Studi Layanan Paylater di Platform E-commerce Indonesia

Layanan cicilan tanpa kartu kredit untuk pembelian barang di platform e-commerce atau akrab disebut dengan paylater makin marak ditemui. Sederhananya, layanan tersebut memungkinkan konsumen untuk membeli barang melalui angsuran dengan tenggat waktu tertentu. Peminatnya terus bertambah, seiring makin masifnya penggunaan e-commerce untuk memenuhi berbagai jenis kebutuhan. Menurut data Fintech Report 2019 yang dirilis DSResearch, paylater (56,7%) jadi layanan favorit peringkat ketiga setelah dompet digital (82,7%) dan aplikasi investasi (62,4%).

Ditinjau lebih dalam, ada dua faktor utama yang membuat penetrasi layanan paylater makin tinggi. Pertama, tren pertumbuhan konsumen e-commerce Indonesia dari tahun ke tahun. Menurut laporan McKinsey, industri e-commerce di Indonesia diproyeksikan bernilai $40 miliar di tahun 2022 mendatang. Sementara per tahun 2019, nilai kapitalisasi pasar bisnis dagang online itu sudah menyentuh $21 miliar atau setara 294 triliun Rupiah. Hal ini diperkuat temuan WeAreSocial yang menyebutkan 90% pengguna internet di Indonesia pernah berbelanja online.

Faktor kedua terkait rendahnya kepemilikan kartu kredit dari perbankan. Menurut data Bank Indonesia, per Februari 2020 tercatat 17,61 juta kartu kredit yang beredar. Angka ini sangat kecil dibandingkan dengan total populasi. Kartu kredit memang cenderung tidak mudah didapatkan, karena persyaratan yang lebih sulit dipenuhi kebanyakan masyarakat.

Penyedia layanan paylater

Saat ini di Indonesia sudah ada beberapa perusahaan fintech yang menyediakan layanan paylater. Implementasinya muncul di banyak aplikasi, mulai dari dompet digital, pemesanan tiket, sampai yang paling populer di platform e-commerce dan/atau online marketplace. Masing-masing penyedia memiliki spesifikasi dan cakupan yang berbeda. Variabel yang membedakan di antaranya batas nilai pinjaman, bunga, tenor, syarat peminjaman, cakupan area, hingga integrasinya ke layanan pihak ketiga.

Di studi ini, DailySocial mencoba mendalami berbagai layanan paylater yang terintegrasi di 15 situs e-commerce terpopuler di Indonesia sepanjang kuartal kedua (Q2) 2020, yang ditinjau dari statistik kunjungan ke situs terkait dan peringkat layanan di toko aplikasi. Dari pemetaan yang dilakukan, ditemukan 7 layanan paylater yang saat ini menemani konsumen untuk berbelanja online. Berikut ini daftarnya:

Tabel 1. Integrasi layanan paylater di e-commerce populer Indonesia

Layanan Paylater Platform E-commerce yang Terintegrasi
Kredivo Bukalapak, Lazada, Tokopedia, Blibli, Elevenia, JD.id, Ralali, iLotte, Jakmall, Bhinneka, Matahari.com, Fabelio, Sociolla
Akulaku Bukalapak, Blibli, JD.id, Alfacart
Home Credit Tokopedia, Bukalapak, Blibli, Bhinneka
Kreditmu Elevenia, JD.id, Bhinneka
Indodana Blibli, Elevenia
Shopee Paylater Shopee
Atome JD.id

Masing-masing layanan umumnya menjadi opsi pembayaran yang bisa ditemui pengguna ketika melakukan checkout barang belanjaannya di layanan e-commerce yang digunakan. Untuk mendapatkan manfaat kredit, pengguna harus terlebih dulu mendaftarkan diri di platform paylater yang dipilih, melakukan verifikasi, hingga mendapatkan limit kredit yang diberikan berdasarkan skoring kredit.

