Mercedes-AMG Project One Ialah Supercar Hybrid $ 2,7 Juta Dengan Mesin Mobil F1

Sebagai divisi kendaraan berperforma tinggi Mercedes-Benz, AMG bekerja independen dalam memproduksi dan mengkustomisasi kendaraan, dengan teknisi pilihan mereka sendiri. Dan dalam momen ulang tahun ke-50, AMG punya kejutan yang berpotensi menyingkirkan Trinitas Suci – Ferrari LaFerrari, McLaren P1 GTR and Porsche 918 Spyder – dari singgasana mereka.

Setelah sempat di-tease di bulan April silam, Mercedes-Benz resmi memamerkan Mercedes-AMG Project One di 2017 Frankfurt Motor Show pada tanggal 11 September kemarin. Perusahaan otomotif raksasa Jerman itu mendeskripsikannya sebagai supercar hybrid dengan ‘semangat’ Formula One. Kemampuannya di atas kertas terasa seperti kendaraan konsep, tapi Mercedes punya rencana untuk memasarkan Project One.

Project One 2

Tak sekadar terinspirasi dari mobil Formula One tim Mercedes, Project One ditenagai oleh mesin hybrid V6 turbocharged 1,6-liter yang digunakan Lewis Hamilton dalam kejuaraan F1 2017. Mesin tersebut diletakkan di belakang pengemudi, kabarnya sanggup menghasilkan putaran mesin 11.000rpm – diklaim Mercedes-Benz sebagai pencapaian baru mobil produksi. Project One menyimpan tenaga melampaui 1.000bhp, dan bisa melaju melewati batasan 350km/jam.

Project One 3

Tim AMG saat ini masih melakukan penyempuraan, dan ketika Project One tersedia nanti, mereka yakin kendaraan ini mampu melesat dari nol ke 200km/jam kurang dari enam detik – secara teori mengalahkan Bugatti Chiron di 6,5 detik. Komposisi mesin Project One juga sangat kompleks. Pertama, AMG membenamkan motor elektrik di mesin V6 turbocharged untuk menyingkirkan efek turbo lag. Selanjutnya, dua mesin elektrik 50.000rpm 160bhp ditugaskan buat menggerakkan roda depan secara independen, sehingga waktu pedal gas ditekan, mobil melaju seketika.

Project One 4

Dua motor tersebut juga memungkinkan Project One berjalan dalam mode ‘nol emisi’ – hanya menggunakan roda depan sebagai penggerak seperti mode EV di BMW i8. Selain itu, Project One memanfaatkan transmisi automated manual dengan delapan percepatan.

Penggunaan material karbon mendominasi bagian interior. Di sana Anda akan menemukan dua kursi, dua layar 10-inci untuk menampilkan info-info terkait kendaraan, serta dock buat smartphone, minus spion tengah.

Project One 5

Desain Project One tak hanya merepresentasikan F1, namun juga kelas balap lain. Project One lebih terlihat seperti mobil prototype Le Mans tahun 90-an ketimbang keluarga mobil AMG. Seperti supercar sejenis, penampilan kendaraan tersebut menitikberatkan prinsip aerodinamika. Ada air-intake besar di bagian depan, lalu sayap pop-up di belakang berfungsi untuk membantu pengereman (air brake).

Kabarnya, Mercedes-AMG Project One akan mulai diproduksi di tahun 2020. Mercedes hanya akan menciptakan 275 unit, dan masing-masing dijual seharga US$ 2,7 juta.

Via Top Gear & The Verge.

Ariel Hipercar Adalah Supercar Elektrik dengan 1.180 Tenaga Kuda

Faraday Future membuka tahun 2017 dengan sebuah SUV bertenaga listrik yang mampu berakselerasi lebih cepat ketimbang supercar terbaru Bugatti. Prototipe mobil bernama FF91 itu turut membuktikan kalau mobil elektrik juga bisa menghasilkan output daya di atas 1.000 tenaga kuda, dan fakta ini pun membuka peluang bagi lebih banyak supercar bertenaga listrik.

