. Songza sendiri sudah beroperasi sejak tahun 2007, menawarkan playlist terkurasi berdasarkan mood maupun aktivitas pengguna.

Kini keunikan tersebut sudah diwariskan ke Google Play Music. Pada kenyataannya, selama ini Google cukup sibuk mengintegrasikan fitur-fitur milik Songza ke dalam layanan streaming musiknya sendiri. Prosesnya memang memakan waktu, tapi pada akhirnya Songza pun bisa melebur dengan Play Music secara sempurna.

Namun para penggemar Songza tak perlu khawatir, karena mereka akan diberi kesempatan untuk memindahkan akunnya ke Google Play Music. Dengan demikian, semua history maupun playlist yang telah dicantumkan sebagai favorit juga akan muncul di Google Play Music.

Google juga memastikan bahwa seluruh fitur Songza bisa dinikmati secara cuma-cuma di Google Play Music. Biaya berlangganan cuma diperlukan kalau pengguna hendak mengakses katalog lagu secara on-demand dan mengunggah koleksi lagu pribadinya ke cloud.

Bicara soal biaya berlangganan, Google juga berencana meluncurkan family plan dalam waktu dekat, yang mencakup enam anggota keluarga sekaligus seharga $15 per bulan – mirip seperti yang ditawarkan oleh Apple Music.

Yang disayangkan, Google Play Music tak kunjung tersedia di tanah air sampai saat ini. Dalam email yang dikirim ke seluruh pengguna Songza, dikatakan bahwa Google akan terus mengekspansi Play Music ke negara-negara lainnya. Namun tidak ada kepastian mengenai kapan Indonesia kebagian jatah.

Mungkin saja Google selama ini masih fokus mewariskan fitur-fitur Songza ke Play Music, memperkuat posisinya terlebih dahulu dalam kompetisi layanan streaming musik. Kini semuanya sudah siap dan mereka pun bisa berfokus pada ekspansi internasional yang lebih agresif lagi. Semoga saya tidak salah…

Sumber: TechCrunch. Gambar header: YouTube.

WeTransfer Ikut Buat Layanan Streaming Musik, Tapi dengan Konsep yang Berbeda

Layanan cloud storage asal Belanda, WeTransfer, belum lama ini mengemukakan keputusan yang sedikit tidak umum: mereka tertarik menghadirkan layanan streaming musik. Jadi selain bersaing dengan Dropbox, WeTransfer juga bakal bersaing dengan Spotify, Apple Music dan rekan-rekan sejawatnya. Benarkah begitu?

Tidak. WeTransfer secara terang-terangan menegaskan bahwa mereka tidak berminat menyaingi kesuksesan Spotify. Layanan streaming musik milik WeTransfer ini dirancang sebagai pelengkap dari layanan lain yang sudah berdiri sejak lama. Hal ini dimungkinkan berkat konsep unik yang diusung WeTransfer.

Biasanya, penyedia layanan streaming musik harus menyiapkan dana yang cukup besar untuk membayar lisensi musik yang hendak dimasukkan ke dalam katalog. Dalam kasus ini, WeTransfer menerapkan strategi yang berbeda. Mereka akan bekerja sama langsung dengan para musisi dan label masing-masing.

Hasilnya, para musisi akan memilih sendiri apa saja konten buatannya yang hendak dimasukkan ke dalam katalog milik WeTransfer – mereka juga bebas memutuskan apakah musik gubahannya cuma bisa di-stream atau sekaligus bisa diunduh. Jadi pada dasarnya, layanan streaming musik ini lebih mengarah sebagai alat bantu pemasaran buat para musisi, apalagi mengingat jumlah pengguna WeTransfer yang mencapai 85 juta per bulannya.

WeTransfer Music Player Preview

Hal ini sebenarnya tidak terlalu mengejutkan kalau melihat kiprah WeTransfer selama 6 tahun ini, dimana mereka memang sudah menjadi bagian dari workflow sejumlah musisi. Melihat perannya yang cukup besar buat para musisi, WeTransfer pun tertarik menghadirkan sesuatu yang lebih bermanfaat lagi, sekaligus bisa menyenangkan hati penggunanya.

WeTransfer turut menjelaskan bahwa mereka tidak tertarik mencari keuntungan lewat layanan streaming musik ini. Pemasukan mereka yang berasal dari biaya berlangganan akun Plus dan iklan dinilai sudah cukup stabil.