Terkait syarat pengajuan pinjaman, masing-masing platform juga menyuguhkan kriteria berbeda. Meskipun demikian, jika ditarik benang merah, semua layanan mengisyaratkan dokumen identitas dan pendukung, seperti KTP elektronik, NPWP, atau dokumen bukti lainnya. Berkas-berkas tersebut tentu dijadikan salah satu variabel dalam menentukan skoring kredit nasabah — biasanya berujung pada besaran limit pinjaman yang diberikan. Beberapa platform lainnya mensyaratkan batas minimum penghasilan bulanan, karena mereka menawarkan kredit dengan limit maksimal yang cukup besar.

Tabel 2. Berbagai syarat pengajuan layanan paylater

Platform Paylater Syarat Pengajuan
Akulaku Minimal 23 tahun, KTP-el + dokumen lain (NPWP, Rekening Koran, atau Slip Gaji)
Atome Usia 18-55 tahun, KTP-el, NPWP
Home Credit Minimal 21 tahun atau 19 tahun jika sudah menikah, penghasilan minimal Rp1.500.000 per bulan, KTP-el + dokumen lain (NPWP, Rekening Koran, Slip Gaji, atau BPJS TK)
Indodana Usia 17-55 tahun, memiliki penghasilan tetap dengan penghasilan minimum Rp3.500.000 per bulan dan telah bekerja minimal 3 bulan, KTP-el
Kreditmu Fotokopi KTP dan asli, slip gaji, fotokopi cover buku tabungan dan isi buku tabungan yang menunjukkan transaksi 3 bulan terakhir (untuk pengusaha)
Kredivo Minimal usia 18 tahun, memiliki penghasilan tetap minimum Rp3.000.000 per bulan, KTP-el, NPWP
Shopee Paylater Akun Shopee harus sudah terverifikasi dan minimal berusia 3 bulan, KTP-el

Kendati diperuntukkan untuk pembelian di platform e-commerce, semua proses administratif transaksi dilakukan melalui aplikasi atau situs penyedia paylater. Saat proses pembayaran, pengguna akan diarahkan menuju aplikasi atau situs terkait. Persetujuan sepenuhnya dilakukan di sisi penyedia paylater. Proses validasinya sendiri rata-rata memakan waktu hitungan menit atau maksimal 2×24 jam.

Spesifikasi kredit paylater

Variabel lain yang biasa diperhitungkan calon pengguna adalah soal limit kredit yang diberikan. Takarannya berbeda-beda untuk masing-masing platform. Dari studi yang dilakukan, dengan melihat informasi yang tertera di situs penyedia paylater dan e-commerce yang terintegrasi, temuan yang didapat batas minimum yang bisa diajukan saat ini adalah Rp750.000, sementara batas maksimal yang diberikan adalah Rp30.000.000.

Tabel 3. Batasan maksimal dan minimal kredit yang bisa diajukan di layanan paylater

Platform Paylater Rentang Kredit yang Diberikan
Kredivo Rp1.000.000 s/d Rp30.000.000
Indodana Rp1.000.000 s/d Rp25.000.000
Akulaku Rp1.000.000 s/d Rp20.000.000
Kreditmu Rp1.250.000 s/d Rp20.000.000
Home Credit Rp1.000.000 s/d Rp10.000.000
Atome Rp1.000.000 s/d Rp8.000.000
Shopee PayLater Rp750.000 s/d Rp1.800.000

Terkait bunga pinjaman, banyak dari platform paylater mengenakan persentase yang disesuaikan dengan tenor dan jumlah pinjaman. Hanya 2 pemain yang mengenakan bunga tetap — jika diurutkan dari yang terkecil adalah Kredivo dan Atome. Adapun rentang bunga pinjaman yang dibebankan di berbagai platform antara 0% s/d 6%. Berikut ini daftar lengkapnya:

Tabel 4. Kisaran bunga yang dikenakan layanan paylater

Platform Paylater Bunga yang Dikenakan
Kredivo 0% (tetap, untuk 30 hari) 2,6% (tetap)
Kreditmu Mulai 1,5%
Indodana 2% s/d 4%
Shopee PayLater Mulai 2,95%
Atome 3,33% (tetap)
Home Credit 2,49% s/d 3.99%
Akulaku 3,2% s/d 4,5%

Tenor atau jangka waktu pinjaman opsinya pun cukup variatif, dengan rentang periode dari 1 s/d 12 bulan.

