[Review] OPPO R17 Pro, Atraktif di Banyak Aspek

Tak puas menguasai pasar smartphone kelas menengah dengan F dan A series, OPPO mulai beranjak menjajaki pasar smartphone premium.

Dimulai dengan membawa kembali Find series yakni OPPO Find X, kini R series lewat R17 Pro juga telah resmi menyesaki pasar premium Indonesia.

Posisi smartphone R series ini satu level di atas mid-range smartphone F series (seperti F9) dan satu level di bawah true flagship Find series (seperti Find X).

Dibanderol Rp9.999.000, perangkat ini membawa desain dan banyak fitur premium seperti under-display fingerprint reader, SuperVOOC flash charge, hingga konfigurasi triple camera, serta hardware yang mumpuni.

Selengkapnya, berikut review OPPO R19 Pro.

Desain Waterdrop Screen dengan Warna Radiant Mist

OPPO R17 Pro yang dirilis di Indonesia hanya tersedia dalam satu varian dan satu warna saja, yakni konfigurasi RAM 8GB dan storage 128GB dalam balutan warna radiant mist.

Corak rupa ini memiliki efek gradasi dari ungu ke biru laut yang sangat lembut. Namun selain warna yang indah, benjolan setup tiga kamera belakang OPPO R17 Pro ini juga cukup menyita perhatian.

Balikkan ke bagian depan, tampilan dari R17 Pro ini terlihat familier dengan desain waterdrop screen dan notch mini seperti setetes air di pucuk layar.

Bagian bezel samping, dahi, dan dagunya juga sudah super tipis. Cukup mengesankan, mengingat kebanyakan smartphone Android masih menyisakan dagu yang agak tebal.

Dimensinya 157,6×74,6 mm dengan ketebalan 7,9 mm dan bobot 183 gram. Kerangkanya dari material aluminium dan bagian belakangnya dari kaca matte dengan bagian sudut-sudut yang agak membulat sehingga terasa klop dalam dekapan tangan.

Untuk atribut kelengkapannya, tombol power berada di sebelah kanan dan tombol volume di sebelah kiri. Sisi atas ada mikrofon untuk noise canceling dan sisi bawah ada slot SIM hybrid, port USB Type-C 3.1 (Gen 1), mikrofon, dan speaker.

Sisi atas dan bawahnya mengadopsi desain crescent arc, di mana terdapat lengkungan sehingga ketika diletakkan keluaran suara dari speaker tidak terhalangi. Sayangnya, jack audio 3.5mm absen di R17 Pro – hal ini tentu agak merepotkan bagi sebagian pengguna.

Layar AMOLED

Smartphone R series ini memiliki fitur premium under-display fingerprint reader atau pemindai sidik jari tersembunyi di balik layar. Namun, dalam kampanyenya OPPO memang tidak begitu menonjolkan fitur yang satu ini.

Teknologi pemindai sidik jari ini memafaatkan sensor cahaya yang dapat menangkap gambar sidik jari pengguna. Kontribusi dari layar AMOLED tentu dibutuhkan, di mana jenis layar ini memiliki pencahayaan mandiri untuk membantu mempercepat pengenalan sidik jari.

Bentang layarnya sendiri berukuran 6,4 inci dengan resolusi Full HD+ (1080×2340 piksel) dalam aspek rasio 19.5:9. Permukaan layarnya sudah berlapis Corning Gorilla Glass 6 yang secara teori mampu bertahan bila jatuh pada ketinggian 1 meter sebanyak 15 kali.

Review-OPPO-R17-Pro

Pada pengaturan display & brightness, kita bisa menyesuaikan temperature warna layar – dari cooler, default, dan warmer. Mode night shield juga tersedia untuk mengurangi intesitas cahaya biru, kita dapat mengatur kapan fitur ini akan aktif di malam hari sehingga mata tetap nyaman.

Masih Android 8.1 Oreo

Review-OPPO-R17-Pro

OPPO R17 Pro masih menjalankan Android 8.1 Oreo, bukan versi terbaru Android 9 Pie. Seperti smartphone OPPO umumnya, R17 Pro dipersolek ColorOS 5.2.

Hanya ada homescreen tanpa ada app drawer, semua aplikasi dan widget terpampang di depan. Bagi yang membutuhkan informasi cepat, kita bisa mengakses melalui smart sidebar dan smart assistant yang menampilkan quick functions, weather, steps tracker, photos, events, dan favorite contacts.

Bila ingin tampil lebih personal, tersedia berbagai pilihan tema dan wallpaper yang bisa diunduh. Gaya animasi pemindai sidik jari juga bisa diubah, hanya ada lima pilihan yakni the ray, moon light, the gravity, the flash, dan colorful cloud.

Buat yang ingin memaksimalkan semua penampang layar untuk konten, kita bisa menggunakan navigasi berbasis gesture. Gerakannya mudah, misalnya usap sebelah kanan untuk fungsi back, usap sebelah kiri untuk recent taks, dan usap tengah untuk ke homescreen.

