[Review] Logitech G512 Carbon, Keyboard Gaming Elegan Untuk Menangani Beragam Permainan

Nama Logitech akan selalu dibahas ketika gamer sedang mencari gaming gear bermutu dan terjangkau. Meski begitu, mereka tak selalu menawarkan produk ‘ekonomis’. Perusahaan asal Swiss ini juga tak jarang memproduksi periferal premium, dam jika bersedia memilihnya, uang yang Anda keluarkan senilai dengan apa yang akan didapatkan. Salah satu contohnya ialah G512 Carbon.

Logitech G12 Carbon adalah papan ketik mekanis high-performance yang dibangun berlandaskan desain G413 dan G513. Keyboard menawarkan tiga jenis profil switch racikan Logitech sendiri, yakni Romer-G; terdiri dari opsi tactile, linier dan switch baru GX Blue. Selama hampir sebulan, saya diberikan kesempatan oleh tim Logitech Indonesia untuk menjajal langsung G512 Carbon bersenjata Romer-G Linear.

Melihat profil dan menakar dari pengalaman penggunaannya, Romer-G Linear dispesialisasikan untuk menangani judul-judul yang menuntut refleks serta keakuratan tinggi. Tapi secara mengejutkan, saya juga tidak menemukan ada yang bisa dikeluhkan dari G512 Carbon ketika menggunakannya sebagai alat penunjang kerja. Silakan simak ulasan lengkapnya di bawah.

 

Desain

Tren desain hardware dan periferal gaming belakangan kembali mengalami perubahan. Beberapa brand memang tetap mempertahankan keunikan karakteristik rancangan produknya, namun desain simpel kembali menjadi ‘standar keren’ terkini, dan arahan inilah yang diusung Logitech dalam meramu G512 Carbon.

G512 25

G512 11

Melalui pemanfaatan pelat aluminium 5052 (kelas pesawat terbang) brushed kelabu di sisi atas, keycap dan tubuh berwarna hitam, dipadu dengan potongan persegi dan ujung membundar yang tampak sederhana, Logitech berhasil menonjolkan kesan elegan dan industrial – tema desain yang jadi favorit saya. Alasannya sederhana: pendekatan ini membuat G512 fleksibel dan netral, tetap pas jika disandingkan dengan PC stylish di ruang kerja minimalis ataupun menemani komputer monster custom rakitan Anda.

G512 13

G512 15

G512 Carbon adalah keyboard full-size berdimensi 455x132x34mm berbobot 1,1-kilogram. Berpedoman pada konsep minimalis, G512 Carbon disajikan tanpa wrist rest, tapi karena poisisi papan plus keycap yang tidak terlalu tinggi, saya tidak menemui masalah saat mengetik/bermain dengan menempatkan telapak tangan langsung di atas meja. Tingkat kemiringannya bisa Anda tambah lagi dengan menarik kedua kakinya dari slot. Itu artinya, menentukan tinggi kursi dan meja yang pas sangat penting buat mendapatkan posisi ternyaman.

G512 8

G512 9

Layaknya periferal gaming modern,  G512 Carbon tak lupa dilengkapi sistem pencahayaan LED RGB – baik di tombol serta lampu indikator Caps Lock dan G-key. Satu-satunya branding Logitech dibubuhkan secara halus di pojok kanan atas lewat huruf ‘G’ yang khas. Anda bisa menemukan slot USB pass-through di bagian atas area tersebut, dan dengannya, Anda dipersilakan mencolokkan mouse sampai mengisi ulang baterai smartphone.

Logitech G512 Carbon.

G512 12

Namun berkiblat pada tema simpel mungkin tidak sepenuhnya disukai gamer: keyboard ini tak mempunyai tombol multimedia dan utility mandiri, mengharuskan kita menggunakan kombinasi dua tombol keyboard buat mengatur volume, mengaktifkan fungsi play/next/previous/stop, mengubah pola serta kecerahan RGB hingga menyimpan profile.

G512 22

G512 Carbon tersambung ke PC melalui kabel braided berkepala USB sepanjang 1,8-meter. Di area mendekati ujung, kabel ini bercabang jadi dua, salah satunya digunakan untuk mentenagai RGB. Saya paham alasan mengapa sejumlah produsen memproteksi bagian kabel periferal mereka dengan lapisan kain braided, tapi efeknya, kabel tersebut jadi sangat kaku.

G512 7

G512 6

 

RGB dan Logitech Gaming Software 9.00

G512 Carbon bisa segera bekerja begitu Anda menyambungkan kedua colokannya ke slot USB 2.0 selama PC Anda berjalan di platform Microsoft Windows (7 sampai 10). Namun seluruh potensi dan teknologi dari keyboard ini baru terbuka lebar begitu Anda menginstal Logitech Gaming Software.

G512 1

Di versi terbarunya,9.00, Anda dipersilakan mengonfigurasi macro, menyala-matikan tombol tertentu (tombol Windows misalnya), hingga mengutak-atik pencahayaan RGB. Ketika software ini pertama kali dibuka, ia akan memindai permainan-permainan kompatibel yang ada di PC. Di sistem saya, LGS segera mendeteksi Assassin’s Creed Origins, Overwatch dan Titanfall 2. Dan Anda bisa mengustomisasi fungsi-fungsi spesifik masing-masing game lebih jauh lagi via aplikasi.

G512 2

G512 4

Logitech Gaming Software juga menyediakan tool analisis menarik, mempersilakan Anda mencari tahu tombol-tombol apa saja yang paling sering digunakan. Fitur ini bisa diterapkan saat Anda bekerja ataupun ber-gaming.

G512 5

Sebagai pengguna ‘awam’, Logitech Gaming Software lebih banyak saya habiskan untuk mengoprek warna-warni RGB di G512 Carbon. Baru dengan software ini Anda akan menyadari bahwa keyboard mengusung sistem RGB per-key. Dan jika kebetulan Anda punya periferal Logitech G lain, pencahayaan red-green-blue-nya bisa diselaraskan melalui fitur Lightsync.

G512 3

Penggemar utak-atik pasti akan tersenyum girang: Logitech sudah menyiapkan banyak sekali opsi pola, dan Anda dibebaskan buat mengubah hampir seluruh aspek di sana; misalnya, menentukan sendiri warna tiap tuts, memilih efek (dari mulai key press, riak, perputaran warna, ripple) serta mengubah kecepatan transisinya. Sejauh ini favorit saya ialah pola datafall ala The Matrix.

G512 24

 

Romer-G Linear dan pengalaman penggunaan

Buat Anda yang kurang familier dengan switch mekanis buatan Logitech ini, Romer-G Linear memiliki karakteristik hampir serupa Cherry MX Red: tidak ada sensasi clicky dan ringan. Romer-G Linear mempunyai actuation force (resistensi) di 45gf, namun jarak ke titik actutation dan jarak total tempuh tombol lebih pendek, masing-masing 1,5mm serta 3,2mm. Mungkin inilah alasan mengapa G512 Carbon lebih nyaman digunakan untuk mengetik dibanding Corsair K63 yang jadi andalan saya selama ini.

G512 21

Beberapa orang mungkin mengasosiaikan switch mekanis linier dengan game-game MMO dan action. Namun bagi saya, varian ini juga ideal buat menikmati permainan shooter bertempo cepat. Beberapa game FPS yang saya gunakan untuk mengujinya antara lain Titanfall 2, Far Cry 5 dan Quake Champions.

G512 14

Dengan gembira saya informasikan, G512 Carbon sekali tidak memerlukan proses adaptasi. Segala hal di sana terasa familier: penempatan tombol, hingga ukuran dan tinggi keycap-nya. Saya segera tahu bagian mana di jari kelingking yang dibutuhkan untuk menekan Ctrl buat menunduk, serta jarak ke tombol tertentu untuk mengaktifkan suatu skill. Resistensi tiap tuts-nya juga konsisten – tidak ada yang lebih empuk atau lebih keras dari tombol lain, termasuk pada tombol lebar seperti Space dan Shift.

G512 18

G512 17

G512 Carbon ditunjang oleh fitur anti-ghosting 26-key rollover, menjanjikan kemampuan meregistrasi 26 input tombol secara bersamaan. Kecuali Anda gamer paling hardcore, jarang sekali kita menekan lebih dari enam tombol berbarengan.

G512 16

Keycap terpasang dengan mantap di posisinya, dan saya tidak menemukan satu pun yang bergerak di luar batas kewajaran. Daya tahan pemakaian Romer-G Linear ini dijanjikan sangat lama, hingga 70 juta kali tekan – kurang lebih 40 persen lebih awet dibanding switch mekanis ‘standar’ berdasarkan uji coba Logitech. Perlu diketahui bahwa slot keycap G512 Carbon berbeda dari slot di keyboard Cherry MX, jadi Anda tidak bisa menukarnya sembarangan.

G512 19

Bagian keycap tersebut terbuat dari bahan plastik ABS dengan tekstur doff halus. Permukaannya terasa mulus sewaktu ujung jari menyentuhnya. Cat hitam diimplementasikan ke seluruh keycap, termasuk pada sisi dalam. Seperti keyboard bertombol ABS lainnya, saya sangat menyarankan Anda untuk menjaga kebersihan G512 Carbon karena bekas minyak – baik dari tangan maupun makanan – dapat menyebabkan keycap jadi mengilap secara permanen.

G512 23

Satu kekurangan yang saya temukan di G512 Carbon berhubungan dengan konsep minimalisnya, yaitu absennya tombol pengaturan fungsi multimedia dan utility dedicated. Untuk mengatur volume saat bermain, saya harus menggunakan kedua tangan buat menekan FN dan Sroll Lock/Pause; begitu pula ketika mengatur brightness atau mengubah pola RGB tanpa Logitech Gaming Software.

G512 20

 

Konklusi

Di jajakan di harga Rp 1,8 juta, Anda mungkin bisa menemukan keyboard gaming racikan kompetitor yang tidak kalah canggih dari Logitech G512 Carbon. Namun buat saya, bagian desain merupakan aspek yang paling menonjol dari produk ini. Kemampuan G512 dalam menjadi rekan Anda menikmati game tak perlu dipertanyakan, tapi penampilannya juga ‘tidak berlebihan’ sewaktu disandingkan bersama perangkat kerja.

Meski demikian, memang ada sejumlah aspek yang masih dapat diperbaiki. Masalah ketiadaan tombol utility dedicated bisa dimaklumi, tapi saya harap Logitech menemukan alternatif koneksi wired selain menggunakan kabel braided yang keras dan kaku di sana. Saya tidak keberatan jika produsen menukarnya dengan kabel karet lentur ala Zowie.

Dengan penyajian plug-and-play tanpa mengurangi keleluasaan kustomisasi, Logitech G512 Carbon siap menjadi pertimbangan bagi kalangan gamer kelas antusias yang ‘tak mau ribet’ serta menginginkan keyboard gaming berkualitas tinggi.

G512 10

 

Sparks

  • Desain elegan dan fleksibel untuk menemani beragam jenis PC
  • Akurat, nyaman, empuk, responsif
  • Plug-and-play
  • LGS memberikan keleluasaan kustomisasi
  • Ada slot USB pass-through serbaguna

 

Slacks

  • Tidak bisa bebas menukar keycap dengan produk third-party
  • Kabel braided kaku, tenunan dapat rusak jika Anda sembarangan menekuknya
  • Harganya tergolong mahal

[Review] Zowie Celeritas II, Keyboard Gaming Spesialis eSport Bersenjata Switch Optik

Bagi para atlet eSport, performa, kenyamanan serta reliabilitas pada gaming gear ialah harga mati. Dan aspek-aspek inilah yang dijanjikan BenQ melalui brand Zowie. Menurut produsen, ada perbedaan kontras antara perangkat gamer hardcore dengan periferal kelas gamer pro kreasinya. Dan Zowie tidak takut jika arahan desain tersebut membuat produknya menjadi niche.

Dan dalam acara Zowie Experience Tour di Jakarta pada bulan Maret silam, ada satu perangkat yang mencuri perhatian saya. Produk ini merupakan keyboard gaming bernama Celeritas II. Bagi mereka yang baru mencobanya, Celeritas II terasa seperti papan ketik gaming sekelas dan menyuguhkan sensasi pemakaian mirip keyboard ber-switch mekanis berprofil linier. Namun sejatinya, ia bukanlah ‘keyboard mekanis’ biasa.

Celeritas II merupakan satu dari sedikit papan ketik dengan switch optik. Ketertarikan saya pada produk ini mendapatkan respons antusias tim BenQ, dan tak lama setelahnya, mereka memberikan saya kesempatan untuk menguji Celeritas II secara langsung dan personal. Menggunakan Celeritas II selama beberapa minggu membuka mata saya bahwa switch mekanis bukanlah satu-satunya standar tertinggi teknologi keyboard. Simak ulasannya:

 

Isi packaging

Sebelum membahas produknya, saya ingin meng-highlight satu hal menarik yang saya temukan saat mengeluarkan Celeritas II dari bungkusnya. Bundel penjualan produk sebetulnya cukup sederhana. Yang tidak biasa adalah kehadiran adaptor USB ke PS/2. Beragam motherboard masih terus memanfaatkan port enam-pin ini, tapi Anda mungkin sudah tidak bisa menemukannya di laptop modern.

Dan BenQ punya maksud khusus dalam menyediakannya, dibahas lebih lanjut di bawah.

Celeritas II 30

 

Desain

Zowie Celeritas II merupakan keyboard ber-layout full-size. Presentasinya sangat sederhana, ia hanya menyuguhkan elemen-elemen esensial saja. Perangkat mengusung tubuh kotak dan ujung membundar dengan dimensi 44.2x17x3.8-sentimeter, lalu penampilannya dipermanis oleh kehadiran backlight LED merah serta logo Zowie di area tengah bawah.

Celeritas II 1

Celeritas II 4

Sistem pencahayaan tersebut belum belum menggunaan RGB, namun dibekali warna putih kebiruan di sejumlah tombol – misalnya Caps Lock, Num Lock dan Windows Lock – sebagai indikator fungsi yang sedang aktif. Dengan pendekatan desain seperti ini, maka tidak ada lagi lampu indikator LED selain di area tuts. Celeritas II juga tidak memiliki tombol pengaturan fungsi multimedia serta setting level kecerahan LED dedicated – hal ini dilakukan via kombinasi tombol Fn dan F1-F6.

Celeritas II 7

Celeritas II 8

Keunikan lain di aspek desain ialah absennya wrist rest (serta ketiadaan slot ekspansi) serta adjustable feet (cuma ada empat karet anti-slip memanjang di bagian bawah). Anda tidak bisa meninggikan bagian belakang keyboard, dan dalam penggunaannya, Anda hanya dapat menaruh telapak tangan di meja. Sebagai solusi buat menemukan posisi paling nyaman, Anda perlu menyesuaikan tinggi bangku.

Celeritas II 26

Celeritas II 2

Tubuh Celeritas II terbuat dari plastik, dan di sana Zowie mengimplementasikan coating doff . Coating tersebut terasa halus saat tangan atau jari menyentuhnya, namun kelemahannya adalah permukaan jenis ini akan jadi sarang noda dan kotoran dalam waktu singkat, sehingga Anda harus selalu menjaga kebersihannya. Jika tidak sering-sering dibersihkan, minyak dari jari (ataupun makanan) bisa membuat permukaannya jadi mengilat.