Tabel 5. Tenor pinjaman yang disuguhkan layanan paylater

Platform Paylater Pilihan Tenor Pinjaman
Akulaku 1, 2, 3, 6, 9, dan 12 bulan
Kredivo 1, 3, 6, dan 12 bulan
Indodana 1, 3, 6, dan 12 bulan
Shopee PayLater 1, 2, 3, dan 6 bulan
Home Credit 3, 6, 9, dan 12 bulan
Kreditmu 3, 6, dan 12 bulan
Atome 3 dan 6 bulan

Sampai saat ini, layanan paylater atau platform pinjaman online pada umumnya masih membatasi diri untuk mengakomodasi pengguna di kota-kota tertentu. Kendati, jika menyimak pemberitaan yang ada, semua perusahaan terus melakukan ekspansi dan memperluas kehadiran bisnis. Ada banyak faktor yang mendasari hal ini. Salah satunya dibutuhkan adanya kantor perwakilan di tiap kota, baik untuk operasional maupun mitra, terutama bagi mereka yang memiliki ukuran pinjaman yang besar.

Dari informasi yang dijabarkan masing-masing platform di laman ketentuan pinjaman, kami merangkum masing-masing jangkauan area pengembang platform paylater. Beberapa tidak menginformasikan secara spesifik. Kami mencoba menghubungi masing-masing melalui email, tapi sejauh ini belum mendapatkan jawaban.

Tabel 6. Cakupan kota layanan paylater

Platform Paylater Jangkauan Area
Kredivo Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Semarang, Palembang, Medan, Bali, Yogyakarta, Solo, Makassar, Malang, Sukabumi, Cirebon, Balikpapan, Batam, Purwakarta, Padang, Pekanbaru, Manado, Samarinda, Kediri
Indodana Jabodetabek, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi
Akulaku Jabodetabek, Bandung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Medan, Padang, dan Palembang
Kreditmu Jabodebek, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi (cakupan kota terbatas di tiap provinsi)
Shopee PayLater Tidak diinfokan secara spesifik
Atome Tidak diinfokan secara spesifik
Home Credit Tidak diinfokan secara spesifik

Ketentuan lainnya

Proses pendaftaran dan kelengkapan berkas kebanyakan dilakukan melalui aplikasi yang dikembangkan masing-masing penyedia platform paylater. Beberapa platform juga memberikan pelayanan melalui formulir yang tersedia di situs e-commerce rekanan.

Pendataan terkait sistem keamanan juga menjadi konsentrasi kami dalam studi ini. Masyarakat saat ini masih dihadapkan dengan kehadiran pemain-pemain fintech lending ilegal yang mencoba menawarkan pinjaman instan, kendati satgas OJK juga melakukan pengawasan dan penindakan secara terus menerus. Selain itu, banyak kejahatan yang mulai mengintai masyarakat, misalnya adanya oknum yang memanfaatkan data curian untuk mendaftarkan diri di platform-platform pembiayaan online. Setidaknya opsi pengamanan yang semakin lengkap akan meminimalisir terjadinya risiko penyalahgunaan akun atau kebocoran data.

 Tabel 7. Sistem keamanan yang diaplikasikan dalam layanan paylater

Platform Paylater Medium Transaksi Sistem Keamanan
Akulaku Aplikasi SMS OTP
Atome Situs rekanan e-commerce, Aplikasi SMS OTP
Home Credit Aplikasi SMS OTP
Indodana Aplikasi SMS OTP
Kreditmu Situs rekanan e-commerce SMS OTP dan PIN
Kredivo Aplikasi SMS OTP, PIN, Pertanyaan Keamanan
Shopee PayLater Aplikasi PIN, Sidik Jari

Pada dasarnya ada kewajiban pengembalian dana oleh konsumen. Untuk itu mereka juga menyediakan kanal pembayaran seluas-luasnya. Sebagian besar aplikasi memiliki fitur virtual account yang memungkinkan pengguna membayar dengan mentransfer sejumlah nominal ke nomor rekening bank yang sudah disiapkan. Tak sedikit yang menyuguhkan layanan pembayaran lewat minimarket dan dompet digital. Ada juga yang bermitra dengan POS Indonesia dan layanan pembayaran di platform e-commerce.