Soal pengamanan, performa pemindai sidik jari di bawah permukaan layar saat membuka kunci smartphone sudah terbilang lumayan. Meski dalam hal kecepatan dan keakuratan belum bisa menyamai pembaca sidik jari konvensional pada smartphone di kelasnya.

Sementara, untuk fitur face unlock-nya terbilang sangat cepat, tapi sangat tergantung pada kondisi cahaya. Kedua metode tersebut juga bisa digunakan bersama.

Jangan lupa mengaktifkan fitur lift-to-wake-up sehingga saat mengangkat smartphone, layar akan secara otomatis menyala tanpa perlu menekan tombol power. Kemudian, sistem akan mengidentifikasi wajah pengguna dan membuka kunci layar bahkan sebelum kita meraih pemindai sidik jari.

Kamera

Review-OPPO-R17-Pro

R17 Pro memiliki tiga kamera belakang dan satu kamera depan. Namun bila Huawei dengan Mate 20 Pro dan Samsung dengan Galaxy A7 menambah kamera ekstra ketiga dengan lensa wide-angle yang menyuguhkan sudut pandang super lebar, OPPO menerapkan konfigurasi berbeda dengan menyematkan kamera yang tidak biasa yang disebut 3D stereo time-of-flight atau disingkat 3D TOF pada R17 Pro.

Untuk saat ini, fungsi dari kamera 3D TOF ini memang tidak optimal. OPPO belum menyediakan software atau fitur untuk menggunakannya. Diungkap oleh Aryo Meidianto A, PR Manager OPPO Indonesia bahwa ekosistemnya belum siap. Masih butuh waktu untuk mengembangkan dan OPPO akan memberikan update di masa depan untuk mengoptimalkan sensor 3D TOF.

Review-OPPO-R17-Pro

Dua sensor lainnya ialah kamera utama dan sekunder sebagai depth sensor. Kamera pertamanya menggunakan sensor gambar Sony IMX 362 berukuran 1/2.55 inci, resolusi 12-megapixel, ukuran pixel 1.4µm, dan lensa wide 26mm dengan variable aperture f/1.5-2.4. Serta, yang tak kalah penting teknologi dual pixel PDAF dan OIS.

Terasa familier? Ya, OPPO seperti memboyong kamera utama milik Samsung Galaxy Note 9. Tapi persamaannya hanya sampai disitu saja, karena kamera keduanya 20-megapixel (AF) dengan aperture f/2.6 adalah depth sensor. Sementara, kamera depannya 25-megapixel, aperture f/2.0, sensor berukuran 1/2.8 inci dan pixel 0.9µm.

Soal antarmuka aplikasi kameranya terbilang simpel, cukup geser untuk berganti mode pengambilan gambar – ada mode expert, panorama, video, foto, portrait, night, dan stiker.

Ada tiga fitur favorit saya pada R17 Pro, pertama ialah fitur optical zoom sebanyak 2x – resolusi fotonya tetap terjaga pada resolusi 12-megapixel. Kedua ialah night mode, di mana shutter speed kamera akan berlangsung lebih lama sekitar 3 sampai 5 detik untuk menghasilkan foto yang cerah pada malam hari.

Review-OPPO-R17-Pro

Tentu saja, kontribusi OIS sangat mengambil peran besar pada kedua fitur tersebut. Sementara, yang ketiga ialah portrait mode-nya, hasilnya cukup memukau layaknya diberi pencahayaan ala studio.

Buat yang menyukai kendali penuh saat memotret, mode expert menyediakan pengaturan white balance, EV, ISO, shutter speed, dan manual focus. Sayangnya, tidak ada opsi untuk menyimpan hasil foto dalam format RAW.

Untuk perekam videonya, R17 Pro bisa merekam video 4K dan 1080p pada frame rate 30 fps saja. Menariknya, pada mode pengambilan video kita bisa mengaktifkan fitur beauty dan juga efek video.

Berikut beberapa hasil jepretan dari OPPO R17 Pro:

Mode Portrait

Hardware

Review-OPPO-R17-Pro

Bagian inti dari OPPO R17 Pro ialah Mobile Platforms terbaru dari Qualcomm, Snapdragon 710. Chipset Snapdragon 7 series ini ditujukan untuk segmen menengah ke atas.

Snapdragon 710 lebih powerful dan juga lebih efisien dari Snapdragon 660. Bahkan, hasil dari tes benchmark mengungkapkan performa CPU-nya setara dengan Snapdragon 835 tapi kekuatan GPU-nya belum menyamai.

SoC ini dibangun dengan fabrikasi 10nm dan membawa konfigurasi octa-core. Terdiri dari dual-core Kryo 360 Gold berkecepatan 2.2GHz dan hexa-core Kryo 360 Silver yang melaju pada 1.7GHz.

Soal pemrosesan grafisnya mengandalkan GPU Adreno 616. Daya gedornya disokong RAM besaran 8GB LPDDR4X dan storage 128GB yang bisa ditambah dengan mengorbankan slot SIM kedua untuk menampung microSD. Berikut hasil benchmark OPPO R17 Pro:

R17 pro merupakan smartphone R series pertama yang dilengkapi dengan SuperVOOC flash charge (10V/5A) dan menggunakan dua baterai bi-cell 1850 mAh dengan kekuatan pengisian ulang hampir menyentuh 50 watt. Hasilnya, dalam 10 menit baterai dapat terisi 40 persen dan dapat terisi penuh hanya dalam waktu 35 menit.

