Megadeth Bakal Luncurkan Album Baru dengan ‘Bumbu’ Virtual Reality

Virtual reality (VR) sedang di atas angin. Semua pihak ingin memanfaatkannya sebagai media distribusi konten yang menawarkan pengalaman yang benar-benar baru, termasuk halnya band metal kenamaan asal Amerika, Megadeth.

Yup, dalam album ke-15 Megadeth nanti yang berjudul Dystopia, para fans bakal disuguhi semacam konser mini yang bisa dinikmati menggunakan VR headset. Megadeth berkolaborasi dengan perusahaan VR Next Galaxy Corp. guna menciptakan sebuah dunia virtual yang dapat dieksplorasi.

Band yang dikenal akan lagu Symphony of Destruction ini nantinya akan menawarkan album Dystopia dalam paket khusus yang mencakup sebuah VR headset berbasis Google Cardboard, kompatibel dengan perangkat Android maupun iOS. Sebuah kode unik yang termasuk dalam paket pembelian nantinya bisa dipakai untuk mengakses konser virtual tersebut.

Dystopia sendiri mencakup 11 lagu, dan 5 di antaranya akan disajikan dalam wujud konser virtual tersebut, dengan setting kota dystopia seperti yang bisa Anda lihat dalam video salah satu lagunya di bawah. Kelima lagu tersebut adalah Fatal Illusion, The Threat Is Real, Dystopia, Poisonous Shadows dan Post American World.

Buat yang sudah tidak sabar melihat aksi Dave Mustaine dkk dalam virtual reality, Anda bisa melakukan pre-order Dystopia Deluxe Edition melalui situs resmi Megadeth atau Amazon. Album Dystopia sendiri baru akan dirilis pada tanggal 22 Januari 2016.

Sumber: Digital Trends.

VirZoom Adalah Sepeda Fitness Sekaligus Controller Game Virtual Reality

Saat Nintendo merilis Wii, pandangan orang-orang terhadap video game berubah drastis. Tadinya mereka berpendapat bahwa para gamer adalah orang-orang yang malas dan tidak pernah beraktivitas fisik, Wii menunjukkan bahwa kita masih bisa menjaga kebugaran tubuh selagi bermain video game.

Kombinasi olahraga dan game sudah bukan hal yang unik lagi dewasa ini, apalagi melihat adanya perangkat macam Microsoft Kinect maupun PlayStation Move. Akan tetapi sebuah startup asal Amerika ingin membawanya ke tingkat yang lebih tinggi lagi, yaitu virtual reality alias VR.

Mereka memperkenalkan VirZoom. Perangkat ini sepintas terlihat seperti sepeda fitness yang biasa kita jumpai di gym, akan tetapi di saat yang sama ia juga merangkap tugas sebagai controller game VR. VirZoom kompatibel dengan Oculus Rift, PlayStation VR dan HTC Vive.

VirZoom

Pada bagian setangnya, terdapat sejumlah tombol dengan layout yang menyerupai controller milik Xbox. Tapi bukan itu senjata utama VirZoom, melainkan sederet sensor yang dapat mengenali gerakan dan kecepatan. Dengan kata lain, Anda harus menggenjot sepasang pedalnya untuk menggerakkan karakter di dalam game.

Jadi semakin cepat Anda mengayuh pedal, semakin cepat pula gerakan Anda di dalam game. Sejauh ini VirZoom sudah punya lima game yang kompatibel. Di dalam gamegame tersebut, Anda harus mengayuh pedal untuk mengemudikan mobil balap di sirkuit, menunggang kuda sampai mengumpulkan koin selagi berada di atas seekor pegasus.

VirZoom Game - Stampede!

Pihak pengembangnya mengungkapkan bahwa developer bisa merancang game untuk VirZoom dengan memakai engine Unity. Syaratnya cuma satu, yakni gerakan karakter harus dikontrol dengan cara mengayuh pedal, sehingga pada akhirnya tujuan mulia untuk membugarkan tubuh para gamer pun bisa tercapai.