 Tabel 8. Biaya administrasi yang menyertai layanan paylater

Platform Paylater Kanal Pembayaran Biaya Lain-lain
Akulaku Melalui aplikasi (Virtual Account), Minimarket, GoPay Ada biaya penanganan dan DP. Tergantung barang, merchant dan platform e-commerce nya.
Atome Melalui aplikasi (VA) Di JD.id biaya layanan setara 11% untuk admin fee.
Home Credit Pembayaran uang muka melalui: Minimarket atau POS Indonesia. Pembayaran cicilan melalui: Minimarket, BCA, BNI, BRI, ATM Bersama, Mandiri, POS Indonesia, GoPay Biaya administrasi Rp199.000, biaya pembayaran cicilan bulanan Rp5.000, biaya pelunasan awal Rp150.000.
Indodana Melalui aplikasi (VA), Minimarket Admin fee 1% atau minimum Rp1.000.
Kreditmu Melalui aplikasi (VA), Tokopedia, Pos Indonesia, kantor cabang KreditPlus Rp50.000 per transaksi
Kredivo Melalui aplikasi (VA), Minimarket, Tokopedia, Bukalapak, Shopee 0%-1,5% per transaksi
Shopee PayLater Melalui aplikasi (VA) Biaya penanganan 1% per transaksi.

Hal lain yang kadang tidak disadari baik oleh peminjam ketika mengajukan atau melakukan kalkulasi di awal adalah biaya lain-lain. Umumnya biaya tersebut diperuntukkan untuk admin fee dipatok setiap kali pengguna melakukan transaksi pengembalian. Jumlahnya bermacam-macam, menyesuaikan kebijakan yang diusung oleh pengembang platform paylater.

Simulasi Perhitungan Cicilan

Untuk mendapatkan gambaran secara penuh tentang jumlah yang harus dibayarkan oleh konsumen, berikut ini merupakan simulasi perhitungannya. Mengasumsikan bahwa semua penyedia layanan menawarkan tenor pinjaman  6 bulan dengan nominal transaksi Rp10.000.000 tanpa adanya uang muka,  biaya admin dan biaya lain-lain. Simulasi dilakukan dengan melakukan check out melalui e-commerce yang menyediakan platform paylater terkait untuk menentukan besaran bunga yang dikenakan

 Tabel 9. Simulasi perhitungan layanan paylater

Penyedia Layanan Bunga Tenor Nominal Transaksi Cicilan per Bulan Total Tagihan 6 Bulan
Kredivo 2,60% 6 bulan  Rp      10.000.000 Rp 1.926.660 Rp 11.559.960
Shopee PayLater 2,95% 6 bulan  Rp      10.000.000 Rp 1.961.667 Rp11.770.000
Indodana 3% 6 bulan  Rp      10.000.000 Rp 1.966.667 Rp11.800.000
Akulaku 3,05% 6 bulan  Rp      10.000.000 Rp 1.973.000 Rp11.838.000
Home Credit 3,31% 6 bulan  Rp      10.000.000 Rp 1.997.879 Rp11.987.273
Atome 3,33% 6 bulan  Rp      10.000.000 Rp 1.999.666 Rp 11.998.000
Kreditmu 4,76% 6 bulan  Rp      10.000.000 Rp 2.142.179 Rp12.853.077

Kesimpulan

Dari ulasan di atas, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan. Sebagian besar layanan e-commerce yang memiliki traksi besar telah menyematkan paylater sebagai opsi pembayaran. Kredivo menjadi platform yang memiliki jangkauan terluas, baik dari sisi integrasi maupun kota pelayanan. Terkait rentang pinjaman, Shopee PayLater tawarkan nilai terendah mulai Rp750 ribu untuk tiap pengajuan, sementara rentang tertinggi dimiliki oleh Kredivo, yakni pengguna bisa mendapatkan limit sampai Rp30 juta.