Verdict

Kehadiran R17 Pro memang bukan untuk menggantikan Find X, tapi sebagai pelengkap dan menjadi pilihan alternatif. R17 Pro juga mengusung fitur yang tak dimiliki oleh Find X seperti SuperVOOC flash charge (tapi ada di Find X Lamborghini), under-display fingerprint reader, dan NFC

Dibanderol nyaris Rp10 juta, pada rentang harga tersebut sejatinya kita memang bisa mendapatkan smartphone flagship dengan chipset Snapdragon 845, meski begitu selama proses review berlangsung Snapdragon 710 juga menunjukkan performa yang andal. Sekali lagi, R17 Pro ditekankan membawa inovasi teknologi, membawa fitur, dan desain dengan material premium.

Sparks

  • SuperVOOC flash charge
  • Under-display fingerprint reader
  • Smart aperture dan optical zoom 2x
  • Punya NFC

Slacks

  • Sensor 3D ToF belum optimal digunakan
  • Belum menjalankan Android 9 Pie

Meike Umumkan Lensa Full Frame Budget 50mm F1.7 untuk Canon EOS R dan Nikon Z Series

Bicara mengenai kamera mirrorless, hampir semua berpusat ke mirrorless full frame“. Sony akhirnya mendapat lawan yang sepadan dari Nikon, Canon, dan Panasonic.

Dengan sensor yang berukuran lebih besar, kelebihan kamera mirrorless full frame ialah mampu menangkap lebih banyak cahaya sehingga aktivitas memotret jauh lebih fleksibel. Performanya lebih baik saat mengunakan ISO tinggi di kondisi cahaya yang gelap dibanding kamera bersensor APS-C dan Micro Four Thirds.

Sayangnya, harga kamera full frame masih sangat mahal. Pilihan lensa yang terjangkau juga tidak banyak. Salah satu solusinya kita bisa melirik lensa buatan pihak ketiga, misalnya dari Meike – pabrikan aksesori fotografi asal Hongkong.

Meike telah meluncurkan lensa fix full frame fokus manual dengan harga terjangkau yakni 50mm F/1.7 untuk kamera Canon EOS R, Nikon Z 6, dan Nikon Z 7.

Meike 50mm F1.7 ini dirancang untuk fotografi portrait, mengusung 6 elemen dalam 5 grup, memiliki jarak pemfokusan minimum 0,5m, dilengkapi nanotechnology multi-layer coating, dan berat 310 gram. Harga lensa ini hanya US$139,99 atau sekitar Rp1,8 jutaan.

Sumber: DPreview

DxOMark Juga Menguji Kemampuan Kamera Depan Smartphone

Kemampuan kamera telah menjadi aspek penting dalam sebuah smartphone, skor dari DxOMark kerap pun menjadi benchmark dan referensi dalam menilai kualitas kamera smartphone.

Sebelumnya, DxOMark sendiri hanya menguji kamera belakang – baik itu still dan juga video. Sekarang mereka telah membuat kategori pengujian baru, yakni kamera depan smartphone.

Ya, fenomena selfie dan vlogging membuat penggunaan kamera depan meningkat signifikan. Sejalan dengan tren tersebut, beberapa pabrikan ponsel memang menjadikan kamera depan menjadi fitur unggulannya.

Sayangnya, kebanyakan masih fix focus (belum autofocus) dan melulu hanya soal besaran megapixel. Padahal ada banyak faktor yang menentukan kualitas foto.

Proses pengujian di DxOMark ini mencakup pemotretan sekitar 1.500 gambar dan puluhan footage dengan total lebih dari dua jam video.

Setiap perangkat diuji dengan cara yang sama persis, dalam pengaturan lab yang dikonfigurasi secara identik, menggunakan prosedur, scene, dan software yang sama. Sejumlah aspek yang dinilai antara lain exposure, color, focus, texture, noise, artifacts, flash, bokeh, hingga stabilization (khusus video).

DxOMark-Selfie-score-structure-1024x419

Seperti biasa, setelah menjalankan semua tes dan menganalisis hasilnya, penilaian foto dan video dilakukan secara terpisah dan kemudian digabungkan menjadi overall score. Hasilnya sebagai berikut:

1. Google Pixel 3 – 92 poin
2. Samsung Galaxy Note 9 – 92 poin
3. Xiaomi Mi MIX 3 – 84 poin
4. Apple iPhone XS Max – 82 poin
5. Samsung Galaxy S9 Plus – 81 poin
6. Google Pixel 2 – 77 poin
7. Huawei Mate 20 Pro 75 poin
8. Samsung Galaxy S8 – 73 poin
9. Huawei P20 Pro – 72 poin
10. Apple iPhone X – 71 poin

Google Pixel 3 keluar sebagai smartphone selfie terbaik versi DxOMark, menurut mereka smartphone by Google ini memiliki detail dan tekstur yang sangat baik.

