Cara Mengembalikan File yang Terhapus di Laptop

Bayangkan apa yang terjadi jika dokumen penting, misalnya file skripsi yang sudah disusun rapi dan disetujui terhapus dari laptop. Bencana pastinya. Tapi, jangan panik dulu. Sebab ada cara untuk mengembalikan file yang terhapus di laptop asalkan Anda cepat dalam bertindak, jangan menunggu besok.

Continue reading Cara Mengembalikan File yang Terhapus di Laptop

Chimera Squad Ialah Spin-Off Sekaligus ‘Penerus’ Seri XCOM

Kesuksesan reboot XCOM memicu lahirnya rentetan permainan strategi turn-based generasi baru, contohnya Phoenix Point, Mutant Year Zero, Phantom Doctrine hingga Battletech. Tapi sejauh ini, game yang betul-betul layak jadi penerusnya hanyalah XCOM 2. Banyak fans berharap agar Gears Tactics betul-betul mengesankan seperti janji Xbox Game Studios, namun kabar baiknya, kita juga mendapatkan satu alternatif lagi.

Secara tiba-tiba, Firaxis mengumumkan ‘babak selanjutnya’ dari seri XCOM yang mereka namai Chimera Squad. Konsepnya cukup menarik karena XCOM: Chimera Squad bukanlah sekuel ataupun expansion pack. Ia merupakan spin-off sekaligus penerus kisah XCOM 2. Chimera Squad bukan hanya digarap buat para fans XCOM, namun juga diracik sebagai gerbang masuk bagi pendatang baru ke franchise ini.

Ketika dua game XCOM sebelumnya difokuskan pada perjuangan manusia melawan penindasan alien, latar belakang Chimera Squad sedikit berbeda. Lima tahun telah berlalu setelah pemerintah bayangan Advent berhasil ditumbangkan, dan manusia serta alien akhirnya dapat hidup harmonis. Kini mereka harus membangun ulang peradaban yang sebelumnya berantakan akibat konflik. Chimera Squad ialah nama dari pasukan khusus antar-spesies penjaga keamanan Kota 31.

Di XCOM: Chimera Squad, pemain akan mengendalikan dan mengelola tim berisi 11 agen (semuanya didesain oleh Firaxis). Game tetap mempertahankan formula strategi turn-based khas XCOM, namun ada banyak hal yang dimodifikasi developer. Perbedaan karakteristik, latar belakang, serta kemampuan unik masing-masing agen sengaja diusung untuk memberi warna pada tim. Pendekatan ini kabarnya terinspirasi dari expansion pack XCOM 2: War of the Chosen.

Sejumlah perubahan lain juga lebih fundamental. Ketika misi dimulai, pemain dipersilakan memilih lokasi penerjunan pasukan – developer menyebutnya Breach Mode. Beberapa tempat bisa diinfiltrasi oleh agen tertentu, dan tiap pilihan punya keuntungan dan kekurangannya sendiri. Perbedaan selanjutnya terletak pada bagaimana turn diterapkan. Sewaktu perintah dieksekusi, agen Chimera dan pasukan musuh akan beraksi bersama-sama; tidak bergantian seperti sebelumnya.

Dan karena tiap anggota Chimera Squad merupakan bagian dari narasi permainan (mereka akan berinteraksi dengan sesamanya), Firaxis juga menghilangkan sistem permadeath (kematian permanen). Saat seorang agen tumbang di tengah misi, rekannya harus menstabilkan kondisinya. Jika gagal, misi tersebut akan gagal. Kondisi ini berbeda dari game sebelumnya, ketika misi bisa diselesaikan meski hanya tersisa satu orang di tim Anda.

XCOM Chimera Squad 1

Hal menarik lain dari Chimera Squad adalah cara 2K Games menyajikannya. Terlepas dari kontennya yang orisinal, permainan dijajakan di harga expansion pack. Saat dirilis di tanggal 24 April nanti, Anda bisa memilikinya cukup dengan mengeluarkan uang Rp 105 ribu. Harganya akan naik jadi Rp 210 ribu di tanggal 2 Mei 2020. Buat sekarang, game baru tersedia untuk Windows PC via Steam.

Via US Gamer.

 

Arkade Blaster Ialah Controller Game FPS Berwujud Pistol Futuristis

Bagi banyak pemain, gamepad dianggap sebagai sistem kendali paling fleksibel, sementara itu keyboard dan mouse merupakan pilihan bagi mereka yang menginginkan keakuratan serta tingkat respons tinggi. Tapi upaya buat merombak status quo dan mencari metode input yang lebih intuitif lagi terus dilakukan, dan ini sebabnya sejumlah developer terdorong untuk bereksperimen dengan virtual reality. Hasilnya pun sama sekali tidak mengecewakan.

Namun saat ini VR memang bukan buat semua orang. Perangkat pendukungnya tidak murah dan ia juga memerlukan hardware berperforma tinggi. Sementara itu, sebagian besar konsumen mengakses game lewat perangkat bergerak atau PC berspesifikasi menengah. Kondisi ini mendorong satu tim inventor untuk merancang controller unik yang mampu membuat pengalaman bermain game FPS jadi istimewa. Kreasi tersebut mereka namai Arkade Blaster.

Sederhananya, Arkade Blaster adalah unit controller berbasis motion/gerakan yang dirancang untuk menikmati permainan shooter. Wujudnya menyerupai pistol futuristis, dibekali rangkaian tombol di sisi kanan dan kiri beserta stik analog. Terdapat pula mount buat tempat menyematkan smartphone. Perangkat bergerak bisa berperan jadi layar utama atau sekunder, bergantung dari game yang Anda mainkan.

