JBL Luncurkan Tune 115TWS, Mungil dan Relatif Terjangkau

JBL Indonesia resmi memperkenalkan produk terbarunya untuk segmen true wireless stereo, yakni JBL Tune 115TWS. Varian baru seri Tune ini menawarkan keseimbangan antara style dan kinerja dalam harga yang relatif terjangkau.

Fisik perangkat ini tergolong cukup ringkas, dengan bobot tidak lebih dari 5,15 gram per earpiece. Masuk kategori TWS, otomatis tidak ada seutas kabel pun yang menancap ke bodinya. Ukuran charging case-nya pun juga kecil dan mudah sekali disimpan di dalam saku celana. Berat case-nya sendiri berada di kisaran 41,5 gram.

Masing-masing earpiece-nya ditenagai oleh sebuah dynamic driver berdiameter 5,8 mm. JBL menjanjikan suara bass yang mantap terlepas dari ukurannya. Secara teknis, driver ini mempunyai respon frekuensi sebesar 20-20.000 Hz. Untuk meminimalkan kebocoran suara sekaligus membuatnya terasa lebih pas dan stabil di telinga, pengguna dapat memilih di antara tiga ukuran eartip yang terdapat pada paket penjualannya.

Satu fitur yang absen dari perangkat ini adalah active noise cancellation (ANC), tapi setidaknya ia masih menawarkan fleksibilitas ekstra berkat fitur Dual Connect, sehingga pengguna bebas menggunakan hanya satu (mono) atau kedua earpiece-nya (stereo). Konektivitasnya sendiri sudah menggunakan Bluetooth 5.0.

Untuk menerima atau mengakhiri panggilan telepon, pengguna hanya perlu menyentuh sisi luar earpiece dengan satu jari. Gestur yang sama juga bisa diterapkan untuk memanggil voice assistant pada perangkat yang terhubung.

Dalam sekali pengisian, JBL Tune 115TWS diyakini mampu beroperasi sampai 6 jam nonstop, sedangkan charging case-nya mampu menyuplai daya ekstra hingga 15 jam pemakaian, memberikan total daya tahan baterai sebesar 21 jam. Pada charging case-nya, pengguna bisa menemukan indikator LED sehingga mereka tidak perlu menebak-nebak kapan harus mengisinya menggunakan kabel USB-C.

Di Indonesia, JBL Tune 115TWS saat ini telah dipasarkan dengan harga Rp899.000 di Tokopedia, sebelum akhirnya merambah platform e-commerce lain dan outlet fisik JBL mulai tanggal 21 Juni mendatang. Pilihan warna yang tersedia ada empat: hitam, hitam dengan aksen merah, putih, dan putih dengan aksen biru.

Beats Studio Buds Dirilis, Unggulkan ANC dan Kompatibilitas Penuh dengan Perangkat Android

Kalau rumor yang beredar akurat, Apple semestinya bakal merilis AirPods baru tahun ini. Namun sebelum itu terjadi, kita rupanya disuguhi alternatif dari Beats terlebih dulu. Anak perusahaan Apple itu baru saja merilis TWS anyar bernama Beats Studio Buds.

Desainnya sudah pasti sangat berbeda dari AirPods, dan penampilannya juga tidak se-sporty Powerbeats Pro yang dilengkapi pengait telinga. Wujud Beats Studio Buds secara keseluruhan terkesan sangat mungil, dengan bobot tidak lebih dari 5,1 gram per earpiece. Perangkat diklaim tahan air dengan sertifikasi IPX4.

Di dalamnya tertanam driver berdiameter 8,2 mm dengan dual-element diaphragm. Dipadukan dengan desain akustik yang melibatkan sepasang bilik terpisah, Beats mengklaim separasi suara stereo yang sangat baik. Bagi para pelanggan Apple Music, Beats Studio Buds bakal secara otomatis memutar versi Dolby Atmos pada sejumlah lagu.

Beats tidak lupa membekali TWS barunya ini dengan fitur active noise cancellation (ANC) dan mode ambient, yang masing-masing dapat diaktifkan dengan menekan dan menahan tombol “b” pada sisi luar earpiece. Tombol yang sama juga berfungsi untuk navigasi playback, sebab Beats Studio Buds memang tidak dilengkapi kontrol sentuh sama sekali.