Jadi begitulah, layanan streaming musik milik WeTransfer ini pada dasarnya ditujukan buat mengakomodasi kebutuhan marketing para musisi dan label. Namun di saat yang sama juga merupakan bonus buat pengguna WeTransfer, dimana mereka akan disuguhi konten-konten terkurasi yang hendak dipromosikan oleh sang musisi.

WeTransfer berencana untuk mulai mengoperasikan layanan streaming musiknya pada kuartal pertama tahun 2016. Mereka juga telah menggandeng sejumlah nama besar seperti Madonna dan Justin Bieber untuk ‘menyisihkan’ konten eksklusif di layanannya.

Sumber: Billboard. Gambar header: Flickr.

Sonos Segera Hadirkan Integrasi Apple Music ke Produknya

Selain fitur multi-room, speaker besutan Sonos selama ini dikenal akan kemampuannya memutar musik dari berbagai sumber. Bisa dari smartphone, tablet ataupun laptop, baik secara nirkabel maupun dengan bantuan kabel audio 3,5 mm. Tidak cuma itu, speaker Sonos juga punya akses ke berbagai layanan streaming musik seperti Spotify, Google Play Music dan Tidal.

Hmm, sepertinya ada yang kurang dari daftar layanan streaming musik tersebut. Yup, ke mana dukungan atas Apple Music? Well, mulai 15 Desember mendatang, Apple Music bakal tersedia untuk speaker Sonos dalam wujud beta. Para penggemar memang sudah menunggu cukup lama, tapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.

Apa artinya integrasi Apple Music pada speaker besutan Sonos ini? Artinya pengguna bisa menikmati berbagai fitur Apple Music tanpa terkecuali – dan tanpa harus menyambungkan kabel apa-apa. Fitur-fitur seperti For You dan radio Beats 1 nantinya dapat di-stream oleh speaker Sonos.

Apple Music untuk Sonos

Integrasi ini bahkan juga mendukung fitur family account, dimana pengguna bisa menyambungkan hingga sebanyak enam akun sekaligus. Untuk mengontrol semuanya, pengguna bisa memanfaatkan aplikasi pendamping Sonos yang tersedia di berbagai platform, mulai dari iOS dan Android sampai PC dan Mac.

Menyambut perilisannya, Sonos mengajak semua pengguna untuk ikut berpartisipasi dalam tahap beta testing ini. Untuk mendaftar, Anda tinggal membuka aplikasi Sonos, lalu pilih opsi Beta Program di dalam menu pengaturan. Ketersediaannya untuk publik sendiri dijadwalkan hadir pada awal tahun 2016.

Sumber: Sonos Blog dan Digital Trends.

Opera Max Bantu Hemat Data Saat Streaming Musik

Di tahun 2015 ini, kapasitas memori smartphone tak lagi jadi penghalang bagi para penikmat musik. Karena apa-apa bisa di-stream dari internet, maka yang menjadi ‘musuh’ sekarang adalah bandwith alias kuota. Semakin sering Anda streaming musik, maka semakin bocor kuota data Anda – kecuali Anda tersambung ke Wi-Fi tentunya.

Seberapa populer sebenarnya kegiatan streaming musik itu? Menurut laporan Next Big Sound, dalam enam bulan pertama di tahun 2015, ada sekitar 1 triliun lagu yang di-stream oleh dunia. Kalau dirata-rata, berarti setiap orang mendengarkan paling tidak 23 lagu per bulannya.

Melihat mencuatnya tren streaming musik, aplikasi penghemat data Opera Max pun tidak ingin menyia-nyiakan momentum. Sebulan setelah memperkenalkan fitur kompresi data untuk streaming video, Opera Max kini dengan bangga menghadirkan fitur yang sama untuk streaming musik.

Sejauh ini, baru ada lima aplikasi streaming musik yang didukung, yakni Pandora, Slacker Radio, Gaana, Saavn dan bahkan YouTube Music yang baru dirilis. Kelimanya memang bukan pilihan mayoritas pengguna di Indonesia, akan tetapi Opera telah menjanjikan dukungan aplikasi yang lebih banyak ke depannya.

Menurut klaimnya, pengguna Opera Max bisa menghemat konsumsi data hingga 50 persen. Pencapaian ini tergolong sangat lumayan, apalagi mengingat betapa besar data yang bisa dihabiskan dari streaming musik – 9 jam streaming akan menghabiskan rata-rata 1 GB, menurut Opera.