Jantung dari Arkade Blaster adalah ialah gyroscope yang berfungsi untuk mengubah gerakan jadi input. Ia juga menyimpan motor haptic penghasil vibrasi (seperti controller DualShock), akan bergetar saat Anda menembak atau tertembak. Uniknya lagi, garis-garis LED yang ada di sisi kiri Arkade Blaster bukanlah sekadar hiasan. Mereka berguna sebagai indikator, misalnya buat menampilkan status health, armor, amunisi dan lain-lain.

Arkade Blaster mendukung beragam game PC serta mobile, termasuk judul-judul baru dan populer (Fortnite, Modern Combat 5, Apex Legends, Call of Duty: Warzone, hingga Doom Eternal). Untuk menggunakannya, pertama-tama Anda perlu mengunduh aplikasi Arkade di perangkat bergerak. Selanjutnya, cantumkan smartphone di mount dan sambungkan ke Arkade Blaster. Controller juga bisa dipasang langsung ke PC secara plug-and-play tanpa membutuhkan ponsel pintar.

IMG_07042020_121408_(1000_x_650_pixel)

Ada dua mode penggunaan Arkade Blaster: 360-derajat dan 180-derajat. Opsi 360-derajat memungkinkan kita bergerak bebas, cocok untuk menikmati game mobile atau ketika Anda ingin berolahraga sambi bermain. Alternatifnya, mode 180-derajat memperkenankan kita buat tetap duduk di depan komputer atau di atas sofa. Selain menunjang penyajian game secara tradisional, Arkade Blaster juga kompatibel dengan layanan cloud serta streaming seperti GeForce Now dan Steam Link.

Arkade Blaster kabarnya sudah memasuki tahap produksi dan bisa Anda pesan di situs Indie Gogo. Proses perancangannya dilakukan oleh tim Arkade bersama PewDiePie. Selama kampanye crowdfunding masih berlangsung, produk dapat dibeli seharga mulai dari US$ 100 – dengan harga retail US$ 150.

Cara Mengatasi Flashdisk yang Tidak Terbaca di Laptop

Flashdisk yang tidak terbaca di laptop tentu jadi malapetaka, apalagi kalau ternyata semua data-data penting hanya tersimpan di flashdisk tersebut. Atau, seandainya pun tidak ada data di dalamnya, tentu Anda ingin flashdisk tetap dalam kondisi prima.

Penyebab flashdisk tidak bisa dibaca oleh laptop bermacam-macam, antara lain:

  • Flashdisk memang sudah rusak.
  • Prosedur eject yang keliru.
  • Port USB sudah aus sehingga tidak berhasil terhubung ke flashdisk.
  • Driver USB komputer bermasalah atau minta update.
  • Windows-nya yang bermasalah.

Lalu, adakah solusi untuk mengatasi flashdisk yang tidak terbaca di komputer?

Ada, beberapa akan kita bahas di artikel ini.

Coba Gunakan Laptop Lain

Saat flashdisk gagal terbaca oleh PC, tidak lantas Anda bisa menyimpulkan bahwa flashdisknya yang rusak. Karena hal semacam ini melibatkan banyak perangkat, maka Anda juga perlu memastikan perangkat mana yang bermasalah.

Salah satu caranya adalah dengan mencoba menyolokkan flashdisk yang tidak terbaca tadi ke laptop lainnya. Jika sudah dilakukan dan ternyata masih juga gagal, jangan berkecil hati dulu. Walaupun ini mengonfirmasi kekhawatiran Anda, tetapi masih ada beberapa cara lain yang mungkin saja jadi jalan keluar.

Perbaiki dengan Fitur di Windows

Windows punya senjata pelengkap yang juga memungkinkan untuk membuat PC kembali dapat membaca flashdisk yang bermasalah. Yaitu dengan menggunakan fitur Repair Device melalui Disk Management.

  • Sambungkan dulu flashdisk ke port USB di laptop.
  • Klik kanan di ikon Windows kemudian klik Disk Management.
  • Klik di disk Flashdisk Anda, tergantung konfigurasi masing-masing, tidak ada kode bakunya.
  • Lalu klik Properties – Tools – Check.
  • Selanjutnya, klik scan and repair drive.

mengatasi flashdisk yang tidak terbaca di laptop

  • Tunggu sampai proses perbaikan tuntas. Dan jika sudah, silahkan coba cabut dan sambungkan kembali flashdisk Anda.

Format Flashdisk Anda

Ini menjadi solusi terakhir dan juga ekstrim jika kedua cara di atas tidak membuahkan hasil. Tapi ya, seluruh data di dalam flashdisk akan hilang. Jadi, pergunakan langkah ini dengan bijak.

  • Caranya, sambungkan flashdisk ke laptop.
  • Kemudian buka Command Prompt.
  • Ketikkan perintah format FORMAT F: /FS:FAT (di mana F: adalah lokasi disk Anda)

mengatasi flashdisk yang tidak terbaca di laptop

  • Tekan enter dan tunggu proses format berlangsung.

Itulah 3 cara mengatasi flashdisk yang tidak terbaca di laptop atau PC. Semoga berhasil mengatasi permasalah Anda, sampai jumpa.

Gambar header Pixabay.

Perangkat Mac Kini Dua Kali Lebih Rentan Terinfeksi Adware Dibanding Windows

Beberapa tahun silam, kepopuleran OS Windows menyebabkannya jadi sasaran utama ‘pengembangbiakan’ virus dan segala macam malware. Kompatibilitas ke beragam format file, ditambah lagi jenis pengguna PC yang majemuk membuatnya rentan terinfeksi. Sementara itu, user platform lain, seperti Mac dan Linux, dapat bernafas lebih lega karena kondisi ini mengalihkan perhatian kriminal di dunia maya dari sistem mereka.