Celeritas II 16

Hal serupa berlaku pada keycap ABS di sana. Celeritas II memanfaatkan keycap removable standar dengan sambungan berbentuk ‘+’. Andai saya memilikinya, saya akan segera menukar keycap-nya dengan produk third-party berbahan PBT.

Celeritas II 5

Celeritas II terkoneksi ke PC Anda melalui kabel USB non-removable sepanjang dua meter. Kabel ini memiliki profil yang distingtif. Ia tidak dilindungi oleh lapisan benang braided, lalu jenisnya lebih tipis dan lembut dibanding kabel karet di keyboard wired lain, misalnya Corsair K63. Beberapa orang mungkin cemas kabelnya mudah rusak, tapi BenQ menjamin daya tahannya dan punya alasan mengapa memilih material tersebut.

Celeritas II 27

Menurut produsen, kabel Celeritas II (dan juga mouse gaming Zowie seperti EC hingga ZA series) jauh lebih lentur dibanding varian braided. Dengan begini kita bisa mudah menggulungnya, dan ketika dilepas, ia tidak kaku serta mudah direntangkan.

 

Switch optik Flaretech

Pada dasarnya, switch optik tetap menyimpan komponen-komponen mekanis. Saat tombol Celeritas II ditekan, bagian stem di bawah keycap akan bergerak turun, setelah itu per segera mengembalikannya ke posisi normal. Bedanya, ia menggunakan cahaya sebagai medium input – bukan sinyal elektrik. Saat Anda menekan tombol, bagian prisma ikut turun dan mengarahkan inframerah ke unit receiver. Konsep kerjanya mirip trigger button di controller Xbox One dan DualShock 4.

Celeritas II 3

Lewat metode ini, switch optik Flaretech dapat meminimalkan tingkat error serta menghindari double keystrokes (sekali tekan tapi dua kali teregistrasi). Switch optik tidak menggunakan toggle, namun mengukur pergerakan tombol.

Di keyboard mekanis biasa, oksidasi pada bagian actuator seiring bertambahnya umur keyboard bisa mengganggu input, lalu kompleksitas komponen logam juga berpeluang menambah keterlambatan penyampaian sinyal dari papan ketik ke PC hingga beberapa milidetik. Celeritas II sendiri cuma mempunyai satu komponen bergerak: per. Selain itu hanya ada emitter inframerah dan unit penerimanya.

Celeritas II 22

Celeritas II 14

Agar bekerja sempurna, Zowie mengonfigurasi firmware Celeritas II dengan sangat teliti sehingga keyboard bisa secara tepat mengetahui intensitas cahaya inframerah yang dibutuhkan untuk mengaktifkan/menonaktifkan masing-masing tombol. Namun karena sangat kompleks, saat ini pengguna belum diperbolehkan mengustomisasinya sendiri.

Celeritas II 32

 

Fitur

Celeritas II merupakan keyboard berkonsep plug-and-play murni. Seluruh fungsinya tersuguh tanpa memerlukan driver dan ia tidak ditopang oleh aplikasi companion khusus. Celeritas II bisa segera bekerja begitu Anda colokkan ke komputer, namun dengan begini kita tidak dapat mengutak-atik pola pencahayaan LED – cuma bisa mengatur tingkat keterangannya saja.

Celeritas II 11

Dan di sinilah mengapa adaptor USB ke PS/2 menjadi elemen krusial. Pasangkan aksesori ini jika sistem Anda memiliki port-nya dan Celeritas II sanggup menghidangkan fitur N-key rollover atau anti-ghosting sejati tanpa emulasi. Ia mampu membaca setiap input tak peduli seberapa banyak jumlah tombol yang ditekan ataupun seberapa cepat Anda mengetik. Pemakaian interface PS/2 memang opsional, tapi bisa jadi sangat esensial bagi atlet eSport.

Celeritas II 29

Celeritas II 23

Dan dengan memanfaatkan interface tersebut, Anda dapat mengubah kecepatan input. Selain opsi normal, registrasi tombol bisa didongkrak menjadi dua kali, empat kali atau delapan kali lipat lebih cepat. Kemampuan ini kabarnya sangat berguna dalam melakukan manuver di sejumlah game FPS online lawas, satu contohnya ialah CrossFire.

Celeritas II 28

Zowie juga memiliki alasan kuat mengapa mereka bersikeras menggunakan koneksi kabel dan bukan wireless. Polling rate 1.000Hz memang bisa tercapai melalui wireless, namun mereka percaya hanya sambungan fisik yang dapat menjaga kosistensinya di 1MHz setiap saat. Dan untuk menyempurnakannya, Zowie tak lupa memanfaatkan connector USB berlapis emas.

 

Pengalaman penggunaan

Switch optik Flaretech di Celeritas II mempunyai resistensi sebesar 45g dengan jarak key travel sejauh 2-milimeter dan profil linier. Karakteristik ini menempatkannya hampir setara switch mekanis Cherry MX Red. Respons yang cepat membuatnya sangat cocok untuk gaming. Tapi menariknya, bagi saya Celeritas II lebih nyaman buat mengetik dibanding Corsair K63 – mungkin disebabkan oleh key travel yang lebih pendek.

Celeritas II 10

Kapabilitasnya buat menangani beragam genre permainan patut diapresiasi. Celeritas II sudah menemani saya menikmati Overwatch, Far Cry 5, Assassin’s Creed Origins, Ni No Kuni II hingga Conan Exiles. Sejauh ini, ia belum pernah mengecewakan. Celeritas II meregistrasi tiap input yang saya masukkan secara responsif serta akurat, dan saya juga belum pernah mengalami double keystrokes.

Celeritas II 20

Dan berkat actuation force yang tidak begitu tinggi, keyboard ini tidak pernah membuat jari saya lelah (sesi gaming paling intensif yang saya lakukan bersamanya adalah tujuh setengah jam dalam Conan Exiles). Bagian stem keyboard memegang keycap dengan kokoh, kemudian seluruh tombol di Celeritas II terasa konsisten – baik huruf, function hingga numerical pad.

Celeritas II 13

Dalam pemakaian, Celeritas II memang tidak segaduh keyboard ber-switch mekanis tactile Cherry MX Blue/Green, tetapi tiap ketikan Anda di sana tetap terdengar cukup lantang. Saya tidak menyangka bunyi tombolnya dapat didengar microphone saat streaming. Namun suaranya tidak begitu mengganggu.

Celeritas II 12

Sebagaimana keyboard tanpa tombol multimedia mandiri, Anda harus menggunakan kombinasi dua tuts buat menaik-turunkan volume atau mengaktifkan mute. Karena fungsi-fungsi tersebut berada di tombol F1 sampai F6 dan tombol Fn berada di area tangan kanan, Anda harus memakai kedua tangan untuk mengaturnya. Seandaikan Zowie memposisikan tombol pengaturan multimedia di Ins-Home-Del-End-PgUp-PgDn seperti MSI GK 701 RGB, setting dapat dilakukan dengan satu tangan saja.

Celeritas II 15

Celeritas II 21

Kelemahan lain dari Celeritas II terletak pada bobotnya. Keyboard gaming ini mempunyai berat 1,9-kilogram, dan boleh jadi menambah beban bawaan bagi atlet eSport yang harus berpindah-pindah dari satu lokasi turnamen ke lokasi lainnya. Sebetulnya akan lebih ideal lagi jika Zowie turut menyediakan opsi ber-layout tenkeyless.

Celeritas II 24

 

Konklusi

Menurut pandangan saya, membeli Zowie Celeritas II mirip seperti membeli mobil khusus balapan: keyboard gaming ini betul-betul dispesialisasikan buat gamer profesional yang membutuhkan perangkat berkinerja tanpa terlalu memprioritaskan penampilan serta gimmick. Dan layaknya mobil balap, harga Celeritas II juga tidak murah. Dengan mengeluarkan jumlah uang lebih sedikit, Anda dapat memperoleh papan ketik gaming penuh fitur plus warna-warni RGB.

Celeritas II 9

Kini pertanyaanya ialah, gamer seperti apakah Anda? Apakah Anda ingin dimanja oleh fitur serta tampil ‘trendi’ layaknya gamer modern, atau Anda lebih mementingkan keakuratan tinggi dengan peluang kesalahan sistem yang minimal? Jika Anda memilih jawaban kedua, maka Zowie Celeritas II patut dipertimbangkan. Saya juga mengacungkan jempol pada BenQ karena lewat penggunaan switch optik, Zowie memilih arahan pengembangan produk yang lebih sulit dari para kompetitornya.

Celeritas II 17

Meski begitu, saya kembali ingin menunjukkan kurangnya aspek koherensi pada desain: jika memang disiapkan untuk gamer pro, maka produsen sebaiknya tidak menutup mata pada faktor portabilitas. Celeritas II tergolong berat dan agak terlalu lebar buat dimasukkan dalam tas serta dibawa-bawa, padahal kabelnya sangat lentur serta mudah digulung.

Jika tertarik, Zowie Celeritas II bisa Anda beli di BenQ Official Store di Lazada seharga Rp 1,95 juta.

Celeritas II 19

 

Sparks

  • Diorientasikan untuk eSport
  • Mengusung teknologi switch jenis baru: switch optik Flaretech
  • Sangat nyaman
  • Merespons tiap input secara akurat dan konsisten
  • Plug-and-play
  • Adapter USB ke PS/2 opsional buat mengaktifkan N-key rollover

 

Slacks

  • Berat
  • Mahal
  • Penampilan mungkin kurang menarik bagi sebagian gamer
  • Tidak didukung software companion
  • Minim kustomisasi

[Review] Asus VivoBook S14 S410, Sajikan Sensasi ala MacBook Air Dengan OS Windows 10 dan Fitur Lebih Lengkap

Kecuali segelintir brand, penurunan angka pengapalan komputer personal dirasakan oleh hampir semua produsen hardware. Namun yang membuat Asus tetap berjaya di Indonesia ialah begitu banyaknya pilihan produk, terutama di rentang harga terjangkau. Di level ini, sang perusahaan asal Taiwan itu mengandalkan keluarga VivoBook yang terdiri dari beberapa varian berbeda.

Di bulan Februari kemarin, Asus menunjuk dua model VivoBook yang mereka pilih sebagai andalannya berkompetisi di tahun 2018: Flip 14 TP410 serta S14 S410. Tak lama dari momen itu, saya diberi kesempatan langsung untuk menjajal tipe terakhir. VivoBook S14 S410 menyuguhkan pendekatan desain clamshell tradisional, namun meski masuk ke kategori entry-level, ada banyak sentuhan premium yang produsen bubuhkan di sana.

Berdasarkan pengalaman menggunakannya, saya merasakan sendiri kesanggupan VivoBook S14 S410 dalam mendukung kegiatan olah dokumen serta menyajikan konten-konten hiburan multimedia. Untuk fungsi terakhir ini, kesiapan laptop bisa dilihat dari kehadiran panel full-HD dan kartu grafis discrete Nvidia GeForce MX150.

Silakan simak ulasan lengkapnya di bawah ini.

 

Desain

VivoBook S14 S410 adalah satu dari sejumlah laptop yang lahir sebagai respons penciptanya terhadap kemunculan MacBook Air. Tapi tentu saja, Asus telah membubuhkan sentuhan khas mereka di sana, serta menyempurnakan sejumlah kekurangan di perangkat Apple tersebut. Seperti kompetitornya itu, VivoBook S14 S410 mengusung desain elegan sederhana yang membuatnya tampil atraktif.

vb20

vb26

Dengan bobot 1,3-kilogram dan dimensi 326,4×225.5×18,75-milimeter, laptop ultra-thin ini memang ideal untuk menemani Anda saat bepergian atau bekerja secara remote. Sangat mudah baginya untuk diselipkan dalam tas, tanpa menambah beban terlalu banyak. TUbuh VivoBook S14 S410 tersusun atas kombinasi material logam dan plastik pada bingkai layar serta panel bawah.

vb25

vb15

Saya melihat ada banyak kesamaan desain antara VivoBook S14 S410 dan MacBook Air 13: Layar tersambung ke tubuh via satu engsel memanjang, laptop menggunakan keyboard tenkeyless dengan layout hampir serupa MacBook Air, touchpad-nya berada di tengah palm rest; bahkan Asus juga mencantumkan cekungan di dapan touchpad ala notebook Apple itu agar kita mudah mengangkat layar dari keadaan tertutup.

vb16

vb24

Layar tidak bisa dibuka hingga sejajar body, hanya dapat direntangkan sejauh 130 derajat. Di bagian punggungnya, Asus mengimplementasikan finishing dengan pola brushed vertikal dan tak lupa mencantumkan logo mereka. Unit review ini memiliki tubuh berwarna perak dengan frame layar hitam.

vb17

vb18

Tidak mau memberikan kesan meniru, Asus turut membekali laptop dengan fitur-fitur baru. Deretan tombol function VivoBook S14 S410 lebih banyak dibanding MacBook Air (tombol power ditempatkan di pojok kanan atas), lalu terdapat sensor sidik jari di dalam area touchpad untuk memudahkan Anda meng-unlock laptop. Konektivitasnya juga lebih lengkap. Anda bisa menemukan port USB 3.1, sebuah USB type-C dan HDMI di sisi kiri; kemudian ada dua USB 2.0 serta SD card reader di kanan.

vb21

vb11

Aspek istimewa lain di VivoBook S14 S410 terdapat pada layarnya. Laptop memanfaatkan bezel NanoEdge yang menghemat pemakaian sisi samping bingkai, sehingga memungkinkan Asus membenamkan display 14-inci di form factor 13-inci. NanoEdge membuat laptop terlihat manis, tapi tetap menyisakan ruang cukup lebar di frame bawah. Di sana, tim desainer mengisinya dengan membubuhkan logo Asus.