Adalah pabrikan otomotif asal Inggris, Ariel, yang baru-baru ini mencuri sorotan publik dengan mengumumkan bahwa mereka sedang mengerjakan supercar elektrik. Untuk sementara dijuluki Hipercar – yang disebut-sebut merupakan singkatan dari “High Performance Carbon Reduction – mobil berpenampilan garang ini menjanjikan daya sebesar 1.180 tenaga kuda.

Ariel Hipercar

Power sebesar itu datang dari empat motor elektrik, yang masing-masing bertugas menjadi penggerak tiap roda. 0 – 100 km/jam ia lalui dalam waktu 2,4 detik saja, sayang kecepatan maksimumnya dibatasi secara elektronik di angka 257 km/jam – saya yakin daya sebesar itu bisa melesat jauh lebih kencang lagi.

Kalau 1.180 hp terkesan terlalu mengerikan, Ariel juga bakal menawarkan varian berpenggerak dua roda yang hanya dilengkapi dua motor elektrik, yang otomatis memangkas output daya beserta torsinya hingga separuh. Baterainya datang dalam dua varian kapasitas, 42 kWh atau 56 kWh, namun Ariel ternyata juga akan melengkapinya dengan mesin micro-turbine 35 kW guna membuat jarak tempuhnya jadi lebih jauh lagi.

Ariel Hipercar

Secara desain, Hipercar tidak seperti dua mobil besutan Ariel sebelumnya – Atom dan Nomad – yang berdesain serba terbuka. Jika melihat gambarnya, Hipercar sangatlah pantas menyandang titel supercar berkat penampilannya yang cukup radikal – plus tentu saja, sepasang pintu gullwing. Ariel bilang mayoritas sasisnya dibentuk dari bahan aluminium, sedangkan bobotnya dirumorkan berkisar 1.600 kg.

Kalau semuanya berjalan sesuai rencana, Ariel Hipercar bakal diluncurkan secara resmi pada tahun 2019, dan siap mengaspal mulai tahun depannya lagi. Harganya dipastikan tidak murah; bos Ariel bilang kalau mobil ini siap ditandingkan dengan supercar berharga di atas £1 juta, sehingga saya berasumsi banderolnya akan menyerempet angka itu.

Sumber: Autoblog dan Ariel Motor Company.

Ford Perlihatkan Dashboard Masa Depan Lewat Panel Instrumen Digital Ford GT

Butuh waktu tiga tahun bagi Ford untuk menciptakan supercar GT40 yang pada akhirnya sanggup memenangi ajang balapan 24 jam Le Mans, merebut gelar yang sebelumnya dikuasai oleh Ferrari selama beberapa tahun. GT40 pun berhasil menjadi legenda industri otomotif usai menjuarai Le Mans selama empat tahun berturut-turut, dan keharuman namanya masih terus diingat hingga kini.

Sekarang, persaingan pabrikan otomotif di ranah balapan mungkin sudah tidak seintens dulu. Ford pun akhirnya bisa berkreasi lebih bebas, melupakan kedengkiannya terhadap Ferrari yang dulu disebabkan oleh batalnya persetujuan akuisisi. Pun begitu, ambisi Ford terhadap supercar belum padam, dan akhirnya lahirlah Ford GT generasi terbaru.

Desain dan performa Ford GT sudah tidak perlu Anda ragukan lagi, ia benar-benar supercar kelas dewa yang dirancang dengan aerodinamika paling optimal. Yang justru lebih menarik untuk disorot adalah bagaimana Ford akan memperkenalkan kecanggihan teknologi digital pada mobil-mobil produksinya ke depan melalui Ford GT.