Untuk bunga, dari statistik yang didapatkan Kredivo menawarkan persentase paling rendah, dimulai 0% (tetap) untuk pinjaman dengan tenor 30 hari. Sementara untuk cicilan di kisaran 3 -12 bulan, dapat dilihat dari simulasi transaksi bahwa Kredivo masih memiliki presentase terendah dengan bunga tetap 2,60% per bulan, lalu diikuti oleh Shopee Paylater dan Indodana. Platform paylater lainnya mengenakan bunga tidak tetap tergantung pada besaran, status pengguna baru/terdaftar, jenis barang dan tenor yang diajukan, dimulai dari yang terendah 1,5% sampai yang paling tinggi 6%. Simulasi ini diambil dengan melakukan check out melalui e-commerce yang menyediakan platform paylater terkait tanpa memasukkan biaya lain-lain seperti uang muka, biaya layanan dan biaya admin, sehingga ada kemungkinan beberapa pemain paylater mengenakan biaya yang lebih tinggi dibanding yang ditampilkan simulasi di atas.

Terkait syarat pengajuan, rata-rata setiap platform memiliki beberapa variabel yang sama, seperti usia, kepemilikan KTP elektronik, dan dokumen pendukung lainnya. Beberapa juga memiliki spesifikasi khusus untuk mengurangi risiko gagal kredit, misalnya terkait pemasukan bulanan atau umur akun e-commerce yang digunakan.

Sistem keamanan juga layak menjadi konsiderasi untuk memastikan keamanan transaksi. Sebagian besar aplikasi paylater menggunakan mekanisme SMS OTP untuk verifikasi akun, sebagian lain memiliki opsi tambahan seperti PIN atau autentikasi sidik jari seperti yang diimplementasikan Shopee PayLater. Di luar bunga, platform juga mengenakan biaya administrasi yang umumnya dibebankan pada saat pengguna melakukan transaksi.

Opsi layanan yang beragam tentu akan memanjakan pengguna. Dengan tahu detail dan spesifikasi masing-masing platform, diharapkan pengguna bisa mendapatkan manfaat yang lebih baik untuk memfasilitasi transaksi pinjaman tanpa kartu kredit untuk belanjanya di e-commerce.

*Marsya Nabila berkontribusi dalam studi penyusunan artikel ini

Tren Belanja Berubah, Cashlez Fokus Perbanyak Integrasi Penerimaan Transaksi Nontunai

Startup payment gateway dan penyedia point of sales Cashlez fokus mengejar integrasi dengan beragam perusahaan untuk memperluas akses penerimaan transaksi nontunai di Indonesia, seiring tren belanja saat ini bergeser ke online karena pandemi.

CEO Cashlez Teddy Tee menerangkan, transaksi nontunai kini semakin masif penggunaannya selama pandemi. Perusahaan melihat tren tersebut dengan mengejar kemitraan dengan berbagai perusahaan agar semakin banyak konsumen yang mendapat pengalaman kemudahan transaksi nontunai dengan nyaman dan aman.

Kali ini kemitraan teranyar yang diumumkan adalah bersama startup fintech lending Vospay. Ada lebih dari 7 ribu merchant Cashlez kini dapat memberikan pilihan pembayaran kartu kredit digital Vospay kepada konsumernya lewat aplikasi Cashlez.

“Caranya cukup mudah, merchant Cashlez cukup mengaktifkan Vospay di Cashlez App supaya customer dapat melakukan cicilan hingga 12 bulan hanya dengan memasukkan nomor HP,” terangnya dalam keterangan resmi, Rabu (23/9).

Secara terpisah, kepada DailySocial, Teddy menjelaskan alasan perusahaan menggandeng Vospay karena punya model bisnis yang menarik. Mereka menyediakan fasilitas limit kredit bagi konsumen-konsumen terpilih dari perusahaan pembiayaan (multifinance) yang bermitra dengan Vospay.