Rahasianya terletak pada teknologi Rocket Optimizer yang dikemas oleh Opera Max, yang sanggup mengatur arus audio streaming dengan cara yang sama untuk video. Di saat yang sama, fitur ini juga mampu memberikan kualitas suara yang apik meski koneksi internet terbatas dengan cara mengubah codec lagu menjadi AAC+.

Kini saatnya menunggu Opera Max membawa dukungan aplikasi streaming musik yang lebih banyak.

Layanan Berlangganan Rdio Dihentikan, Rdio Free Masih Lanjut

Minggu kemarin, kita sudah mendengar kabar bahwa Rdio menyatakan pailit. Diumumkan bahwa kiprah salah satu pelopor layanan streaming tersebut tidak akan dilanjutkan. Sebagai gantinya, aset-aset yang dimiliki Rdio akan dibeli oleh Pandora.

Nasib aset Rdio sudah jelas, yang belum adalah nasib para pelanggan setianya. Beruntung, Rdio baru saja mengeluarkan pengumuman baru terkait hal ini.

Lewat laman bantuan resmi, Rdio menjelaskan bahwa program langganannya bakal dihentikan pada hari renewal selanjutnya. Keputusan ini efektif diberlakukan sejak tanggal 23 November 2015 ini.

Jadi kalau Anda punya subscription Rdio, langganannya akan otomatis diputus setelah yang terakhir ini habis. Lebih jelasnya, kalau tanggal 22 November kemarin subscription Anda baru saja diperpanjang, maka Anda masih bisa menikmati layanan sampai sekitar 21 Desember mendatang. Lewat tanggal tersebut, kita harus benar-benar mengucapkan selamat tinggal pada layanan berlangganan dari Rdio.

Namun hal ini bukan berarti Rdio bakal ‘dikubur’ dalam waktu dekat. Dalam artikel sebelumnya, dijelaskan juga bahwa transaksi antara Rdio dan Pandora baru akan dipenuhi paling cepat pada akhir tahun 2016.

Nah, selama jangka waktu tersebut, Rdio masih akan menawarkan layanan gratisnya, Rdio Free. Di sini, pengguna masih bisa menikmati musik on-demand lewat web atau pilihan stasiun di mobile. Tentu saja, karena gratis, bakal ada sejumlah iklan yang diselipkan.

Ke depannya, Rdio berjanji untuk menyampaikan informasi lebih merinci via email terkait waktu pasti dari berhentinya Rdio secara total, sekaligus bagaimana cara meng-export data pengguna yang mencakup playlist dan favorite.

Sumber: Digital Trends.

Rdio Nyatakan Bangkrut, Pandora Akan Beli Asetnya

Sebuah kabar mengejutkan datang dari industri streaming musik. Salah satu nama besar di ranah tersebut, Rdio, baru saja menyatakan bangkrut dan bakal menghentikan seluruh layanannya di lebih dari 100 negara tempatnya beroperasi.

Namun yang lebih mengejutkan lagi, raksasa lain di kancah streaming musik, Pandora, tertarik membeli aset milik Rdio senilai $75 juta. Yang dimaksud aset ini mencakup teknologi dan properti intelektual. Di saat yang sama, Pandora juga akan merekrut sejumlah karyawan Rdio, tapi tidak termasuk CEO-nya.

Ketika ditanya mengapa mereka tidak berencana melanjutkan bisnis Rdio, CEO Pandora, Brian McAndrews menyebutkan ada dua alasan utama. Yang pertama adalah, Pandora tidak sanggup mengucurkan biaya terlalu besar. Dan yang kedua, Rdio sendiri terbelit piutang yang cukup besar – kalau Pandora mau melanjutkan kiprah Rdio, mereka juga harus melunasi hutang-hutang tersebut.

Akuisisi aset ini juga membuka potensi bagi Pandora untuk memperluas bisnisnya ke kawasan-kawasan lain. Sejauh ini mereka hanya beroperasi di Amerika Serikat, Australia dan Selandia Baru saja. Bandingkan dengan Rdio yang sangat agresif mencari pasar-pasar baru hanya dalam beberapa tahun kiprahnya.

Tapi kita tidak boleh terlalu cepat menaruh harapan. Pasalnya, semua ini masih bisa berubah seiring pernyataan pailit Rdio diproses. Jadi ada kemungkinan pihak lain turun tangan dan menawarkan dana yang lebih besar ketimbang Pandora.