Panel instrumen digital Ford GT akan menampilkan layout informasi sesuai dengan mode kemudi yang dipilih / Ford
Panel instrumen digital Ford GT akan menampilkan layout informasi sesuai dengan mode kemudi yang dipilih / Ford

Pada Ford GT, panel instrumennya kini dihuni oleh layar 10 inci yang menyajikan informasi secara ringkas sekaligus dinamis. Maksud kata dinamis adalah layout-nya yang berubah-ubah secara otomatis menyesuaikan mode kemudi yang dipilih, memastikan informasi yang ditangkap pengemudi adalah yang paling relevan. Modenya sendiri bisa diganti lewat tombol pada setir.

Ford percaya aspek ini memerlukan perhatian lebih mendalam sebab Ford GT pastinya akan selalu dipakai untuk mengebut, dan pengemudi tidak boleh teralihkan perhatiannya sekali pun. Dengan informasi yang tepat, pengemudi akan membuat keputusan yang tepat pula. Untuk itu, Ford bahkan menyediakan waktunya berkonsultasi dengan juara Le Mans, Scott Maxwell, dan meminta sejumlah masukan.

Sederhananya ada lima layout yang ditampilkan oleh panel instrumen Ford GT, masing-masing mengikuti mode yang dipilih, yakni Normal, Wet, Sport, Track dan V-Max. Normal dan Wet akan menampilkan layout yang kita anggap tradisional, dimana speedometer mendapat porsi terbesar di tengah – namun khusus untuk Wet Mode, ada aksen biru untuk mengingatkan pengemudi akan kondisi jalanan yang dihadapi.

Dalam mode Sport dan Track, speedometer di tengah akan digantikan posisinya oleh gear selection yang lebih relevan ketika dipakai untuk mengebut di sirkuit / Ford
Dalam mode Sport dan Track, speedometer di tengah akan digantikan posisinya oleh gear selection yang lebih relevan ketika dipakai untuk mengebut di sirkuit / Ford

Saat mode Sport dipilih, layout-nya akan berubah drastis, dimana speedometer kini digeser ke ujung kanan, dan bagian tengahnya didominasi oleh gear selection. Dalam mode Track, lagi-lagi yang menjadi pusat perhatian adalah gear selection plus tachometer, dengan bumbu aksen merah agar semua informasi dapat terlihat dengan lebih jelas.

Terakhir, mode V-Max akan menyajikan layout yang secara spesifik dikhususkan untuk mengejar kecepatan maksimum. Speedometer kembali merebut porsi di tengah, lalu di atasnya terpampang tachometer dengan indikator berukuran kecil. Di sisi kanan, muncul informasi ekstra berupa hitungan turbocharger boost.

Dinamika ini sejatinya merupakan cara Ford untuk memaksimalkan panel instrumen digital yang perlahan mulai merebut posisi panel analog sebagai standar industri. Ke depannya, teknologi ini juga akan hadir pada mobil-mobil lain Ford untuk semua kalangan konsumen.

Sumber: Ford.

Sanggup Hasilkan 1.360 Tenaga Kuda, NIO EP9 Adalah Mobil Elektrik Tercepat Sejagat

Pernah mendengar nama NextEV? Kecuali Anda mengikuti kompetisi Formula E (Formula 1-nya mobil elektrik), kemungkinan besar Anda sama sekali tak mengenalnya. Perusahaan asal Tiongkok tersebut baru-baru ini membuat gebrakan dengan mengungkap mobil elektrik yang diklaim tercepat sejagat.

Klaim tersebut tidak datang tanpa bukti. Mobil elektrik bernama NIO EP9 ini telah mencatatkan rekor baru dengan menyelesaikan sirkuit Nürburgring dalam waktu 7 menit 5 detik saja. Tidak heran, mengingat NextEV banyak mengadaptasikan teknologi yang mereka pakai dalam Formula E ke mobil ini.