Tidak seperti AirPods yang hanya dioptimalkan untuk perangkat iOS, Beats Studio Buds dipastikan bakal tetap optimal meski dipakai bersama perangkat Android berkat dukungan terhadap fitur-fitur seperti Fast Pair maupun Find My Device. Di iOS, ia bakal berfungsi layaknya sebuah AirPods, lengkap dengan dukungan “Hey Siri” untuk memanggil sang asisten virtual, serta integrasi pada jaringan Find My.

Dalam sekali pengecasan, Beats Studio Buds mampu beroperasi selama 8 jam nonstop tanpa ANC, sedangkan charging case-nya siap mengisi ulang sampai dua kali berturut-turut, memberikan total waktu pemakaian selama 24 jam. Kalau ANC-nya dinyalakan, daya tahan baterainya turun menjadi 5 jam per charge, dan 15 jam untuk charging case-nya.

Beats Studio Buds turut mendukung fitur fast charging; pengisian selama 5 menit mampu memberikan daya yang cukup untuk 1 jam pemakaian. Satu fitur yang absen adalah dukungan wireless charging, yang berarti charging case-nya cuma bisa diisi ulang menggunakan kabel. Untungnya, jenis colokan yang digunakan adalah USB-C, bukan Lightning.

Di Amerika Serikat, Beats Studio Buds akan segera dijual dengan harga $150 dalam tiga pilihan warna: hitam, putih, merah. Seperti biasa, paket penjualannya mencakup tiga pasang eartip silikon dalam ukuran yang berbeda-beda.

Sumber: Business Wire.

Jaybird Vista 2 Adalah TWS Wajib bagi Para Penggila Olahraga yang Membutuhkan ANC

Produsen earphone yang populer di kalangan penggila olahraga, Jaybird, memperkenalkan TWS terbarunya, Vista 2. Produk ini merupakan penerus langsung dari Jaybird Vista yang dirilis di tahun 2019, dan ia menawarkan sejumlah pembaruan yang signifikan meski wujudnya tidak terlihat berubah banyak.

Pembaruan yang paling utama adalah active noise cancellation (ANC) dan mode transparency/ambient, dua fitur yang sepenuhnya absen pada pendahulunya. Untuk mengaktifkan ANC dan memblokir suara-suara di sekitar, pengguna hanya perlu menyentuh sisi luar Vista 2 sebanyak dua kali.

Ulangi gestur yang sama, maka giliran mode ambient yang aktif dan membiarkan suara-suara di sekitar jadi terdengar jelas. Lewat sebuah aplikasi pendamping di smartphone, pengguna bebas mengatur seberapa banyak suara luar yang diperbolehkan masuk ketika mode ambient-nya aktif.

Pembaruan selanjutnya adalah daya tahan baterai yang lebih baik. Dalam sekali pengisian dan dengan fitur ANC yang terus menyala, Vista 2 dapat bertahan selama 6 jam pemakaian, alias satu jam lebih lama daripada generasi pertamanya yang tidak dilengkapi ANC sama sekali. Kalau ANC-nya dimatikan, Vista 2 malah bisa beroperasi hingga 8 jam.

Charging case-nya punya kapasitas yang cukup untuk mengisi ulang Vista 2 hingga penuh sebanyak dua kali. Fitur quick charge turut tersedia, di mana pengisian selama 5 menit saja sudah bisa memberikan daya yang cukup untuk pemakaian selama satu jam. Supaya lebih praktis, charging case-nya juga bisa diisi ulang menggunakan Qi wireless charger.

Seperti yang sudah bisa diekspektasikan dari Jaybird, Vista 2 memiliki fisik yang amat tangguh. Ia tahan air dengan sertifikasi IP68, bahkan charging case-nya pun turut mengusung sertifikasi ketahanan air IP54. Sebagai perbandingan, TWS terbaru Sony, WF-1000XM4, cuma dibekali sertifikasi IPX4, dan itu pun hanya untuk unit TWS-nya saja.