Namun seiring berjalannya waktu, keamanan Windows terus meningkat. OS semakin canggih dalam mendeteksi malware. Kewaspadaan pengguna memang tetap dibutuhkan, tapi cukup berbekal akal sehat, pada dasarnya kita tak perlu memasang software anti-virus pihak ketiga karena Windows sudah memiliki perkakas kemanannya sendiri, misalnya Firewall serta proteksi live terhadap malware. Dan kini, malah Mac yang ternyata lebih rentan terinfeksi adware dibanding Windows.

Berdasarkan laporan State of Malware 2020 yang dipublikasikan oleh Malwarebytes Labs, resiko keamanan di Mac meningkat tajam di tahun 2019, dengan komparasi hampir mencapai 2:1 dibanding Windows. Kita bisa melihat bagaimana ancaman di Mac melojak 400 persen baik bagi konsumen biasa maupun kelas bisnis. Deteksi malware per sistem juga naik secara signifikan: dari 4,8 di 2018 menjadi 11,0 di 2019 – dua kali lipat Windows PC dengan 5,8 di tahun 2019.

Alasan mengapa para kriminal belakangan menyerang Mac secara lebih gencar ialah karena peningkatan jumlah adopsi OS di tahun lalu. Selain itu sistem keamanan built-in OS ini ternyata masih kurang efektif menangani malware berjenis adware dan ‘program-program yang tak diinginkan’ (PUP), sehingga membuka peluang bagi software-software jahat untuk menyusup ke perangkat Mac.

Malwarebytes menjelaskan bahwa tipe resiko di Mac sangat berbeda dari Windows. Ketika Windows harus berhadapan dengan malware tradisional yang sebagian besar ditargetkan pada segmen bisnis, mayoritas ancaman di Mac muncul dari keluarga adware dan PUP. Di sepanjang tahun 2019, hanya ada satu insiden yang melibatkan metode mengelabui pengguna buat mengunduh dan membuka software/program berbahaya.

Daftar malware yang paling mengancam OS Mac di 2019 bisa Anda simak di bawah. Di sini Anda dapat melihat bagaimana adware dan potentially unwanted programs seperti NewTab, PCVARK, MacKeeper menempati daftar lima besar.

Mac adware 1

Meski banyak orang menganggap adware dan PUP tidak seberbahaya malware tradisional – misalnya ransomware, jumlah mereka meningkat pesat dan saat ini sangat mengganggu pengguna Mac. OS tersebut tak lagi bisa dikatakan imun terhadap malware. Menurut Malwarebytes, adware dan PUP di Mac jadi kian agresif dan memperlihatkan ‘tujuan serta perilaku berbahaya’. Mereka juga kian pintar dalam menghindari sistem keamanan Apple yang ketat.

Via PC Gamer.

Cara Menggunakan Rufus untuk Membuat Bootable Flashdisk

Proses instal ulang sistem operasi di PC / laptop beberapa  tahun lalu masih menggunakan CD / DVD. Namun sekarang penggunaan CD/DVD sudah banyak ditinggalkan orang, karena  untuk laptop keluaran terbaru yang berbody ramping seperti netbook, ultrabook, dan PC tablet biasanya tidak menyertakan CD room.

Sekarang orang banyak beralih ke flash drive atau flashdisk untuk melakukan proses instal ulang operating system pada PC/laptop. Selain itu alasan orang lebih banyak menggunakan flashdisk dari pada CD/ DVD  untuk melakukan proses instal ulang adalah dari sisi fleksibilitas, karena dengan menggunakan flashdisk kita juga dapat menyimpan file instalasinya untuk berjaga-jaga jika suatu saat diperlukan kembali.

Ditambah lagi, kepingan CD / DVD jika digunakan berulang – ulang akan mengalami kerusakan seperti munculnya goresan – goresan pada permukaan CD / DVD . Hal ini biasanya mengakibatkan proses instal ulang menjadi gagal di tengah-tengah proses instal ulang.

Tetapi untuk membuat flashdisk Andda  agar bisa digunakan sebagai media instal ulang sistem operasi Anda harus mengubah media tersebut  menjadi bootable. Untuk Anda yang belum mengetahui apa itu bootable, Bootable adalah fasilitas atau layanan yang ada pada setiap sistem operasi.

Fasilitas ini diletakkan pada media penyimpanan seperti CD, flashdisk, memori. Ada banyak aplikasi yang bisa Anda gunakan untuk membuat flashdisk menjadi bootable, salah satunya yaitu Rufus. Pada kesempatan ini akan saya jelaskan bagaimana cara menggunakan aplikasi Rufus untuk membuat flashdisk menjadi bootable.

Banyak orang yang sangat menyukai aplikasi ini. Karena berbagai fitur menarik tersebut, aplikasi rufus juga mampu bekerja dua kali lebih cepat jika dibandingkan dengan aplikasi sejenis lainnya. Rufus juga mendukung beberapa bahasa, selain bahasa Inggris, Rufus versi terbaru telah mendukung banyak bahasa termasuk  bahasa Indonesa. Hal ini tentunya sangat membatu bagi Andayang baru menggunakan aplikasi ini.

Terdapat pula fitur low-level utility yang bisa digunakan untuk melakukan format yang tidak beresiko terhadap media penyimpanan. Rufus bisa dijalankan pada berbagai sistem operasi Windows contohnya Windows 7, 8, 8.1 dan juga Windows 10 dengan arsitektur 32 bit atau 64 bit.