Empat buah motor elektrik dan empat gearbox terpisah menjadi rahasia di balik kegesitan NIO EP9 / NextEV
Empat buah motor elektrik dan empat gearbox terpisah menjadi rahasia di balik kegesitan NIO EP9 / NextEV

Rahasia kegesitannya terletak pada empat buah motor elektrik dan empat gearbox terpisah – sebagai pembanding, varian tercepat Tesla Model S hanya dibekali dua motor elektrik saja. Keempat motor elektrik ini sanggup menyemburkan daya sebesar 1 megawatt, atau kurang lebih setara 1.360 tenaga kuda.

Kecepatan maksimumnya mencapai angka 313 km/jam. Akselerasi 0 – 100 km/jam dapat ia tempuh dalam waktu 2,7 detik, 0 – 200 km/jam dalam 7,1 detik, dan 0 – 300 km/jam dalam 15,9 detik. Fenomenal!

Angka-angka di atas akan terdengar semakin mengejutkan setelah mengetahui bobot EP9 yang mencapai 1.735 kilogram – 635 kg sendiri berasal dari baterainya. Dengan baterai sebesar ini, EP9 bisa menempuh jarak 427 kilometer dalam satu kali charge, dan proses charging-nya sendiri hanya butuh waktu sekitar 45 menit.

NIO EP9 bukan sekadar konsep, hanya saja cuma ada 6 unit yang diproduksi / NextEV
NIO EP9 bukan sekadar konsep, hanya saja cuma ada 6 unit yang diproduksi / NextEV

Terlepas dari segala kelebihan dan keseksiannya, Anda akan kesulitan menjumpai NIO EP9 di jalanan. Pasalnya, NextEV hanya memproduksinya sebanyak enam unit, dan semuanya sudah berada di tangan para pendiri perusahaan meski banderol harga per unitnya diperkirakan mencapai angka 1,2 juta dolar.

Sebelum Anda beranjak kecewa, NextEV berencana untuk meluncurkan mobil elektrik lain di tahun 2017. Pastinya bukan kelas supercar seperti ini, tapi paling tidak harganya bisa lebih masuk akal untuk konsumen secara luas.

Sumber: Engadget dan Business Wire.

Bugatti Resmi Perkenalkan Supercar Terbarunya, Bugatti Chiron

Bulan Maret 2015 merupakan tanggal penting bagi industri otomotif. Pasalnya supercar tercepat di dunia, Bugatti Veyron, resmi dipensiunkan pada saat itu. Selang satu tahun kemudian, Bugatti ternyata sudah siap dengan penerusnya.

Di ajang Geneva Motor Show 2016, Bugatti secara resmi memperkenalkan Chiron, sebuah supercar yang bakal meneruskan jejak Veyron sebagai mobil paling kencang yang legal dikemudikan di jalanan. Tidak cuma mempertahankan gelar, Chiron justru ingin melaju lebih cepat lagi dari pendahulunya tersebut.

Kecepatan adalah nilai jual utama Bugatti Chiron. Ia mengemas mesin W16 8 liter yang sanggup menyemburkan daya sebesar 1.500 tenaga kuda. Tidak seperti yang dirumorkan, mesin ini merupakan mesin bensin murni, bukan mesin hybrid yang dipadukan dengan motor elektrik.

Bugatti Chiron

Spesifikasi mesinnya sebenarnya tidak jauh berbeda dari milik Veyron, lalu apa rahasia di balik dongkrakan performa yang signifikan tersebut? Jawabannya adalah empat komponen turbocharger yang bekerja dalam dua tahap serta aerodinamika yang lebih baik.

Alhasil, Chiron bisa melesat hingga kecepatan 420 km/jam. Tapi angka ini sebenarnya dibatasi oleh sistem elektronik. Kalau dibiarkan melaju tanpa batasan, kabarnya Chiron bisa mencapai kecepatan 463 km/jam. Hal ini sekaligus menjadi alasan mengapa di speedometer-nya tercantum angka 500 km/jam.