Dari segi desain, Vista 2 kelihatan sangat mirip seperti pendahulunya. Yang sedikit berbeda hanyalah sisi luar earpiece-nya yang dilapisi bahan kain. Menariknya, lapisan kain ini diklaim bisa membantu meredam suara angin sehingga suara pengguna yang ditangkap oleh mikrofonnya dapat terdengar lebih jernih.

Di Amerika Serikat, Jaybird Vista 2 saat ini telah dijual seharga $200 dengan tiga pilihan warna: hitam, abu-abu, biru. Paket penjualannya mencakup tiga ukuran eartip yang berbeda, salah satunya tanpa sirip penyangga.

Sumber: Engadget.

Google Umumkan Pixel Buds A-Series, Mirip TWS Pertamanya tapi dengan Harga Lebih Murah

Dibandingkan Apple dan pabrikan-pabrikan lain, Google memang agak terlambat bermain di ranah TWS. TWS pertamanya, Pixel Buds 2 diluncurkan di bulan Oktober 2019, sekitar enam bulan setelah Apple mengungkap AirPods generasi kedua. Namun itu rupanya bukan alasan bagi Google untuk tidak mendalami kategori perangkat audio yang sangat populer ini lebih jauh lagi, dan pada akhirnya merambah lebih banyak konsumen.

Mereka baru saja mengumumkan Pixel Buds A-Series, versi lebih terjangkau ketimbang Pixel Buds 2 yang sudah agak berumur itu. Sebagai perbandingan, Pixel Buds 2 dijual seharga $179, sedangkan Pixel Buds A-Series dihargai cuma $99 saja. Tentu saja, ada beberapa fitur yang harus dipangkas agar Google bisa tetap mengambil untung di harga tersebut.

Beberapa fitur yang dipangkas di antaranya adalah dukungan wireless charging untuk case-nya, dukungan gestur yang lebih terbatas (tidak ada gestur swipe untuk mengatur volume), fungsi noise reduction untuk panggilan telepon maupun suara angin, serta fitur Attention Alerts (yang memungkinkan perangkat untuk mendeteksi suara-suara penting seperti sirene atau suara bayi menangis, lalu menurunkan volume secara otomatis).

Jadi seandainya salah satu dari fitur-fitur di atas dirasa penting, maka konsumen bisa memilih Pixel Buds 2 ketimbang Pixel Buds A-Series. Sebaliknya, kalau mereka bisa memaklumi absennya fitur-fitur tersebut, maka mereka bisa menghemat cukup lumayan dengan menggaet Pixel Buds A-Series.

Di luar fitur-fitur tadi, Pixel Buds A-Series cukup identik dengan Pixel Buds 2. Bahkan wujud fisiknya bisa dibilang sama persis, dengan perbedaan hanya pada motif warnanya, serta ukuran sirip penyangganya yang sedikit lebih kecil. Driver yang tertanam juga mempunyai diameter 12 mm, bahkan bentuk charging case-nya pun sama, dan perangkat tetap mempertahankan sertifikasi ketahanan air IPX4.

Dalam sekali pengisian, baterai Pixel Buds A-Series diklaim tahan sampai sekitar 5 jam pemakaian, atau sampai 24 jam kalau dipadukan bersama daya milik charging case-nya. Fitur fast charging tak lupa disediakan, di mana perangkat mampu memberikan waktu pemakaian selama sekitar 3 jam meski hanya di-charge selama 15 menit.

$99 memang belum bisa dikatakan murah, tapi setidaknya Google Pixel Buds A-Series masih lebih terjangkau daripada AirPods ($159) maupun penawaran dari sejumlah pabrikan ternama lainnya.

Sumber: The Verge dan TechCrunch.

Xiaomi Ungkap FlipBuds Pro, TWS Pertamanya yang Dibekali Active Noise Cancellation

Pasar TWS terus bertambah besar di tahun 2021 ini. Apple masih menguasai sebagian besar pangsa pasar, akan tetapi gap-nya sudah tidak sejauh di tahun-tahun sebelumnya. Mengintai di belakangnya adalah Xiaomi, yang sampai kemarin rupanya belum punya TWS dengan active noise cancellation (ANC) sama sekali.

Itu semua berubah dengan diumumkannya Xiaomi FlipBuds Pro. Ini merupakan TWS paling premium dari Xiaomi sejauh ini, dan fitur unggulannya adalah ANC yang mampu meredam suara-suara di sekitar sampai 40 dB, kira-kira sehening di dalam perpustakaan kalau kata Xiaomi sendiri.