 

Layar

Asus VivoBook S14 S410 menyuguhkan layar IPS backit seluas 14-inci 16:9 beresolusi 1920x1080p. Panel tersebut mempunyai viewing angle selebar 178 derajat (membuat konten tetap terlihat jelas walaupun Anda melihatnya dari samping), dengan color gamut NTSC 45 persen, refresh rate 60Hz, dan lapisan anti-glare (matte) untuk meminimalisir pantulan yang berpeluang mengganggu Anda saat sedang serius bekerja atau menonton.

vb14

vb2

Layar ini mampu menghidangkan output tajam berkat penggunaan resolusi FHD serta warna-warni yang cemerlang. Tingkat kecerahannya juga sama sekali tidak buruk. Di tingkat brightness tertinggi, panel tetap sanggup menyajikan konten dengan jelas, kecuali jika Anda mengarahkan display langsung ke matahari.

vb12

Meski begitu, layar VivoBook S14 S410 tidak bebas dari kendala backlight bleeding yang umumnya muncul di LCD. Ketika menyala dengan kondisi hitam/gelap, Anda segera melihat tidak meratanya distribusi cahaya. Di unit review ini, bagian-bagian ujung kiri atas terlihat lebih cerah dari zona lain, terutama saat Anda baru menyalakannya.

vb13

 

Keyboard dan touchpad

Sebagai alat utama dalam berinteraksi dengan konten PC, Asus mencantumkan keyboard backlight tanpa numerical pad. Tingkat kecerahan backlight bisa disesuaikan, LED-nya secara otomatis akan mati ketika tidak digunakan. Papan ketik ini dibekali tombol chiclet – berukuran 16x15mm untuk tuts huruf dan jarak antar tombol sejauh 4mm.

vb3

Untuk tangan kecil saya, tombol-tombol ini sangat nyaman buat mengetik. Ukurannya tidak terlalu lebar ataupun diposisikan terlalu berdempetan. Mereka terasa empuk serta responsif dengan jarak key travel pendek. Dan yang terpenting, resistensi masing-masing tombol di keyboard terasa konsisten.

vb4

S14 S410 dibekali touchpad berukuran 105x74mm (areanya dikurangi ujung membundar dan sensor fingerprint), berada sekitar 1 sampai 2-milimeter lebih rendah dari wrist rest untuk menghidari input yang tidak diinginkan akibat gerakan pangkal jempol sewaktu jari lain Anda sedang sibuk menari di atas keyboard. Sejauh ini, insiden salah tekan belum pernah saya alami. Touchpad mempunyai tekstur halus, mampu menjaga gerakan kursor tetap presisi.

vb7

Dua tombol mouse terintegrasi dalam touchpad, dengan sebuah garis halus sebagai pemisah kiri dan kanan. Walaupun menjadi satu dengan touchpad, kedua tombol tersebut sangat empuk, tanggap terhadap tekanan, serta konsisten. Tak ada perbedaan keempukan antara tombol kanan dan kiri.

vb5

Penempatan touchpad di tengah menyisakan ruang gerak sepanjang 10,5- sampai 11,5-sentimeter untuk masing-masing telapak tangan Anda. Walaupun tidak betul-betul di tengah, posisi touchpad ini memberikan kesan seimbang.

 

Spesifikasi sistem dan benchmark

Daftar spesifikasi VivoBook S14 S410 bisa disimak di bawah:

  • Sistem operasi Windows 10 Home Single Language
  • CPU quad-core 8-thread Intel Core i5 8520U 1,6GHz Kaby Lake-U
  • GPU Nvidia GeForce MX150 VRAM 4GB GDDR5 dan Intel UHD Graphics 620
  • Motherboard Asustek X411UNV
  • RAM 8GB
  • Penyimpanan SSD Hitachi 128GB, HDD Hitachi GHST 1TB
  • Optical disc drive tidak ada
  • Audio speaker stereo plus SonicMaster
  • Baterai 3-cell 42Whrs

Mengingat VivoBook S14 S410 tidak disiapkan untuk menangani game-game 3D kelas blockbuster, uji coba kinerja hardware saya lakukan sepenuhnya dengan sejumlah software benchmark, di antaranya Cinebench R15, PCMark 10, 3DMark Time Spy, lalu Unigine Valley 1.0 serta Heaven 4.0 untuk menakar kemampuan grafisnya. Berikut ini adalah hasil tes terbaik yang saya peroleh:

Cinebench R15

vb34

 

PCMark 10

 

vb29

vb30

 

3DMark Time Spy

 

vb32

vb33

 

Di Unigine Valley 1.0 dan Heaven 4.0, saya memilih preset Extreme, dengan resolusi default di mode windowed.

vb38

vb35

vb39

vb36

 

Pengalaman penggunaan

VivoBook S14 S410 saya gunakan selama beberapa minggu untuk bekerja tiap hari, dan saya akui, tidak ada banyak hal yang bisa dikeluhkan. Pemanfaatan SSD membuat waktu load Windows berjalan singkat, kemudian walaupun menyimpan sistem pendingin aktif (Asus IceCool), laptop bekerja dengan cukup hening. Suara kipas baru mulai terdengar sewaktu perangkat berada di kondisi full load.

vb1

Membahas temperatur, Asus berhasil memenuhi janji mereka untuk menjaga suhu palm rest laptop tetap berada di bawah 35 derajat Celcius. Bahkan saat digunakan di ruang tanpa pendingin udara lebih dari delapan jam sehari (dengan sirkulasi udara yang optimal), bagian tangan saya yang menempel di laptop tak pernah terasa gerah ataupun berkeringat. Suhu diarahkan ke sisi bawah laptop, lalu lubang pembuangan panas tersembunyi di belakang engsel.

vb22

vb19

Daya tahan baterai juga menjadi aspek unggulan di laptop ini. Dalam pemakaian normal (browsing, menjalankan video beberapa kali, serta mengetik) plus mengaktifkan mode battery saver, S14 S410 dapat aktif hingga enam jam tanpa tersambung ke sumber listrik. Durasinya jadi lebih singkat sewaktu saya pasang playlist video musik di YouTube ditambah penggunaan level brightness tertinggi – sekitar dua setengah jam.

vb6

Untuk ukuran laptop, mutu speaker VivoBook S14 S410 tergolong cukup baik, dan tak jarang saya bekerja sembari ditemani alunan musik dari laptop. Absennya subwoofer memang menyebabkan efek bass-nya kurang menendang, tapi speaker stereo yang ditaruh di sisi bawah notebook tetap mampu menyuguhkan output yang lantang dan jernih, terutama buat nada-nada mid serta tinggi.

vb10

vb27

 

Konklusi

Orisinalitas desain memang bukan faktor terkuat dari VivoBook S14 S410, namun hal tersebut bisa dikesampingkan jika Anda sedang mencari alternatif lebih ekonomis dari perangkat MacBook Air 13-inci yang berjalan di platform Windows 10. Pemanfaatan bezel NanoEdge, sensor fingerprint, dan sistem pendingin yang dapat menjaga wrist rest tetap sejuk turut menjadi nilai tambah produk ini.

Sebagai sedikit masukan, VivoBook S14 S410 bisa jadi perangkat kerja yang lebih mumpuni lagi seandainya Asus meng-upgrade bagian layar lebih jauh. Panel LED laptop memang tidak buruk, tapi jika persentase backlight bleeding-nya dibuat lebih kecil, lalu color gamut-nya diramu lebih tinggi lagi, produk ini bisa lebih efektif menjangkau kalangan kreatif – misalnya buat dimanfaatkan fotografer sebagai tempat meninjau hasil jepretan kamera mereka.

Asus VivoBook S14 S410 telah tersedia di Indonesia, dipasarkan di harga Rp 11,4 juta. Produk sudah disertai garansi selama dua tahun.

 

Sparks

  • Desain elegan, ringan dan ramping
  • Baterai cukup tahan lama untuk pemakaian normal
  • Layar full-HD
  • Keyboard dan touchpad yang nyaman buat bekerja
  • Pemindai sidik jari
  • Bezel NanoEdge

 

Slacks

  • Penampilannya kurang orisinal
  • Mutu layar bisa ditingkatkan lagi
  • Masih tergolong mahal untuk laptop multimedia entry-level

 

[Review] Garmin Vivoactive 3, Wearable Andal Buat Mereka yang Serius Berolahraga

Ketika produsen berlomba-lomba untuk membenamkan kemampuan tracking canggih di smartwatch mereka, Garmin mencoba memenuhi permintaan terhadap wearable dari arah berbeda. Perusahaan spesialis teknologi GPS asal Amerika itu meluncurkan Vivoactive 3 di bulan November silam, yaitu inkarnasi terkini lineup Vivoactive dengan desain yang jauh lebih mainstream.

Garmin merupakan salah satu pemimpin di ranah activity tracker, namun beberapa produk seperti Forerunner atau Fenix memang tidak bisa dibilang murah. Inilah alasannya kehadiran Vivoactive 3 sangat esensial. Ia merupakan titik temu antara performa dan harga, lalu penampilannya juga terlihat netral, sehingga Vivoactive 3 sempurna untuk jadi perangkat buat pemula dibanding model-model yang lebih high-end.

Bahkan walaupun bukan seorang penggemar olahraga, saya merasakan manfaat dari mengenakan Vivoactive 3 selama beberapa minggu ke belakang. Perangkat ini secara halus memotivasi penggunanya untuk hidup lebih aktif, dengan cara mengigatkan serta menjabarkan informasi terkait tubuh secara lengkap dan akurat. Dan sebagai perangkat wearable, Vivoactive 3 juga dapat bertugas jadi ekstensi smartphone Anda. Simak ulasan lengkapnya di bawah.

 

Desain

Penampilan Garmin Vivoactive 3 terlihat kontras dibanding model sebelumnya. Vivoactive 3 mengusung desain bundar, secara eksplisit merespons tren populer di ranah wearable. Unit review ini ialah Vivoactive 3 dengan strap dan tubuh hitam, dipadu bezel stainless steel cerah. Untuk menonjolkan kesan ala penunjuk waktu tradisional, tim desainernya membubuhkan ukiran garis di masing-masing posisi jam, lalu menempatkan satu buah tombol di tempat crown. Di sisi yang berlawanan, Anda bisa menemukan sensor sentuh, disediakan sebagai metode navigasi menu alternatif.

Vivoactive 3 22

Vivoactive 3 12

Tubuh Vivoactive 3 terbuat dari polimer yang diperkuat oleh serat. Area bermaterial baja bisa Anda temukan lagi di bagian bawah, mengelilingi sensor photoplethysmogram-nya. Vivoactive 3 mempunyai diameter 43,4-milimeter dan ketebalan 11,7-milimeter – kurang lebih sebesar chronograph. Tubuhnya itu tersambung ke strap silikon berpola sisik selebar 20mm.

Vivoactive 3 21

Vivoactive 3 26

Dalam menilai penampilannya, semua akan kembali pada preferensi masing-masing orang. Buat saya, sekilas Vivoactive 3 terlihat seperti jam tangan digital biasa, dan hal ini merupakan sebuah keunggulan. Karena tidak mencolok, Vivoactive 3 tidak terlihat timpang ketika Anda sedang mengenakan kemeja atau jas pesta sekalipun. Agar pas di suasana berbeda, yang perlu Anda lakukan adalah mengubah watch face-nya via app (dibahas lebih jauh di bawah).

Vivoactive 3 23

Vivoactive 3 25

Dan memang inilah yang menjadi fungsi utama Vivoactive 3: untuk dipakai di segala aktivitas. Perangkat ini kedap air 5-ATM (kurang lebih 80-PSI), sehingga siap menemani Anda berenang hingga kedalaman 50-meter. Jangan ragu buat membawanya mandi dan berolahraga tiap hari sampai tubuh berkeringat. Dan karena tidak ada lekukan-lekukan sempit, proses membersihkannya juga mudah.

Vivoactive 3 1

Vivoactive 3 2

 

Kenyamanan

Sebagai seorang pengguna jam analog, sensasi awal mengenakan Garmin Vivoactive 3 terasa aneh dan canggih. Activity tracker ini terlihat begitu besar di tangan saya (bezel ditambah lug lebih lebar dari pergelangan tangan), namun perangkat terasa sangat enteng jika dikomparasi dengan arloji stainless steel 36mm. Bobot Vivoactive 3 hanya 43-gram.

Vivoactive 3 18

Vivoactive 3 17

Bagian strap juga sangat lentur, dan permukannya terasa lembut. Ketika dikenakan, kombinasi strap silikon dan body memastikan Vivoactive 3 terpasang mantap di satu posisi tanpa gampang bergeser. Efeknya, perangkat segera menjadi bagian dari tubuh Anda setelah dikenalan selama cuma beberapa hari. Selama pengujian, saya tidak pernah melepas Vivoactive 3 selain untuk membersihkannya.

Vivoactive 3 15

Vivoactive 3 6

Mungkin satu hal yang membuat pemakaiannya jadi sedikit kurang nyaman adalah suhu panas, yang menyebabkan kulit berkeringat. Anda juga tetap harus berhati-hati agar Vivoactive 3 tidak sering terbentur karena bezel dan layar bisa baret.

Vivoactive 3 24

Strap-nya sendiri memanfaatkan rancangan two-piece standar dan buckle logam sederhana, kemudian loop/free ring-nya mempunyai ujung di sisi dalam buat mengunci posisi strap supaya tidak gampang terlepas. Strap juga mudah dilepas dari lug, cukup dengan menarik tonjolan kecil di spring bar – tanpa memerlukan spring bar remover.

 

Layar

Dibanding panel OLED milik Fitbit Ionic atau Gear S3, layar sentuh transflective memory-in-pixel 1,2-inci beresolusi 240x240p di Vivoactive 3 memang kurang atraktif, tapi menampilkan keindahan bukanlah tugasnya. Fungsi utama display tersebut ialah menyampaikan data terkait tubuh, dan ia menunaikan tugasnya dengan efektif. Info tetap bisa terlihat jelas baik saat Anda berada di bawah teriknya sinar matahari ataupun di malam hari berkat bantuan backlight.

Vivoactive 3 3

Display ini selalu aktif, meski terlihat redup, mengingatkan saya pada layar LCD di jam tangan digital sewaktu memilih watch face berwarna hitam dan putih. Secara personal, saya menyukai hal ini. Backlight baru menyala otomatis saat Anda mengangkat tangan dan mengarahkan fitness tracker ke wajah. Anda bisa menyesuaikan tingkat keterangan backlight, atau menonaktifkannya buat lebih menghemat baterai.

Vivoactive 3 8

Menggeser layar ke atas dan ke bawah akan menampilkan menu informasi berbeda, seperti target harian dan mingguan, temperatur dan kelembapan, hingga mengintip isi email. Untuk mengustomisasi widget dan mengakses fiturnya lebih jauh, tap layar lebih lama buat memunculkan menu.

 

Fungsi fitness

Tentu saja mereka yang membeli produk Garmin tak sekadar mencari fungsi ‘smartwatch standar’. Dan kabar gembiranya, kapabilitas fitness tracking Vivoactive 3 sangat memuaskan. Untuk fungsi pelacakan, perangkat ini mampu memonitor detak jantung Anda siang dan malam secara real-time, mengukur pembakaran kalori, mengetahui jumlah lantai yang Anda lewati, membaca level stres, hingga menghitung VO2max – yakni ukuran kapasitas paru-paru dalam menampung oksigen.

Vivoactive 3 14

Selain itu, Vivoactive 3 juga sanggup melacak beragam olahraga berbeda, dari mulai kegiatan sederhana seperti berjalan atau berlari, sampai aktivitas kompeks semisal berenang, bermain golf, berski atau snowboarding, paddle boarding, serta menggunakan mesin fitness indoor. Semuanya dapat Anda konfigurasi lebih jauh langsung di unit wearable. Misalnya, pilih Pool Swim dan preset jarak, atau tentukan jaraknya sendiri.

Vivoactive 3 16

Memulai ‘aktivitas’ sangat simpel. Setelah Anda memilih kegiatan olah fisik favorit, tinggal tekan tombol yang berada di samping, tap jenis olahraga secara lebih spesifik, dan tunggu hingga GPS menyala. Waktu aktivasinya sendiri bergantung pada lokasi dimulainya olahraga, bisa jadi 30 detik atau beberapa menit dari sesudah start.

Vivoactive 3 13

Via Setting, Anda bisa mengustomisasi konten dari menu data, menentukan alert serta mengubah warna dari teks dan gambar. Satu contoh pemakaian dari fitur alert adalah memasang peringatan jika detak jantung melewati batasan tertentu, atau mematok waktu putaran ketika berlari. Untuk mengakhiri prosedur latihan, tinggal tekan kembali tombol samping dan tap tombol stop berwarna merah.

