Kitabisa Resmi Akuisisi Asuransi Amanah Githa

PT Asuransi Jiwa Syariah Amanahjiwa Giri Artha (Asuransi Amanah Githa) resmi berganti nama menjadi PT Asuransi Jiwa Syariah Kitabisa. Informasi ini sekaligus mengonfirmasi kabar akuisisi oleh platform donasi Kitabisa yang sudah berhembus sejak tahun lalu.

Perubahan nama ini telah disetujui Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui surat keputusan KEP-283/PD.02/2023 tertanggal 29 Desember 2023.

“Dengan diberikannya pemberlakuan izin usaha perusahaan, PT Asuransi Jiwa Syariah Kitabisa diwajibkan agar dalam menjalankan kegiatan usaha selalu menerapkan praktik usaha yang sehat dan senantiasa mengacu kepada peraturan perundangan yang berlaku,” sebagaimana dikutip dari situs OJK.

Situs Asuransi Kitabisa sudah bisa diakses secara publik. Dalam situs Asuransi Kitabisa, disampaikan bahwa mereka hadir dengan konsep back to basic. “Basic-nya asuransi adalah Saling Jaga,” tulisnya.

Dari pantauan DailySocial.id, aplikasi Kitabisa sudah menyediakan fitur SalingJaga untuk membeli polis asuransi jiwa. Manfaat yang ditawarkan adalah asuransi jiwa. Jadi jika anggota tutup usia selama masa perlindungan, maka keluarga akan mendapat bantuan tunai sesuai dengan besaran manfaat yang dipilih sejak awal.

Premi yang dibayarkan mulai dari Rp22 ribu (bulanan), Rp124 ribu (per 6 bulan), dan Rp246 ribu (tahunan).

Sempat terkendala

Berdasarkan situs Kitabisa, Kitajaga adalah program lanjutan dari Saling Jaga yang sudah ditutup sejak Juli 2021. Praktiknya seperti asuransi pada umumnya sehingga OJK melarang Kitajaga untuk beroperasi dan harus memenuhi aturan yang berlaku dengan mengajukan izin asuransi.

Setelah dioperasikan kembali dengan nama Kitajaga, mereka bermitra dengan pialang asuransi PT PasarPolis Insurance Broker, menyediakan produk asuransi jiwa dari Takaful Keluarga. Manfaat asuransi yang ditawarkan adalah perlindungan jiwa.

Dalam perjalanannya, kemitraan Kitabisa dengan Asuransi Amanah Gita dimulai sejak meluncurkan Koperasi Kitabisa (Koperasi Jasa Multi Pihak Kita Bisa Indonesia). Dalam keanggotaannya, koperasi ini terbatas hanya untuk anggota Kitabisa −sekaligus mendaftar jadi pemegang polis asuransi− yang sudah mendaftar dengan iuran bulanan (disebut patungan) sebesar Rp8 ribu per bulan.

Manfaat yang bisa diterima, anggota bisa mengajukan pinjaman tanpa bunga dengan limit maksimal Rp3 juta untuk kebutuhan mendadak. Juga, santunan bila jatuh sakit kritis, kecelakaan, dan meninggal. Terdapat pula program beasiswa, pelatihan usaha, dan galang dana. Koperasi Kitabisa juga bisa diakses melalui aplikasi Kitabisa.

Reorganisasi

Kitabisa mengumumkan perubahan struktur organisasi perusahaan. Vikra Ijas naik posisi jadi CEO Kitabisa dari sebelumnya CMO. Posisi CEO ini sebelumnya ditempati oleh rekan founder-nya Alfatih Timur. Timmy, panggilan akrabnya, sekarang menjabat sebagai Presiden.

Dalam akun media sosialnya, memasuki usia satu dekadenya yang pertama, Kitabisa mengklaim telah menggaet lebih dari 8 juta donatur dan menyalurkan ratusan juta bantuan.

Application Information Will Show Up Here

Kitabisa Segera Masuk ke Bisnis Asuransi Digital Lewat “Kitajaga”

Setelah sebelumnya menutup layanan crowdinsurance Saling Jaga pertengahan bulan Juli 2021 lalu karena terkendala perizinan, kini Kitabisa melakukan pivot untuk unit insurtech-nya dengan meluncurkan kanal pembelian produk asuransi jiwa. Bernama “Kitajaga”, platform tersebut memungkinkan masyarakat untuk mendapatkan berbagai produk asuransi jiwa lewati aplikasi Kitabisa.