Sementara, Samsung Galaxy Note 9 dengan skor yang sama berada diposisi kedua. Flagship Samsung ini unggul terutama perekam videonya, di mana color rendering menghasilkan komposisi warna yang menyenangkan, serta stabilisasi dan face exposure yang sangat baik dalam berbagai situasi.

Sumber: GSMArena

Samsung Umumkan Sensor Gambar 1/3.4 Inci 20MP dengan Form Factor Kecil

Kemampuan kamera pada smartphone terus meningkat. Setelah marak konfigurasi dual-camera, smartphone dengan triple-camera dan bahkan quad-camera di bagian belakang mulai berdatangan. Kamera depan juga mulai menjadi aspek yang sama pentingnya dengan kamera belakang.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Samsung telah mengumumkan sensor gambar baru beresolusi tinggi dengan form factor terkecil yakni ISOCELL Slim 3T2. Sensor gambar ini dirancang untuk smartphone full-screen display kelas menengah, terutama yang menggunakan desain hole-in display atau waterdrop dengan notch mini di pucuk layar.

samsung-umumkan-sensor-gambar-13-4-inci-20mp-dengan-form-factor-kecil-2

Berukuran 1/3.4 inci dengan resolusi 20-megapixel, pixel berukuran 0.8μm dan dilengkapi teknologi Tetracell. Di mana dalam kondisi cahaya rendah, empat pixel akan bekerja sebagai satu pixel 1.6μm pada resolusi 5-megapixel.

Selain untuk kamera depan, sehingga bisa menyempil manis pada noth – sensor ISOCELL Slim 3T2 juga bisa digunakan dalam konfigurasi multi-camera, misalnya sebagai modul telephoto pada kamera belakang.

Sensor akan menggunakan array filter warna RGB bukan Tetracell dan form factor yang kecil mengurangi ketinggian modul tele-camera sekitar 7 persen dibanding sensor gambar 1/3-inci 20MP Samsung.

Samsung ISOCELL Slim 3T2 juga mempertahankan resolusi efektif sebanyak 60 persen lebih tinggi pada rentang zoom digital 10x dibanding sensor gambar 13MP dengan ketinggian modul yang sama.

Sumber: news.samsung

OPPO Perpanjang Cashback Rp1 Juta R17 Pro Hingga 31 Januari 2019

OPPO secara resmi membawa R17 Pro ke pasar smartphone Indonesia pada tanggal 3 Januari 2019. Diikuti program pre-order dari tanggal 4-16 Januari dan dilanjutkan penjualan perdana dari tanggal 17-20 Januari di Mall Central Park, Jakarta.

Kini OPPO telah menutup sesi penjualan perdana dan R17 Pro sudah bisa didapatkan di seluruh toko resmi OPPO, peritel modern, dan e-commerce di Indonesia.

“Penjualan perdana OPPO R17 Pro mendapat sambutan baik oleh konsumen kami, pada hari pertama penjualannya 2 kali lebih baik dibanding penjualan perdana Find X.” Ujar Aryo Meidianto A, PR Manager OPPO Indonesia.

R17PRO Exhibition Day 01-86

Menanggapi hal tersebut, OPPO memperpanjang program cashback sebesar Rp1 juta hingga 31 Januari 2019 mendatang. Artinya, konsumen masih berkesempatan memiliki R17 Pro dengan cukup membayar Rp8.999.000 dari harga normal Rp9.999.000.

Keunggulan OPPO R17 Pro antara lain ialah kemampuan kameranya dalam memotret foto di malam hari dan pengisian daya cepat SuperVOOC. Smartphone R series ini dilengkapi dengan fitur night mode. Tentunya juga didukung dengan hardware yang mumpuni, seperti sensor 12 MP Sony IMX 362 dan smart aperture f1.5-f2.4.

Berkat teknologi SuperVOOC flash charge ini, dalam 10 menit baterai dapat terisi 40 persen dan dapat terisi penuh hanya dalam waktu 35 menit.

OPPO R17 Pro tersedia dalam satu varian dan satu warna, RAM 8GB dan storage 128GB dalam warna radiant mist dengan gradasi warna ungu muda dan biru muda.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh OPPO.

Samsung Umumkan Chipset Mid-range Exynos 7 Series 7904

Samsung telah mengumumkan chipset mobile terbaru mereka, yakni Exynos 7 Series 7904. SoC ini dibangun dengan fabrikasi FinFET 14nm dan membawa sejumlah fitur high-end untuk perangkat mid-range dan entry-level Samsung.

Menurut bocoran, chipset Exynos 7 Series 7904 akan mentenagai smartphone Galaxy M Series yang akan diperkenalkan pada tanggal 28 Januari. Untuk pertama kalinya, Samsung akan mengadopsi notch dengan desain waterdrop.

