Project Loon dan Wing Kini Merupakan Perusahaan yang Berdiri Sendiri di Bawah Alphabet

Masih ingat dengan Project Loon? ‘Balon Wi-Fi’ garapan Google yang pertama diumumkan ke publik di tahun 2013 dan sempat beberapa kali melintasi tanah air? Belakangan memang tidak banyak kabar mengenainya, akan tetapi baru-baru ini, X, anak perusahaan Alphabet (induk Google) yang bertanggung jawab atas Loon, telah mengumumkan ‘kelulusan’ proyek ambisius tersebut.

Lulus di sini maksudnya adalah Loon telah resmi berganti status dari yang tadinya sebatas proyek eksperimental menjadi perusahaan yang berdiri sendiri di bawah Alphabet. Misi yang diemban tidak berubah, yakni untuk menyebarkan jaringan internet ke seluruh pelosok dunia.

Selain Loon, ada satu lagi proyek eksperimental X yang juga dinyatakan lulus, yaitu Project Wing. Tim Wing pada dasarnya mengembangkan layanan pengiriman barang berbasis drone, dan mereka juga sudah rutin melakukan pengujian sejak lama, tepatnya sejak tahun 2014.

Project Wing

Baik Loon dan Wing kini sama hierarkinya dengan Waymo, yang juga berawal dari salah satu proyek X dan kini sudah beroperasi sendiri mengembangkan teknologi kemudi otomatis. Pengumuman kelulusan ini sejatinya menegaskan bahwa fondasi teknologi yang dibutuhkan kedua proyek ambisius tersebut sudah benar-benar matang dan siap dieksekusi ke tingkat yang lebih lanjut.

Yang cukup menarik, pengumuman ini datang tidak lama setelah Facebook diberitakan batal meneruskan pengembangan proyek serupa yang bernama Aquila. Apakah Alphabet melihat mundurnya Facebook sebagai peluang bagi Loon untuk berkembang lebih jauh lagi? Bisa jadi, tapi yang pasti pengumuman kelulusan ini boleh dilihat sebagai bukti agar kita tak lagi meremehkan proyek-proyek yang pada awalnya terkesan terlalu ambisius.

Sumber: VentureBeat dan X.

Helm Pintar Jarvish X-AR Usung Teknologi Augmented Reality dan Amazon Alexa

Ketika produsen punya keleluasan untuk menerapkan kemampuan pintar di kendaraan roda empat, ruang implementasi sistem hiburan dan navigasi di tipe transportasi roda dua cukup terbatas. Beberapa jenis aksesori tambahan untuk motor sempat ditawarkan, namun sejumlah perusahaan sadar bahwa solusi paling efektifnya adalah mengintegrasikan teknologi ke dalam helm.

Saat ini, ada  beberapa model helm motor pintar yang bisa Anda pilih (kecuali Skully AR-1). Mereka punya fitur unggulan berbeda, tapi pada dasarnya, perangkat-perangkat ini memberikan pengendara kemudahan akses ke segala macam teknologi pintar sembari meningkatkan kesadaran mereka terhadap keadaan di sekitarnya. Dan dalam meracik smart helmet barunya, tim Jarvish mengombinasikan teknologi augmented reality dan Amazon Alexa.

Di tahun 2017, developer asal Taiwan yang memiliki nama seperti AI buatan Tony Stark itu meluncurkan helm pintar generasi pertamanya dan produk tersebut ternyata populer di kalangan penegak hukum. Dan inkarnasi terbarunya ini merupakan salah satu helm pertama yang ditunjang oleh Alexa. Kehadiran kecerdasan buatan Amazon itu memungkinkan kita mengakses serta mengatur berbagai fungsi helm via perintah suara.

X-AR 5

X-AR merupakan pengembangan lebih jauh dari varian X dan dibekali segala macam fitur konektivitas yang sama. Namun Jarvish meng-upgrade-nya dengan sistem augmented reality berupa HUD berbasis optik untuk menampilkan informasi-informasi penting, misalnya kondisi lalu lintas serta prakiraan cuaca. Dan layaknya ekstensi dari smartphone Anda, X-AR dapat memberikan notifikasi panggilan serta pesan masuk.

X-AR 4

Selain HUD, Jarvish juga menyematkan kemera beresolusi 2K yang diarahkan ke sisi belakang. Dengannya, Anda tidak perlu lagi repot-repot menoleh ke spion – cukup perintahkan Alexa untuk melihat apa yang dilihat oleh kamera. Dengan metode serupa, Anda bisa mengembalikan HUD hingga mengatur tinggi rendahnya volume lagu.