Tidak berbeda dengan platform insurtech lainnya, semua proses dilakukan secara online, pengajuan klaim pun nantinya tanpa memerlukan dokumen fisik.

Masih dalam proses persiapan, CPO Kitabisa Vikra Ijas kepada DailySocial.id menyebutkan, saat ini layanan masih belum live. Seperti yang ditampilkan di web saat ini masih waiting list. Rencananya sebelum akhir tahun 2021 layanan tersebut akan diluncurkan.

Untuk memberikan produk asuransi yang terbaik, Kitajaga bekerja sama dengan pialang asuransi resmi yaitu PasarPolis yang telah terdaftar dan diawasi oleh OJK. Sementara untuk Dana Bersama, Kitajaga menggandeng PT. Asuransi Takaful Keluarga. Nantinya Dana Bersama (atau dana tabarru’) akan dikelola secara amanah oleh mitra asuransi syariah tersebut. Dalam situs Kitajaga juga disebutkan semua disesuaikan dengan akad asuransi syariah.

Terkait hubungan dengan layanan sebelumnya, Vikra menegaskan, “Kitajaga merupakan program berbeda dengan Saling Jaga yang sudah selesai beroperasi”.

Bisnis insurtech di Indonesia

Menurut data yang diolah DSInnovate dalam “Insurtech Report 2021“, GWP (gross written premiums) yang telah dibukukan industri perasuransian di Indonesia telah mencapai $20,8 miliar pada tahun 2020. Asuransi jiwa mendominasi angka dengan persentase 73,8%.

Di Indonesia sendiri, sudah ada beberapa platform yang secara spesifik memberikan akses ke produk asuransi secara digital, berikut daftarnya:

Masing-masing memiliki pendekatan unik yang diunggulkan. Misalnya Fuse fokus pada digitalisasi sistem keagenan. Sementara PasarPolis fokus pada integrasi layanan ke ragam aplikasi konsumer. Selain bersama Kitabisa, PasarPolis juga telah menghadirkan layanan GoSure bersama Gojek.

Application Information Will Show Up Here

Empat Penemuan Menarik saat Membangun Platform Crowdfunding

Fenomena digital kini tak dapat dihindari. Meski demikian, tak berarti masyarakat harus kehilangan nilai-nilai kearifan lokalnya. Di Indonesia, budaya gotong-royong telah mendarah daging dalam kehidupan bermasyarakat. 

Konsep gotong-royong inilah yang ingin terjemahkan secara digital lewat platform Kitabisa.com, sebuah platform crowdfunding (penggalangan dana) yang menghubungkan seluruh masyarakat di Indonesia.

Sesi #SelasaStartup kali ini berbagi seputar pengalaman dalam membangun platform yang berdiri pada 2014 ini. Kitabisa.com telah mengampanyekan puluhan ribu campaign penggalangan dana, di mana sekitar 12.000 campaign sukses. 

Satu hal yang pasti, mendirikan platform crowdfunding tak berarti langsung mengalami kesuksesan instan. Dalam perjalanannya hingga pada pencapaiannya saat ini, banyak penemuan menarik yang juga dapat menginspirasi khalayak dalam mengembangkan platform serupa.

Berikut ini pengalaman yang diperoleh Co-Founder dan Chief Product Officer Kitabisa.com Vikra Ijas di sesi #SelasaStartup.

Pendekatan melalui influencer dan komunitas

Faktanya menyukseskan sebuah kampanye donasi digital ternyata memerlukan dorongan lebih untuk menggerakan masyarakat. Di tahun-tahun pertamanya, Vikra mengaku memanfaatkan strategi publik figur untuk mendorong pertumbuhan Kitabisa.com.

Fokus utamanya saat itu adalah pendekatan melalui sosok atau figur yang populer untuk menyebarkan pesan atau informasi dari campaign tertentu.

“Pada suatu kampanye, ada selebriti yang ikut meramaikan. Ini menjadi pendekatan sukses, terutama apabila selebriti tersebut punya passion di situ. Jadi sebetulnya (campaign ini) jangan sekadar bawa jargon saja,” ungkapnya.

Selain artis, komunitas juga memiliki pengaruh sangat kuat dalam menyukseskan sebuah campaign penggalangan dana. Partisipasi komunitas akan menggerakan lebih banyak orang untuk ikut berdonasi.