Performa Chiron benar-benar tidak perlu diragukan lagi. Untuk mencapai kecepatan 100 km/jam dari posisi berhenti, ia berhasil mencatatkan waktu 2,5 detik. Lebih lanjut, 0-200 km/jam sukses ia tempuh dalam 6,5 detik, dan 0-300 km/jam dalam 13,6 detik.

Bugatti Chiron

Beralih ke penampilan, desainnya didasari oleh konsep Bugatti Vision Gran Turismo yang sempat dipamerkan tahun kemarin. Hasil akhirnya jauh lebih elegan, namun masih mempertahankan wujud khas Veyron yang sudah melegenda. Di bagian belakang, sebuah spoiler akan muncul secara otomatis ketika Chiron digeber dalam kecepatan tinggi.

Masuk ke kabin, nuansanya sangat berbeda dibanding konsep yang hadir tahun lalu. Di sini nuansa balap dilebur dengan nuansa mewah yang diwakili oleh material kulit di sana-sini. Bugatti ingin memastikan bahwa mereka tak hanya menciptakan supercar tercepat, tetapi juga yang termewah.

Bugatti Chiron

Material kulit saja tidak cukup untuk menonjolkan aura mewah Chiron. Maka dari itu, Bugatti turut membekalinya dengan teknologi digital generasi terkini. Utamanya adalah panel instrumen adaptif yang akan menyesuaikan dengan kondisi mengemudi. Lebih lanjut Chiron juga mengemas sound system kelas premium, yang menurut klaim Bugatti menjadikannya sebagai “concert hall tercepat sejagat”.

Penekanan pada kata “mewah” juga menjadikan Chiron sangat eksklusif. Bugatti hanya akan memproduksi Chiron sebanyak 500 unit, dan sepertiga darinya sudah dipesan oleh konsumen. Sisanya akan dijual seharga $2,5 juta per unit, atau sekitar Rp 33,4 miliar.

Sumber: Road and Track dan Bugatti.

Supercar Elektrik FFZero1 Concept dari Faraday Future Tak Kalah Keren dari Batmobile

Mengulang pergeseran tren yang terjadi tahun lalu, event CES 2016 kali ini kembali menjadi ajang unjuk gigi industri otomotif. Berbagai brand berlomba-lomba memamerkan inovasinya di ranah kendaraan roda empat, mulai dari sekedar sistem infotainment berbasis internet yang amat canggih hingga mobil konsep yang kesannya cuma bisa kita lihat di film-film ber-genre sci-fi.

Salah satu brand yang mengundang begitu banyak perhatian adalah Faraday Future. Startup asal California yang masih sangat muda tapi punya ambisi begitu besar ini baru saja memperkenalkan FFZero1 Concept, sebuah mobil elektrik dengan penampilan super-keren yang bisa membuat Anda lupa seketika dengan mobil-mobil besutan Tesla.

Faraday Future FFZero1 Concept

Melihat gambarnya, saya yakin Anda pasti teringat dengan Batmobile milik karakter fiktif Bruce Wayne. Penampilannya begitu ekstrem, tapi di saat yang sama juga begitu mengedepankan aspek aerodinamika. Utamanya adalah lubang besar yang berada di depan dan menembus hingga ke bagian belakang, bertujuan untuk meningkatkan kegesitan mobil sekaligus menyalurkan udara dingin menuju deretan baterai yang pastinya akan menghasilkan panas.

Faraday Future FFZero1 Concept

Sejatinya kita tidak perlu terlalu terkejut dengan penampilan ekstrem FFZero1 Concept setelah melihat latar belakang desainer pimpinannya, Richard Kim. Portofolio beliau mencakup BMW 13, BMW i8 dan BMW i8 Spyder Concept. BMW i8, seperti yang kita tahu, merupakan salah mobil hybrid terseksi sekaligus tercanggih yang sudah bisa kita lihat di jalanan saat ini.