Vivoactive 3 10

Sebagai perangkat tracker berbasis optik, sensor-sensor Garmin Vivoactive 3 terbilang akurat. Dari tes langsung, ia mampu membaca langkah dengan tepat. Lalu pengukuran tahapan tidur lebih presisi karena kalkulasi tak cuma ditentukan oleh gerakan, tapi juga detak jantung. Saat berenang, sensor jantung memang tidak menyala, namun Anda bisa menyambungkan Vivoactive ke smart chest strap seperti Garmin HRM-SWIM.

GPS-nya juga dapat melacak posisi dengan presisi, tapi ada peluang ketepatan tersebut berkurang saat Anda memasuki area-area yang penuh bangunan.

 

App Garmin Connect, notifikasi dan fitur-fitur lain

Aplikasi Connect adalah jembatan yang menghubungkan Vivoactive 3 dengan smartphone Anda. Di proses penyambungan (via Bluetooth), app akan menanyakan detail mengenai tubuh; seperti tinggi, berat, waktu tidur malam, dan di tangan mana Anda mengenakan activity tracker. Data-data ini akan menjadi parameter dalam penentuan target olahraga harian.

Vivoactive 3 28

Di sana, ada menu berisi informasi fisik, di antaranya terdapat pie chart level stres (tampaknya, stres yang saya alami belakangan masuk ke tingkatan menengah) serta seberapa lama Anda tidur ringan dan tidur lelap. Kemudian via menu drop down, pengguna juga dapat mengakses data olahraga (berlari, bersepeda, sampai yoga) dan performa secara lebih spesifik, serta berkunjung ke Connect IQ Store.

Vivoactive 3 29

Di Connect IQ Store, Anda dipersilkan mengunduh aplikasi, watch face, serta widget tambahan. Konfigurasi watch face memang bisa dilakukan langsung di unit wearable, namun opsinya sangat terbatas. Sebagai alternatifnya, utak-atik watch face dapat dilakukan melalui app Face It, tetapi lagi-lagi, pilihan kustomisasi tidak banyak; lalu gambar atau foto yang Anda transfer ke layar Vivoactive terlihat pecah.

Vivoactive 3 9

Fungsi notifikasi di Vivoactive 3 bekerja layaknya smartwatch. Device segera memberi tahu Anda jika ada panggilan atau pesan teks masuk lewat getaran serta sneak peek di layar. Meski begitu, saya belum menemukan cara untuk mengonfigurasi notifikasi app smartphone lebih jauh.

Vivoactive 3 19

Vivoactive 3 juga dibekali konektivitas NFC buat menunjang metode pembayaran contactless Garmin Pay, tetapi saya tidak yakin sudah ada gerai penjualan lokal yang mendukungnya.

 

Baterai

Unit baterai non-removable-nya mampu menjaga Vivoactive 3 menyala hingga satu minggu penuh dengan penggunaan normal di ‘mode smartwatch‘. Namun pemanfaatan GPS akan menguras baterai lebih cepat. Jika GPS diaktifkan terus menerus, maka device perlu diisi ulang dalam waktu 13 jam. Charge dapat dilakukan dengan menyambungkan kabel USB ke port di sisi belakang.

Vivoactive 3 7

 

Verdict

Untuk menilai seluruh penawaran Garmin ini, Anda harus memahami buat siapa Vivoactive 3 diciptakan. Pastinya, ia bukanlah produk bagi konsumen yang menginginkan smartwatch stylish biasa; melainkan para pecinta olahraga yang peduli terhadap kondisi tubuhnya dan tak sekadar ingin memperoleh badge ataupun menyelesaikan target. Penampilannya juga tidak memalukan. Desain sederhana Vivoactive 3 memungkinkannya membaur sempurna dalam aktivitas Anda sehari-hari.

Vivoactive 3 5

Dan dilihat dari perspektif ‘jam pintar’, Vivoactive 3 tetap bisa melakukan beragam hal layaknya produk smartwatch lain, walaupun kontennya memang terbatas. Dan karena menyimpan fitur-fitur khusus olahraga, Anda perlu memaklumi jika harganya lebih tinggi dari smartwatch-smartwatch mainstream. Kabar baiknya, ia lebih terjangkau dibanding lineup Forerunner atau Fenix. Di Indonesia, Garmin mematok Vivoactive 3 di harga Rp 5 juta.

Keakuratan dan kelengkapan fungsi membuat Garmin Vivoactive 3 direkomendasikan untuk para atlet pemula hingga profesional.

 

Sparks

  • Desain simpel, bobot ringan
  • Fitur olahraga lengkap
  • Akurat dan mampu memonitor jantung secara real-time
  • Baterai awet

 

Slacks

  • Layarnya kurang atraktif
  • Tetap tergolong mahal untuk sebuah perangkat wearable
  • Garmin Pay belum bisa digunakan di sini

Monster Hunter: World Ialah Salah Satu Kandidat Kuat Game of the Year 2018 (Updated)

Momen perilisan Monster Hunter: World diwarnai berita baik dan ‘buruk’. Kabar gembiranya, peluncuran game action role-playing ini dilangsungkan sesuai jadwal, dan respons gamer serta media sejauh ini terdengar sangat positif. Berita kurang menyenangkannya sendiri hanya dirasakan oleh gamer PC. Versi Windows Monster Hunter: World baru akan dilepas di musim gugur nanti.

Sebagai ujung tombak franchise Monster Hunter dalam menerjang console generasi ke delapan dan PC, Capcom boleh berbahagia karena di awal tahun ini, Monster Hunter: World muncul jadi salah satu judul yang berpeluang merebut gelar Game of the Year. Simak rangkuman ulasan dari para reviewer ternama di bawah ini.

Polygon menyebut game ini sebagai ‘permainan Monster Hunter untuk semua orang’ karena tak seperti pendahulu-pendahulunya, ia tak lagi terlampau mengintimidasi. World tetap merupakan game yang kompleks, terutama karena skenario yang tak bisa diprediksi, ditambah lagi kesempatan menggunakan beragam jenis senjata. Di sisi positifnya, ia dapat memuaskan bermacam-macam jenis gamer. Polygon memberinya skor 9.

IGN juga memberi game ini nilai yang tinggi, yakni 9,5. Fans mungkin akan memperdebatkan apakah World ialah permainan Monster Hunter terbaik atau tidak, tapi yang jelas ia merupakan game Monster Hunter paling berani. Aspek desain, gameplay dan skala yang besar membuatnya terasa menyegarkan. Pertempurannya adiktif, monster-monsternya sangat mengintimidasi, lalu proses upgrade juga terasa berarti.

Game Informer menyodorkan skor setinggi IGN. Reviewer Daniel Tack tanpa ragu bilang bahwa Monster Hunter: World adalah permainan terbaik di seri ini. Ia merupakan gerbang masuk paling ideal buat para pemain baru, dan setelah mencicipi game ini, akan sangat susah untuk kembali menikmati Monster Hunter di console handheld karena sistem portable tak bisa menyajikan pengalaman bermain sebaik World.

Destructoid menyebut Monster Hunter: World sebagai ‘sebuah dunia baru’. Grinding masih menjadi elemen utama di sana, tapi kali ini prosesnya jauh lebih simpel. Jika kebetulan Anda melewatkan game-game sebelumnya karena mereka terasa sama, World adalah permainan sempurna untuk memulai kembali petualangan ini. Menariknya, Capcom tidak merombak formula game terlalu jauh, sehingga para veteran tidak terusik.

Menurut Hardcore Gamer, pendaratan Monster Hunter: World menandai kehadiran hal-hal hebat di seri ini di masa depan. Game anyar itu merombak konsep Monster Hunter, namun tetap menjaga inti yang membuat franchise jadi istimewa dan mudah dinikmati pemain. World memberikan beragam cara bagi para pemburu untuk melancarkan aksinya: bisa melalui metode strategis atau dengan sekedar memanfaatkan metode brutal.

Di situs agregat review OpenCritic, saat artikel ini ditulis, Monster Hunter: World berhasil memperoleh skor rata-rata sementara 91 dari total 45 ulasan.

Update: Ada kesalahan dalam penulisan judul. Sudah diperbaiki.

 

[Review] Rapoo VPro V25s, Mouse Gaming Terjangkau yang Dibekali Beragam Kejutan Unik

Namanya memang tak setenar brand-brand periferal PC lain di tanah air, tapi Rapoo sebetulnya telah menyelami ranah aksesori komputer sejak 2002. Kabarnya ia sempat masuk di Indonesia pada tahun 2012, namun tenggelam di tengah hiruk-pikuk kehebohan gaming gear. Agar lebih mudah dikenal khalayak, Rapoo menyiapkan sub-brand gaming mereka: VPro.

Produsen periferal Shenzhen itu mulai mencoba menginvasi kembali segmen gaming gear nusantara di akhir 2017 ini. Beberapa minggu lalu, perwakilan Rapoo memberikan saya kesempatan untuk  menjajal mouse gaming mid-range terbaru mereka secara lebih personal, sebuah produk bernama VPro V25s. Ia menjelaskan bahwa V25s merupakan satu dari sejumlah produk anyar yang Rapoo siapkan buat menyaingi merek aksesori PC populer asal Swiss lewat kombinasi duet harga dan performa.

Dari sedikit riset, spesifikasi VPro V25s tak berada jauh dari Logitech G102 Prodigy. Namun hal yang membuatnya istimewa ialah presentasi tema ‘gaming’ yang diusung V25s: pencahayaan LED RGB menari tanpa henti, lalu desain simetris yang familier ternyata nyaman untuk menangani beragam tugas berbeda. Silakan simak ulasan lengkap VPro V25s di bawah ini.

 

Packaging

Rapoo bermaksud buat menjaga bundel penjualan VPro V25s tetap sederhana. Di dalam bungkusnya yang tak terlalu besar, Anda hanya akan menemukan unit mouse, kabel yang tersusun rapi, dan lembar ‘quick start guide‘. Di lembar panduan tersebut, Rapoo menyarankan pengguna untuk mengunduh aplikasi companion dari page V25s agar kita bisa mengonfigurasi DPI, LED, hingga memanfaatkan fungsi macro.

VPro V25s 9

 

Desain

VPro V25s ialah mouse ambidextrous dengan lekukan-lekukan yang menyiratkan bagaimana tim perancangnya tidak melupakan elemen ergonomis. Dua tombol utama menjadi bagian dari pelat punggung, lalu di tengahnya ada scroll wheel dan switch DPI. Satu aspek yang menyebabkan mouse ini tidak sepenuhnya simetris adalah dua thumb button yang hanya tersedia di sisi kiri.

VPro V25s 35

VPro V25s 33

Tubuh hitam VPro V25s terbuat dari plastik, termasuk pada bagian metalik yang membingkai scroll wheel dan switch DPI. Untuk membuat pengendaliannya lebih akurat dan mengurangi peluang tergelincir dari jari, Rapoo membubuhkan lapisan karet bertekstur di kiri dan kanan mouse. Di sisi bawah, Anda akan menemukan empat mouse feet teflon, masing-masing berada di bagian ujung V25s. Mouse ini sendiri tersambung ke PC melalui kabel USB braided sepanjang 2-meter.

VPro V25s 11

VPro V25s 10

VPro V25s mempunyai dimensi 125,6×66,2×39,5-milimeter dan bobot di kisaran 120-gram tanpa menghitung kabel. Ukurannya ini mendukung penuh gaya claw grip (kebiasaan saya), dan memungkinkan jari-jari mungil ini menjangkau kelima tombol di sana – termasuk dua thumb button-nya. Lalu saat jempol, jari manis dan kelingking mengunci mouse di area karet, V25s sangat ringan buat diangkat.

VPro V25s 14

VPro V25s 13

Pencahayaan LED diterapkan di bagian punggung mouse – mengisi garis pembatas pelat atas dan scroll wheel. Pola melingkar dengan garis putus-putus di sana mengingatkan saya pada sidik jari atau kulit bunglon, namun sebetulnya desain ini terinspirasi dari star trail (jejak bintang). Lighting RGB di V25s dibagi dalam tiga zona dan Anda bisa mengatur warna serta memilih mode pencahayaan (breathing, multicolor, statis, hingga ‘spectrum cycling‘) via app.

VPro V25s 20

VPro V25s 15

Kejutan unik di VPro V25s adalah dukungan fungsi sensor proximity. Komponen ini memungkinkan mouse mendeteksi eksistensi tangan Anda di dekatnya untuk segera mengaktifkan pertunjukan cahaya RGB. Begitu tangan menjauhinya, LED akan mati.

VPro V25s 27

VPro V25s 22

 

Rapoo V25s Driver

Tidak seperti Corsair Utility Engine atau SteelSeries Engine yang diramu untuk menunjang banyak device, app Rapoo V25s Driver tampaknya dispesialisasikan khusus buat mouse V25s saja. Saya berasumsi, Anda harus menginstal software lagi ketika ingin melakukan kustomisasi pada periferal Rapoo lain. Memang sedikit merepotkan, namun hanya dengan memasang app ini di PC barulah bagian-bagian terbaik dari mouse dapat terkuak.

Interface Rapoo V25s Driver memang tidak secantik garapan rival-rivalnya yang lebih berpengalaman, tetapi begitu dibuka, ia segera menyodorkan hal-hal esensial buat Anda. App terbagi atas lima menu: utama, berisi pengaturan DPI dan sensor; pengendalian LED; Macro Editor; menu Trophy; dan Help. Software turut menyediakan lima slot penyimpanan profile.

 

VPro V25s 1

Di menu utama, Anda bisa menentukan tujuh level switch DPI, tersedia 14 pilihan dari mulai 500 sampai 7000. Kita juga dapat melakukan perubahan pada kecepatan pointer, sensitivitas default sensor, polling rate (125Hz hingga 1000Hz), serta memprogram ulang fungsi tombol.

 

VPro V25s 2

Di LED Control, Anda dipersilakan mengutak-atik segala hal terkait pencahayaan, termasuk memilih warna secara spesifik dari palet red-green-blue. Di sana pula Anda dapat menyala-matikan fungsi proximity sensing agar VPro V25s bisa ‘merasakan’ kehadiran telapak tangan sang user.

 

VPro V25s 3

Macro Editor sendiri memungkinkan Anda merekam dan mengedit macro. Rapoo telah menyediakan beberapa preset buat game-game populer seperti Dota 2, Counter-Strike: Global Offensive, Minecraft hingga Skyrim. Jika game Anda tak ada di daftar, silakan buat macro-nya sendiri.

 

VPro V25s 4

Trophy ialah fitur ala achievement yang sangat menarik. Semakin sering mouse   digunakan (klik kanan, kiri, atau menggerakkannya ke sana-sini) maka level trophy akan naik. 13 level di sana dibekali oleh badge berbeda, dan Anda juga dapat melihat data statistik terkait banyaknya tekanan pada tombol atau mengetahui kebiasaan diri saat menggunakan mouse.

 

VPro V25s 5

Kemudian via menu Help, Anda dapat mengimpor atau ekspor file profile, serta melakukan update firmware pada mouse V25s.