“Salah satu komitmen Cashlez adalah menjadi solusi bisnis terintegrasi terbaik bagi para pelaku usaha, serta mitra terbaik bagi bank dan nonbank partner. Dalam mewujudkan komitmen ini, Cashlez selalu melakukan inovasi untuk memberikan yang terbaik bagi merchant, salah satunya dengan memperluas pilihan pembayaran.”

Sebagai catatan, Vospay memiliki model bisnis yang berbeda dengan pemain fintech lending kebanyakan. Dalam menyalurkan pinjaman, mereka melakukan mitigasi risiko dengan menggandeng perusahaan pembiayaan untuk menyortir siapa saja nasabah dengan punya histori kredit yang baik dan layak mendapat limit kredit.

Perusahaan pembiayaan akan mengirim SMS berisi tautan link aktivasi untuk nasabah terpilih yang menerima limit kredit dari Vospay. Setelah registrasi, limit tersebut dapat digunakan untuk berbelanja di merchant rekanan Vospay dan memilih opsi pembayaran cicilan mulai dari 3 bulan hingga 12 bulan.

Merchant ini datang dari berbagai industri. Ada situs e-commerce kecantikan dan fesyen, elektronik, furnitur, investasi emas, travel, dan sebagainya. Adapun mitra multifinance di Vospay ada Maybank Finance, Mega Finance, MPM Finance, JTO Finance, Adira Finance, Indosurya Finance, Mandala Finance, dan BFI Finance.

CEO Vospay Tito Tambayong mengungkapkan, untuk memperluas basis pengguna Vospay, rencananya perusahaan akan membuka kesempatan bagi debitur untuk mendapatkan fasilitas cicilan dengan mengajukan secara online melalui merchant Cashlez.

Rencana Cashlez berikutnya

Teddy mengungkapkan, pandemi ini turut memengaruhi kinerja perusahaan, kendati ia tidak merinci lebih jauh seperti apa dampaknya. Kondisi tersebut membuat perusahaan beradaptasi untuk melihat layanan apa saja yang dapat dimaksimalkan.

“Kami pun terus mencari merchant baru, saat ini merchant kami sudah berjumlah lebih dari 7 ribu dan target kami di akhir tahun ini dapat mencapai 10 ribu merchant.”

Beberapa pencapaian tersebut terlihat sejak semester pertama tahun ini, di antaranya inovasi layanan Cashlez-on-Delivery untuk Fabelio; ShopeePay; Artajasa menerima pembayaran virtual account di ATM Bersama; VISA untuk layanan Visa Business Payment Solution Providers (BPSP) untuk memfasilitasi pembayaran B2B.

Berikutnya, POST untuk integrasi pembayaran; dan Bank Commonwealth, menyediakan CommBank BizLoan di aplikasi Cashlez. “Akan ada kerja sama lainnya dengan beberapa bank dan non bank lain dalam menghadirkan layanan baru pada semester ini. Dalam waktu dekat Cashlez akan menghadirkan layanan syariah.”

Lewat anak usahanya PT Softorb Technology Indonesia (STI), yang diakuisisi lewat dana hasil IPO, akan menjadi jalur Cashlez untuk masuk ke industri transportasi, parkiran, dan sebagainya. Teddy bilang, STI berpengalaman di kereta, readers untuk beberapa ruas tol, dan solusi parkir.

“Dalam waktu dekat kami juga akan masuk ke Taman Impian Jaya Ancol dalam pembayaran nontunai. Jadi, ke depan kesinambungan STI dan Cashlez akan baik sekali.”

Bersama dengan STI pula, keduanya akan bekerja sama untuk menerima kartu uang elektronik di aplikasi POS CashlezOne. Dengan demikian, semua bank yang telah mendapatkan lisensi dari regulator sebagai bank penerbit prepaid card dapat menerima pembayaran yang dilakukan konsumen melalui merchant Cashlez.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Bukan Pengganggu, Startup Fintech Menjadi “Enabler” Perkembangan Industri Keuangan

Digital adalah raja lanskap bisnis kekinian. Kita bisa lihat 6 dari 10 perusahaan dengan pertumbuhan tercepat pada tahun ini bergerak di sektor teknologi dan digital.

