Xendit’s Latest Funding of 2.1 Trillion Rupiah Confirms Its Unicorn Status

Xendit announced the series C funding of $150 million or equivalent to 2.1 trillion Rupiah. This round also settled the company’s valuation above $1 billion and made Xendit the next “unicorn” startup in Indonesia.

The investment was led by Tiger Global Management with the participation of a series of investors, including Accel, Amasia, and Goat Capital. With this fresh funding, Xendit plans to innovate on its product range, aiming expansion to selected countries in Southeast Asia.

The Xendit fintech platform has started to be available in the Philippines. To solidify its debut, the company recently invested in local payments startup, Dragonpay.

“We are seeing a major shifting to digital that almost all businesses, from small shop owners on Instagram, to the largest companies in Indonesia [..] Xendit’s digital payments infrastructure allows businesses to receive payments faster,” Xendit’s Founder & CEO, Moses Lo said.

Previously, Xendit closed its $64.6 million Series B funding round in March 2021 and was led by Accel. With this latest funding, they have raised IDR 3.4 trillion ($238 million) in total since the first round in 2015.

“Xendit recorded a total payout volume increase of more than 200% yoy in Indonesia and the Philippines, continuing our growing track record by more than 10% month-on-month, since our debut. Our new unicorn status will help strengthen the core mission as our guide,” Xendit’s Co-Founder & COO, Tessa Wijaya added.

Beyond fintech

Xendit’s core solution is a payment gateway, enabling businesses to have a digital payment infrastructure, either integrated into the backend system (for example in e-commerce or other services such as online travel) or used directly through the provided application (for example for social commerce).

Realizing the huge potential of MSMEs in Indonesia, Xendit is also developing SaaS products to help micro-small businesses digitize business processes, beyond pure fintech products. Most recently, they provide a product inventory service to make it easier for business owners to synchronize between online platforms for sales.

Additional capital will also be channeled to increase Xendit’s penetration into the MSME segment. Various specific features and services will be rolled out, in addition to strengthening the capabilities of existing products such as capital loans, chargeback insurance, to fraud prevention.

“Xendit’s digital payment infrastructure which designed specifically for Southeast Asia is now the new standard for the financial industry in the region. By providing a reliable and secure payment gateway, Xendit has paved the way to a digital economy for businesses,” Tiger Global Management’s Partner, Alex Cook said.

On the other hand, Xedit also has a special product Instamoney, as an API service to help businesses provide remittance features. Several platforms have used this system, such as Wise and MoneyGram.

Indonesia’s unicorn

Looking at the startup ecosystem in Indonesia today, it seems that in the future we will continue to welcome a new generation of unicorns. One of the reason is that there are dozens of startups with centaur valuations – while global and local investors are also increasingly eager to inject their funds.

Based on our data, there are currently a total of 10 startups have been confirmed as unicorns. Several players have the potential to follow in the near future with valuations above $500 million, including SiCepat, Kopi Kenangan, Ruangguru, and Akulaku.

Perusahaan Est. Valuasi
Gojek-Tokopedia $18 miliar
Traveloka ~$3 miliar
Bukalapak ~$3 miliar
OVO ~$2,9 miliar
JD.id (dikonfirmasi perusahaan) undisclosed
Blibli (dikonfirmasi perusahaan) undisclosed
Tiket.com (dikonfirmasi perusahaan) ~$1 miliar
Kredivo* $2,5 miliar
Xendit ~$1 miliar

*assuming the merger process to go public via SPAC has been completed


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Dapat Pendanaan Baru 2,1 Triliun Rupiah, Xendit Sandang Status “Unicorn”

Xendit mengumumkan perolehan pendanaan seri C senilai $150 juta atau setara 2,1 triliun Rupiah. Putaran ini sekaligus mengokohkan valuasi perusahaan di atas $1 miliar dan menjadikan Xendit sebagai startup “unicorn” selanjutnya di Indonesia.

Investasi ini dipimpin oleh Tiger Global Management dengan partisipasi sejumlah investor, yaitu Accel, Amasia, dan Goat Capital. Dengan dana segar ini, Xendit berencana untuk terus melakukan inovasi pada jajaran produknya, dengan tujuan ekspansi ke negara-negara terpilih di Asia Tenggara.