Vikra mencontohkan sebuah kasus di mana saat bencana asap di Riau terjadi, campaign penggalangan dana justru datang dari sebuah komunitas suporter sepakbola.

Peran media sosial pertemukan audiensi yang tepat

Media sosial memiliki peran begitu besar dalam memviralkan sebuah cerita di dunia maya. Hal ini turut berlaku dalam penggalangan dana yang dilakukan secara online. Menurut Vikra, campaign yang diiklankan melalui media sosial dapat sukses apabila bertemu dengan audiensi yang tepat.

“Ketika story needs the right audience, media sosial menjadi channel yang tepat. Return on Investement sangat bagus dan jelas. Budget juga lebih efisien karena tidak seberapa (yang dihabiskan). Dan di sini tidak ada kompetisi,” ungkap Vikra.

Kendati demikian, dalam kasus ini, tidak semua campaign perlu diiklankan melalui channel media sosial. Hal ini bergantung pada kekuatan kampanye itu sendiri dan kategori yang diiklankan, misalnya pendidikan atau pertolongan medis.

Ia mencontohkan, di Kitabisa.com, pihaknya baru mengeluarkan budget untuk campaign di media sosial pada tahun 2016. Budget yang dikeluarkan berkisar Rp 1-2 juta dan hanya untuk beberapa campaign yang perlu diangkat ke media.

Peningkatan layanan dan eksperimen melalui aplikasi

Disadari atau tidak, tampaknya tak semua platform penggalangan dana menghadirkan layanannya dalam bentuk aplikasi. Pada dasarnya, layanan crowdfunding sebetulnya tidak begitu membutuhkan aplikasi yang mengikat pengguna.

Hal ini diakui Vikra di tahun ketiganya mengembangkan Kitabisa.com. Ia tak yakin ada pengguna yang memakai aplikasi hanya sekadar untuk berdonasi. Namun, setelah mempelajari perilaku penggunanya, Vikra mendapat penemuan menarik.

“Dari proper research yang kami lakukan, ternyata ada donatur yang sering berdonasi. Setelah perdebatan tiga tahun, kami memutuskan untuk bikin aplikasi,” katanya.

Dengan aplikasi, banyak hal yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan sebuah layanan. Vikra mengungkap pihaknya dapat melakukan eksperimen layanan untuk pengguna aplikasi. Sementara, pengguna yang tidak memakai aplikasi dapat difokuskan pada content marketing.

Tetapkan fokus pada kategori kampanye tertentu

Platform crowdfunding semacam Kitabisa.com mengampanyekan berbagai macam kategori, mulai dari pendidikan, medical emergency, hingga anak-anak. Semua kategori memang terbilang penting, namun tetap ada prioritas yang membutuhkan dorongan lebih.

Medical emergency selalu menjadi kategori terbesar. Tanpa perlu pasang iklan dan billboard, kategori ini akan growing dengan sendirinya. Bukan karena kategori lain tidak penting, tetapi biasanya untuk kategori semacam ini lebih cepat karena sangat dibutuhkan cepat,” ungkap Vikra.

Menurut Vikra, mengembangkan platform ini tak sekadar hanya membuat produk yang tepat sasaran, tetapi juga fokus pada kategori campaign tertentu dinilai cukup penting. Hal ini ternya berdampak signifikan terhadap pertumbuhan platform Kitabisa.com

“Ide utamanya adalah bantuan kemanusiaan dan kami ingin memberikan contoh yang baik tentang bagaimana bergotong-royong secara digital.”

Tentang Crowdfunding, Kejadian “Cak Budi” dan Penegasan UU Pengumpulan Donasi

Kasus “Cak Budi” yang terindikasi menggunakan dana patungan untuk pembelian mobil dan gadget mewah beberapa waktu lalu tampaknya akan berdampak serius pada tatanan model pendanaan crowdfunding di Indonesia. Kendati sudah ada klarifikasi dari Kitabisa sebagai salah satu platform yang digunakan untuk mengumpulkan dana dan klarifikasi informasi pengembalian dana untuk disalurkan ulang, namun kejadian ini menjadikan publik kembali harus berpikir dan mempertimbangkan risiko sistem social-crowdfunding untuk pendanaan kegiatan sosial.