Kondisi tersebut tentu menyebabkan guncangan yang cukup besar bagi para pemain di segala industri. Kita bisa ambil contoh salah satu disrupsi paling besar yang lahir di era digital adalah Uber. Startup ini menggedor pakem bisnis transportasi sehingga menimbulkan disrupsi besar bagi perusahaan taksi di seluruh dunia.

Co-Founder dan COO Vospay Lina Gejali memiliki perspektif berbeda mengenai disrupsi. Hadir sebagai layanan fintech, Lina mengatakan disrupsi tak melulu harus mengguncang industri. Sebaliknya, inovasi dapat dibuat untuk memperkuat industri yang sudah ada dengan menempatkan diri sebagai enabler dalam industri keuangan.

Berikut adalah tips dari Lina Gejali dalam #SelasaStartup mengenai enabler industri ke ekosistem digital.

1. Inovasi produk. Tentu saja inovasi adalah fondasi terpeting dari perusahaan teknologi seperti Vospay. Lina bercerita pihaknya kini sudah punya berbagai inovasi yang menjembatani perusahaan pembiyaan dengan e-commerce atau layanan digital lain. Menurut Lina, teknologi mereka membantu perusahaan multifinance dalam membuka akses ke konsumen membeli barang atau jasa secara cicilan online.

“Jadi kita serve dua belah pihak dan sekarang ini menurut saya strength kita di sana karena kita enggak disrupsi ke mana-mana, jadi kolaborator saja,” ucap Lina.

2. Hadir sebagai kawan. Tantangan startup seperti Vospay yang menempatkan diri sebagai enabler adalah merebut kepercayaan industri yang dituju. Sehebat-hebatnya inovasi baru yang mereka bawa, Lina menyebut industri pembiayaan memiliki sistem sendiri yang sudah berhasil membuat mereka besar.

Namun seiring tren digital yang terus menguat di segala lini, ada kesempatan sekaligus ancaman bagi industri. Vospay memilih hadir di industri keuangan ini dengan dengan kesadaran tersebut dan memposisikan diri sebagai enabler bagi institusi keuangan yang sudah ada.

“Saya sadar kalau ada orang baru dengan ide baru pasti akan di-challenge, entah itu karyawan atau eksekutif. Jadi yang kita bawa adalah personal approach. Waktu itu Vospay sampai berkantor di seberang kantor partner pertama kita akhirnya mereka melihat kita sebagai perpanjangan untuk ke digital,” tuturnya.

3. Menjaga kepercayaan industri. Muncul sebagai perusahaan enabler digital di tengah industri pembiayaan bukan perkara mudah. Industri keuangan seperti pembiayaan sangat menghargai data. Menjadi hal yang wajar ketika perusahaan-perusahaan itu khawatir jika data mereka bocor ke kompetitor.

Kendati demikian, Lina menilai kekhawatiran itu akan luntur ketika teknologi mereka terbukti ampuh sebagai enabler industri pembiayaan. Ia juga meyakini semakin banyak Vospay menggandeng mitra bisnis, semakin mudah penerimaan pemain lain.

“Itu pasti concern pertama mereka dan itu salah satu yang harus kita yakinkan ke mereka dan kalau saya lihat industri multifinance ini industri yang sudah terbentuk, ketika bisa dapat kepercayaan satu perusahaan otomatis yang lain ikut juga,” imbuh Lina.

Saat ini Vospay sudah bermitra dengan 11 perusahaan multifinance dan puluhan merchant. Mereka di antaranya adalah Adira Finance, BCA Finance, BFI Finance, Blibli, iLotte, Fabelio, hingga Sociolla.

4. Banyak berdiskusi dengan regulator. Bermain di industri keuangan berarti harus siap mematuhi segudang peraturan dari pemerintah. Lina mengaku pihaknya sudah berdiskusi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dari jauh-jauh hari agar produk yang mereka luncurkan tak menyalahi aturan apa pun.