Platform fintech Xendit juga sudah mulai dijajakan ke Filipina. Untuk mantapkan debutnya, perusahaan belum lama ini berinvestasi ke Dragonpay selaku startup pembayaran setempat.

“Kami sedang melihat pergeseran besar-besar ke ranah digital yang dilakukan hampir semua pelaku usaha, baik pemilik toko kecil di Instagram, sampai perusahaan-perusahaan terbesar di Indonesia [..] Infrastruktur pembayaran digital Xendit memungkinkan para pelaku usaha untuk dapat menerima pembayaran dengan lebih cepat,” ujar Founder & CEO Xendit Moses Lo.

Sebelumnya Xendit telah menutup putaran pendanaan seri B senilai  $64,6 juta pada Maret 2021 lalu dipimpin Accel. Dengan perolehan baru ini, secara total mereka telah mengumpulkan dana Rp3,4 triliun ($238 juta) sejak ronde awal di tahun 2015.

“Xendit mencatatkan peningkatan total volume pembayaran lebih dari 200% yoy di Indonesia dan Filipina, melanjutkan rekam jejak kami yang tumbuh lebih dari 10% dari bulan-ke-bulan, sejak awal pendirian. Status baru kami sebagai unicorn akan membantu memperkuat misi yang sejak awal menjadi pegangan kami,” imbuh Co-Founder & COO Xendit Tessa Wijaya.

Beyond fintech

Solusi utama Xendit adalah payment gateway, memungkinkan pebisnis memiliki infrastruktur pembayaran digital, baik yang diintegrasikan ke backend sistem (misalnya di e-commerce atau layanan lain seperti online travel) maupun digunakan langsung melalui aplikasi yang disediakan (misalnya untuk social commerce).

Menyadari besarnya potensi UMKM di Indonesia, saat ini Xendit juga turut mengambangkan produk SaaS untuk membantu pebisnis mikro-kecil untuk melakukan digitalisasi proses bisnis, di luar produk fintech murni. Teranyar, mereka menghadirkan layanan inventori produk untuk memudahkan pemilik usaha melakukan sinkronisasi antarplatform online untuk penjualan.

Modal tambahan yang didapat turut dikatakan akan difokuskan untuk meningkatkan penetrasi Xendit ke segmen UMKM. Berbagai fitur dan layanan yang spesifik akan digulirkan, di samping menguatkan kapabilitas produk yang sudah ada seperti  pinjaman modal, asuransi tolak bayar, sampai pencegahan penipuan.

“Infrastruktur pembayaran digital Xendit yang dirancang khusus untuk Asia Tenggara, kini menjadi standar baru untuk industri finansial di kawasan ini. Dengan menyediakan payment gateway yang andal dan aman, Xendit telah membuka jalan menuju ekonomi digital bagi para pelaku bisnis,” kata Partner Tiger Global Management Alex Cook.

Di sisi lain Xedit juga memiliki produk khusus Instamoney, sebagai layanan API untuk membantu bisnis menghadirkan fitur remitansi. Beberapa platform yang telah menggunakan sistem tersebut seperti Wise dan MoneyGram.

Unicorn di Indonesia

Melihat ekosistem startup di Indonesia saat ini, rasanya dalam beberapa waktu mendatang kita masih akan terus menyambut generasi baru unicorn. Pasalnya, saat ini startup bervaluasi centaur pun jumlahnya sudah puluhan – sementara investor global dan lokal juga makin bersemangat untuk menyuntikkan dananya.

Dari data yang kami miliki, saat ini total ada 10 startup yang terkonfirmasi sebagai unicorn. Beberapa pemain berpotensi menyusul dalam waktu dekat dengan kepemilikan valuasi di atas $500 juta, seperti SiCepat, Kopi Kenangan, Ruangguru, dan Akulaku.