Seri Galaxy M ini sendiri dirancang untuk menghadapi smartphone dari pabrikan Tiongkok yang dibanderol dengan harga agresif, terutama di pasar India.

samsung-umumkan-chipset-mid-range-exynos-7-series-7904-1

Dari sisi teknis, Exynos 7904 menawarkan CPU octa-core. Terdiri dari dual-core Cortex-A73 berperforma tinggi yang berjalan pada 1,8GHz dan hexa-core Cortex-A53 yang irit daya pada kecepatan 1,6GHz.

Modem LTE pada chipset ini telah mengusung teknologi 3-carrier aggregation dan LTE Cat. 12 dengan kecepatan download hingga 600 Mbps. Sementara, resolusi layar yang bisa ditangani ialah Full HD+ (2400×1080 piksel).

Dari sisi fotografi, image signal processor (ISP) pada Exynos 7904 mendukung single-camera hingga resolusi 32-megapixel, dual-camera 16-megapixel + 16-megapixel, hingga konfigurasi triple-camera. Dukungan perekaman videonya cukup mengesankan, bisa merekam video Full HD pada 120 fps dan video 4K pada 30 fps.

Chipset Exynos 7904 telah memasuki produksi massal, kemungkinan besar akan memulai debutnya di dalam Galaxy M20 dan M30 yang segera diperkenalkan pada tanggal 28 Januari mendatang.

Sumber: news.samsung

[Review] Canon EOS R, Mirrorless Full Frame Pertama Canon

Bagi yang mengikuti perkembangan teknologi kamera, tentunya Anda sudah mengetahui bahwa Nikon, Canon, dan Panasonic telah mengumumkan kamera mirrorless dengan sensor berukuran full frame – ranah yang saat ini dikuasai oleh Sony.

Pada tahun 2018 lalu barulah percikannya, persaingan mirrorless di segmen full frame akan berkobar lebih besar di tahun 2019 sekarang ini.

Setelah me-review Sony Alpha A7 III yang menjadi benchmark bagi saya untuk mirrorless full frame, Dailysocial kedatangan mirrorless full frame pertama dari Canon, yakni EOS R yang hadir dengan mount lensa baru bernama Canon RF.

Sebelum lanjut, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada PT. Datascrip selaku distributor tunggal produk pencitraan digital Canon di Indonesia yang telah meminjamkan unit review Canon EOS R.

Bila Nikon Z 6 dan Nikon Z 7 mengambil pendekatan yang kurang lebih mirip seperti Sony Alpha A7 dan A7R series, Canon menempuh jalan berbeda. Mengusung resolusi 30,3-megapixel, di atas kertas spesifikasi EOS R berada di tengah-tengah mereka.

Ya, meski hanya mengandalkan satu kamera saja, tapi Canon menegaskan bahwa ini baru yang pertama. Berikut review Canon EOS R selengkapnya.

Bedanya RF-mount dan EF-mount

Apa yang baru pada mount lensa Canon RF? Untuk ukuran diameternya masih sama dengan Canon EF, yakni 54mm. Namun punya jarak ke sensor lebih dekat karena tak ada lagi cermin (mirrorless), hanya 20mm. Sementara, Canon EF jarak ke sensornya ialah 44mm.

Artinya, hal ini memungkinkan Canon membuat lensa-lensa RF dengan dimensi yang lebih ringkas. RF mount ini sendiri dilengkapi dengan koneksi 12-pin yang mampu mentransmisikan data besar pada kecepatan tinggi, sehingga komunikasi antara kamera dan lensa terjadi lebih cepat.

Lebih dari itu, sistem stabilisasi gambar Dual Sensing IS juga turut ditingkatkan. Sistem baru ini juga menawarkan ring kontrol tambahan pada lensa RF yang bisa dikustomisasi.

Desain Cukup Ramping dengan Mekanisme Layar Fully Articulated

Kesan awal mencicipinya pada acara peluncuran Canon EOS R di Indonesia adalah ukurannya yang cukup bongsor. Wajar saja, karena saat itu saya membawa Sony Alpha A7 III dengan lensa FE 28-70mm f3.5-5.6 OSS dan membandingkannya langsung dengan EOS R yang dipasangkan lensa RF 24–105mm f/4 L IS USM.

Ceritanya bakal lain kalau dibandingkan dengan kamera-kamera DSLR Canon, EOS R tentu lebih ramping. Setelah akhirnya tiba di meja redaksi Dailysocial dan mencobanya lebih intens, dimensi body dan hand grip yang lebih besar justru membuatnya lebih ergonomis dan nyaman sekali digenggam.

Yoga Wisesa - Tech Writer Senior | Hasil foto Canon EOS R
Yoga Wisesa – Tech Writer Senior | Hasil foto Canon EOS R

EOS R ini juga sempat dibawa oleh rekan saya, Yoga Wisesa untuk reportase ke CES 2019 di Las Vegas, AS. Sebagian hasil foto di bawah juga dipotret olehnya. Tetapi sebelum berangkat, dia sempat ragu-ragu dan berpikir dua kali untuk membawanya karena ukurannya. Pada akhirnya, dia tidak menyesal membawa EOS R setelah mendapati kualitas jepretannya.