Buat Pandora sendiri, kalau transaksi ini berhasil, mereka berencana mengembangkan layanannya dengan menyelipkan fitur on-demand yang merupakan spesialisasi Rdio. Tapi itu pun kita masih harus menunggu paling tidak sampai akhir tahun 2016.

Lalu pertanyaan yang jauh lebih penting lagi, bagaimana nasib pelanggan Rdio? Untuk sementara, tidak ada yang berubah, berdasarkan penjelasan di blog resmi Rdio. Mereka baru akan mengumumkan kepastiannya dalam beberapa minggu ke depan.

Sumber: 1, 2, 3.

Facebook Music Stories Hadirkan Apple Music dan Spotify di News Feed Anda

Saat menemukan lagu yang disuka, kita cenderung ingin membagikannya ke orang lain – bisa melalui aplikasi messaging, atau yang lebih umum, lewat Facebook atau Twitter dengan status semacam “Now playing …” Kini dengan adanya layanan streaming musik, kita pasti akan lebih mudah menemukan lagu-lagu baru, dan ujung-ujungnya, lebih sering membagikannya ke media sosial.

Melihat tren tersebut, Facebook ingin memberikan pengalaman berbagi yang lebih baik terkait musik. Mereka pun memperkenalkan fitur bernama “Music Stories”, yang sejatinya merupakan sebuah format post baru dimana orang-orang dapat mendengarkan preview berdurasi 30 detik dari lagu (atau album) yang dibagikan, tanpa berpindah aplikasi sama sekali.

Sejauh ini baru dua layanan streaming musik yang didukung, yaitu Apple Music dan Spotify. Fitur Music Stories itu sendiri juga baru tersedia di aplikasi Facebook untuk iPhone. Jadi sekarang, semua lagu atau album yang dibagikan dari Apple Music dan Spotify akan tampil sebagai Music Stories ketika dilihat dari aplikasi Facebook untuk iPhone.

Dari situ pengguna bisa menekan tombol Play untuk mendengarkan preview-nya, atau menekan tombol “Listen on Apple Music” untuk langsung berpindah aplikasi dan mendengarkan lagu tersebut sampai habis. Tak hanya itu, Music Stories juga memungkinkan pengguna untuk membeli lagu atau album yang dibagikan, melalui link menuju ke iTunes secara langsung.

Ke depannya, Facebook memastikan akan memperluas dukungan layanan streaming musik untuk fitur Music Stories. Sayangnya, tidak ada keterangan apakah fitur ini bakal mendarat di aplikasi Facebook untuk Android dalam waktu dekat – mungkin Facebook masih menunggu kehadiran aplikasi Apple Music di Android secara resmi.

Buat yang masih penasaran dengan cara kerja Facebook Music Stories, silakan tonton video demonstrasi resminya di bawah ini – yang diunggah ulang ke YouTube oleh user Steven Cravis.

Sumber: Facebook.

SoundCloud Kini Punya App Khusus Buat Para Kreator

Kalau Anda punya teman seorang musisi, besar kemungkinan ia tahu apa itu SoundCloud. Startup asal Jerman tersebut memegang peranan penting dalam kemajuan industri musik indie, dimana siapapun tanpa terkecuali bebas berbagi hasil karyanya di SoundCloud secara cuma-cuma. Continue reading SoundCloud Kini Punya App Khusus Buat Para Kreator

Google Play Music Akan Hadirkan Siaran Podcast Terkurasi

Tema terkini yang diangkat layanan-layanan streaming musik adalah konten terkurasi. Apple Music misalnya, mengandalkan konten terkurasi berdasarkan selera para music editor yang mereka rekrut, bukan berdasarkan algoritma rancangan seorang programmer. Terlepas dari itu, intinya kalau mau bersaing di kompetisi ini, jangan anggap remeh soal kurasi. Continue reading Google Play Music Akan Hadirkan Siaran Podcast Terkurasi

Apple Music Punya 15 Juta Pengguna, 6,5 Juta di Antaranya Berlangganan

Beberapa waktu lalu, kita sempat membahas soal popularitas Apple Music. Akan tetapi pada saat itu kesimpulannya masih bersifat tentatif karena semua penggunanya masih berada dalam masa free trial. Buat yang mendaftar di hari pertama, yakni 30 Juni, masa free trial tersebut resmi berakhir pada tanggal 30 September kemarin. Pertanyaannya, apakah mereka lanjut membayar biaya berlangganan? Continue reading Apple Music Punya 15 Juta Pengguna, 6,5 Juta di Antaranya Berlangganan