Perusahaan Est. Valuasi
Gojek-Tokopedia $18 miliar
Traveloka ~$3 miliar
Bukalapak ~$3 miliar
OVO ~$2,9 miliar
JD.id (dikonfirmasi perusahaan) undisclosed
Blibli (dikonfirmasi perusahaan) undisclosed
Tiket.com (dikonfirmasi perusahaan) ~$1 miliar
Kredivo* $2,5 miliar
Xendit ~$1 miliar

* dengan asumsi telah menyelesaikan proses merger untuk selanjutnya go-public via SPAC

Ruangguru Receives 800+ Billion Rupiah Funding, Led by Tiger Global Management

Ruangguru edtech startup announced $55 million (over 800 billion Rupiah) funding led by Tiger Global Management. This is a follow on round of the series C announced in 2019, led by General Atlantic and GGV Capital.

GGV Capital also topped up in this latest round, followed by the ranks of Ruangguru’s early investors, East Ventures, Venturra Capital, UOB Venture Management, and others. The additional fresh funding is said to accelerate Ruangguru’s business expansion in three countries (Indonesia, Vietnam and Thailand) in the K-12 segment (SD, SMP, and SMA) and non-formal education.

In an official statement, Tiger Global Management’s Partner, Evan Feinberg said, as the leading edtech player in Southeast Asia, Ruangguru is ready to further transform and enhance the landscape for K-12 and adult learning. “We are very pleased to be partnering with them as they continue to innovate solutions for this market and advance high quality education for students of all ages,” he said, Monday (19/4).

GGV Capital’s Managing Partner, Jixun Foo added, “Our continued investment in Ruangguru proves our confidence in their commitment to advancing quality education for all [..] We will continue to support companies with a long-term impact on our future through educational technology.”

Edtech is GGV’s premier global investment thesis with portfolio companies such as Zuoyebang, Vedantu, HuoHua, and LiuLiShuo (NYSE: LAIX).

Ruangguru’s Co-Founder and CEO, Belva Devara expressed his high enthusiasm for the entrance of Tiger Global and with the sustainable support from GGV Capital. “We share the same vision of the world with access to quality education for all. Ruangguru has continued to have a strong growth trajectory in the past year and this investment will help us grow our business further and make a significant impact on education, through technology,” Belva said.

Product development at Ruangguru

In addition, with the accelerating adoption of online learning due to the global Covid-19 pandemic, Ruangguru has driven significant user volume growth throughout 2020. It is claimed that Ruangguru has served more than 22 million users throughout the country and achieved the highest Net Promoter Score (NPS) across all product categories and doubled the revenue growth, marking its first year of profitability.

The company arrived in Thailand with StartDee brand in 2020, and under the KienGuru brand the previous year in Vietnam. In Indonesia, it is said that Ruangguru is able to maintain a leadership position (based on user base) in the Live Tutoring segment through the Brain Academy and RuangBelajar+.

Furthermore, they released another product vertical, Roboguru, an AI-supported homework breaker with Photo Search and User Generated Content (UGC) technology to facilitate students in understanding difficult exercises. Also, launching the English Academy, an affordable online live teaching class with a Cambridge curriculum to cater the K-12 students and adults.

“The Skill Academy has served more than 3 million users, Ruangguru’s lifelong learning product is only 1 year after its launch. Skill Academy has positioned itself as a market leader in its category and winning Google Play Best of 2020 for Personal Growth,” Belva added.

In order to deepen market penetration throughout the pandemic, Ruangguru launched several social initiatives to have an impact on education. Among them are Ruangguru Free Online School to ensure learning sustainability, there are more than 10 million students in Indonesia accessing the service.

Also, in order to support distance learning during the lockdown, Ruangguru provides free access to Ruangkelas, the Learning Management System (LMS) platform that has been used by thousands of schools in 480 districts in Indonesia. Teachers are given free access to an online library of more than 250 teaching modules. There are more than 200 thousand teachers accessing the online library.