Untuk desain EOS R sendiri, menurut saya sudah tampil modern dan keren. Kerangka EOS R terbuat dari material magnesium alloy yang tahan terhadap cuaca ekstrem, dengan dimensi 136x98x84 mm, dan bobot 660 gram termasuk baterai.

EOS R dilengkapi layar sentuh 3,2 inci beresolusi 2,1 juta dot dengan mekanisme fully-articulated, bisa ditarik ke samping dan diputar hingga 180 derajat yang tentunya dicintai oleh videografer atau para content creator.

Review-Canon-EOS-R

Di atasnya, ada electronic viewfinder (EVF) berpanel OLED dengan resolusi 3,69 juta dot dan tingkat perbesaran 0,76x. Lalu, pada pelat atas ada panel OLED kecil yang menampilkan sejumlah parameter kamera.

Kontrol Kamera Intuitif

EOS R memiliki pegangan (grip) yang cukup besar, saya tidak menemukan masalah saat dipasang dengan lensa RF 24–105mm f/4 L IS USM. Semua yang kita butuhkan untuk mengatur setting exposure kamera telah tersedia di tombol dan dial atau kenop fisik.

Kenop fisik utama (main dial) didekat tombol shutter secara default untuk mengatur shutter speed. Kemudian, kenop fisik kedua (quick control dial) untuk mengatur nilai aperture. Lalu lewat tombol M-Fn, kita bisa akses white balance.

Pada lensa RF 24–105mm f/4 L IS USM terdapat tiga ring, pertama untuk mengatur focal lenght, kedua untuk manual focus, dan ketiga bisa diatur sesuai keinginan – kalau saya menggunakannya untuk ISO atau exposure compensation. Tombol navigasi di samping layar yakni atas, bawah, kanan, dan kiri juga bisa diatur sebagai shortcut untuk fitur atau setting yang sering kita gunakan.

Menu set yang berisi berbagai shortcut penting seperti AF method, AF operation, drive mode, metering mode, image quality, white balance, picture style, dan aspect ratio bisa diakses melalui tombol set atau ikon Q di layar pojok atas sebelah kanan. Kita bisa menggunakan tombol navigasi maupun layar sentuh untuk menyesuaikannya.

Satu lagi, Canon juga menawarkan cara baru untuk kontrol EOS R yakni M-Fn bar yang berada tepat di samping kanan viewfinder. Bagian kecil ini merupakan semacam touchbar multi-fungsi yang bisa diprogram sesuai kebutuhan, misalnya memberikan akses cepat ke autofocus, ISO, white balance, dan lainnya. Ada dua cara kerjanya yakni dengan mengusap (swipe) dan ketuk (tap) bagian kanan atau kiri.

Slot SD card berada di sebelah kanan, hanya ada satu slot kartu memori di EOS R dan mendukung kartu UHS-II. Akses ke baterai berada di sisi bawah, daya tahan baterainya diklaim menawarkan 370 jepretan sekali charge dan 450 jepretan bila menggunakan power saving mode.

EOS R memakai baterai yang sama dengan DSLR Canon pada umumnya, tipe LP-E6N berkapasitas 1.865 mAh. Uniknya, EOS R bisa diisi daya melalui USB type C – meski dalam paket penjualannya juga disediakan dock charging.

Port USB type C tersebut berada di sebelah kiri, bersama port mini HDMI, microphone eksternal, headphone, dan remote control terminal. Aksesori grip baterai BG-E22 juga tersedia yang memberikan kapasitas pemotretan lebih lama dan kenyamanan saat memotret secara vertikal.

Sample Gallery dari Canon EOS R

Kamera mirrorless full frame 35mm pertama dari Canon ini mengusung sensor CMOS 30,3-megapixel dengan low-pass filter untuk mengurangi efek moiré dan dilengkapi Digital Lens Optimizer untuk mengoreksi difraksi dan aberasi lensa.

Otaknya ialah prosesor gambar DIGIC 8 dengan kecepatan fokus 0,05 detik, dengan sistem autofocus Dual Pixel yang sangat mengesankan. Total ada 5.655 titik fokus yang dapat dipilih, yang mencakup 88% bentang vertikal dan 100% bentang horizontal pada lensa yang kompatibel.

Sistem autofocus-nya dapat bekerja dalam kondisi cahaya rendah EV-6. Fitur eye detection juga turut tersedia, untuk mendeteksi dan memfokuskan pada mata subjek – sangat berguna untuk foto portrait.

EOS R mampu menembak berturut-turut 8 fps dengan AF-S, 5 fps dengan AF-C, dan 3 fps dengan ‘Tracking Priority mode‘. Dengan rentang ISO 100-40.000 untuk foto (dapat diperluas menjadi 50 – 102.400).

Selain itu, EOS R dapat menangkap gambar mentah dalam format 14-bit (CRW) dan terkompresi C-RAW. C-RAW ini dapat mengurangi ukuran file hingga 40% tanpa kehilangan kualitas gambar yang nyata, tentunya dapat menghemat hardisk dan kartu memori.