Keterbatasan sumber daya juga jadi alasan bagi Lina agar startup fintech aktif berdiskusi ke regulator. “Saya rasa OJK sangat terbuka kok, apalagi dengan banyaknya pemain startup di lapangan OJK mau belajar,” pungkas Lina.

Aplikasi Vospay Jembatani Jasa Pembiayaan Keuangan dan Pelanggan

Salah satu platform yang mencoba menghadirkan solusi finansial digital adalah Vospay. Ia hadir sebagai enabler dengan menghubungkan existing player, perusahaan-perusahaan pembiayaan maupun lembaga-lembaga jasa keuangan lainnya, dengan ekosistem digital. Melalui aplikasi, pelanggan bisa mengajukan dana multiguna dan melakukan pembayaran cicilan berbagai produk, seperti gadget, furnitur, hingga emas.

Kepada DailySocial, CEO Vospay Tito Tambayong mengungkapkan, fintech tidak hanya soal disrupsi atau bersaing dengan pemain industri keuangan yang sudah ada, tapi juga mengarah pada kolaborasi antara startup teknologi dengan institusi finansial atau lembaga-lembaga keuangan yang telah ada.

“Bisnis kami dapat dikatakan unik. Bila mayoritas fintech memilih menjadi direct market disruptor, kolaborasi yang dibangun melalui aplikasi dan inovasi teknologi, serta sistem dan jaringan bertujuan menciptakan berbagai produk serta bisnis digital yang baru bagi para partner. Integrasi teknologi kami sediakan melalui open API.”

Tito menambahkan, menilik bentuk layanan teknologi serta kolaborasi yang ditawarkan, belum ada perusahaan ataupun startup lain yang menawarkan bentuk yang serupa di Indonesia seperti yang ditawarkan oleh Vospay. Saat ini Vospay tercatat sebagai pelaku Inovasi Keuangan Digital (IKD) dan masuk di dalam regulatory sandbox OJK sebagai financing agent.

Tambah jumlah mitra dan pengguna

Saat ini Vospay telah bekerja sama dengan lebih dari sepuluh lembaga jasa pembiayaan, termasuk beberapa pemimpin pasar di Indonesia. Perusahaan-perusahaan pembiayaan tersebut dapat menawarkan layanan pembiayaan digital secara langsung ke pelanggan berupa cicilan tanpa kartu kredit.

Mitra lembaga jasa keuangan tersebut di antaranya adalah Adira, BCA Finance, BFI, JTO Finance, dan Mega Finance. Vospay disebut telah bermitra dengan sejumlah platform e-commerce dan marketplace, seperti iLotte, JD.id, Bukalapak, Blibli, dan Fabelio.

Jaringan digital baru yang terbentuk diharapkan menjadi ekosistem yang terus berkembang secara berkesinambungan dengan memanfaatkan dan mengembangkan infrastruktur yang ada untuk mewujudkan transformasi digital dalam industri pembiayaan nasional secara efektif dan efisien.

“Hal yang menarik, sesuai dengan prinsip integrate once, innovate continuously yang kami yakini sejak awal, di setiap partner ditemukan ide maupun peluang yang baru dari waktu ke waktu dalam tempo yang relatif singkat untuk dikembangkan bersama. Keberagaman profil konsumen, DNA bisnis, risk appetite, dan berbagai kebutuhan pada ekosistem digital menyediakan kesempatan-kesempatan yang unik bagi setiap pemain,” kata Tito.

Vospay menerapkan transaction based fees terhadap lembaga jasa pembiayaan dan merchant discount rate (MDR) ke platform e-commerce.

Untuk mempercepat pertumbuhan bisnis, Vospay berencana untuk melakukan penggalangan dana Seri A akhir tahun ini dan masih dalam tahapan penjajakan dengan beberapa investor yang tertarik.

“Target lain yang ingin kami capai tahun ini adalah menambah jumlah mitra dan pengguna yang saat ini sudah mencapai sekitar 50 ribu jumlahnya,” kata Tito.

Application Information Will Show Up Here