X-AR 1

Agar X-AR dapat melakukan tugasnya secara optimal, Jarvish melengkapi helm ini bersama memori built-in 16GB yang bisa ditambah hingga 256GB, konektivitas Bluetooth dan Wi-Fi, serta baterai berdaya tahan sampai lima jam. Selain itu, X-AR kompatibel dengan perangkat Android maupun iOS.

X-AR 6

Seperti Jarvish X, X-AR mempunyai desain sporty layaknya helm motor full-face standar. Agar ringan dan kuat, produsen memanfaatkan konstruksi serat karbon, dan memastikannya lulus berbagai sertifikasi keselamatan. Koleksi sertifikat X-AR cukup banyak, meliputi ECE R22.05 (Eropa), DOT (Amerika Serikat dan Kanada), CNS 2396, CNS 13438, CNS 13439 (Asia), dan FCC (sertifikasi keamanan radiasi elektronik).

Belum diketahui kapan X-AR akan tersedia dan berapa harganya. Menurut info dari Wearable.com, produk boleh jadi dibanderol di harga US$ 1.000 dan akan mulai didistribusikan di awal tahun 2019.

Google Glass Resmi Berkiprah Kembali di Segmen Enterprise

Terakhir kali kita mendengar kabar mengenai Google Glass adalah di penghujung tahun 2015, dimana pada saat itu beredar foto versi kedua Google Glass yang ditujukan untuk kalangan enterprise. Kabar tersebut ternyata akurat, sebab Google baru saja mengumumkan ketersediaan Glass Enterprise Edition (EE) secara resmi.

Glass EE bukan lagi sekadar produk eksperimental, melainkan versi final yang sudah digunakan oleh lebih dari 50 perusahaan dari beragam industri (agrikultur, manufaktur, medis maupun logistik), yang mencakup nama-nama besar seperti Boeing, Volkswagen, General Electric serta DHL.

Google Glass Enterprise Edition

Versi baru Glass ini sepintas kelihatan mirip seperti yang dulu, akan tetapi sejatinya ada satu perubahan desain yang sangat signifikan: modul Glass EE bisa dilepas dan dipasangkan ke kacamata apapun, termasuk pelindung mata yang biasa digunakan di kawasan industri.

Jeroannya tentu juga ikut di-upgrade. Selain mengemas prosesor yang lebih kencang, koneksi Wi-Fi yang lebih cepat dan baterai yang lebih awet, kameranya juga naik kelas dari 5 megapixel ke 8 megapixel. Yang tidak kalah penting, sekarang akan ada indikator yang menyala ketika pengguna memakainya kameranya untuk merekam video – meski ini tak lagi relevan tanpa eksitensi Glass di segmen consumer.

Google Glass Enterprise Edition

Penggunaan Glass di bidang industri memang jauh lebih masuk akal ketimbang di tangan konsumen sehari-hari. Pekerja pabrik yang kedua tangannya selalu sibuk bisa bekerja secara lebih efisien tanpa harus berhenti sejenak untuk mencontek buku manual, semua instruksi yang diperlukan bisa langsung ditampilkan di hadapan matanya oleh Glass.

Sebagai produk enterprise, wajar apabila tidak ada banderol harga yang tercantum pada Glass EE. Google sendiri memilih untuk memasarkannya lewat jaringan mitranya, yang berarti Glass EE bakal dibundel bersama solusi bisnis yang spesifik yang dibutuhkan oleh para konsumennya.

Sumber: TechCrunch dan X.

Bisa Melesat Hingga 650 Km/h, Mobil Konsep SRT Tomahawk Ditenagai ‘Udara’

“Kecepatan tidak pernah membunuh siapapun. Berhenti tiba-tiba, itulah penyebabnya,” begitu kata mantan presenter Top Gear, Jeremy Clarkson. Meski demikian, upaya perusahaan otomotif untuk menciptakan alat transportasi tercepat di darat tidak kunjung berhenti. Kali ini tim Fiat Chrysler SRT mencoba memberi gambaran kira-kira seperti apa kendaraan balap 20 tahun lagi. Continue reading Bisa Melesat Hingga 650 Km/h, Mobil Konsep SRT Tomahawk Ditenagai ‘Udara’