Pun demikian dengan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, sesuai keterangan yang dikutip Kompas, ia menegaskan kembali tentang poin yang tertera pada UU No. 9 Tahun 1961 tentang Pengumpulan Uang dan Barang dan PP No. 29 Tahun 1980 tentang Pelaksanaan Pengumpulan Dana. Selain masalah sosialisasi UU, Khofifah turut menegaskan kembali tentang siapa yang berhak melakukan pengumpulan dana dalam kegiatan sosial.

“…yang boleh mengumpulkan bantuan sumbangan uang atau barang untuk layanan kesejahteraan sosial itu organisasi atau perkumpulan sosial, tidak bisa pribadi…,” ujar Khofifah.

Sementara organisasi masyarakat harus memenuhi beberapa kriteria dalam mencapai legalitasnya. Salah satunya harus didaftarkan ke Kementerian Hukum dan HAM. Dan jika organisasi tersebut akan bergerak di bidang sosial, seperti melakukan pengumpulan dana kepada masyarakat Indonesia secara umum, maka wajib mendaftarkan juga ke Kementerian Sosial.

Secara teknis menurut Pengelolaan Sumber Dana Bantuan Sosial Kemensos Mira Riyati Kurniasih pemrosesan izin akan sangat disesuaikan dengan ruang gerak organisasi. Jika organisasi sosial tersebut menghimpun dana dari masyarakat nasional, maka izinnya pun harus langsung dari Kemesos. Sedangkan ketika berada di ranah kabupaten atau provinsi, izin bisa didapat dari dinas terkait di daerahnya masing-masing dengan melampirkan data kepanitiaan, SIUP, NPWP, dan sebagainya.

Kondisi berbeda pada capaian sistem Kitabisa

Sepanjang tahun 2016, platform crowdunding Kitabisa berhasil membukukan donasi senilai Rp61 miliar, naik tujuh kali lipat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dana tersebut dikumpulkan melalui lebih dari 3 ribu kampanye penggalangan dana online yang melibatkan 192 ribu donatur. Salah satu penggalangan dana terbesar di tahun tersebut adalah pembangunan masjid Chiba Jepang dengan nilai mencapai Rp3,2 miliar dan aksi tanggap bencana banjir bandang di Garut sebesar Rp883 juta. Beberapa tokoh publik –mulai artis sampai pejabat, turut menginisiasi beberapa kampanye di Kitabisa.

Capaian tersebut tentu berbanding terbalik dengan pernyataan pihak Kemensos di atas. Model penggalangan dana yang dilansir Kitabisa membebaskan siapa saja (perorangan) untuk bisa melakukan penggalangan dana. Untuk menanggapi hal tersebut, kami mencoba berdiskusi dengan CMO Kitabisa Vikra Ijas.

Vikra mengungkapkan bahwa pihaknya menghormati apa yang diungkapkan Menteri mengacu kepada UU pengumpulan uang dan barang tahun 1961. Namun menurut pemaparan Vikra, Kemensos sendiri sudah menunjuk tim perumus dan sedang dalam proses melakukan revisi terhadap UU tersebut agar menyesuaikan dengan situasi yang ada hari ini, masyarakat (termasuk individu) dapat dengan mudah membuat penggalangan dana berskala publik melalui media sosial dan internet.

Untuk menyiasatinya dengan kondisi saat ini, Vikra mengatakan strategi yang akan digalakkan Kitabisa:

“UU yang ada secara spesifik mengatur penggalangan dana berskala publik. Sementara penggalangan dana yang bersifat terbatas, seperti di dalam komunitas tertentu maka tidak memerlukan izin. Ke depan, Kitabisa akan menekankan peran sebagai ‘alat bantu’ untuk menjaga transparansi bagi individu yang ingin menggalang dana kepada jaringan/komunitas mereka sendiri (peer-funding). Untuk galang dana yang sifatnya publik, Kitabisa hanya akan meng-endorse campaign yang diinisiasi atau penyaluran dananya ditujukan/ditangani oleh lembaga/organisasi berbadan hukum dan berizin seperti ACT, BAZNAS, Dompet Dhuafa, PMI dan sebagainya.”

Lalu terkait dengan kasus Cak Budi –kendati Kitabisa sudah merilis klarifikasi resmi—Vikra turut menuturkan pihaknya akan terus meningkatkan sistem dan SOP verifikasi identitas, pencairan dana dan pelaporan dari campaigner (pihak yang menggalang dana).