Berikut hasil foto dari Canon EOS R dengan lensa RF 24–105mm f/4 L IS USM. Lensa ini memiliki nilai aperture konstan f/4 di seluruh rentang zoom. Favorit saya ialah saat memotret dengan EOS R pada panjang fokus 105 mm dan aperture f/4, bokeh yang dihasilkan sangat lembut dan gambar tetap stabil karena lensa ini sudah mendukung Dual Sensing IS untuk meredam getaran saat memotret.

Kemampuan Perekam Video

Video 4K UHD dapat direkam oleh EOS R hingga 25/30 fps menggunakan kompresi ALL-I atau standar IBP dengan bitrate maksimal 480 MBps dan crop 1,7x. Lengkap dengan fitur capture frame 4K, di mana bisa mengambil frame dari rekaman 4K dan menyimpannya sebagai foto.

Jika ingin merekam video 50/60 fps, kita harus turun ke resolusi Full HD. Lalu, untuk video high frame rate hingga 100 fps harus turun lagi ke resolusi HD.

Ya, masalah crop 1,7x pada 4K dan video high frame rate pada HD memang bisa menjadi deal breaker bagi videografer ataupun fotografer profesional yang punya kebutuhan video tinggi.

Lebih lanjut mengenai perekaman videonya, EOS R telah mendukung log gamma yang disebut Canon Log. Fitur ini menyuguhkan fleksibilitas dalam pemrosesan pasca produksi seperti color grading. Dengan perangkat eksternal melalui melalui port HDMI, dengan Canon Log EOS R dapat merekam 4K 10-bit dengan color gamut yang luas.

Verdict

Kontrol intuitif pada EOS R dan respons kamera yang cepat membuat pengoperasian lebih fleksibel. Tentu saja, Anda mungkin perlu waktu untuk beradaptasi. Pada awalnya, saya juga kerap menggunakan fungsi layar sentuh untuk mendapatkan setting exposure yang diinginkan.

Setelah masuk ke menu, menyelam memahami fitur-fitur yang ditawarkan, dan mengkustomisasi tombol, kenop atau dial fisik, ring ekstra pada lensa, dan memaksakan diri menggunakan touchbar. Akhirnya, saya memperoleh kendali penuh dan tenggelam saat memotret menggunakan EOS R.

Jelas bahwa Canon EOS R ditujukan untuk para fotografer kelas kakap, tidak heran bila harga body EOS R dan lensa-lensa RF mahal-mahal. Sebagai yang pertama, saya paham betul bila EOS R masih memiliki sejumlah kekurangan dan sedikit tertinggal dibanding kompetitor penguasa full frame saat ini.

Masa depan Canon bertumpu pada sistem EOS R dan mount RF ini, menggantikan sistem EOS DSLR mereka yang diciptakan hampir 30 tahun yang lalu.

Sparks

  • Dual Pixel Autofocus yang mengesankan
  • Grip besar & kontrol intuitif
  • Prosesor Digic 8 dan mendukung format C-RAW
  • Mount RF yang responsif

Slacks

  • Video 4K dengan crop 1,7x
  • Video high frame rate tersedia di resolusi HD
  • Belum ada in-body stabilization

OPPO Gelar Penjualan Perdana R17 Pro, Lengkap dengan Pameran dan Night Shot Experience Box

OPPO secara resmi mengumumkan smartphone  terbaru mereka yakni R17 Pro di Indonesia pada tanggal 3 Januari 2019. Setelah itu, program pre-order OPPO R17 Pro diselenggarakan pada tanggal 4 – 16 Januari.

Kini OPPO menggelar penjualan perdana R17 Pro, dari tanggal 17 – 20 Januari 2019 di Laguna Atrium, Mall Central Park, Jakarta. Sejumlah program pun ditawarkan, mulai dari cashback sebesar Rp1 juta, hadiah langsung, opsi cicilan 0%, dan trade-in.

Di sana juga pameran, di mana Anda bisa melihat beberapa hasil foto dari fotografer profesional seperti Rio Motret. Lalu, ada area khusus yakni night shot experience box untuk mencoba kemampuan fotografi malam hari R17 Pro yang menjadi salah satu keunggulannya.

OPPO-R17-Pro

Buat yang belum tahu, R17 Pro mengemas tiga buah kamera di bagian belakang. Kamera utamanya menggunakan sensor Sony IMX362 beresolusi 12-megapixel, didukung teknologi Dual Pixel PDAF dan smart aperture f1.5-f2.4. Meski punya dua aperture, penggunaannya diatur secara otomatis melalui algoritma kecerdasan buatan.

Singkatnya bila dalam kondisi low light, kamera akan menggunakan nilai aperture f1.5, bukaan besar ini menyerap cahaya lebih banyak sehingga menghasilkan foto malam hari yang tetap cerah. Sementara, bila kondisi cahaya cukup kemungkinan besar akan menggunakan nilai aperture f2.4 sehingga menghasilkan foto yang fokus sampai ke ujung frame.

OPPO-R17-Pro

Tetapi fitur kamera favorit saya pada OPPO R17 Pro ialah kemampuan optical zoom sebanyak 2 kali. Berkat teknologi optical image stabilizer (OIS) yang efektif meredam getaran tangan, hasil fotonya tetap stabil. Fitur ini mengandalkan kerja sama dari kamera sekunder 20-megapixel sebagai depth sensor.