 

Performa dan pengalaman penggunaan

Rapoo VPro V25s memanfaatkan sensor optik ‘khusus gaming‘, tetapi produsen tidak menjelaskan lebih rinci tipenya. Berdasarkan info di website, kabarnya sensor ini mempunyai kecepatan proses gambar di 5.300FPS serta sanggup melacak gerakan 80-inci per detik. Anda mungkin juga sudah bisa menerka, profile-profile penggunaan disimpan dalam unit memori built-in sehingga dapat diakses walaupun mouse disambungkan ke PC berbeda.

VPro V25s 12

Mouse gaming Rapoo ini saya gunakan untuk bekerja sehari-hari dan bermain. Di tangan saya, desainnya sangat nyaman dan saya menyukai kesederhanaan lekukannya. V25s tidak memiliki sudut-sudut atau lekukan-lekukan ganjil, tak ada bagian yang menekan dan membuat genggaman jadi tidak enak. Dan seperti yang saya jelaskan sebelumnya, seluruh tombol gampang dicapai oleh jari.

VPro V25s 17

Saya belum mendapatkan konfirmasi soal tipe switch yang digunakan di VPro V25s. Resistensinya lebih tinggi sedikit dari switch Omron di MSI Clutch GM70, namun sensasi menekannya tetap empuk dan responsif. Thumb button-nya terasa pas, tidak terlalu keras tapi juga tak terlampau sensitif. Tombol jempol itu biasanya saya pakai untuk mengaktifkan Boost di game Titanfall 2, dan tak pernah gagal menyajikannya.

VPro V25s 26

Mungkin hal yang bisa menimbulkan masalah adalah tidak adanya indikator level DPI. Jadi jika tak sengaja menekan switch saat seru berduel dengan lawan, Anda harus mencarinya secara manual dan mengira-ngira setting mana yang sebelumnya paling pas.

VPro V25s 28

Anda mungkin akan menyangka bahwa penggunaan LED RGB secara merata di pelat atas keyboard menyebabkan mouse jadi hangat. Menariknya, hal tersebut tidak terjadi di VPro V25s. Periferal tetap terasa sejuk walaupun saya memakainya selama berjam-jam. Pemanfaatan tekstur doff di permukaan tubuhnya juga meminimalkan penumpukan minyak dan kotoran dari tangan.

VPro V25s 23

VPro V25s 21

Selama dua minggu ke belakang, VPro V25s dengan setia menemani saya menikmati Wolfenstein II: The New Colossus, South Park: The Fractured But Whole, Divinity: Original Sin II dan Titanfall 2; dan sejauh ini, ia cukup fleksibel buat menangani genre permainan berbeda dan belum pernah mengecewakan.

VPro V25s 29

Dalam permainan role-playing ‘santai’ yang tidak menuntut gerakan cepat (seperti Original Sin II misalnya) V25s bekerja sangat mulus. Mouse ini enteng dan tidak membebani jari meski navigasi dilakukan sepenuhnya menggunakan mouse – bahkan sewaktu meluncur di atas mouse mat kain standar. Di Wolfenstein II, semuanya terasa natural, dan saya tak perlu repot mengubah sensitivitas mouse secara manual via menu options – cukup dengan mencari level DPI yang tepat.

 

VPro V25s 36

VPro V25s 38

VPro V25s 37
Ketiga ‘first place’ ini diperoleh saat saya menggunakan VPro V25s.

Buat menangani Titanfall 2, saya bahkan tidak perlu melalui proses adaptasi lagi. Karakteristik VPro V25s mirip MSI Clutch GM40 – plus LED RGB dan macro. Saya tanpa kesulitan lompat dari tembok ke tempok, Titan ke Titan, melacak pilot lawan dengan meriam 40mm, serta memburu mereka yang mencoba melarikan diri berbekal senapan Mastiff.

VPro V25s 7

Melihat dari penyajiannya, Rapoo VPro V25s disiapkan untuk menunjang game-game ber-genre first-person shooter atau action – entah apakah itu permainan single-player ataupun multiplayer kompetitif.

 

Konklusi

Bagi saya, faktor utama yang membuat VPro V25s berbeda dari mouse gaming kelas menengah lain ialah keberhasilan Rapoo menghadirkan elemen gaming  dalam pengalaman penggunaan sehari-hari. Melalui fitur trophy dan level, mouse ini mengapresiasi kita ketika semakin sering menggunakannya. Sayangnya, mungkin Anda hanya dapat membanggakan pencapaian tersebut ke sesama pengguna mouse Rapoo.

VPro V25s 8

Dan di harga yang tidak terlalu tinggi, kinerja Rapoo VPro V25s tergolong mumpuni. Secara pribadi, mouse ini sangat pas dengan ukuran tangan saya dan postur claw grip (pada dasarnya membuat jangkauan jari jadi lebih pendek), lalu saya sama sekali tidak perlu melakukan proses adaptasi, terutama untuk menikmati Titanfall 2 – salah satu game bertempo tercepat yang menuntut refleks dan akurasi tinggi. Menurut saya, produk ini cocok buat gamer pemula atau veteran yang sedang berhemat.

Rapoo VPro V25s kabarnya sudah mulai dipasarkan di Indonesia, dijajakan di harga eceran paling mahal Rp 360 ribu.

VPro V25s 16

 

[Review] Omen by HP 15-ce085TX, Andalan HP Dalam Menyerbu Segmen Laptop Gaming Entry-Level

Diperkenalkan di tahun 2016, lineup  Omen adalah sub-brand yang HP siapkan di tengah hebohnya ‘reformasi notebook gaming‘ – berlangsung mulai beberapa tahun ke belakang hingga saat ini . Sebelumnya, Omen adalah nama dari gaming laptop buatan Hewlett Packard, disingkap pada tahun 2014. Dan baru pada bulan Agustus kemarin Omen resmi hadir di Indonesia.

Omen by HP terdiri dari beragam produk gaming, di antaranya PC desktop, laptop, gaming gear, hingga graphics accelerator. Di antara mereka, Omen 15 diramu sebagai andalan HP di segmen perangkat gaming portable entry-level. Laptop ini memenuhi sejumlah kriteria krusial: harganya terjangkau, menyimpan hardware cukup mumpuni di kelasnya, lalu desainnya juga merepresentasikan tema gaming tanpa mengorbankan faktor mobilitas.

Selama beberapa minggu ini, tim HP mempersilakan saya menjajal langsung laptop Omen 15 dengan kode ‘ce085TX’. Model ini menyimpan RAM 8GB, prosesor Intel Core i7 generasi ketujuh, serta kartu grafis Nvidia GeForce GTX 1050. Meski komposisi di atas belum memasukkannya ke kategori VR ready, secara teori notebook ini seharusnya sanggup menyikat game-game baru.

Lalu seperti apa kinerja Omen by HP 15-ce085TX ‘di lapangan’? Simak ulasan lengkapnya.

 

Desain, konektivitas dan build quality

Melihat potensi penggunaan laptop gaming untuk keperluan lain, beberapa produsen memutuskan buat mengambil arahan desain yang lebih sederhana sehingga perangkat juga tampil menarik bagi khalayak umum dan kalangan profesional. Sedikit contohnya adalah Gigabyte Aero 15X dan Dell Inspiron 15 7000 Gaming. Penampilan Omen 15 sendiri memang tidak semeriah MSI atau Asus ROG, tapi DNA gaming tetap terlihat jelas di sana.

Omen 15 60

Omen 15 57

Omen by HP 15 adalah laptop berlayar 15,6-inci dengan dimensi 38,85×27,55×2,48-sentimeter dan bobot 2,62kg. Tubuhnya terususun atas kombinasi material logam (pada pelat area keyboard dan palm rest) serta plastik, didominasi oleh warna hitam bertekstur matte atau brushed; dan dibumbui warna merah pada logo ‘VoodooPC’, branding ‘Omen’ dan di keyboard backlight-nya.

Omen 15 50

Omen 15 51

Ketika sejumlah laptop gaming kompetitor mengambil inspirasi desain mobil sport atau pesawat jet , wujud Omen 15 mengingatkan saya pada artefak alien kuno. Area punggung layar terbagi dalam empat zona, dipisahkan oleh empat garis merah yang membentuk huruf X. Khusus di area kiri dan kanan, HP membubuhkan tekstur berpola serat karbon. Lalu di atasnya, Anda akan menemukan logo merah khas Omen.

Omen 15 53

Buka lid tersebut, dan Anda akan disuguhkan layout familier: di sana ada keyboard full-size, tombol power di kiri atas, serta sebuah engsel di tengah yang menyambungkan layar dan body. Dan pada keadaan terbuka, saya baru menyadari bahwa Omen 15 memanfaatkan skema desain oktagonal – tidak betul-betul persegi.

Omen 15 38

Omen 15 68

Konektivitas fisik dibubuhkan pada area kiri dan kanan laptop karena zona belakang didedikasikan sepenuhnya untuk pembuangan panas via lubang exhaust futuristis. Ada mini DisplayPort, HDMI, port LAN, USB 3.1 berfitur HP Sleep and Charge, USB 3 type-C dengan Thunderbolt 3, dan sepasang port audio 3,5mm di kiri; serta dua port USB 3.1 dan SD card reader di kanan. Absesnnya optical disc drive menandai bahwa Omen 15 ialah laptop untuk gamer yang telah berkenan merangkul metode distribusi konten secara digital.

Omen 15 34

Omen 15 35

Walaupun lebih dari separuh tubuh Omen by HP 15 terbuat dari plastik, saya tidak menemukan bagian-bagian yang terlalu empuk. Punggung layar juga sangat kuat karena tekanan jari saya di sana tidak memberi efek pada layar. Kemudian engselnya juga kokoh, sanggup mencengkeram layar dengan mantap tanpa membuatnya sulit digerakkan. Layar tersebut bisa direntangkan sampai kurang lebih 130 derajat.

Omen 15 56

Omen 15 44

Omen 15 memang bukanlah laptop berdesain ultra-thin, namun ketebalan 2,5cm ditambah build quality jempolan dapat mengurangi kekhawatiran Anda jika keadaan mengharuskan Anda membawa-bawanya.

Omen 15 43

 

Layar

HP membekali laptop ini bersama layar LG Philips IPS WLED 15,6-inci 1920×1080 dengan lapisan anti-glare buat meminimalkan efek pantulan. Panel ini merupakan varian 60Hz tanpa G-Sync, dan itu artinya cuma bisa menyajikan game di frame rate 60 per detik jika V-Sync diaktifkan. Meski refresh rate serta resolusinya terlihat standar, display tersebut sanggup menyuguhkan output cerah dan warna yang hidup.

Omen 15 37

Omen 15 36

Di Divinity Original Sin II, performa layar HP Omen 15 sangat terasa: atmosfer pemakaman Stonegarden di Reaper’s Coast tampak lebih muram (dibanding di notebook gaming rival) tanpa membuat objek berwarna gelap jadi kehilangan detail. Hal lain yang saya rasakan adalah tingginya kontras antara zona terang dan area bayang-bayang. Resolusi 1080p sendiri juga terbilang ideal untuk berbagai keperluan – gaming, bekerja atau menonton video – tanpa membebani GPU.

Omen 15 49

 

Keyboard, touchpad dan wrist rest

HP menghidangkan papan ketik full-size tujuh baris dengan keycap chiclet seluas 1,5×1,5cm dan jarak per tombol selebar 3,5mm. Di sana ada numpad, tetapi pengurangan luas tuts hanya diberlakukan pada tombol function saja. Satu hal yang sangat saya apresiasi adalah peletakan tombol kursor arah, diposisikan sedikit mundur ke palm rest tanpa ada pemangkasan luas. Dan uniknya lagi, tombol spasi dibuat lebih lebar.

Omen 15 48

Keyboard dilengkapi LED berwarna merah, kecuali pada tombol ‘kendali’ WASD. LED di sana memanfaatkan warna putih dan dipadu warna tuts merah hati sehingga tampil kontras dibanding tombol di sekitarnya.

Omen 15 47

Omen 15 46

Tombol di keyboard mempunyai key travel berjarak 1,2-milimeter dan membutuhkan tekanan sebesar 70-gram agar input dapat diregistrasi. Berdasarkan pengalaman memakainya, Keyboard di Omen 15 sangat nyaman buat mengetik tapi membutuhkan waktu adaptasi yang lama saat menggunakannya buat bermain. Bagi saya, akan lebih optimal lagi jika tombol shortcut Windows dipindahkan ke sebelah kanan demi mengurangi peluang salah tekan (walaupun bisa dinonaktifkan).

Omen 15 41

Omen 15 40

Touchpad berukuran 102,5×57,5mm di Omen by HP 15 diletakkan hampir sejajar dengan tombol spasi. Meski touchpad terlihat sedikit timpang ke sebelah kiri, masih tersisa zona sepanjang 103mm buat mengistirahatkan telapak tangan kiri Anda. Kemudian karena touchpad ditaruh di area yang sedikit menjorok ke dalam sehingga bagian itu jarang tersentuh pangkal jempol. Dua tombolnya ditempatkan di celah terpisah dan sangat empuk, mengingatkan saya sedikit pada tombol mouse di IBM ThinkPad.

 

Hardware dan benchmark

Komposisi hardware Omen by HP-ce085TX bisa Anda lihat di bawah:

  • Prosesor Intel Core i7 7700HQ ‘Kaby Lake’ 2.8GHz
  • Mainboard HP 838F
  • Kartu grafis Nvidia GeForce GTX 1050 (integrated Intel HD Graphics 630)
  • Memori RAM DDR4-2400 single channel 8GB
  • Penyimpanan hard drive Hitachi HGST 1TB
  • Monitor LG Philips LGD058C
  • Speaker dual Bang & Olufsen plus HP Audio Boost
  • Baterai 4-cell 70Wh
  • Sistem operasi Windows 10 single language 64-bit

Ada lima software benchmark yang saya gunakan untuk menakar kinerja hardware Omen 15-ce085TX, dan di sana, Anda bisa melihat kemampuannya secara umum. Software-software tersebut meliputi 3DMark Time Spy 1.0, PCMark 10 1.0, Cinebench R15, Unigine Valley 1.0 dan Heaven 4.0. Hasilnya ialah sebagai berikut:

3DMark Time Spy 1.0
Omen 15 1

Omen 15 2

Omen 15 4

Omen 15 5

 

PCMark 10 1.0
Omen 15 7

Omen 15 6

Omen 15 8

Omen 15 9

 

Cinebench R15
Omen 15 10

 

Unigine Valley 1.0
Omen 15 11

Omen 15 13

 

Unigine Heaven 4.0

Omen 15 12

Omen 15 14

 

Pengalaman penggunaan dan gaming

Mungkin sudah bisa Anda terka, absennya SSD serta penggunaan RAM single channel berdampak cukup besar pada performa Omen 15-ce085TX. Durasi boot up Windows 10 terasa lebih lama, begitu pula saat membuka game serta sewaktu file save permainan di-load.

Hardware-hardware utama penghasil panas tampaknya ditempatkan di zona atas keyboard, mendekati layar. Langkah ini membuat wrist rest lebih sejuk dari tombol. Tentu saja, di kondisi full load (apalagi jika laptop digunakan di ruang tanpa penyejuk udara), kipas internal Omen 15 terdengar lebih kencang dari saat idle. Meski begitu, suaranya tidak melewati batasan wajar.