Untuk mewujudkannya, Xiaomi membekali FlipBuds Pro dengan tiga buah mikrofon di setiap unitnya: satu untuk menangkap dan mengisolasi suara-suara di sekitar, satu untuk menangkap suara pengguna, dan satu lagi untuk memastikan suara pengguna tidak teredam tanpa disengaja. Untuk output-nya, masing-masing unitnya mengandalkan dynamic driver berdiameter 11 mm.

Guna semakin memaksimalkan kinerjanya, Xiaomi turut membekali FlipBuds Pro dengan chip Bluetooth kelas premium besutan Qualcomm, QCC5151. Secara teknis, chip ini tak hanya mendukung konektivitas Bluetooth 5.2 saja, melainkan juga teknologi-teknologi seperti Google Fast Pair, Qualcomm TrueWireless Mirroring, Qualcomm Adaptive Active Noise Cancellation, maupun codec aptX Adaptive.

Ketika digunakan bersama ponsel-ponsel Xiaomi seperti Mi Mix Fold, Mi 11 Series, Mi 10 Series, Redmi K40 Series, Redmi K30 Series, maupun Redmi Note 9 Pro, perangkat juga bisa beroperasi dalam latensi yang sangat rendah. Dengan kata lain, TWS ini juga cocok untuk dipakai dalam sesi gaming.

Melihat desainnya, tidak bisa dipungkiri kalau TWS ini tampak seperti AirPods Pro versi hitam legam. Baterainya diklaim mampu bertahan sampai 7 jam pemakaian (5 jam kalau ANC-nya dinyalakan terus), atau total 28 jam jika digabung dengan charging case-nya. Selain via kabel USB-C, case-nya juga dapat diisi ulang menggunakan Qi wireless charger.

Di Tiongkok, Xiaomi menjual TWS ini seharga 799 yuan, atau kurang lebih sekitar 1,8 jutaan rupiah. Sayang sekali sejauh ini belum ada informasi terkait kapan Xiaomi bakal membawanya ke negara-negara lain.

Sumber: GSM Arena dan GizmoChina.

Lypertek PurePlay Z7 Adalah TWS Premium dengan Triple Hybrid Driver

Lypertek bukanlah nama pertama yang muncul di pikiran ketika membicarakan mengenai earphone nirkabel. Mereka hanyalah sebuah perusahaan kecil asal Tiongkok yang baru memulai kiprahnya di industri audio pada tahun 2017, dan saya tidak terkejut seandainya Anda baru pertama kali mendengar namanya sekarang.

Kendati demikian, fakta tersebut tidak mencegah mereka untuk masuk ke ranah TWS premium. Produk terbarunya, Lypertek PurePlay Z7, dirancang agar dapat bersaing dengan deretan TWS lain yang dijual di kisaran harga $200, dan ini merupakan lompatan drastis dari produk-produk Lypertek sebelumnya, yang semuanya dibanderol kurang dari $100.

Agar bisa tampil menonjol di tengah penawaran dari sejumlah brand premium, PurePlay Z7 mengandalkan konfigurasi triple hybrid driver. Jadi yang tertanam di masing-masing earpiece-nya bukan cuma satu driver berjenis dynamic saja, melainkan juga dua driver ekstra berjenis balanced armature. Balanced armature driver ini Lypertek rancang sendiri demi mencapai performa yang optimal dalam ukuran yang lebih kecil dari biasanya.

Menurut Lypertek, hasilnya adalah suara mid-range yang jernih, high yang ekspansif, dan bass yang bertenaga namun terkontrol. Satu hal yang mungkin terdengar agak mengecewakan adalah absennya fitur active noise cancellation (ANC), akan tetapi setidaknya perangkat ini masih dibekali mode ambient sound, yang dapat diaktifkan melalui aplikasi pendampingnya di smartphone.

Dari segi konektivitas, PurePlay Z7 menggunakan Bluetooth 5.2, lengkap dengan dukungan codec AAC dan aptX Adaptive, serta teknologi TrueWireless Mirroring besutan Qualcomm agar koneksinya bisa semakin stabil. Namun mungkin bagian yang paling istimewa adalah baterainya.