“Tanpa platform Kitabisa pun masyarakat (termasuk individu) sudah menggalang dana sendiri secara, baik offline maupun online melalui media sosial. Kitabisa hadir untuk membantu proses penggalangan dana yang dilakukan masyarakat selama ini menjadi lebih transparan dan termonitor. Pada akhirnya, kami percaya platform Kitabisa ada agar setiap orang dapat membantu siapa saja/apa saja yang mereka peduli, serta menciptakan ekosistem giving yang inklusif, aman dan nyaman untuk semua.”

Esensi crowdfunding adalah demokratisasi pendanaan

Crowdfunding sendiri merupakan salah satu hasil manis dari pemanfaatan internet. Mulai banyak diperbincangkan sejak tahun 2006, crowdfunding merupakan praktik penggalangan dana dari sejumlah besar orang untuk memodali suatu proyek atau usaha yang umumnya dilakukan melalui medium digital. Salah satu keunggulan sistem ini setiap orang bisa berpartisipasi, baik sebagai penyalur dana ataupun pemberi dana.

Di Indonesia sendiri model konvensional untuk urun dana dalam kegiatan sosial sudah dipraktikkan sejak lama. Sangat mudah ditemui, misalnya ketika terjadi bencana alam, banyak organisasi atau perusahaan (cth. pertelevisian) membuka kegiatan amal sebagai penyalur dana.

Jika ditelaah lebih lanjut, manfaat dari sistem berbasis crowdfunding bisa dikatakan sangat efisien saat ini. Karena pada dasarnya setiap orang bisa menderma untuk kegiatan sosial. Platform crowdfunding menjembatani model tersebut sehingga lebih transparan, terkontrol dan mudah disebarluaskan.

Kejadian Cak Budi mungkin bisa menjadi pelajaran bagi penyedia platform untuk memperbaiki alur sistem yang dimiliki, sehingga meminimalkan terjadinya penyelewengan, namun bukan berarti kegiatan seperti ini dibatasi. Nyatanya banyak yang akhirnya tergerak dan bersimpati, karena untuk berkegiatan sosial kini mendapatkan wadah yang nyaman.

Jangan sampai karena nila setitik rusak susu sebelanga.

Kitabisa Sampaikan Tren Prositif Layanan Crowdfunding di Indonesia

Platform crowdfunding Kitabisa mengumumkan sepanjang tahun ini berhasil mengumpulkan donasi sebesar Rp 61 miliar, naik tujuh kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya yakni Rp 7,2 miliar. Adapun rincian pengelolaan dana tersebut Kitabisa mewadahi 3.227 kampanye dan menghubungkan 192 ribu donatur, dengan rata-rata donasi per orang sebesar Rp 289 ribu.

Penggalangan dana terbesar yang berhasil dihimpun oleh Kitabisa adalah masjid Chiba Jepang dengan nilai mencapai Rp 3,2 miliar. Untuk kampanye populer lainnya, seperti bencana & kemanusiaan di Garut ketika banjir bandang sebesar Rp 883 juta dan banjir Sumedang Rp 203 juta. Ada juga untuk bantuan medis perjuangan tumor otak di perantauan sebesar Rp 471 juta.

Kemudian terkait isu nasional misalnya donasi untuk dukungan Rio Haryanto sebesar Rp 273 juta, dan kegiatan lain seperti Shelter Garda Satwa Indonesia sebesar Rp 285 juta.

Pencapaian yang drastis ini turut membuat pihak Kitabisa jadi semakin yakin untuk prospeknya di tahun depan. CMO Kitabisa Vikra Ijas mengatakan, tren crowdfunding di 2017 akan semakin cerah karena mulai dari meningkatnya awareness penggunaan platform crowdfunding itu sendiri.

Masyarakat akan makin memperbanyak kampanye crowdfunding sosial yang sifatnya mikro atau personal. Misalnya untuk membantu teman yang butuh bantuan biaya pengobatan atau terkena musibah.

Kemudian semakin banyak cara kreatif yang digunakan untuk melakukan crowdfunding, contohnya menggunakan momentum ulang tahun, melakukan tantangan pribadi seperti lari marathon, cukur rambut, dan menawarkan hadiah unik untuk donatur.