Berbicara soal suara, saya penasaran apa ada yang salah pada dua speaker Bang & Olufsen di unit review ini. Komponen ini ditaruh di sisi bawah laptop, dan tak kesulitan dalam menyuguhkan lagu The Last of the Real Ones-nya Fall Out Boy serta The Sky is a Neighborhood dari Foo Fighter dengan lantang. Namun ketika game mengeluarkan musik bernada tinggi, saya mendengar sedikit suara derakan. Bass juga jadi aspek terlemah pada output. Untuk memperoleh pengalaman gaming terbaik, menambah headphone sangat direkomendasikan.

Omen 15 45

Omen 15 39

Daya tahan baterainya juga tidak bisa dibilang mengesankan. Tanpa menggunakan mode battery-saving, Omen 15 hanya bisa memutar video HD selama kurang lebih dua setengah jam. Tetapi hal tersebut bukanlah kendala besar mengingat produk ini merupakan perangkat gaming. Agar konten terhidang maksimal, notebook wajib tersambung ke sumber listrik

Tiga permainan saya gunakan buat menguji performa gaming HP Omen 15-ce085TX: Conan Exiles, Divinity: Original Sin II dan Titanfall 2. Sudah pasti, penggunaan GeForce GTX 1050 di sana menuntut Anda untuk lebih cermat dalam menentukan setting visual, jika ingin permainan berjalan lancar di 1080p.

Di Conan Exiles, permainan segera menyodorkan preset medium. Di setting ini, game bisa menyajikan 50- sampai 60-frame rate per detik. Namun saat texture quality saya pindahkan ke ultra dan effects quality dinaikkan ke high, FPS jadi turun ke kisaran 30 hingga 40. Saya cukup terkesan karena GTX 1050 di Omen 15-ce085TX sanggup menyuguhkan grafis mengesankan: kilauan sinar dan efek tiupan angin di rambut karakter, bayangan burung bangkai di atas pasir, hingga formasi bukit batu raksasa di kejauhan.

Omen 15 16

Ini dia galeri screenshot-nya:

Omen 15 17

Omen 15 18

Omen 15 19

Omen 15 20

Omen 15 21

 

Dengan menggunakan opsi preset ultra (texture filtering anisotropic 16x, shadow dan lighting quality di high) di Divinity: Original Sin II, game berjalan di 30- sampai 50-frame per detik, bergantung pada jumlah efek dan objek yang tampil di layar. Karena ia bukanlah permainan bertempo cepat yang menuntut presisi tinggi, bahkan di FPS terendah pun Original Sin II tetap playable. Ingin lebih lancar lagi? Tinggal turunkan saja efeknya.

Omen 15 15

Nikmati screenshot-screenshot-nya di bawah:

Omen 15 22

Omen 15 23

Omen 15 24

Omen 15 25

Omen 15 26

 

Agar bisa menangani Titanfall 2 dengan baik tanpa memanfaatkan adaptive resolution FPS target, sejumlah setting grafis perlu dikorbankan ke tingkat low, terutama terkait bayangan. Di setting visual custom (lihat di bawah), permainan beroperasi di 40 sampai 60-frame per detik, tidak masalah buat mode singleplayer, namun mungkin Anda membutuhkan FPS lebih tinggi lagi agar bisa unggul di mode multiplayer kompetitifnya.

Omen 15 28

Screenshot-screenshot Titanfall 2 bisa Anda lihat di sini:

Omen 15 27

Omen 15 29

Omen 15 30

Omen 15 31

Omen 15 32

 

Omen Command Center

Tiap PC Omen by HP telah di-pre-load bersama Command Center. Software ini dirancang untuk memonitor kondisi PC, menginformasikan temperatur komponen internal, serta memprioritaskan bandwidth bagi software/game tertentu. Berbeda dari app di Asus ROG maupun MSI, Command Center tidak dilengkapi fungsi overclocking, mengindikasikan bahwa HP menyiapkan Omen 15 sebagai perangkat gaming user mainstream.

Omen 15 33

 

Kesimpulan

Menilai dari segala hal yang Omen by HP 15-ce085TX tawarkan, laptop ini disiapkan untuk berduel dengan notebook gaming entry-level rival semisal MSI GP62, Legion Y520, serta ROG Strix. Kompetisi di kelas ini sangatlah ketat, dan sejumlah brand menyuguhkan paket yang tak kalah atraktif: harga lebih murah, RAM dua kali lebih besar, serta produk berkartu grafis GeForce GTX 1050 Ti.

Beberapa aspek yang bisa jadi pertimbangan di Omen 15 adalah kualitas panel full-HD 15,6-inci di sana serta lapangnya bagian keyboard. Produsen sepertinya mengerti bahwa papan ketik betul-betul memengaruhi produktivitas serta performa gaming, dan mereka memutuskan untuk menggarapnya dengan cukup serius.

Bagi saya, Omen 15-ce085TX akan jadi perangkat gaming entry-level yang paling ideal jika HP membekalinya dengan memori RAM lebih besar atau storage SSD. Terlepas dari kekurangannya itu, laptop tentu tak akan kesulitan dalam menangani game-game eSport populer seperti Dota 2, Counter-Strike: Global Offensive dan Overwatch; serta judul-judul strategi semisal Civilization VI dan XCOM 2.

Di Indonesia, Omen by HP 15-ce085TX dipasarkan di harga Rp 15,3 juta.

Omen 15 54

[Review] Vivo V7, Mengakomodasi Kebutuhan Smartphone Berlayar Lebar Dengan Desain Ringkas

Hampir setiap orang menginginkan ‘lebih’, begitu pula dalam memilih ukuran layar smartphone. Pengguna kini cenderung memilih layar lebih lebar, namun tak mau dibuat repot oleh ukuran body-nya. Satu solusi yang diajukan produsen adalah dengan memangkas bezel, tak cuma bagian sisi kiri dan kanannya tapi juga atas dan bawah, serta menggunakan rasio layar 18:9 yang memanjang, sehingga ukuran smartphone tetap nyaman digenggam satu tangan.

review-vivo-v7-4

Hal tersebut juga diterapkan oleh Vivo di perangkat selfie anyar mereka yang diberi nama V7. Dan kebetulan, pihak Vivo Indonesia memberikan saya kesempatan untuk mengulik secara detail Vivo V7 yang dijual  seharga Rp 3,8 juta. Angka ini tidak terlalu tinggi, tapi tidak bisa juga dikatakan murah. Pertanyaannya, layakkah Vivo V7 Anda miliki? Simak review Vivo V7 berikut.

 

Desain compact

Smartphone Vivo V7 memiliki rasio layar ke body sebesar 77,1 persen. Itu artinya, handset hanya menyisakan area non-display seluas 22,9 persen. Dengan layar 5,7-inci dan dimensi 149,3×72,8×7,9mm, bagi saya rancangan Vivo tak berbeda jauh dari  smartphone 16:9 dengan luas panel yang lebih kecil. Sebagai komparasi, saya adalah pengguna Asus Zenfone 3 ZE520KL. Perangkat ini berukuran 146,9×74 x7,7mm dan memiliki layar 5,2-inci

review-vivo-v7-5

Dalam komparasi itu, Vivo V7 tidak lebih lebar dari Asus Zenfone 3, tapi sedikit lebih tinggi. Untuk menggambarkan betapa compact ukuran Vivo V7, saya juga membandingkannya dengan Huawei Nova 2i dan biarlah foto berikut yang berbicara.

review-vivo-v7-6

Pada bagian depan Vivo V7 terbentang layar seluas 5,7-inci berlapis kaca 2,5D. Di atasnya, bercokol kamera depan 24-megapixel, sensor proximity dan ambient light, dan LED flash. Kemudian di sisi belakang ada kamera 16Mp, ditemani sebuah LED flash, sensor pemindai sidik jari, dan logo Vivo.

Selanjutnya, tombol fisik volume dan power ada di sisi kanan, sedangkan tray kartu SIM diletakkan di sebelah kiri. Bagian bawahnya terlihat sangat ramai, ada jack audio 3,5 mm, mic, port micro USB, dan speaker. Sementara itu, bagian atasnya terlihat ‘sepi’, hanya ada lubang mic kecil.

review-vivo-v7-7

 

Ada empat hal yang perlu dicatat terkait desain Vivo V7:

  • Pertama, penggunaan material aluminum dan konstruksi unibody menonjolkan kesan premium di smartphone ini.
  • Kedua, unit review ini mempunyai warna hitam matte dengan lapisan nano coating, dan dua garis perak yang melintang mendekati bagian sisi atas dan bawah bodi pada bagian belakang Vivo V7 turut menegaskan citra premium yang sudah ada.

review-vivo-v7-12

  • Ketiga, ada tiga buah slot kartu SIM: dua bertugas menampung kartu nano SIM dan satu lagi untuk microSD. Itu artinya, Anda tidak lagi harus mengorbankan salah satu SIM demi memperluas penyimpanan.
  • Lalu yang keempat adalah bagian sudut-sudut bodinya yang agak membulat,  dan lengkungannya ini memastikan Vivo V7 nyaman dikuasai satu tangan.

 

Layar FullView

review-vivo-v7-13

Layar ‘FullView di Vivo V7 inci hanya menyuguhkan resolusi HD+ 720x1440p dan kepadatan 282ppi. Menurut saya, resolusi HD+ adalah standar minimal spesifikasi layar smartphone mid -nd, sudah memadai untuk memenuhi kebutuhan seperti menonton video dan bermain game, walaupun resolusi full-HD pastinya lebih optimal untuk menikmati berbagai konten multimedia.

Aspek resolusi layar inilah kekurangan utama di Vivo V7. Namun ada dampak positif dari hal ini: daya baterai smartphone menjadi lebih awet karena panel HD+ mengonsumsi lebih sedikit energi ketimbang full-HD. Di sana juga ada fitur Eye Protection agar mata  tidak cepat lelah. Saya menyarankan Anda untuk mengaktifkan fitur ini ketika menggunakan smartphone pada malam hari atau di tempat yang gelap.

 

Antarmuka Funtouch OS 3.2

review-vivo-v7-14

Berkat sentuhan Funtouch OS 3.2 di sistem operasi Android 7.1.2 Nougat, tampilan antarmuka Vivo V7 terlihat sangat minimalis. User interface-nya hanya berisi satu lapis menu, lalu ada opsi untuk menambahkan widget dan pengaturan efek transisi slide. Untuk mengganti tema, wallpaper, dan font, Anda hanya tinggal mengunjungi Settings > Wallpapers and Fonts.

review-vivo-v7-15

Bagi saya, ada sejumlah hal menarik di Funtouch OS 3.2. Pertama, tombol navigasi dapat disesuaikan dengan urutan dan pola icon-nya. Kerennya lagi, tombol navigasi juga bisa dihilangkan sepenuhnya, lalu sebagai gantinya Anda diberikan fungsi gesture baru untuk mengoperasikannya.

Kedua adalah fitur pengenalan wajah Face Access untuk membuka kunci smartphone secara singkat. Namun menariknya, pihak Vivo sendiri dengan jelas memperingatkan bahwa Face Access ini kurang aman dibandingkan dengan pemindai sidik jari, pola, PIN, dan password.

review-vivo-v7-16

Anda dipersilakan mencobanya, tapi saya tidak merekomendasikan jika digunakan sebagai metode autentikasi utama pengaman smartphone. Untuk mempercepat pengoperasian, jangan lupa mampir ke Settings > Smart Motion.

Ketiga adalah Game Mode yang memperkenankan Anda dapat menikmati bermain game tanpa gangguan. Fitur ini tidak hanya mencegah panggilan dan notifikasi masuk, tapi juga memungkinkan pengguna menerima panggilan penting dan bahkan membalas chat tanpa perlu menghentikan permainan.

Contohnya dapat Anda lihat di atas. Saya sedang menikmati game Mobile Legends, selanjutnya tinggal buka Control Center seperti pada gambar, pilih ‘Multitugas’ dan tap aplikasi chatting yang didukung – salah satunya WhatsApp.

 

Kamera Depan 24MP

review-vivo-v7-21

Predikat smartphone kamera selfie melekat pada Vivo V7 berkat kamera depan 24Mp dan bukaan lensa f/2.0. Ada empat mode penggunaan utama, yakni Take Photo, Video, Group Selfie, dan Face Beauty.

Pada mode Take Photo, kita bisa mengambil selfie dengan efek bokeh lewat fitur Portrait Mode. Lalu, fitur Live Photo berguna untuk menangkap gambar 1,5 detik sebelum dan 1,5 detik setelah mengambil foto, sehingga hasilnya terlihat lebih ‘hidup’. Beralih ke Video, Anda bisa merekam gambar bergerak di resolusi maksimal 1080p. Dan selanjutnya, Group Selfie disiapkan untuk melakukan selfie bersama-sama.

Vivo telah memperbarui fitur Face Beauty di sana ke versi 7.0 dengan dukungan Smart Beauty yang mampu mengidentifikasi jenis kelamin sehingga efek wajah yang dibubuhkan pada foto pria dan wanita akan berbeda. Uniknya lagi, fitur Face Beauty 7.0 dapat digunakan saat sedang melakukan panggilan video melalui aplikasi WhatsApp, Line, BBM, dan Facebook Messenger.

Berikut ini hasil tangkapan kamera depan Vivo V7.

 

Kamera belakang 16Mp

Di belakang, Vivo menaruh kepercayaan kepada sistem kamera tunggal dengan resolusi 16MP, bukaan lensa f/2.0, sensor 1/3-inci, ukuran piksel 1,0 µm, serta turut mencantumkanphase detection autofocus, touch focus, face detection, HDR, dan sebuah LED flash.

review-vivo-v7-26

Baiklah, sekarang langsung ke fitur unggulannya. Fitur pada kamera depan seperti Face Beauty, Portrait Mode, Live Photo juga tetap tersedia di kamera belakang; ditambah mode Panorama, Ultra HD, dan Professional.

review-vivo-v7-27
Ultra HD

Fitur Ultra HD akan menggabungkan empat gambar 16Mp menjadi satu gambar yang hasilnya setara dengan 64-megapixel. Hasil foto pun jadi semakin detail, cocok untuk foto pemandangan luas atau gedung perkotaan yang menjulang tinggi.

review-vivo-v7-28

Di mode Professional, Anda diberikan kebebasan mengutak-atik exposure, ISO, shutter speed, white balance, dan menentukan fokus secara manual. Sayang, hasil foto belum bisa disimpan dalam format RAW. Soal perekaman video, hanya tersedia sebatas 1080p di 30fps. Anda juga dapat merekam video time-lapse danslow-mo.  Berikut adalah beberapa hasil tangkapan Vivo V7:

 

Skin limited Eudora Mobile Legends, Vivo ‘selfie goddess’

review-vivo-v7-39

Smartphone ini sebetulnya sudah ada di tangan saya sejak acara V7 product review di tanggal 9 November. Peluncuran resmi Vivo V7 sendiri baru diadakan pada 16 November. Namun saya harus bersabar hingga tanggal 22 November untuk bisa menebus skin limited Eudora Mobile Legends, ‘Vivo Selfie Goddess’.

Ya, paket penjualan Vivo V7 dibundel bersama kartu redeem eksklusif skin Vivo V7. Penawaran ini terbatas, hanya untuk Anda yang melakukan pembelian Vivo V7 melalui official online store pada periode 16 sampai 30 November 2017. Waktu redeem-nya dimulai 22 November 2017 dan berakhir pada 28 Februari 2018.