Dalam sekali pengisian, Lypertek mengklaim daya tahan hingga sekitar 10 jam pemakaian, sedangkan charging case-nya sanggup menyuplai 70 jam daya ekstra. Tidak adanya ANC jelas membantu meningkatkan daya tahan baterainya secara signifikan, tapi di pasaran sendiri cukup jarang ditemukan TWS non-ANC lain yang mampu beroperasi hingga 10 jam nonstop. Sebagai bonus, charging case-nya juga bisa diisi ulang secara nirkabel.

Rencananya, Lypertek akan memasarkan PurePlay Z7 mulai bulan Juni mendatang. Di Amerika Serikat, harganya dipatok $199.

Sumber: Trusted Reviews dan Forbes.

Bowers & Wilkins Luncurkan TWS Pertamanya, PI7 dan PI5

Pabrikan audio kenamaan asal Inggris, Bowers & Wilkins, baru saja mengungkap TWS perdananya. Bukan cuma satu, melainkan langsung dua sekaligus, yakni PI7 dan PI5. Seperti yang sudah bisa ditebak dari brand sekelas B&W, keduanya sama-sama mengusung desain yang tampak premium.

Wujud keduanya boleh serupa, tapi ada perbedaan yang cukup signifikan di antaranya. Khusus pada PI7, ia datang bersama sebuah charging case pintar yang merangkap peran sebagai adaptor Bluetooth, sehingga pengguna dapat menjadikan perangkat-perangkat non-Bluetooth sebagai sumber audio untuk PI7, atau bahkan sistem hiburan bawaan kabin pesawat sekalipun.

Caranya cukup dengan menyambungkan charging case menuju ke sumber audio yang diinginkan via kabel USB-C ke 3,5 mm yang termasuk dalam paket penjualan. Dari situ audio akan otomatis diteruskan ke kedua earpiece secara nirkabel. Sungguh ini merupakan kapabilitas unik yang sangat jarang ditemui di TWS lain.

Juga unik untuk PI7 adalah dukungan teknologi aptX Adaptive, yang mampu mengatur tingkat kompresi audio secara dinamis demi memastikan koneksi yang selalu stabil. Tentu saja perangkat ini juga menawarkan active noise cancellation (ANC) yang bersifat adaptif, dan total ada enam buah mikrofon yang tersematkan padanya.

Bowers & Wilkins PI5 / Bowers & Wilkins

PI5 di sisi lain hanya mengemas empat mikrofon, dan ia hanya menggunakan teknologi aptX versi standar. ANC masih menjadi fitur standar pada PI5, akan tetapi charging case-nya tidak bisa merangkap peran menjadi adaptor Bluetooth seperti milik PI7 tadi.

Untuk baterainya, PI7 diyakini mampu beroperasi hingga 4 jam dalam sekali pengisian, sedangkan charging case-nya bisa menyuplai hingga 16 jam daya ekstra. PI5 sedikit lebih baik, dengan daya tahan hingga 4,5 jam, dan 20 jam untuk charging case-nya. Kedua perangkat sama-sama tahan air dan debu dengan sertifikasi IP54, dan charging case-nya sama-sama mendukung pengisian secara nirkabel.

Di Amerika Serikat, Bowers & Wilkins saat ini telah memasarkan PI7 seharga $399, sedangkan PI5 jauh lebih terjangkau dengan banderol $249. Masing-masing tersedia dalam dua warna, yakni hitam dan putih, namun khusus untuk PI7, ada aksen emas baik di unit earpiece maupun charging case-nya.

Sumber: The Verge.

KEF Luncurkan TWS Perdananya, KEF Mu3

Meski sudah sangat terkenal di kalangan audiophile, KEF bukanlah brand yang kita ingat saat membicarakan mengenai headphone atau earphone. Pasalnya, sejak pertama didirikan 60 tahun yang lalu, KEF memang lebih berfokus mengembangkan speaker, khususnya yang masuk kategori studio monitor.

Itulah mengapa ketika KEF memutuskan untuk merambah segmen TWS, dunia perlu mengetahuinya. Mereka baru saja meluncurkan KEF Mu3, TWS perdananya yang siap bersaing dengan penawaran-penawaran high-end dari Bose, Sennheiser, Sony, maupun Apple.