Ruangguru’s Co-founder & Chief Product and Partnership Officer, Iman Usman, added, “Ruangguru now has strong investors with expertise in the education industry. We plan to leverage their expertise and network to further enhance our products and our team. Therefore, it can help us in offering world-class educational products. We will continue to fulfill our mission to provide quality education for millions of students in Southeast Asia.”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Ruangguru Terima Pendanaan Lebih dari 800 Miliar Rupiah, Dipimpin Tiger Global Management

Startup edtech Ruangguru mengumumkan perolehan pendanaan senilai $55 juta (lebih dari 800 miliar Rupiah) yang dipimpin Tiger Global Management. Putaran ini adalah lanjutan dari seri C yang diumumkan pada 2019 lalu, dipimpin oleh General Atlantic dan GGV Capital.

GGV Capital turut top up dalam putaran terbaru ini, diikuti jajaran investor awal Ruangguru yakni East Ventures, Venturra Capital, UOB Venture Mangement, dan lainnya. Tambahan dana segar rencananya akan dimanfaatkan untuk mempercepat ekspansi bisnis Ruangguru di tiga negara (Indonesia, Vietnam, dan Thailand) di segmen K-12 (SD, SMP, dan SMA) dan pendidikan nonformal.

Dalam keterangan resmi, Partner Tiger Global Management Evan Feinberg menyampaikan, sebagai pemain edtech terdepan di Asia Tenggara, Ruangguru siap untuk lebih jauh mengubah dan meningkatkan lanskap untuk K-12 dan pembelajaran orang dewasa. “Kami sangat senang dapat bermitra dengan mereka karena mereka terus berinovasi solusi untuk pasar ini dan memajukan pendidikan berkualitas tinggi untuk pelajar dari segala usia,” tuturnya, Senin (19/4).

Managing Partner GGV Capital Jixun Foo menambahkan, “Investasi berkelanjutan kami di Ruangguru adalah bukti kepercayaan kami atas komitmen mereka untuk memajukan pendidikan berkualitas bagi semua [..] Kami akan terus mendukung perusahaan yang membawa dampak jangka panjang bagi masa depan kami melalui teknologi pendidikan.”

Edtech adalah tesis investasi global utama untuk GGV dengan perusahaan portofolio seperti Zuoyebang, Vedantu, HuoHua, dan LiuLiShuo (NYSE: LAIX).

Co-Founder dan CEO Ruangguru Belva Devara menyampaikan antusiasmenya yang tinggi dengan kehadiran Tiger Global dan mendapat dukungan keberlanjutan dari GGV Capital. “Kami berbagi visi yang sama tentang dunia dengan akses ke pendidikan berkualitas untuk semua. Ruangguru terus mengalami lintasan pertumbuhan yang kuat di tahun lalu dan investasi ini akan membantu kami mengembangkan bisnis lebih jauh dan memberikan dampak yang berarti dalam pendidikan, melalui teknologi,” kata Belva.

Pengembangan produk Ruangguru

Disampaikan lebih jauh, dengan dengan peningkatan adopsi pembelajaran online yang dipercepat oleh pandemi Covid-19 global, Ruangguru telah mendorong pertumbuhan volume pengguna yang signifikan sepanjang tahun 2020. Diklaim Ruangguru telah melayani lebih dari 22 juta pengguna di seluruh negara dan mencapai Net Promoter Score (NPS) tertinggi di semua kategori produk dan pertumbuhan pendapatan berlipat ganda, menandai tahun pertamanya di titik profitabilitas.

Perusahaan masuk ke Thailand dengan memakai brand StartDee pada 2020, setelah hadir di Vietnam dengan brand KienGuru pada setahun sebelumnya. Di Indonesia, diklaim Ruangguru mampu mempertahankan posisi kepemimpinan (berdasarkan jumlah pelanggan) di segmen Live Tutoring melalui produk Brain Academy dan RuangBelajar+.

Kemudian, pada tahun ini merilis vertikal produk lainnya, yakni Roboguru, pemecah pekerjaan rumah yang didukung AI dengan Penelusuran Foto dan teknologi User Generated Content (UGC) untuk memfasilitasi siswa dalam memahami latihan yang sulit. Serta, meluncurkan English Academy, kelas pengajaran langsung online yang terjangkau dengan kurikulum Cambridge untuk melayani siswa K-12 dan orang dewasa.