Namun bagian eksterior ini rupanya bukanlah senjata utama Faraday Future dalam menggebrak industri otomotif. Mereka menerapkan konsep konstruksi yang disebut dengan istilah Variable Platform Architecture. Konsep ini pada dasarnya merupakan sistem modular dimana tim desainernya bisa menciptakan mobil yang amat berbeda menggunakan konstruksi rangka yang sama.

Dalam video di atas, dijelaskan bahwa bagian dasar mobil bisa dimodifikasi dengan mudah untuk menciptakan mobil dari berbagai kategori, bisa berwujud MPV, SUV, sedan hingga supercar macam FFZero1 Concept ini. Konsumen meminta mobil dengan jarak tempuh amat jauh? Kompartemen baterainya yang berada di bagian tengah tinggal digeser-geser guna menciptakan ruang lebih banyak untuk ditanami baterai.

FFZero1 Concept sendiri sebenarnya bisa dijadikan acuan terkait seberapa ekstrem mobil yang bisa dirancang dari satu konstruksi dasar yang sama ini. Faraday Future nantinya tinggal memilih mau menyematkan berapa motor elektrik ke dalam rangka dasar mobil. Dalam kasus FFZero1 Concept, sebanyak 4 motor elektrik dengan daya total di atas 1.000 daya kuda sanggup membawanya melesat dari 0-100 km/jam dalam waktu kurang dari 3 detik, plus top speed yang menembus angka 320 km/jam lebih.

Faraday Future FFZero1 Concept

Faraday Future tentunya tidak lupa dengan teknologi kemudi otomatis, dan FFZero1 Concept telah dibekali dengan sistem digital yang amat canggih. Salah satu contohnya adalah setir yang dilengkapi mount untuk smartphone, menjadi pusat akses menuju sistem navigasi maupun fungsi-fungsi lainnya. Augmented reality pun juga memegang peranan besar di sini, memproyeksikan beragam panduan tepat di jalanan yang ada di pandangan pengemudi.

Sebagaimana halnya mobil konsep, FFZero1 tentunya tak akan dipasarkan secara massal dalam waktu dekat. Faraday Future sudah punya rencana untuk memasarkan mobil produksi pertamanya dalam beberapa tahun mendatang. Dalam rentang waktu tersebut, mereka akan terus menggenjot tahap pengembangan dengan teknik visualisasi yang memanfaatkan virtual reality.

Faraday Future juga telah resmi mengumumkan kemitraannya bersama pabrikan elektronik asal Tiongkok, LeTV. Keduanya akan bersama-sama menyempurnakan teknologi kemudi otomatis sekaligus mengembangkan sistem berbasis internet maupun konten digital yang bakal dijumpai di mobil-mobil besutan Faraday Future di masa yang akan datang.

Untuk sementara, kita bisa mengunduh aplikasi Faraday Future Concept di iOS dan Android guna mengeksplorasi aspek-aspek unik yang ditawarkan FFZero1 Concept dalam wujud tiga dimensi. Saya penasaran apakah Elon Musk selaku pendiri Tesla Motors merasa ketar-ketir menghadapi lawan barunya ini.

Sumber: TheNextWeb.

Ford GT Jadi Mobil Pertama dengan Kaca Depan Gorilla Glass

Anda tentunya sudah tidak asing dengan Gorilla Glass. Kaca buatan perusahaan bernama Corning tersebut sudah beberapa tahun melapisi layar mayoritas smartphone dan tablet. Corning sendiri juga terus menyempurnakan iterasi demi iterasi Gorilla Glass, menjadikannya lebih tangguh tapi juga lebih tipis.

Namun saat mendengar ada sebuah mobil yang kaca depannya dilapisi Gorilla Glass, saya yakin Anda pasti akan mengernyitkan dahi. Well, Anda tak perlu melakukannya, sebab Ford sudah lebih dulu menerapkannya pada supercar terbarunya, Ford GT.