Seperti halnya TWS premium, Mu3 datang membawa teknologi active noise cancellation (ANC), lengkap beserta mode ambient yang dapat diaktifkan menggunakan satu tombol. Konektivitasnya mengandalkan Bluetooth 5.0, dan unit kiri maupun kanannya akan terhubung ke perangkat secara bersamaan demi mewujudkan koneksi yang lebih stabil, bukan dengan memanfaatkan metode relay (cuma satu yang terhubung, sedangkan satunya menumpang).

Namun bukan KEF namanya kalau tidak mengedepankan soal kualitas suara. Driver 8,2 mm yang tertanam di Mu3 telah di-tune oleh tim engineer yang sama yang bertanggung jawab atas lini speaker KEF. Dengan kata lain, reputasi KEF jadi taruhan di sini.

Tidak kalah istimewa adalah baterainya. Dalam sekali pengisian, Mu3 diklaim dapat beroperasi hingga 9 jam nonstop, dan itu dengan ANC dalam posisi menyala (yang berarti bisa lebih awet lagi jika ANC-nya dimatikan). Charging case-nya sendiri mampu menyuplai hingga 15 jam daya ekstra, sehingga kalau ditotal pengguna bisa menggunakan perangkat ini selama 24 jam penuh tanpa perlu melibatkan seutas pun kabel.

Dari segi fisik, Mu3 tahan cipratan air dengan sertifikasi IPX5, alias di atas sertifikasi milik AirPods Pro. Wujud industrial nan elegannya merupakan hasil pemikiran Ross Lovegrove, salah satu desainer kepercayaan KEF, dan paket penjualannya sudah mencakup tiga pasang ear tip cadangan dengan ukuran yang bervariasi.

Di Amerika Serikat, KEF Mu3 saat ini telah dijual dengan harga $249. Cukup terjangkau untuk standar KEF sendiri, sekaligus lebih murah daripada penawaran brand audiophile lain seperti Grado atau Devialet.

Sumber: Digital Trends dan What Hi-Fi.

FiiO UTWS3 Ubah Earphone dengan Kabel Detachable Menjadi TWS

Terus meningkatnya tren TWS bukan berarti Anda harus langsung melupakan earphone berkabel kesayangan Anda. Kalau memenuhi syarat, earphone tersebut malah bisa Anda sulap menjadi TWS dengan bantuan perangkat yang tepat.

Salah satu perangkat yang saya maksud adalah FiiO UTWS3. Secara teknis, perangkat ini dideskripsikan sebagai sebuah true wireless Bluetooth amplifier, dan tugasnya adalah memberikan konektivitas nirkabel pada earphone yang detachable (yang kabelnya dapat digonta-ganti).

FiiO UTWS3 hadir dalam dua varian; satu yang menggunakan konektor 0,78 mm, satu dengan konektor MMCX, sehingga bisa disesuaikan sendiri dengan konektor kabel milik earphone masing-masing pengguna. Cara menggunakannya pun cukup mudah; tinggal lepas kabel milik earphone, lalu sambungkan earphone-nya ke FiiO UTWS3, dan perangkat siap digunakan sebagai TWS.

Perangkat ini menggunakan chip Bluetooth 5.0 QC3020 besutan Qualcomm yang mendukung codec AAC maupun aptX. Unit kiri dan kanannya memiliki sambungan yang terpisah, yang berarti keduanya akan terhubung ke smartphone atau tablet secara sendiri-sendiri, sehingga suara yang dihasilkan akan identik di antara keduanya, tidak ketinggalan juga koneksi yang lebih stabil secara keseluruhan.

Jika dibandingkan dengan pendahulunya, UTWS3 mencatatkan noise floor yang 70% lebih rendah, sekaligus output daya 400% lebih tinggi. Perangkat turut dibekali sepasang mikrofon di masing-masing unitnya; satu untuk menangkap suara pengguna, satu untuk menangkap suara di sekitar yang kemudian akan difilter oleh teknologi noise cancellation Qualcomm CVC yang tersematkan.