“Skill Academy telah melayani lebih dari 3 juta pengguna, produk pembelajaran seumur hidup Ruangguru hanya 1 tahun setelah diluncurkan. Skill Academy memantapkan dirinya sebagai pemimpin pasar dalam kategorinya dan memenangkan Google Play Best of 2020 for Personal Growth,” tambah Belva.

Untuk memperdalam penetrasi pasar sepanjang pandemi, Ruangguru memprakarsai beberapa inisiatif sosial untuk membawa dampak dalam pendidikan. Di antaranya meluncurkan Ruangguru Free Online School untuk memastikan pembelajaran tidak berhenti, ada lebih dari 10 juta siswa di Indonesia mengakses layanan tersebut.

Kemudian, dalam rangka mendukung pembelajaran jarak jauh selama lockdown, Ruangguru memberikan akses gratis Ruangkelas, platform Learning Management System (LMS) yang telah digunakan oleh ribuan sekolah di 480 kabupaten di Indonesia. Guru diberi akses gratis ke perpustakaan online yang terdiri dari lebih dari 250 modul pengajaran. Ada lebih dari 200 ribu guru mengakses perpustakaan online.

Co-founder & Chief Product and Partnership Officer Ruangguru Iman Usman, menambahkan, “Ruangguru sekarang memiliki investor yang kuat dengan keahlian industri pendidikan. Kami berencana memanfaatkan keahlian dan jaringan mereka untuk lebih meningkatkan produk dan tim kami. Sehingga dapat membantu kami dalam menawarkan produk pendidikan kelas dunia. Kami akan terus memenuhi misi kami untuk memungkinkan akses yang lebih baik ke pendidikan berkualitas bagi jutaan pelajar di Asia Tenggara.”

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Payfazz Announces Series B Funding Worth of 767 Billion Rupiah

Payfazz today (7/6) announced a series B funding worth of US$ 53 million or equivalent to 767.7 billion Rupiah. This round was led by B Capital Group and Insignia Ventures, with the participation of previous investors, Tiger Global Management, Y Combinator, ACE & Company, and Quiet Capital, also BRI Ventures as a new investor.

The fresh money is to accomplish the company’s mission to expand market coverage throughout Southeast Asia. With its various services, Payfazz is to increase digital financial access in rural areas.

In Indonesia, their services are widely applied in traditional stalls, allowing traders to accommodate various types of financial services, such as balance top-up, bill payments, loans, and cash withdrawal.

Payfazz’ Co-Founder & CEO, Hendra Kwik said in his remarks, “We see that smartphone-based fintech applications will revolutionize the financial services industry in Southeast Asia. We want to participate in the revolution by facilitating access to bill payments, money transfers, loans, opening savings accounts, and investment through smartphones, so as to accelerate financial inclusion in Southeast Asia.”

Previously, Hendra has mentioned this fundraising in an interview with DailySocial earlier last year. The regional expansion is to become the main agenda in the future. He believes the Payfazz channel is in line with rural communities’ demand for financial products.

“There are several countries in ASEAN for reference [with lessons from Indonesia]. At first, it may penetrate one or two countries, but I don’t know about this year because we still exploring the most strategic ones.”

In addition, they also schedule to build up the R&D team, to create more relevant solutions with the market share demand.

Business efficiency

Payfazz team members / Payfazz
Payfazz team members / Payfazz

The Covid-19 pandemic has quite a significant impact on Payfazz due to microeconomics stuck in rural areas by social restrictions and so on. Recently, through its official statement, the company conveyed that it has made business efficiency by allocating funds and resources to business units that are considered promising, namely small business, financial services, and digital banking.

The decision applied for a 10% reduction in labor. Hendra said the company decided to restructure and refocus that results in the professional workforce efficiency, therefore, the company remained a sustainable business. Previously, Payfazz’ team has reached 600 people.