Apa itu Rufus ?

Sebelum kita masuk ke topik utama, mungkin sebagian dari Anda belum mengetahui apa itu Rufus. Rufus adalah sebuah aplikasi buatan dari Pete Batard yang sudah ada sejak tahun 2011.

Fungsi utama dari Rufus adalah untuk memformat dan membuat perangkat USB flash menjadi bootable, seperti flashdisk, kartu memori, dll. Aplikasi ini berlisensi GNU GPL V3, sehingga Anda bisa mendownloadnya secara gratis di website resminya https://rufus.ie/

Kegunaan dari Rufus 

Seperti yang sudah dijelaskanfungsi utama  dari Aplikasi Rufus ini untuk membat flashdisk atau media penyimpanan lainnya menjadi bootable. Tetapi selain itu ada beberapa kegunaan dari Rufus yang di jleaskan pada website resminya, diantaranya adalah:

  • Membuat media instalasi USB dari ISO bootable (Windows, Linux, UEFI, dll.)
  • Bekerja pada sistem yang tidak memiliki OS yang terinstal
  • Melakukan flash BIOS atau firmware lain dari DOS. Modus DOS sendiri berguna untuk banyak hal, salah satunya adalah melakukan upgrade BIOS.
  • Berguna untuk menjalankan utilitas tingkat-rendah

Cara menggunakan Rufus

Setelah Anda mengetahui apa itu Rufus dan kegunaan dari Rufus, sekarang kita masuk ke topik utama yaitu cara menggunakan Rufus, Sebelum lanjut ke langkah- langkahnya Anda terlebih dahulu harus mendownload aplikasi Rufus.

Ada  dua versi Rufus yang bisa Anda download yaitu installer dan portable dengan ukuran file yang terbilang cukup kecil untuk sebuah aplikasi desktop yaitu hanya 1 MB. Tersedia juga arsitektur 32 bit dan 64 bit, sehingga Anda bisa memilih sesuai dengan OS yang sedang berjalan di PC/laptop Anda.

Siapkan juga ISO OS yang akan Anda gunakan, pada tutorial ini saya akan membuat flashdisk bootable yang berisikan OS Windows 10. Bagi Anda yang belum mempunyai ISOnya bisa mengunjungi halaman Microsoft di sini.

  • Setelah selesai mendownload aplikasi Rufus silahkan di instal seperti biasa, khusus untuk yang portable cukup double klik saja file Rufus yang sudah di download.
  • Jalankan  aplikasi Rufus kemudian masukan flashdisk yang akan Anda jadikan sebagai bootable. Disarankan menggunakan flashdisk berkapasitas 8 GB atau yang lebih besar.
  • Langkah berikutnya Rufus akan secara otomatis mendeteksi informasi dari flashdisk yang Anda gunakan seperti kapasitas, volume label, dan sebagainya.

Cara Menggunakan Rufus

  • Jika flashdisk yang Anda masukkan tidak terdeteksi, jangan buru-buru menggantinya. Silahkan Anda klik ikon tanda panah show advanced drive properties, akan muncul beberapa opsi tambahan dibawahnya. Centang opsi ‘List USB Hard Drives’

Cara Menggunakan Rufus

  • Selanjutnya klik tombol SELECT, kemudian silahkan masuk ke folder dimana file ISO sistem operasi disimpan. Pada tutorial ini saya gunakan file ISO Windows 10, pilih file kemudian klik open
  • Pada langkah ini, Anda perlu mengatur Boot Selection. Namun secara otomatis aplikasi akan menampilkan versi operasi sistem yang sudah Anda tambahkan tadi. Untuk bagian Partition scheme silahkan pilih MBR dan di bagian  Target system menjadi BIOS (or UEFI-CSM).

Cara Menggunakan Rufus

  • Pada  bagian Format Option, silahkan beri nama Volume Label sesuai dengan selera. Kemudian atur File system ke NTFS selanjutnya Show advanced format options lalu centang Quick Format dan create extended label and icon files seperti gambar di bawah ini.

Cara Menggunakan Rufus

  • Sebelum Anda mengklik tombol start, saya sarankan Anda untuk mem-backup terlebih dahulu data yang ada pada flashdisk. Jika sudah sekarang  Klik tombol Start untuk memulai proses pembuatan bootable menggunakan flashdisk.

Cara Menggunakan Rufus

  • Setelah itu akan muncul jendela peringatan yang akan mengatakan bahwa seluruh file di dalam flashdisk kita akan terhapus. Jika sudah melakukan backup Anda bisa langsung Klik OK untuk melanjutkan.
  • Pada langkah ini kita tinggal menunggu proses pembuatan bootable yang mungkin memakan waktu 10 sampai 15 menit. Tergantung besar file ISO windows dan kecepatan flashdisk yang kita gunakan. Disarankan menggunakan flashdisk yang sudah support 3.0.

Cara Menggunakan Rufus

  • Langkah terakhir, akan muncul  status berwarna hijau pada bar proses disertai  tulisan Ready. Ini menandakan bahwa proses membuat bootable flashdisk sudah selesai. Silahkan tekan tombol close dan flashdisk siap digunakan, jangan lupa juga eject flashdisk dengan aman.

cara-menggunakan-rufus-7

Setelah proses pembuatan flashdisk bootable selesai, maka Anda sudah bisa menggunakannya untuk melakukan instal ulang Windows. Restart PC/ laptop Anda lalu masuk ke menu setting BIOS untuk mengatur booting BIOS pada PC/laptop Anda menjadi  first booting ke flashdisk.