Cara melakukan redeem skin eksklusif Vivo V7 adalah sebagai berikut.

review-vivo-v7-38

  • Kunjungi situs resmi Mobile Legends: Bang Bang dan isi formulirnya.
  • Dalam kolom Redemption Code, isi dengan kode redeem yang Anda dapatkan.
  • Berikutnya, isi Game ID akun Mobile Legends Anda. Jika Anda tidak tahu, buka game Mobile Legends, klik foto profil, lalu akan muncul ‘Personal Information’. Di sana Anda akan menemukan Game ID.
  • Kembali ke situs resmi Mobile Legends, klik ‘Send’, lalu buka lagi game Mobile Legends dan Anda akan mendapatkan pesan di System Mail yang berisi kode verifikasi.
  • Sekarang salin kode verifikasi tersebut ke website Mobile Legends dan klik ‘Redeem’.
  • Cek kembali System Mail, dan selamat, Anda sudah memperoleh skin limited Eudora Mobile Legends, dengan animasi dan efek skill baru.

Saya adalah pemain Mobile Legends dengan rank Epic. Jujur saja, menggunakan Hero ber-skin ialah suatu kebanggaan tersendiri. Apalagi, jika skin tersebut berlabel Limited, Spesial, Star, dan Epic.

 

Hardware dan performa

Urusan tenaga, Vivo menaruh keyakinan pada chipset Qualcomm terbaru di kelas menengah ke bawah, Qualcomm Snapdragon 450. Kabar gembiranya, Vivo mengombinasikan RAM yang lumayan besar, yaitu 4GB. Berikut susunan hardware perangkat yang menjalankan OS Android 7.1.2 Nougat ini.

  • Sytem-on-chip Qualcomm Snapdragon 450
  • CPU octa-core 1,8GHz Cortex-A53
  • GPU Adreno 506
  • RAM 4GB
  • ROM 32GB
  • Baterai non-removable Li-ion 3.000 mAh

review-vivo-v7-35

Dari hasil benchmark AnTuTu, Vivo V7 mencetak nilai terbaik di 55.035 poin. Menurut AnTuTu, performa gaming smartphone ini berada di mid-level. Saya tidak ragu untuk menjajal berbagai game, mulai dari Mobile Legends, Shadow Fight 3, dan Batman The Enemy Within; sedangkan untuk pemakaian sehari-hari, Vivo V7 berada di level mid to high-End, mendukung penggunaan aplikasi berat dan multitasking.

Selama penggunaan beberapa hari, Vivo V7 mampu berakselerasi dengan cukup baik. Hampir seluruh kegiatan ber-smartphone mampu dilibasnya, namun saat membuka lebih dari satu aplikasi, kadang respon peralihan antar aplikasi cukup berat, tapi tidak sampai lag dan mengganggu. Setidaknya bagi saya, sisi harga smartphone ini masih sebanding dengan performa yang ditawarkan.

Sementara itu, Vivo V7 meraih skor 4.720 poin di PCMark Work 2.0. Kemudian di 3DMark Sling Shot 1.0 (standar), ia mencetak nilai 805. Anda bisa melihat rincian dan kurvanya di bawah ini:

review-vivo-v7-37

review-vivo-v7-36

 

Kesimpulan

Dilego tak terlampau mahal – Rp 3,9 juta – Vivo V7 cukup menarik untuk dilirik, apalagi ia dibekali desain premium yang tampil futuristis dan kamera depan yang apik untuk berfoto selfie. Merujuk kembali ke pertanyaan di awal, apakah  produk ini layak dimiliki? Bagi Anda yang sedang mencari smartphone  berlayar besar dengan desain compact, Vivo V7 sangatlah layak dibeli.

Beberapa kelemahan Vivo V7 yang perlu dicatat: resolusi layar di yang hanya berada kelas di kelas HD+, belum bisa merekam video 4K, kemudian perangkat ini masih menggunakan port micro USB standar. Menakar aspek-aspek ini, Vivo V7 sepertinya disiapkan untuk berduel dengan Oppo F5 (versi RAM 4GB/ROM 32GB) yang dipatok di harga hampir serupa.

[Review] Xiaomi Mi A1, Kandidat Kuat ‘Raja Smartphone Dual Camera’ Kelas Menengah

Diungkap perdana di India pada bulan September 2017, Mi A1 turut menjadi smartphone istimewa buat konsumen lokal saat device resmi tersedia Indonesia tak lama setelahnya. Kabarnya, ia merupakan handset ‘Mi’ pertama yang Xiaomi produksi di tanah air, dan juga diandalkan sang perusahaan perangkat elektronik asal Beijing itu dalam pertempuran smartphone dual camera.

Di presentasi produknya, Xiaomi sangat membanggakan kemampuan fotografi Mi A1. Tidak tanggung-tanggung, produsen mengklaim performanya sanggup menandingi iPhone 7 Plus berkat kombinasi sensor wide-angle dan telephoto 12-megapixel. Setup ini katanya lebih baik dibanding pemakaian sensor RGB plus monokromatis yang umumnya diimplementasikan di handset rival.

Keunikan lain dari Mi A1 terletak pada pemanfaatan program Android One, pertama kalinya di smartphone buatan Xiaomi. Lalu untuk mengunci dominasinya di segmen mid-range, spesifikasi mumpuni, kamera canggih dan desain menawan di Mi A1 dijajakan di rentang harga super-kompetitif.

Penawaran ini memang terasa terlalu manis untuk jadi kenyataan, membuat kita bertanya-tanya, apakah Mi A1 bisa memenuhi semua janjinya? Xiaomi merespon pertanyaan itu dengan memberikan saya kesempatan buat menguji produk ini secara langsung dan personal. Silakan simak ulasan lengapnya di bawah ini.

 

Desain

Tim PR Xiaomi sepertinya paham bahwa saya mempunyai kelemahan pada warna hitam. Bagi saya, warna ini menonjolkan kesan industrial pada desain Mi A1 yang simpel dan elegan. Ketiadaan dua garis antena yang biasanya melintas di punggung memberi kesan tubuhnya dibentuk dari satu bongkahan logam.

Bagian tepinya memang tidak betul-betul membulat, namun lengkungannya tetap memastikan handset nyaman di genggaman. Kesan ‘utuh’ tersebut dipertegas lagi oleh layar 5,5-inci 2.5D di sana.

Mi A1 16

Mi A1 12

Mi A1 memiliki dimensi 155,4×75,8mm, berketebalan hanya 7,3mm, dengan bobot 165-gram. Tekstur matte pada permukaan handset terasa halus di tangan – malah sedikit terlampau licin buat saya. Antena diposisikan di ujung punggung atas dan bawah, dan di varian hitam ini, bagian tersebut tersamarkan dengan baik.

Mi A1 19

Mi A1 17

Pengguna device Xiaomi akan kembali menemukan penempatan tombol yang familier: tiga tombol kapasitif ber-LED ada di bawah layar, tombol mekanis volume dan power ada di sisi kanan – keduanya berada di area jempol, lalu sensor sidik jarinya ditempatkan di area tengah punggung Mi A1 sehingga mudah dijangkau jari telunjuk. Selanjutnya, tray kartu SIM dan microSD diletakkan di sebelah kiri.

Mi A1 4

Mi A1 8

Anda tidak salah jika merasa desain Mi A1 menyerupai produk flagship buatan Apple. Penggunaan modul kamera berbentuk kapsul dan peletakannya di pojok kiri atas, ditambah lagi ujung smartphone yang membundar memang membuatnya mirip iPhone 7 Plus – dengan logo apel yang digantikan pemindai sidik jari. Agar tidak terlalu identik, dual LED flash-nya ditaruh di kiri modul kamera. Dan seperti Redmi Note 4, branding Mi diterapkan secara halus.

Mi A1 7

Mi A1 6

Hal yang mungkin bisa jadi masalah ialah modul kamera yang menonjol. Dengan begitu, ia lebih terekspos pada benturan atau baretan. Buat mengamankannya, saya menyarankan Anda untuk menambahkan case pelindung.

Mi A1 13

Mi A1 14

 

Layar

Dengan layar 5,5-inci, Mi A1 sudah bisa dikategorikan sebagai phablet. Panel LTPS (low temperature polysilicon) IPS tersebut menghidangkan resolusi full-HD 1080×1920, memiliki kepadatan 403ppi dan rasio ke tubuh sebesar 70,1 persen, juga telah diproteksi oleh lapisan Corning Gorilla Glass 3.

Mi A1 3

Fitur favorit saya di display handset Xiaomi kembali hadir di Mi A1: smartphone ini memungkinkan pengguna untuk meredupkan layar ke level paling rendah.  Setting ini biasa saya gunakan ketika bermain smartphone di kamar sebelum tidur. Panel tersebut juga sangat terang, efektif dalam melawan teriknya sinar matahari sewaktu Anda harus menggunakan Mi A1 di ruang terbuka.

Mi A1 9

Mi A1 10

Kekurangan utama di sana adalah tingkatan kontrasnya. Warna hitam terlihat jadi sedikit kelabu, kemudian beberapa warna cerah tampak washed out dan ‘lembut’. Asumsi saya, hal ini juga menandai kurang akuratnya output warna di layar.

 

Android One

Kemungkinan besar, nama Mi A1 terinspirasi dari program Google yaitu Android One, dengan versi OS 7.1.2 – Nougat. Saya jarang sekali mengoperasikan perangkat yang masuk program Android One, namun dari pengalaman menjajal Mi A1, saya melihat sejumlah kesamaan dengan arahan desain MIUI; walaupun menurut saya pribadi, user interface custom racikan Xiaomi itu lebih simpel, atraktif dan intuitif.

Mi A1 28

Seperti Android pada umumnya, tombol shortcut aplikasi dimunculkan di menu home, dan Anda bisa mengaksesnya secara lengkap melalui tray menu. Jika jumlahnya terlalu banyak, Anda dapat memanfaatkan fungsi search.

Menghapus app juga simpel, cukup dengan melakukan drag-and-drop icon ke opsi uninstall. Sayangnya, tidak ada lagi animasi ‘icon pecah’ ketika app dibuang.

Mi A1 37

Mengelola posisi icon app juga sedikit lebih sulit karena Anda harus memanfaatkan cara tradisional, yakni dengan menggeser icon ke pojok layar. Di MIUI 8.0, kita bisa memindahkan app dibantu jari lain untuk menggeser menu.

Namun karena memanfaatkan OS Android murni, aplikasi-aplikasi di sana berjalan lebih mulus karena tak terhambat overlay. Beberapa fitur seperti galeri foto dan musik terintegrasi ke layanan Google Photos serta Google Play Music, lalu perangkat program Android One terbaru juga telah dibekali Google Assistant.

Selain itu, Mi A1 kabarnya akan memperoleh update langsung dari Google ketika tersedia, termasuk pembaruan ke Android 8.0 Oreo.

Mi A1 39

 

Kamera

Tentu saja, kamera-lah yang menjadi atraksi utama di Mi A1. Komposisi kamera ganda handset ini hampir menyerupai Mi 6. Di sana ada sensor 1µm 12Mp berlensa telephoto 50mm f/2.6 dan satu lagi sensor 1.25µm 12Mp wide-angle 26mm f/2.2. Proses fotografi dibantu oleh fitur PDAF, optical zoom sebesar 2 kali, serta dual flash LED. Tapi berbeda dari handset flagship Xiaomi itu, Mi A1 tidak mempunyai optical image stabilization dan fokusnya bekerja lebih lambat.

Mi A1 11

Selama ditunjang cahaya yang mencukupi, Mi A1 mampu mengabadikan momen dengan tingkat detail tinggi dan warna yang kaya. White balance-nya akurat, sanggup menyajikan detail di zona terang dan gelap berkat tingginya dynamic range, kemudian ujung objek juga tersaji tajam.

Kamera telephoto sendiri sangat membantu ketika zoom harus dilakukan. Mutunya hampir menyamai kamera utama – terutama dari segi detail, warna dan dynamic range.

Mi A1 33

Mi A1 34
Komparasi foto yang diambil dari mode auto (atas) dengan mode stereo (bawah).

 

Mi A1 35

Mi A1 36
Perbandingan lain foto yang diambil dari mode auto (atas) dan mode bokeh (bawah).

 

Mi A1 31

Mi A1 30
Komparasi foto yang diambil di siang hari (atas) dan malam hari (bawah).

 

Efek stereo bisa diaktifkan dengan menekan tombol di menu app kamera. Ada beberapa syarat untuk mendapatkan foto bokeh yang optimal: kondisinya tidak boleh terlampau gelap, dan objek target tak boleh terlalu dekat atau melebihi jarak 2,5m dari kamera. Jika seluruh hal itu terpenuhi, Anda akan memperoleh efek bokeh yang natural.

Di low-light, foto-foto Mi A1 terlihat lembut, tapi jangan harapkan mempunyai detail tinggi. Hasilnya penuh noise, dan tak jarang gambar jadi blur karena absennya OIS.

Di acara peluncuranya, saya sempat mengomparasi performa kamera Mi A1 dengan Mi 6 di ruang indoor, dan tentu saja smartphone high-end Xiaomi itu jauh lebih unggul.

Mi A1 15

Untuk video, Mi A1 mampu merekam di resolusi 4K, juga dibekali fitur time lapse serta slow-mo (720p di 120fps). Hasilnya memuaskan dan kontrasnya cukup baik, namun efek ketiadaan optical stabilization lebih tampak jelas di sana.

Fungsi selfie tetap ada, tapi tidak jadi perhatian utama Xiaomi. Di sisi depan, produsen hanya membubuhkan kamera bersensor 5Mp. Ia ditunjang fitur beautification dan Anda dipersilakan untuk mengatur intensitas dari efek ‘pemoles muka’ tersebut.

Mi A1 29

Fungsi kamera di Mi A1 disuguhkan lewat aplikasi buatan Xiaomi sendiri. Interface-nya sederhana (sebagai pengguna Note 4, buat saya layout-nya sangat familier), filter-nya disajikan via live preview, dan mode berbeda dapat diakses melalui satu menu saja. Kemudian dengan memilih mode manual, Anda bisa menentukan sendiri white balance, fokus, shutter speed, hingga ISO.

 

Hardware

Mi A1 menyimpan susunan hardware yang tergolong mumpuni untuk handset kelas menengah, dan ini selalu menjadi kekuatan utama produk-produk Xiaomi. Di brand lain, mungkin Anda ditawarkan harga beberapa ratus ribu rupiah lebih mahal. Ini dia rincian spesifikasinya:

  • Chip Qualcomm MSM8953 Snapdragon 625
  • CPU octa-core Cortex-A53 2,0GHz
  • GPU Adreno 506
  • Memori RAM 4GB
  • Penyimpanan internal 64GB
  • Baterai Li-Ion 3.080mAh

Meskipun baterai 3.080mAh di sana tidak terlihat spektakuler (Redmi Note 4 mempunyai baterai 4.000mAh), pemakaian Snapdragon 625 dan pengoptimalan sistem dari Google membuatnya jadi lebih awet dibanding handset dengan baterai 3.000mAh lain.

Dalam satu kali isi ulang, Mi A1 siap menemani saya beraktivitas seharian penuh. Proses isi ulang juga jadi lebih mudah berkat port USB type-C yang ‘reversible‘, dan produsen tak lupa mencantumkan teknologi fast charging.