In its journey, Payfazz performed various business expansion to form a business group called Fazz Financial. In its derivatives are POST, Sellfazz POS, Fazzcard, Billfazz, and Canfazz. All these products target a variety of consumer segments.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Payfazz Umumkan Pendanaan Seri B Senilai 767 Miliar Rupiah

Payfazz hari ini (06/7) mengumumkan perolehan pendanaan seri B senilai US$53 juta atau setara 767,7 miliar Rupiah. Putaran investasi ini dipimpin oleh B Capital Group dan Insignia Ventures, didukung beberapa investor terdahulunya Tiger Global Management, Y Combinator, ACE & Company, dan Quiet Capita; serta turut terlibat juga BRI Ventures sebagai investor baru.

Pendanaan ini akan memperkuat misi perusahaan untuk memperluas jangkauan pasarnya di seluruh wilayah Asia Tenggara. Seperti diketahui, dengan berbagai layanannya Payfazz mencoba meningkatkan akses finansial secara digital di daerah rural.

Di Indonesia sendiri, layanan mereka banyak diaplikasikan di warung-warung tradisional, memungkinkan pedagang mengakomodasi beragam jenis layanan finansial, seperti pembelian pulsa, pembayaran tagihan listrik, peminjaman uang, hingga penarikan dana tunai.

Co-Founder & CEO Payfazz Hendra Kwik dalam sambutannya mengatakan, “Kami melihat bahwa aplikasi fintech berbasis ponsel pintar akan merevolusi industri jasa keuangan di Asia Tenggara. Kami ingin ikut serta dalam revolusi dengan memudahkan akses pembayaran tagihan, transfer uang, pinjaman, pembukaan rekening tabungan, dan investasi melalui ponsel pintar, sehingga dapat mempercepat inklusi keuangan di Asia Tenggara.”

Sebelumnya dalam wawancara DailySocial dengan Payfazz awal tahun lalu, Hendra sudah mengatakan mengenai penggalangan dana ini. Ekspansi regional memang menjadi agenda utamanya di waktu mendatang. Dia meyakini bahwa jalur Payfazz sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat pedesaan terhadap produk keuangan.

“Ada beberapa negara di ASEAN yang bisa direplikasi [dengan pembelajaran dari Indonesia]. Mungkin masuk ke satu atau dua negara dulu, tapi belum tahu apakah tahun ini karena masih dipelajari yang mana yang paling strategis.”

Selain itu, mereka juga mengagendakan untuk perkuat tim R&D, untuk memungkinkan solusi yang dihadirkan selalu relevan dengan kebutuhan pangsa pasar.

Sempat lakukan efisiensi bisnis

Jajaran tim Payfazz / Payfazz
Jajaran tim Payfazz / Payfazz

Pandemi Covid-19 turut memberikan dampak bagi Payfazz, karena ekonomi mikro di daerah-daerah juga tersendat akibat pembatasan sosial dan sebagainya. Belum lama ini, melalui keterangan resminya perusahaan menyampaikan telah melakukan efisiensi bisnis dengan mengalokasikan dana dan sumber daya pada unit bisnis yang dianggap menjanjikan, yakni small business, financial services, dan digital banking.

Keputusan tersebut berimplikasi pada pengurangan 10% tenaga kerja. Hendra menyebut perusahaan mengambil keputusan untuk penataan dan pemfokusan ulang sehingga perlu adanya pengurangan tenaga kerja profesional agar perusahaan tetap menjadi bisnis yang berkelanjutan. Sebelumnya, jumlah tenaga kerja di Payfazz mencapai 600 orang.

Dalam perjalanannya, Payfazz melakukan berbagai ekspansi bisnis sehingga membentuk grup usaha bernama Fazz Financial. Di bawahnya ada POST, Sellfazz POS, Fazzcard, Billfazz, dan Canfazz. Seluruh produk tersebut menyasar beragam segmen konsumen.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Vietnam-Based Foody Expands to Indonesia

DealStreet Asia reported that Foody, a Vietnam-based culinary and restaurant listing startup, has just closed a Series C funding from U.S-based Tiger Global Management. This was the company’s first investment in Vietnamese startup. Now, Foody heads for Southeast Asia, unveiling Indonesia as its main focus of expansion. Continue reading Vietnam-Based Foody Expands to Indonesia