Di saat yang sama, VirZoom rupanya juga menawarkan layanan berlangganan seharga $10 per bulan. Layanan ini akan memberikan akses ke mode multiplayer maupun update, plus data-data fitness macam laju jantung, jumlah kalori yang terbakar, dan sebagainya. Dengan demikian, keringat yang terkucurkan pun tidak bakal sia-sia begitu saja.

Mengingat ketiga VR headset di atas baru akan dirilis tahun depan, VirZoom pun juga baru akan dipasarkan pada babak pertama tahun 2016 seharga $250. Mereka juga membuka pre-order untuk 300 pembeli pertama yang berhak mendapat potongan senilai $50 dan bonus layanan berlangganan selama sebulan pertama.

Sumber: TechTimes.

Samsung Perkenalkan Serial Film Interaktif untuk Gear VR

Minggu kemarin, Samsung baru saja meluncurkan browser khusus untuk Gear VR, sebuah inisiatif yang bertujuan untuk menyempurnakan ekosistem konten dari virtual reality headset besutannya. Sekarang, Samsung malah sudah siap memperkenalkan sesuatu yang lebih besar lagi.

Mereka baru saja mengumumkan sebuah film berseri untuk dinikmati melalui Gear VR. Serial berjudul “Gone” ini bisa dikatakan sebagai proyek VR besutan Samsung yang paling ambisius sejauh ini, menawarkan ketegangan genre thriller yang dipadu dengan elemen interaktif.

Apa yang dimaksud dengan elemen interaktif? Sebelumnya, mari mengenal sedikit soal latar belakang ceritanya. Gone bakal mengisahkan seorang ibu yang tengah mencari keberadaan putrinya yang tiba-tiba sirna saat tengah berkunjung ke sebuah taman bermain.

Gone VR Thriller

Dari situ para penonton akan diajak untuk merangkap tugas seorang detektif, mengungkap misteri yang menyelimuti plot cerita Gone. Caranya adalah dengan menelusuri segala sudut dalam suatu lokasi, menginvestigasi berbagai petunjuk yang tersebar.

Karena semuanya berlangsung secara real-time selagi adegan berjalan, besar kemungkinan setiap episode Gone harus ditonton secara berulang-ulang. Jadi selain disuguhi tontonan menegangkan, penontong juga ditantang untuk mengungkapkan kebenaran.

Dalam menggarap Gone, Samsung rupanya tidak mau main-main. Mereka menggandeng studio virtual reality WEVR dan Skybound Entertainment, perusahaan di balik kesuksesan serial The Walking Dead. Proses syutingnya pun diarahkan oleh JT Petty, yang merupakan penulis naskah sejumlah judul video game ternama macam Splinter Cell dan The Walking Dead: Season Two.

Gone akan segera ditayangkan mulai tanggal 8 Desember 2015. Setiap episodenya berdurasi 5 sampai 6 menit dan masing-masing akan didistribusikan melalui platform Samsung Milk VR selama beberapa bulan ke depan.

Sumber: Fast Company.

Casing iPhone Ini Bisa Berubah Jadi VR Headset

Satu hal yang kita tahu pasti dari VR headset adalah, perangkat itu tidak bisa disimpan di dalam kantong. Bahkan yang dikategorikan portable seperti Samsung Gear VR atau Google Cardboard pun masih mustahil dijejalkan ke dalam kantong tanpa merusak wujudnya.

Berbeda dengan Figment VR. Perangkat yang sedang menjalani kampanye di Kickstarter ini bisa dengan mudah Anda selipkan dalam saku celana. Pasalnya, ia sebenarnya merupakan sebuah casing untuk iPhone – mulai dari iPhone 6 sampai iPhone 6S Plus – tapi punya kemampuan untuk berubah jadi VR headset.

Figment VR

Jadi, Figment VR secara garis besar tidak berbeda dari casing iPhone pada umumnya. Hanya saja, dengan menekan sebuah tombol, bagian belakangnya akan berputar dan berpindah ke depan. Bagian ini adalah sepasang lensa yang akan mengubah tampilan di layar menjadi tampilan virtual reality.