Snapdragon 625 dan RAM 4GB sudah lebih dari cukup buat menangani aplikasi-aplikasi chat, sosial media, software produktivitas, hingga game 3D. Beberapa app saya gunakan untuk menjalankan benchmark, yaitu AnTuTu, PCMark dan 3DMark. Kemudian buat game, saya mengujinya dengan Real Racing 3. Berikut adalah hasilnya:

 

AnTuTu

Mi A1 20

 

PCMark

Mi A1 21

 

3DMark

Mi A1 22

 

Mutu visual game boleh dibilang setara dengan handset bersenjata Snapdragon 625 sekelas (misalnya Redmi Note 4). Detail pada kendaraan tersuguh dengan baik, begitu pula efek pantulan di tubuh mobil dan kaca, pantulan di spion, efek partikel debu hingga lens flare. Lalu, walaupun game menampilkan mobil dalam jumlah yang banyak, saya tidak merasakan penurunan frame rate serius.

Mi A1 23

Mi A1 24

Mi A1 25

Mi A1 26

Mi A1 27

 

Mi A1 menyuguhkan fitur dual SIM hybrid, salah satu slot-nya dapat dipakai untuk menambah kapasitas penyimpanan via microSD. Dan seperti handset Xiaomi yang sudah dipasarkan di Indonesia, Mi A1 turut dilengkapi fungsi Mi Remote buat mengendalikan segala jenis perabotan elektronik di rumah (AC, TV, kipas angin, proyektor, hingga kamera) melalui sensor inframerah.

Mi A1 1

 

Konklusi

Tak sulit bagi saya untuk bilang bahwa Xiaomi Mi A1 adalah salah satu smartphone berkamera ganda terbaik yang bisa Anda dapatkan di rentang harga tak lebih dari Rp 3,1 juta. Bersaing dengan perangkat di rentang harga yang sama, Mi A1 memberikan kelebihan, salah satunya dengan kamera ganda.

Namun demikian, perangkat ini memaksa orang-orang seperti saya yang sudah dimanjakan oleh MIUI untuk beradaptasi dengan UI pure Android , langkah produsen mengadopsi program Android One cukup tepat karena memberikan mereka peluang buat merangkul lebih banyak konsumen, serta memastikan user mendapatkan layanan andal dan terpercaya langsung dari Google.

Pertanyaan terbesar yang ditimbulkan oleh klaim Xiaomi mungkin adalah, benarkah performa kamera Mi A1 sebaik iPhone 7 Plus? Kapabilitas fotografi smartphone ini memang mengagumkan, tapi tentu saja mustahil baginya untuk mengimbangi perangkat ciptaan Apple itu. Kabar gembiranya, dari sedikit riset di Internet, beberapa media terpercaya melaporkan bahwa performa kamera Mi A1 lebih baik dari OnePlus 5 yang dijual dua kali lebih mahal.

Satu-satunya penghalang Xiaomi Mi A1 merebut singgasana ‘raja smartphone dual camera kelas mid-range‘ tentu saja adalah Motorola Moto G5S Plus. Motorola adalah brand yang masih memiliki ‘magnet’ di Indonesia. Moto G5S Plus mengusung spesifikasi hampir setara Mi A1, dan harganya Rp 100 ribu lebih murah.

[Review] Omen by HP ‘Hurricane’ 880-015d, Tawarkan Aspek Termanis Dari PC Desktop Gaming

Pengetahuan dasar mengenai hardware ialah hal wajib bagi mereka yang ingin menikmati video game di PC. Meski begitu, para produsen telah lama mencoba membuat akses serta penggunaannya lebih simpel dengan menyediakan laptop dan desktop built-up. Dan kedua jenis device gaming ini telah menjadi senjata andalan HP sejak Omen resmi tiba di Indonesia dua bulan silam.

Selama dua minggu ini, tim Hewlett-Packard memberikan saya kesempatan untuk menjajal langsung PC desktop Omen by HP. Unit ini memiliki nama model 880-015d ber-codename ‘Hurricane’, menyimpan prosesor i7-7700 dan kartu grafis Nvidia GeForce GTX 1060. Perangkat tersebut sedikit berbeda dari unit desktop Omen yang dipamerkan di acara peluncuran perdananya, baik dari aspek desain serta spesifikasi.

Omen 15

Omen 8

Omen 880-015d merupakan gaming PC VR ready, bisa langsung beroperasi begitu dikeluarkan dari packaging-nya (HP turut meminjamkan monitor 25er Display karena monitor tua saya tak lagi dapat diandalkan). Kesan yang saya peroleh dari sesi uji coba adalah bagaimana Omen by HP 880-015d tampak fokus pada kesederhanaan penggunaan. Sistem juga tersaji ‘bersih’, tak ada aplikasi-aplikasi yang berpotensi jadi bloatware.

Silakan simak ulasan lengkapnya di bawah.

 

Packaging

Omen by HP 880-015d dibungkus dalam kardus hitam besar. Ukurannya mengingatkan saya pada packaging case PC. Namun saat diangkat, ia tidak seberat yang saya kira. Di dalam, HP mengamankan PC dengan busa dan kain hitam, serta telah menyediakan kabel power (kabel HDMI sendiri dibundel bersama packaging monitor 25er Display).

Omen 4

 

Desain

Untuk sekarang, lineup komputer desktop Omen by HP memiliki kiblat desain yang sama. Omen 880-015d merupakan sistem gaming mid-tower, ukurannya memang cukup besar, tapi masih tampak elok saat Anda taruh di atas meja kerja. Tubuhnya didominasi warna hitam, memanfaatkan struktur dari logam dipadu plastik di area atas dan depan. PC mempunyai dimensi 44,21×19,2×41,72-sentimeter dan volume 32-liter.

Omen 24

Omen 5

Omen 25

Bagitu melihatnya, Anda akan langsung tahu bahwa Omen 880-015d ialah perangkat spesialis gaming. Tubuhnya dibuat sedikit menekuk ke area depan, lalu grille bergaris diagonal serta pola serat karbon (bukan karbon sungguhan) di sana memunculkan kesan sporty. Selanjutnya, desainer membubukan logo VoodooPC (yang kini diusung semua perangkat HP Omen) dengan LED merah didepan, dan mencantumkan lighting serupa pada celah di bawahnya, sehingga menyerupai visor robot.

Omen 22

Omen 23

Berbeda dari unit yang pernah HP pajang, Omen 880-015d tidak memiliki jendela transparan di sisi kiri sebagai sarana pamer hardware di dalam. Ia juga tak mempunyai pintu untuk mengakses tray hard drive dan SSD – Anda harus melakukannya secara manual. Namun hal tersebut tidak sulit dilakukan, cukup dengan menekan tombol di bagian atas-belakang buat membuka side panel.

Omen 10

Omen 2

Meski tidak seringkas notebook ataupun PC desktop dengan form factor yang lebih kecil, beberapa elemen pada Omen 880-015d memperlihatkan kesiapannya menunjang kegiatan LAN party.

Omen 19

Omen 21

Pertama, tersedia sejumlah port di area kanan-depan yang memudahkan saya mencolokkan bermacam-macam periferal. Selanjutnya, optical disc drive bersembunyi secara vertikal di sisi depan, bisa Anda keluarkan dengan menekan pelat jajar genjang di sebelah kanan logo VoodooPC. Ketiga, HP tak lupa menyediakan celah di atas, yang juga berperan sebagai handle, sehingga Omen 880-015d gampang diangkat.

Omen 7

Omen 6

 

Konektivitas

Sejumlah port yang diposisikan di kanan-depan secara tak langsung meminta saya untuk meletakkan PC di sebelah kiri monitor, keyboard dan mouse; karena dengan begitu memudahkan saya mengaksesnya. Di sana terdapat card reader 3-in-1, sepasang USB 3.0 type-C plus sepasang USB 3.0, dan dua port audio 3,5mm buat microphone serta headphone.

Omen 20

Omen 18

Di sisi belakang, konektivitasnya jauh lebih lengkap lagi, tersedia empat port USB 3.0, sepasang port USB 2.0, port local area network, beserta port-port yang berhubungan dengan grafis – termasuk HDMI, tiga DisplayPort dan satu DVI.

Salah satu alasan kenapa saya memuji kesederhaan penyuguhan PC ini adalah tersedianya konektivitas wireless 802.11a/b/g/n/ac dan Bluetooth 4.2 combo MU-MIMO. Tanpa perlu menambah dongle, melakukan instalasi atau mencolokkan kabel LAN; saya bisa segera tersambung ke Wi-Fi dan menggunakan controller game Bluetooth.

Omen 16

Omen 17

 

Hardware dan benchmark

Unit Omen by HP 880-015d yang saya ulas ini mempunyai komposisi hardware sebagai berikut:

  • Prosesor Intel Core Kaby Lake (7th Gen) i7-770 berkecepatan 3,6GHz
  • Kartu grafis Nvidia GeForce GTX 1060 3GB
  • Mainboard HP 8308
  • Memori RAM DDR4 16GB (2x8GB)
  • Penyimpanan SSD M.2 128GB Samsung & hard disk 1-terabyte 7200rpm
  • Unit power supply 500-Watt Bronze

Omen 13

Beberapa software benchmark saya gunakan untuk menguji kinerja hardware gaming PC ini, di antaranya 3DMark 11 Performance 1.0, PCMark 10, Cinebench R15, 3DMark Time Spy (DirectX 12), serta Unigine Valley 1.0 dan Heaven 4.0. Ini dia hasilnya:

3DMark 11 Performance 1.0 menempatkan Omen 880-015d di antara kelas gaming PC VR ready dan perangkat gaming 4K. Sistem memperoleh skor 13.474 dan telah divalidasi.

Omen 41

Omen 40

 

Pengujian di PCMark 10 menghasilkan nilai 5.241, yang (uniknya) mengkategorikan angka tersebut di atas gaming PC 4K.

Omen 49

Omen 50

 

Di Cinebench R15, Intel Core i7-7700 di dalam Omen 880-015d mencetak skor 885.

Omen 42

 

Lalu dalam pengujian DirectX 12 via 3DMark Time Spy, PC desktop Omen 880-015d mendapatkan angka 3.607, memposisikannya di antara sistem VR ready pendukung Rift/Vive dan laptop gaming modern.

Omen 46

Omen 47

 

Sebelum benchmark dilakukan di Unigine Heaven 4.0 dan Valley 1.0, saya memodifikasi beberapa opsi grafis: memindahkan setting kualitas ke ultra, memilih anti-aliasing 8x, dan memasang tessellation di tingkat extreme (di Heaven 4.0).

Omen 43

Omen 39

Di Heaven, PC mengamankan skor 1.426 dengan FPS rata-rata 56,6; lalu di Valley, sistem memperoleh nilai 2.516 dan frame rate per detik rata-rata 60,1.

Omen 44

Omen 38

 

Gaming dan pengalaman pemakaian

Dalam waktu pengujian selama dua minggu, saya menggunakan Omen 880-015d untuk bekerja (mengetik) sehari-hari dan menjajal kemampuannya dengan tiga game: Titanfall 2, Divinity: Original Sin II, dan Project CARS 2. Hal yang saya apresiasi dari penyajiannya ialah bagaimana Hewlett-Packard menghidangkan sistem ber-OS Windows 10 secara bersih – tanpa ada terlalu banyak app preload yang berpeluang mengonsumsi memori dan penyimpanan.

Omen 12

Omen Command Center merupakan satu-satunya software yang didedikasikan untuk gaming, namun fungsinya lebih dikhususkan pada pemantauan hardware (menunjukkan persentase pemakaian CPU dan memori, serta temperatur GPU) ketimbang pengoptimalan. Di menu lain, Anda bisa menggunakan fitur Network Booster buat memprioritaskan bandwidth.

Omen 51

Omen 52

Pemanfaatan SSD sebagai drive utama membuat waktu boot dan load Windows 10 sangat singkat. HP juga menyiapkan drive recovery terpisah, seandainya terjadi insiden tak diduga yang melibatkan storage dan OS. Dan terlepas dari hardware high-end di dalam, Omen 880-015d juga bekerja dengan cukup hening, hanya mengeluarkan desiran halus saat perangkat sedang menangani game AAA.

Di Omen ‘Hurricane’ 880-015d, Divinity: Original Sin II tersaji semulus sutra. Hampir tak pernah sekalipun frame rate per detik turun dari angka 60 (terpantau dari Fraps), walau game berjalan di preset ultra dengan resolusi 1920×1080 serta menggunakan opsi V-sync triple buffering. Permainan tersebut terhidang sangat optimal, terlepas dari berbagai macam efek grafis yang muncul di layar – gelombang ombak di laut, pilar cahaya, necrofire di atas geladak kapal, serta sihir listrik yang menyambar dari genangan air.

Omen 29

Omen 28

Omen 26

Omen 27

 

Hal serupa berlaku pada Project CARS 2, dan merupakan kabar gembira bagi para penggemar game balap. Permainan baru Slightly Mad Studios itu tersuguh lancar di Omen 880-015d. Di setting grafis default, Project CARS otomatis memilihkan resolusi 1980×1080, dengan tekstur high, filter anisotropic 16x, dan MSAA medium. Meski belum ‘rata kanan’, visualnya sangat menawan. Beberapa kali kendaraan saya mengalami kecelakaan karena saya malah mengagumi efek pencahayaan dan detail di dashboard.

Omen 30

Omen 31

 

Omen 32

Omen 33

 

Titanfall 2-lah game yang membuat Omen 880-015d sedikit kewalahan. Beberapa kali setting grafis saya ubah demi menemukan keseimbangan terbaik antara kualitas visual dengan frame rate. Tapi bahkan ketika dynamic spot shadows saya matikan dan texture filtering dikurangi, saya kesulitan memperoleh frame rate per detik di atas 120. Solusi terampuhnya adalah menggeser slider adaptive resolution FPS target ke kanan. Fitur ini berfungsi untuk mengurangi resolusi pada objek demi mendapatkan frame rate target yang diinginkan.

Omen 34

Omen 35

Omen 36

Omen 37

 

Konklusi

Seperti sistem built-up lain, Omen by HP Hurricane 880-015d menawarkan aspek paling manis dari gaming PC: kesederhanaan pemakaian, kelengkapan konektivitas dan keleluasaan gonta-ganti serta upgrade komponen. Komposisi hardware di dalam disiapkan agar perangkat ini bisa langsung menghidangkan game tanpa membebani pengguna dengan proses perakitan dan instalasi.

Tentu saja ada harga yang harus Anda bayarkan buat memperoleh seluruh fasilitas ini. Angkanya cukup ‘menakjubkan’ karena hanya dengan mengeluarkan uang separuhnya, Anda sebetulnya dapat merakit sistem gaming berperforma kurang lebih setara. Tapi saya kembali ingatkan, Omen 880-015d bukanlah gaming PC untuk kalangan antusias hardware. Produk ini adalah solusi bagi Anda yang ingin menikmati permainan video di PC tanpa perlu melalui langkah-langkah kompleks, serta tak keberatan mengeluarkan uang lebih banyak.

Saat ini PC desktop Omen by HP 880-015d sudah bisa Anda miliki. Di Indonesia, produk dibanderol seharga Rp 22,5 juta.

Omen 3

Omen 9