Demikian cara menggunakan aplikasi Rufus untuk membuat flashdisk menjadi bootable.Cara yang sama juga bisa Anda aplikasikan untuk Sistem operasi Linux dan Mac OS. Selamat mencoba!

Image Header : makeuseof.com

[Review] HP Elitebook 735 G6: Laptop Bisnis dengan Spesifikasi AMD yang Tinggi dan Standar Militer

HP selama ini menawarkan solusi untuk pengguna korporasi dan UKM dengan laptop yang memakai platform Intel. Namun seiring dengan waktu, AMD yang merupakan solusi alternatif platform komputer, saat ini sudah menawarkan segudang performa yang mampu menyaingi Intel dengan Ryzen. Hal tersebut pula yang membuat HP menyajikan laptop-laptop yang ditenagai dengan prosesor AMD Ryzen, yang salah satunya adalah HP EliteBook 735 G6.

HP EliteBook 735 G6

Laptop yang datang ke meja pengujian tim DailySocial ini memang ditawarkan untuk mendukung para pelaku UKM. HP EliteBook 735 G6 juga menawarkan trackpoint yang sepertinya sudah menjadi standar untuk sebuah laptop bisnis, karena lebih menawarkan tingkat ketepatan dibandingkan dengan touchpad.

Laptop yang satu ini juga sudah memiliki sertifikasi militer. Standar yang dikenal dengan nama MIL-STD 810G memastikan bahwa laptop ini mampu menahan benturan serta beberapa kondisi ekstrim lainnya.

Untuk spesifikasinya, HP EliteBook 735 G6 menggunakan

Prosesor AMD Ryzen 7 Pro 3700U (4C8T) 2,3 GHz Turbo 4 GHz
GPU Vega 10
RAM 8 GB DDR4 2400 MHz Single Channel
Storage Intel SSD 512 GB
Layar 13.3 inci 1920×1080 IPS
OS Windows 10
Bobot 1,33 kg
Dimensi 310,4 x 229,3 x 17,7 mm
Baterai 3 cell 50 Wh

Spesifikasi menurut CPU-Z dan GPU-Z adalah sebagai berikut

Unboxing

Laptop ini datang hanya dengan charger-nya saja didalam paket penjualannya

HP EliteBook 735 G6 - Charger

Desain

Saat mengeluarkan laptop ini dari paket penjualannya, saya merasakan sekali bahwa build dari HP EliteBook 735 G6 cukup kokoh. Hal ini dikarenakan HP EliteBook menggunakan chassis dengan bahan aluminium. Walaupun begitu, laptop ini rasanya tidak terlalu berat saat diangkat dengan menggunakan satu tangan. Dengan warna perak, laptop ini cukup terlihat menawan.

HP EliteBook 735 G6 - Kiri

Layar dari HP EliteBook 735 G6 menggunakan tipe IPS. Dengan dimensi 13,3 inci ternyata tidak membuat laptop ini terasa kecil. Dengan resolusi 1920×1080 juga membuat layarnya cocok dipakai untuk menonton dan melakukan editing video serta gambar. Sayangnya, bingkai yang dimiliki oleh HP EliteBook 735 G6 masih cukup besar.

HP masih memberikan trackpoint pada laptop yang satu ini. Trackpoint memberikan ketepatan yang jauh lebih baik dari touchpad, di mana pointer mouse tidak akan naik turun walau hanya beberapa milimeter pada saat jari diangkat. Tentu saja hal tersebut cukup dibutuhkan pada saat pengguna sedang melakukan editing gambar.

HP EliteBook 735 G6 - Kanan

HP juga menyematkan beberapa fungsi keamanan pada laptop EliteBook 735 G6. Yang pertama adalah standar militer MIL-STD 810G di mana laptop ini akan lebih tahan terhadap kondisi ekstrim dibandingkan dengan notebook lainnya. Hal ini membuatnya lebih tahan terhadap debu, guncangan, benturan, dan lain sebagainya.

HP EliteBook 735 G6 juga memiliki Sure Start yang membuat BIOS aman terhadap malware. Sure Click juga dimiliki oleh laptop ini agar pengguna terlindungi dari kesalahan klik pada sebuah website atau email  yang mencurigakan. Terakhir, Sure Sense membuat laptop yang terhubung ke server HP agar dapat mencegah software yang mencurigakan.

HP EliteBook 735 G6 - Trackpad

Di bagian kanan dari laptop ini akan ditemukan slot audio 3.5mm, USB 3.1, HDMI, LAN, pembaca kartu SD, USB-C, dan power slot. Di bagian kirinya terdapat slot USB 3.1. Di bagian tengah keyboard yang menggunakan tombol bermodel chiclet terdapat trackpoint berwarna hitam.

Pengujian

HP EliteBook 735 G6 menggunakan prosesor AMD Ryzen 7 3700U yang khusus dibuat oleh AMD agar dapat berjalan pada laptop. Dengan kecepatan 2,3 GHz, prosesor empat inti dan delapan thread ini bisa berjalan di kecepatan 4 GHz dalam kondisi tertentu. TDP-nya sendiri di-rating pada 15 watt.

Dengan menggunakan grafis Vega 10, HP EliteBook 735 G6 sudah dapat menjalankan berbagai game baru dan ringan. Namun, jangan berharap menjalankan game AAA yang baru saja keluar dengan setting paling tinggi. Untuk menjalankan software yang membutuhkan hardware acceleration, tentu saja iGP yang dimiliki sudah mumpuni.