Saat sedang tidak dibutuhkan, pengguna tinggal melipat bagian lensa tersebut kembali ke sisi belakang iPhone. Pihak pengembang Figment VR memanfaatkan material-material yang tahan banting, mulai dari polycarbonate sebagai rangkanya sampai aluminium sebagai penghubung antara lensa dan casing. Semuanya dikemas dengan bobot tak lebih dari 57 gram.

Figment VR

Soal konten, Figment VR dirancang agar kompatibel dengan seluruh konten yang dibuat untuk Google Cardboard. Jadi pada dasarnya pengguna tak perlu khawatir bakal kehabisan konten, apalagi YouTube sekarang sudah mendukung mode virtual reality secara penuh.

Sejauh ini prototipe Figment VR sudah siap, namun pihak pengembangnya masih memerlukan modal ekstra untuk memulai tahap produksi massal. Satu unitnya ditawarkan seharga $49 di Kickstarter. Kalau proyeknya terbukti berhasil, barulah sang pengembang berniat menggarap Figment VR untuk smartphone Android.

Facebook Perluas Dukungan Video 360 Derajat ke iOS dan Samsung Gear VR

Bulan September kemarin, Facebook mencoba menawarkan hal yang benar-benar baru buat para penggunanya, yakni video 360 derajat. Idenya adalah, pengguna bisa menikmati video dari sudut manapun yang ia mau hanya dengan menggerak-gerakkan jari atau kursor mouse-nya, tanpa harus mengandalkan perangkat VR headset.

Kini, dengan semakin banyaknya konten video 360 derajat yang tersebar di Facebook, dukungan atas platform lain pun menjadi suatu keharusan. Yup, mulai hari ini, video 360 derajat di Facebook juga bisa dinikmati oleh pengguna perangkat iOS, baik itu iPhone, iPad maupun iPod Touch.

Bersamaan dengan itu, Facebook rupanya juga menghadirkan dukungan terhadap perangkat Samsung Gear VR. Seperti yang kita tahu, Gear VR sendiri menjalankan teknologi rancangan Oculus, yang tidak lain merupakan salah satu anak kesayangan Facebook. Jadi sekarang pengguna smartphone Samsung punya makin banyak alternatif untuk menikmati video 360 derajat, bisa langsung melalui aplikasi Facebook atau dengan bantuan Gear VR sehingga pengalaman bisa terasa lebih immersive.

Facebook 360 Video iOS

Selanjutnya, guna mendukung pihak pembuat konten, Facebook juga meluncurkan situs khusus 360video.fb.com. Situs ini ditujukan sebagai sumber inspirasi bagi para kreator video 360 derajat. Namun di saat yang sama, juga bisa menjadi sumber video 360 derajat terkurasi buat para konsumen.

Ke depannya, kita bakal melihat lebih banyak lagi video 360 derajat di Facebook. Pasalnya, mereka juga berkolaborasi dengan sejumlah pabrikan kamera 360 derajat untuk mengintegrasikan fitur sharing ke Facebook semudah mungkin.

Terakhir dan yang tak kalah penting adalah iklan berformat video 360 derajat. Anda boleh kesal dengan interupsi iklan, tapi jika disampaikan dalam wujud video 360 derajat, hasilnya bisa benar-benar memikat. Salah satu yang menurut saya sangat menghibur adalah kreasi Nescafe yang sejatinya merupakan sebuah video klip musik dengan seluruh personel tampil secara bersamaan di lokasi yang berbeda-beda.

Sumber: Facebook.

DiMoDa Adalah Museum Digital untuk Karya Seni Digital

Salah satu tren terbaru di dunia virtual reality (VR) adalah pengaplikasian teknologi tersebut di kawasan museum. Sebelum ini, kita sempat memberitakan sebuah museum di London yang memanfaatkan VR untuk menggambarkan kondisi Bumi di zaman purbakala. Pengaplikasian semacam ini sangatlah masuk akal, karena mustahil kita bisa berjumpa langsung dengan organisme tertua Bumi di kenyataan.