Secara fisik, UTWS3 mengadopsi desain ear hook guna memastikan perangkat tidak mudah terlepas dari telinga meski penggunanya aktif bergerak. Sebuah tombol pengoperasian tersedia di unit kiri maupun kanannya, dan secara keseluruhan ia tahan cipratan air dengan sertifikasi IPX4.

Dalam posisi terisi penuh, UTWS3 mampu beroperasi sampai sekitar 5,5 jam pemakaian, sedangkan charging case-nya bisa mengisi penuh sampai 4 – 5 kali (total sekitar 30 jam daya baterai jika digabung). Seperti yang bisa kita lihat pada gambarnya, charging case-nya memiliki lubang yang cukup besar untuk mengakomodasi earphone dengan berbagai bentuk.

Di Singapura, FiiO UTWS3 saat ini sudah dipasarkan dengan harga S$139 atau sekitar Rp1,46 jutaan. Harganya memang setara harga TWS itu sendiri, tapi setidaknya dengan ini earphone kesayangan Anda jadi bisa punya kesempatan kedua.

Earin A-3 Adalah TWS Mungil Berdesain Terbuka ala Earbuds

Ajang CES tahun lalu dibanjiri dengan TWS dari seabrek pabrikan. Tahun ini CES memang harus digelar secara online, tapi satu perusahaan sudah memulai dengan TWS terbarunya. Perusahaan tersebut adalah Earin, brand asal Swedia yang termasuk sebagai salah satu pelopor kategori TWS itu sendiri.

Produk yang mereka perkenalkan adalah Earin A-3, TWS unik dengan desain yang tidak umum. Ada dua alasan yang membuatnya kelihatan tidak umum. Yang pertama, ia tidak memiliki bagian kiri dan kanan. Kedua earpiece-nya simetris dan dapat digunakan secara bergantian di telinga kiri atau kanan.

Kedua, A-3 mengadopsi desain yang terbuka seperti earbuds zaman dahulu. Ini berarti tidak ada satu pun bagian yang masuk dan menutupi kanal telinga seperti model in-ear. Selama ukurannya bisa pas di telinga (tidak longgar), model terbuka semacam ini sering kali bisa terasa lebih nyaman, meski konsekuensinya adalah suara dari sekitar pasti juga ikut terdengar.

Sebelum ini, beberapa pabrikan sudah lebih dulu bereksperimen dengan TWS berdesain terbuka. Yang paling banyak menerima sorotan mungkin adalah Samsung lewat Galaxy Buds Live, akan tetapi AirPods standar pun sebenarnya juga bisa dikategorikan earbuds mengingat ia tidak memiliki eartip silikon.

Masih seputar fisiknya, A-3 tahan cipratan air dengan sertifikasi IP52. Earin juga mengklaim wujud A-3 lebih ringkas sekaligus lebih ringan ketimbang TWS lain yang ada di pasaran sekarang. Kendati demikian, tim engineer Earin rupanya masih bisa menjejalkan driver berdiameter 14,3 mm pada masing-masing earpiece A-3, lengkap beserta chipset Qualcomm QCC5121 yang mendukung codec AAC maupun aptX. Yang mungkin agak mengecawakan adalah fakta bahwa A-3 sama sekali tidak dibekali fitur active noise cancellation (ANC).

Berhubung mungil, A-3 tentu tidak punya cukup ruang untuk memuat baterai yang besar. Dalam sekali pengisian, A-3 hanya mampu beroperasi selama 5 jam pemakaian. Beruntung ia punya sensor wear detection, yang akan sedikit membantu menghemat konsumsi energi dengan menyetop jalannya audio secara otomatis setiap kali perangkat dilepas dari telinga (dan memutarnya lagi saat perangkat dikenakan kembali).

Lain halnya dengan charging case-nya, yang diklaim mampu menyuplai hingga 25 jam daya baterai ekstra. Pengisiannya sendiri bisa dengan mengandalkan kabel USB-C atau dengan memanfaatkan Qi wireless charger.

Rencananya, Earin A-3 akan dipasarkan melalui situs crowdfunding Kickstarter mulai tanggal 14 Januari mendatang. Banderol harganya dipatok $199, cukup mahal untuk ukuran TWS yang tidak dilengkapi ANC.

Sumber: Digital Trends dan CNET.