Sayang, karena keterbatasan waktu, saya tidak sempat menguji bermain game. Padahal, Ryzen 7 3700U dengan Vega 10 tentu saja sudah mampu bermain beberapa game. Namun, hal tersebut masih bisa kita lihat dengan nilai benchmark yang sudah dilakukan.

Untuk pembanding, saya kembali membawa laptop dengan prosesor Ryzen 7 2700U dan Ryzen 3 2200U. Mari kita lihat seberapa kencang kinerja dari Ryzen 7 3700U ini dibandingkan dengan kakaknya.

Baterai

DailySocial menguji laptop yang satu ini berdasarkan berapa lama sebuah perangkat bisa menonton file video 1080p. Perlu diketahui bahwa tidak satu tes baterai pun yang mampu memberikan hasil yang sama dengan penggunaan sehari-hari. Hanya saja, sebuah riset pernah dilakukan untuk mengukur pemakaian sebuah laptop. Hasilnya, untuk nonton video, laptop yang satu ini ternyata hanya bisa bertahan selama 5 jam 35 menit. Tentu saja saat digunakan dalam menggunakan Office ringan, hasilnya bisa jadi lebih lama. Tetapi jika digunakan untuk melakukan rendering video, sepertinya akan lebih cepat habis.

Verdict

Mencari sebuah laptop yang digunakan untuk bekerja memang membutuhkan kenyamanan dan keamanan yang berlebih. Hal ini tentu saja untuk melindungi data yang ada didalam laptop tersebut. Oleh karena itu, HP menawarkan EliteBook 735 G6 yang baru di tahun 2019 agar lebih nyaman dan aman saat digunakan.

Dengan menggunakan APU AMD Ryzen 7 3700U, membuat laptop ini bertenaga dan lebih hemat. Prosesornya sendiri memiliki 8 thread yang membuatnya dapat mengakses banyak pekerjaan dalam satu waktu. Dengan Vega 10 juga membuat laptop ini dapat digunakan untuk bermain game dengan cukup nyaman. Apalagi, untuk melakukan rendering juga sudah cukup baik.

Laptop ini dibanderol oleh HP dengan harga mulai dari Rp. 16.899.000. Harga tersebut tentu saja cukup tinggi untuk sebuah laptop yang menggunakan prosesor Ryzen 7. Namun, tingkat keamanan dan build yang dimiliki memang sudah lebih baik dari laptop untuk consumer. Pembeliannya tentu saja harus melalui negosiasi antara vendor dengan perusahaan yang ingin membelinya.

Sparks

  • Kinerja tinggi
  • Trackpoint tersedia
  • Fingerprint
  • Standar militer
  • Build kokoh
  • Daya tahan baterai cukup baik

Slacks

  • Bezel masih tebal
  • Harga tergolong cukup tinggi

 

[Review] Acer Swift 7: Kinerja Tinggi pada Laptop yang Tipis Banget!

Perlombaan untuk membuat perangkat laptop menjadi lebih tipis sepertinya belum selesai. Dengan semakin tipis sebuah laptop, tentu desainnya menjadi lebih cantik dan juga stylish. Akan tetapi, biasanya hal tersebut mengorbankan beberapa aspek, seperti kinerja dan juga panas yang dihasilkan.

Acer Swift 7 -

Akan tetapi, hal tersebut sepertinya sudah dipikirkan masak-masak oleh Acer dengan mengeluarkan seri terbaru dari Acer Swift 7 di tahun 2019 ini. Dengan ketebalan yang hanya 9.95 mm saja, Acer Swift 7 2019 ini disematkan spesifikasi yang sangat mumpuni untuk dipakai dalam bekerja.

Spesifikasi lengkapnya adalah sebagai berikut

Prosesor Intel Core i7 8500Y (2C4T @ 1.5 GHz, Turbo 4.2 GHz)
GPU Intel UHD 615
RAM 16 GB LPDDR3
Storage SSD 512 GB
Layar 14 inci 1920×1080 IPS
OS Windows 10
Bobot 890 gram
Dimensi 317.5 x 190.5 x 9.95 mm
Baterai 3 cell 36 Wh 2770 mAh

Satu yang cukup disayangkan pada spesifikasi yang diberikan adalah pemasangan RAM dengan mode single channel. Hal ini tentu saja mengurangi kinerja keseluruhan dari laptop Swift 7 ini. Tentunya, hal tersebut memang harus dilakukan mengingat dimensi dari laptop ini yang sangat tipis, sehingga tidak dapat menempatkan slot memori kedua.

Spesifikasi menurut CPU-Z dan GPU-Z adalah sebagai berikut

Unboxing

Di dalam kotak paket penjualannya, akan ditemukan perlengkapan sebagai berikut

Acer swift 7 - Unboxing

Acer Swift 7 - Case Unbox

Desain

Pertama kali membuka paket penjualannya yang terlihat cukup premium, saya tidak percaya dengan apa yang saya lihat. Sebuah Ultrabook dengan dimensi yang sangat tipis. Namun saat mengeluarkannya, terasa bahan plastik karbonat yang menyelimuti sekujur tubuh Swift 7 ini. Walaupun begitu, body dari Acer Swift 7 tidak terasa ringkih, justru cukup kokoh karena memiliki rangka aluminium.

Acer Swift 7 - Tipis

Saat saya mengangkat Acer Swift 7 pun juga seperti mengangkat sebuah amplop yang berisikan kertas A4. Yup, seringan itu. Bobotnya tidak mencapai 1 kg, sehingga sangat nyaman untuk dibawa ke mana saja. Bahkan dengan form factor 13 inci, Acer berhasil membuat Swift 7 memiliki layar dengan dimensi yang lebih tinggi.