“Ditambah lagi, tren ke depannya akan semakin banyak tokoh publik yang menggunakan influence dari mereka untuk membantu sesama seperti yang dilakukan Ridwan Kamil untuk korban banjir Garut dan Sumedang pada beberapa waktu lalu,” ucapnya kepada DailySocial, Kamis (29/12).

Sementara dari sisi donatur, sambung Vikra, tren kategori crowdfunding seperti biaya media, religi dan bencana alam atau kemanusiaan masih akan menjadi terpopuler ke depannya. Kemudian disusul dengan kategori pendidikan dan menolong hewan, kedua kategori ini diprediksi juga bakal tumbuh pesat.

Kitabisa juga berkomitmen untuk terus meningkatkan performa dan fungsionalitas platform agar makin mudah diakses oleh semua orang. Pihaknya juga akan terus melanjutkan fokus berinovasi di sektor zakat.

Fitur barunya ini, sudah diluncurkan sejak Juni 2016 yang lalu dengan menggandeng tiga badan pengelola zakat, yaitu Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), Dompet Dhuafa, dan Rumah Zakat.

“Dengan potensi zakat mencapai Rp217 triliun per tahun, kami percaya optimalisasi zakat dapat menjadi jembatan menuju kesejahteraan sosial yang merata bagi rakyat Indonesia,” pungkas Vikra.

Infografis laporan penggalangan dana online Kitabisa di Indonesia selama 2016 / Kitabisa
Infografis laporan penggalangan dana online Kitabisa di Indonesia selama 2016 / Kitabisa

 

Kitabisa Berhasil Galang Dana Masyarakat 7,2 Miliar Rupiah Sepanjang 2015

Sebagai salah satu portal penggalangan dana online (crowdfunding) di Indonesia, Kitabisa turut mendapatkan pencapaian tinggi di tengah bertumbuhnya netizen di Indonesia. Tercatat pada tahun 2015 terdapat 628 kampanye penggalangan dana yang berhasil dilaksanakan, melibatkan lebih dari 18 ribu donatur. Pencapaian tersebut berdampak langsung pada meningkatnya dana yang berhasil dikumpulkan. Dari semua Rp 1,4 miliar di tahun 2014 meningkat Rp 7,2 miliar di tahun 2015.

Kampanye penggalangan dana tahun ini didominasi oleh kegiatan tanggap bencana alam, darurat medis, masalah kesehatan, pendidikan dan lingkungan. Beberapa tokoh publik figur yang turut terlibat di dalamnya juga meningkatkan antusiasme masyarakat untuk terlibat sebagai donatur. Salah satu kegiatan yang cukup mendapatkan perhatian netizen adalah kapanye “Shave for Hope”, kampanye mencukur rambut untuk menggalang dana bagi anak-anak penderita kanker.

Kategori Terpopuler Kitabisa 2015

Ridwan Kamil dan pendukung PERSIB (Bobotoh) juga menjadi salah satu yang turut meramaikan penggalangan dana di Kitabisa untuk membantu korban asap di beberapa wilayah terdampak di Indonesia beberapa waktu lalu. Kekuatan komunitas menjadi salah satu kunci kesuksesan model kontribusi seperti ini. Kendati tidak terlibat dengan turun langsung ke lapangan, namun mereka tetap terlibat langsung dengan memberikan bantuan untuk merealisasikan berbagai kegiatan bantuan di lapangan.

Dituturkan Alfatih Timur, CEO Kitabisa, langkah penggalangan dana online menjadi cara baru bagi masyarakat untuk dengan mudah terlibat dalam gerakan sosial. Fatih mengatakan:

“Karena sifatnya yang online, ini menjadi cara baru netizen bisa berpartisipasi melakukan perubahan dengan menggalang dana untuk isu di sekitar mereka. Kami berharap platform Kitabisa dapat membantu membangun kembali rasa peduli dan gotong-royong masyarakat sebagai gaya hidup untuk menolong sesama dan membangun bangsa.”

Sebagai salah satu inisiator di penggalangan dana melalui platform Kitabisa, Pandji Pragiwaksono turut menyambut baik layanan ini. Ia mengatakan bahwa kini masyarakat sudah disediakan platform yang sangat mempermudah mereka untuk peduli, tidak ada lagi alasan atas kesulitas untuk terlibat langsung dalam sebuah gerakan sosial, yang kini dibutuhkan hanya diat dan kemauan. Pandji sendiri sempat melakukan kampanye penggalangan dana atas kasus pembakaran masjid di Tolikara, dalam 3 hari dana sebesar 300 juta berhasil dikumpulkan dari netizen.