Di saat yang sama, VR tentu saja juga merupakan medium yang tepat untuk menampilkan karya-karya seni digital. Lewat dunia virtual, pengalaman yang ditawarkan tentu saja bisa bersifat non-linear, dan lagi para seniman yang berkontribusi juga bisa bereksperimen tanpa batas.

DiMoDa

Itulah ide di balik DiMoDa, alias Digital Museum of Digital Art. Uniknya, museum digital ini tak hanya tersedia dalam wujud URL, tetapi juga IRL alias in real life, melalui sebuah galeri di kawasan New York. Memanfaatkan VR headset Oculus Rift, pengunjung akan dibawa menuju rentetan galeri seni abstrak yang penuh dengan nilai kreatif.

DiMoDa

Berbeda dengan pagelaran virtual pada umumnya, pengunjung awalnya akan disambut di sebuah lobi virtual sebelum akhirnya diajak berwisata ke berbagai macam dunia yang abstrak. Abstrak di sini maksudnya Anda tidak akan menjumpai sebuah karya seni yang dipamerkan di depan tembok berwarna putih, lalu bergeser ke karya yang lain hanya dengan menoleh. Karya seni digital yang ada di sini sifatnya benar-benar psychedelic, membuat Anda merasa seakan-akan sedang berhalusinasi.

Ke depannya, pihak penggagas DiMoDa berencana untuk mengunjungi kota-kota lain supaya karya para seniman digital yang ikut serta juga bisa dinikmati oleh publik yang lebih luas. Keragaman kontennya juga akan diperluas layaknya sebuah aplikasi smartphone yang menerima update.

Pun begitu, DiMoDa juga bisa diakses langsung lewat PC maupun Mac, dengan catatan Anda termasuk salah satu yang beruntung yang kebagian jatah Oculus Rift versi Development Kit – mengingat versi retail-nya baru akan mendarat tahun depan.

Sumber: The Creators Project.

AuraVisor Mirip Gear VR, Tapi Ia Tak Butuh Dampingan Smartphone

Sejauh ini VR headset terbagi menjadi dua kategori: wired dan wireless. Kategori wired dianggap sebagai yang lebih serius, diwakili oleh nama-nama seperti Oculus Rift, HTC Vive dan PlayStation VR. Sedangkan kategori wireless lebih diarahkan pada pengguna kasual. Contoh produknya adalah Samsung Gear VR dan Google Cardboard. Continue reading AuraVisor Mirip Gear VR, Tapi Ia Tak Butuh Dampingan Smartphone

Merge VR Goggles Ajak Anda Bersenang-Senang dalam Balutan ‘Marshmallow’ yang Empuk

Para penggemar VR headset harus banyak berterima kasih kepada Google. Mengapa? Karena kalau bukan karena Google Cardboard, VR headset masih akan menjadi gadget-nya orang-orang berduit saja, dan butuh waktu lebih lama sebelum akhirnya menjadi mainstream. Continue reading Merge VR Goggles Ajak Anda Bersenang-Senang dalam Balutan ‘Marshmallow’ yang Empuk

Microsoft VR Kit, Rival Google Cardboard?

Pada tanggal 17 Oktober nanti, Microsoft akan mengadakan event hackathon di Rusia. “Hmm, apa hubungannya dengan kita?” Well, jawabannya tidak ada. Tapi dari situ justru muncul sebuah kabar yang sangat menarik: Microsoft sepertinya punya pesaing Google Cardboard, VR headset yang bisa Anda rakit sendiri dengan modal seadanya. Continue reading Microsoft VR Kit, Rival Google Cardboard?

Land’s End Adalah Game VR dari Pencipta Monument Valley

Ustwo, developer di balik kesuksesan game Monument Valley mengungkapkan ketertarikannya untuk mengembangkan game virtual reality (VR). Well, bukan sekedar tertarik, mereka justru sudah bekerja keras sejak bulan Oktober tahun kemarin guna menciptakan game VR berjudul Land’s End. Continue reading Land’s End Adalah Game VR dari Pencipta Monument Valley