Layar tersebut memiliki dimensi 14 inci karena Acer mengecilkan bingkai yang ada pada bagian samping dan atas-bawahnya dengan ukuran hanya 2,57 mm. Layarnya sendiri memiliki resolusi 1920×1080 dengan jenis IPS dan bisa dioperasikan dengan menyentuhnya. Untuk lebih tahan terhadap goresan, Swift 7 sudah dilindungi dengan Gorilla Glass 6.

Acer Swift 7 - Sisi Kiri

Oleh karena bingkai yang kecil, tentu saja kameranya harus diletakkan pada tempat yang berbeda. Acer pun menaruhnya pada ruang di atas keyboard, yang sayangnya akan membuat orang seperti sedang mendongak ke atas saat melakukan panggilan video. Namun hal ini tentu saja cukup unik karena Acer tidak mengurangi feature yang ada pada sebuah laptop.

Keyboard yang ada pada Acer Swift 7 juga terasa cukup nyaman untuk digunakan. Acer mendesain setiap tuts sedikit lebih besar dari keyboard pada umumnya. Feedback dari keyboard-nya sendiri juga terasa responsif sehingga nyaman digunakan untuk mengetik secara cepat.

Acer Swift 7 - Webcam

Dengan desain yang tipis ini, tentu saja tidak ada ruang untuk menaruh kipas. Menggunakan prosesor seri Y memang membuat pendinginnya tidak memerlukan hembusan angin dari kipas. Jadi, tidak akan ada suara berisik yang datang dari dalam laptopnya.

Pada sisi kiri laptop ini hanya terdapat sebuah port audio 3,5 mm beserta dengan dua buah LED untuk notifikasi baterai dan penunjuk bahwa perangkat ini sedang menyala. Pada bagian kanan terdapat dua port Thunderbolt 3 yang secara standar sama dan kompatibel dengan dan USB-C.

Acer Swift 7 - Sisi Kanan

Pengujian

Acer Swift 7 2019 menggunakan prosesor Intel Core i7 8500Y yang khusus dibuat oleh Intel agar dapat berjalan tanpa kipas. Dengan kecepatan 1,5 GHz, prosesor dua inti dan empat thread ini bisa berjalan di kecepatan 4,2 GHz dalam kondisi tertentu. TDP-nya sendiri di-rating pada 7 watt.

Dengan menggunakan Intel UHD 615, Acer Swift 7 sudah dapat menjalankan berbagai game lama dan ringan. Namun, jangan berharap menjalankan game AAA yang baru saja keluar. Untuk menjalankan software yang membutuhkan hardware acceleration, tentu saja iGP yang dimiliki sudah mumpuni.

Untuk memperlihatkan kinerjanya, saya kembali menghadirkan Ryzen 3300U. Tentu saja bukan karena ingin membuat sebuah perbandingan yang tidak seimbang, hanya untuk menunjukkan seberapa baik kinerja dari prosesor yang dipasang saat dipakai untuk bekerja. Berikut adalah perbandingannya

Baterai

DailySocial menguji laptop yang satu ini berdasarkan berapa lama sebuah perangkat bisa menonton file video 1080p. Perlu diketahui bahwa tidak satu tes baterai pun yang mampu memberikan hasil yang sama dengan penggunaan sehari-hari. Hanya saja, sebuah riset pernah dilakukan untuk mengukur pemakaian sebuah laptop. Hasilnya, untuk nonton video, laptop yang satu ini ternyata hanya bisa bertahan selama 2 jam 54 menit. Tentu saja saat digunakan dalam menggunakan Office ringan, hasilnya bisa jadi lebih lama. Tetapi jika digunakan untuk melakukan rendering video, sepertinya akan lebih cepat habis.

Verdict

Desain Ultrabook memang mengharuskan sebuah perangkat harus tipis. Oleh karena itu, dimensinya semakin tipis dari pertama kali Intel mengumumkan standarisasinya. Dan saat ini, Acer pun berhasil membuat laptop yang lebih tipis lagi lewat Swift 7.

Kinerja yang ditawarkan oleh Acer Swift 7 2019 ini memang sangat mumpuni untuk digunakan bekerja maupun melakukan editing gambar ringan. Hal tersebut tanpa harus khawatir laptopnya akan menjadi panas, karena menggunakan Intel seri Y. Game-game ringan juga dapat dimainkan pada laptop ini.

Acer melabel Swift 7 dengan harga Rp. 29.999.000. Harganya memang lebih tinggi dibandingkan yang dijual di luar negeri. Namun untuk para pecinta mode dan style, harga tersebut tentunya tidak terlihat mahal.

Sparks

  • Tipis!
  • Tanpa kipas
  • Bezel tipis
  • Kinerja cukup baik
  • Responsif
  • Ringan

Slacks

  • Harus membeli converter tambahan untuk USB-A, SD Card, dan lainnya
  • Tentunya, desain tersebut harus dibayar dengan harga yang cukup tinggi
  • Tombol Del yang terlalu dekat dengan Backspace

Age of Empires IV, Microsoft Flight Simulator dan Game-Game Baru di Inside Xbox X019

Hampir semua publisher dan pemilik platform kini punya acara gaming-nya sendiri; Blizzard, Nintendo, PlayStation – beberapa bahkan melangsungkan lebih dari satu event dalam setahun. Dan kemarin, Microsoft baru saja menggelar Inside Xbox X019 secara live dari kota London. Acara ini cukup istimewa karena dimeriahkan pula oleh game-game third-party serta merangkul ekosistem gaming Xbox dan juga Windows.