Ini berarti Ford GT merupakan mobil pertama di dunia yang memakai Gorilla Glass sebagai kaca depannya. Ford GT sendiri sudah dilengkapi dengan berbagai teknologi canggih di balik desainnya yang amat keren tersebut. Bodinya dibentuk dari bahan serat karbon demi mengedepankan aspek aerodinamis, dan pemakaian Gorilla Glass ini semakin memperkuat aspek tersebut.

Akan tetapi jangan Anda bayangkan kaca Gorilla Glass yang dipakai sama dengan yang ada di smartphone Anda. Ini merupakan versi khusus yang dinamai Gorilla Glass for Automotive, yang diklaim lima kali lipat lebih tahan pukul ketimbang kaca mobil standar. Di saat yang sama, kaca ini juga lebih tipis dan ringan, plus sanggup memberikan daya pandang yang begitu jelas.

All-New Ford GT

Ford dan Corning bekerja sama langsung dalam mengerjakan kaca depan Ford GT. Kaca ini terdiri dari tiga lapisan: kaca Gorilla Glass for Automotive di dalam, plastik perekat di tengah, dan kaca soda gamping di bagian terluar. Misi yang dituju adalah penurunan bobot, yang memegang peran penting dalam performa sebuah supercar.

Tak cuma sebagai kaca depan, Ford juga berencana memanfaatkan Gorilla Glass sebagai kaca penutup mesin yang ada di bagian belakang, memangkas sekitar 5 kilogram dari bobot keseluruhan mobil, atau 32 persen lebih ringan ketimbang memakai kaca mobil standar. Hasil akhirnya adalah peningkatan akselerasi, pengereman sekaligus efisiensi bahan bakar.

Sungguh menarik bagaimana industri otomotif bisa terinspirasi oleh perkembangan industri smartphone. Saya yakin ke depannya bakal ada lebih banyak pabrikan mobil yang menyusul jejak Ford dan memakai Gorilla Glass guna membantu meningkatkan performa.

Sumber: 1, 2, 3.

Bugatti Vision Gran Turismo, Cikal Bakal Supercar Tercepat di Dunia

Ah, Bugatti Veyron. Siapa sih yang tidak mengenal mobil ini? Supercar buatan Perancis ini masih mengusung predikat mobil tercepat di dunia yang legal dikemudikan di jalanan, dengan kecepatan maksimum di angka 430,9 km/jam. Continue reading Bugatti Vision Gran Turismo, Cikal Bakal Supercar Tercepat di Dunia

Polisi Abu Dhabi Modifikasi Lykan HyperSport Jadi Mobil ‘Robocop’

Lykan HyperSport ialah debut W Motors di wilayah supercar. Namanya tiba-tiba melambung ketika Lykan menjadi sorotan utama dalam film Furious 7, serta hadir di game Project CARS hingga Driveclub. Karena diproduksi terbatas, harga Lykan HyperSport tidaklah murah. Dan Departemen Polisi Abu Dhabi menambahkan sejumlah teknologi yang membuatnya istimewa. Continue reading Polisi Abu Dhabi Modifikasi Lykan HyperSport Jadi Mobil ‘Robocop’

Penerus Bugatti Veyron Kabarnya Usung Teknologi Mesin Hybrid 1.500 Tenaga Kuda

Istilah hybrid umumnya mengacu pada kendaraan yang menggunakan sumber tenaga berbeda, salah satunya adalah motor elektrik. Kemunculannya dimaksudkan buat mengurangi tingkat polusi, namun konsumen kelas supercar masih memandang mobil hybrid dengan sebelah mata. Padahal sejumlah nama otomotif raksasa telah mengkonfirmasi partisipasi mereka di lini itu. Continue reading Penerus Bugatti Veyron Kabarnya Usung Teknologi Mesin Hybrid 1.500 Tenaga Kuda