Kampanye Terpopuler Kitabisa 2015

Kurang lebih dua bulan yang lalu, Kitabisa baru saja mendapatkan pendanaan dari ANGIN (jaringan investor besutan GEPI). Pendanaan tersebut menurut CMO Kitabisa Vikra Ijas difokuskan untuk menyempurnakan layanan, terutama dari sisi pembayaran dan kemudahan pengguna untuk berbagi. Ke depan Kitabisa masih akan terus mengembangkan layanan dan menjadi platform penggalangan dana online terbesar sekaligus teraktif di Indonesia.

Taralite dan KitaBisa Dapatkan Pendanaan Tahap Awal dari ANGIN

Di hari yang sama dengan digelarnya ajang “Raising Giant: Celebrating Indonesian Startups” oleh Ciputra GEPI Incubator kemarin (6/11), ANGIN mengumumkan telah memberikan pendanaan untuk Taralite dan KitaBIsa dalam jumlah yang tidak diungkapkan. Taralite sendiri merupakan satu dari enam startup yang telah lulus dari program inkubasi GEPI.

Kemarin, Ciputra GEPI Incubator (CGI) menggelar sebuah ajang dengan tajuk “Raising Giant: Celebrating Indonesian Startups”. Melalui ajang tersebut, CGI ingin membangkitkan semangat kewirausahaan anak muda di Indonesia.

Di hari yang sama, CGI juga menggelar Graduation Day bagi enam startup yang telah mengikuti masa inkubasi selama enam bulan di CGI. Enam startup tersebut adalah Jurnal.id, Taralite (yang memayungi Wedlite), Hexaday, SquLine, LiveOlive, dan Nusantara Development Initiative (NDI).  Di sini, diumumkan bahwa Taralite berhasil mendapatkan pendanaan tahap awal dari ANGIN bersama dengan KitaBisa.

Pada dasarnya, Taralite adalah startup yang menyediakan layanan pinjaman online untuk berbagai kebutuhan. Melalui layanan Taralite, pengguna bisa memperoleh pinjaman untuk biaya pendidikan, pernikahan, persalinan, renovasi rumah, kredit usaha, hingga umrah. Taralite juga menjadi payung bagi Wedlite, startup yang menyediakan dana pinjaman untuk pernikahan.

Terkait pendanaan, Co-Founder Taralite dan Wedlite Abraham Viktor mengungkapkan bahwa dana segar yang baru diperoleh akan dimanfaatkan untuk upaya pemasaran dan merekrut talenta potensial. Sementara itu, KitaBisa akan lebih fokus untuk mengembangkan platform dan juga untuk ekspansi jangkauan wilayah layanan.

Co-founder dan CMO KitaBisa Vikra Ijas mengatakan, “Rencana utamanya, growing the platform. Dari segi produk masih banyak yang harus ditingkatkan seperti kemudahan pembayaran, kemudahan untuk orang bisa sharing kampanye mereka, dan yang lebih penting [adalah] bagaimana kita expand market di Indonesia dulu.”

“Kami sudah memfasilitasi kampanye, dari Aceh ada Papua pun ada. Tetapi, kebanyakan, mayoritas kampanye KitaBisa saat ini masih di Jakarta dan Jawa Barat. Dengan pendanaan ini, harapannya kami bisa lebih memperluas our reach ke kota-kota besar lain di Indonesia,” lanjut Vikra.

KitaBisa sendiri merupakan situs crowdfunding yang fokus pada proyek-proyek sosial. Sederhananya, situs ini adalah wadah kolaborasi sosial dalam berbagai bentuk mulai dari donasi hingga aksi sukarelawan.

Dengan investasi yang baru diberikan kepada KitaBisa dan Taralite, maka bertambah panjang pula portofolio investasi yang diberikan oleh ANGIN–jaringan angel investor besutan GEPI. Sebelumnya, ANGIN telah berinvestasi di Wangsa Jelita, BerryKitchen, Margurite Nougat, dan Kakoa Chocolate.

Saat ini ANGIN sendiri telah memiliki 26 angel investor yang tergabung sebagai anggota. Sebelas di antaranya adalah anggota baru, yang beberapa waktu lalu diumumkan oleh ANGIN.