Menariknya, Microsoft malah memutuskan untuk tidak membahas Xbox Scarlett. Sang publisher lebih mencurahkan perhatian pada pengumuman permainan baru, update Xbox Game Pass serta Project xCloud. Di kesempatan ini, Microsoft mengungkap kreasi anyar studio first-party-nya (Obsidian, Ninja Theory dan Rare), lalu memamerkan trailer terkini Star Wars Jedi: Fallen Order dan Wasteland 3 kreasi tim inXile. Oh, gameplay trailer Age of Empires IV yang begitu dinanti-nanti turut disingkap di sana.

Ini dia seluruh trailer baru dari Inside Xbox X019:

 

Microsoft Flight Simulator

Di trailer anyar permainan simulasi penerbangan mutakhir ini, developer mencoba memperlihatkan tingkat realisme dunia permainan, pilihan-pilihan pesawat autentik, serta sistem cuaca real-time yang dinamis. Microsoft Flight Simulator dikerjakan secara kolaboratif oleh Xbox Game Studios dan Asobo Studio asal Perancis, memanfaatkan engine buatan Asobo, ditopang oleh data Bing Maps serta teknologi Azure AI.

 

Age of Empires IV

Setelah penantian selama satu dekade, Microsoft akhirnya resmi mengumumkan eksistensi dari sekuel salah satu seri permainan strategi paling legendaris, namun kita harus menunggu dua tahun lagi hingga bisa mengintip seperti apa gameplay Age of Empires IV. Menggantikan peran Ensemble Studios yang sudah tutup, game dikembangkan oleh tim veteran RTS pencipta seri Company of Heroes dan Dawn of War, Relic Entertainment.

 

Everwild

Sejauh ini belum banyak yang diketahui mengenai Everwild, yaitu IP orisinal buatan Rare. Developer mendeskripsikannya sebagai dunia baru tempat hal-hal unik dan pengalaman tak terlupakan terjadi. Berdasarkan trailer-nya, pemain akan bertualang di alam terbuka yang dipenuhi flora dan fauna magis. Eksplorasi dapat dilakukan bersama-sama dan stealth tampaknya menjadi elemen penting di sana.

 

Grounded

Setelah sukses dengan The Outer Worlds, maestro RPG Obsidian kali ini mencoba sesuatu yang berbeda. Grounded merupakan permainan survival kooperatif yang menempatkan Anda sebagai manusia liliput untuk bertualang di halaman belakang rumah ala film Honey, I Shrunk the Kids. Tapi mengingat Grounded ialah game Obsidian, developer tentu tidak melupakan aspek narasi serta role-playing.

 

Wasteland 3

Tak banyak gamer tahu, Wasteland adalah game yang mencetus rangkaian permainan post-apocalypse sekaligus ‘ayah’ dari seri Fallout. Wasteland 3 rencananya akan dirilis di 2020, 32 tahun setelah debut permainan pertamanya. Pengembangannya kembali dinahkodai oleh sang desainer Brian Fargo, kali ini di bawah studio miliknya, inXile. Game membawa Anda ke Kolorado di masa depan yang telah membeku dan terbengkalai.

 

Tell Me Why

Tell Me Why ialah kreasi selanjutnya dari talenta di belakang seri Life is Strange. Seperti pendahulunya itu, game menitikberatkan penyampaian cerita yang personal, membawa Anda ke Alaska, fokus pada upaya saudara kembar Alyson dan Tyler Ronan dalam menguak misteri masa lalu mereka. Game juga kembali disajikan secara episodik, dan developer Dontnod menjanjikan waktu rilis yang jelas serta terprediksi.

 

Bleeding Edge

Setelah dilangsungkannya masa pengujian hampir setengah tahun, Bleeding Edge siap untuk dirilis di bulan Maret tahun depan. Bleeding Edge adalah permainan multiplayer kompetitif berbasis kelas garapan studio pencipta Hellblade. Anda dapat memilih peran antara assassin, support atau tank. Bleeding Edge merupakan game pertama Ninja Theory setelah studio asal Inggris ini resmi berada di bawah payung Microsoft.

 

Halo: Reach – Halo: The Master Chief Collection

The Master Chief Collection adalah bundel seri game Halo yang diracik khusus untuk platform current-gen. Setelah tersedia di Xbox One, ia dipoles lagi agar siap meluncur di PC. Enam game yang ada di sana sengaja diintegrasikan agar menyuguhkan satu pengalaman utuh. Dan di awal Desember nanti, bagian ‘pertama’ The Master Chief Collection sudah bisa dinikmati, dimulai dengan prekuel Combat Evolved, Halo: Reach.

 

Minecraft Dungeons

Tak ada crafting, bangun-membangun dan kegiatan menghancurkan balok di spin-off Minecraft ini. Dungeons malah mencoba menyuguhkan pengalaman ala Diablo lewat gameplay action-RPG, mempersilakan Anda menjelajahi ruang-ruang dalam tanah, menjinakkan perangkap serta menemukan harga karun. Game bisa dimainkan bersama oleh empat pemain, rencananya akan meluncur pada bulan April 2020.

 

Star Wars Jedi: Fallen Order

Jedi: Fallen Order resmi dirilis beberapa saat lalu. Sebelum momen itu tiba, Microsoft memperkenankan Electronic Arts untuk memublikasikan trailer live action yang mengedepankan tema imajinasi. Saya rasa, iklan ini sengaja dirancang buat meluluhkan hati orang tua agar mereka menghadiahkan game pada buah hatinya. Tak ada yang salah dengan itu. Lagi pula, kita tahu hari Natal akan segera tiba…