Kamera ketiganya merupakan TOF 3D stereo camera, memungkinkan kita mengambil foto tiga dimensi. Namun untuk saat ini, kamera ekstra tersebut belum aktif dan menunggu update di masa mendatang.

OPPO-R17-Pro

Desain premium dengan balutan warna bergradasi radian mist, SuperVOOC flash charge, SoC Qualcomm Snapdragon 710 dengan RAM 8GB dan storage 128GB juga menjadi keunggulan smartphone R series terbaru OPPO yang berjalan pada Android 8.1 Oreo ini.

[Review] Laptop Convertible 2-in-1 HP Spectre x360 13, Mampu Terhubung Seharian

Masuk pada bulan pertama di tahun yang baru, tentunya Anda telah menetapkan sejumlah goal termasuk resolusi dalam kehidupan profesinal Anda. Untuk mencapainya, meningkatkan kualitas kerja mutlak perlu dilakukan. Namun menggeber produktivitas tidak melulu bekerja lebih keras dengan menambah jam kerja, tapi juga memperbaiki manajemen waktu dan juga mengubah metode kerja yang lebih efektif.

Untuk mendukung penuh fleksibilitas Anda dalam bekerja, tentu membutuhkan perangkat yang tepat. Misalnya penggunaan laptop dengan desain convertible 2-in-1 seperti HP Spectre x360 13. Laptop ini mengusung desain fungsional multi mode, dimensi ringkas yang praktis dibawa-bawa, dan tetap menyuguhkan performa gegas untuk berbagai keperluan.

Laptop HP Spectre x360 13 memiliki spesifikasi sebagai berikut:

  • Prosesor: 8th Generation Intel Core i7 processor
  • RAM / HDD: 16 GB DDR4-2400 SDRAM / 512 GB PCIe NVMe M.2 SSD
  • Layar / Resolusi: 13,3 inci FHD IPS / 1920×1080 piksel
  • Port ekspansi: 2x USB Type-C 3.1 Gen 2, 1x USB 3.1 Gen2 Type-A, 1 headphone/microphone
  • Baterai 4-cell, 61 Wh Li-ion
  • Dimensi 30.88×21.79×1.45 cm
  • Bobot 1.32 kg

Berikut adalah review HP Spectre x360 13 selengkapnya, sebelum itu ini hasil CPU Z dan GPU Z-nya:

Desain HP Spectre x360 13

Kemewahan HP Spectre x360 13 sudah saya rasakan sejak kali pertama melihatnya. Kesan tegas dengan bagian sudut-sudut yang agak runcing dan balutan warna dark ash silver dengan sentuhan aksen gold di sekeliling body-nya memantapkan tampilan elegan laptop premium ini.

Meski mengusung desain convertible 2-in-1, di mana layarnya dapat ditekuk hingga 360 derajat – konstruksi desain pada HP Spectre x360 13 ini terasa sangat solid, bahkan ketika dalam mode tablet. Bentang layar 13,3 inci, dimensi 30,88×21,79×1,45 cm, dan bobot 1,32 kg – ukuran yang ringkas menjadi salah satu daya tarik laptop ini.

Konsep convertible 2-in-1 ini membuat HP Spectre x360 13 menjadi laptop yang fleksibel dan serba guna. Setidaknya ada empat mode penggunaan seperti laptop, tablet, stand, dan tent. Setiap mode memiliki keunggulannya tersendiri, tergantung dari aktivitas yang sedang kita lakukan.

Untuk kelengkapan atribut dan konektivitasnya, pada sebelah kanan terdapat dua port USB-C Thunderbolt 3 (termasuk untuk keperluan charging), jack audio 3,5mm, tuas untuk menonaktifkan fungsi kamera (privacy camera kill switch), dan microSD card reader (bukan SD card).

Sementara, pada sebelah kiri terdapat tombol power dan sebuah port USB 3.1 full size. Kemudian tidak lupa, HP Spectre x360 13 juga sudah dilengkapi pemindai sidik jari yang terletak pada panel depan sisi kanan.

Touchpad-nya sendiri sangat responsif dan telah mendukung kapabilitas Windows gesture. Misalnya, kita bisa menggunakan dua jari untuk fungsi scrolling, tiga jari menyapu ke bawah untuk menampilkan desktop, tiga jari ke atas untuk multitasking view, dan tiga jari ke samping kanan atau kiri untuk berpindah antar aplikasi, dan lainnya.

review-laptop-hp-spectre-x360-13

Laptop ini juga dilengkapi aksesori stylus yang disebut HP digital pen untuk menulis, menggambar, mencoret-coret catatan atau mentransformasikan ide di kepala secara natural, hingga sebagai alat yang powerful bagi desainer.

Layar HP Spectre x360 13

review-laptop-hp-spectre-x360-13

Sesuai namanya, laptop ini mengusung layar sentuh IPS berukuran 13,3 inci yang disebut micro-edge. Di mana bagian bezel sampingnya cukup tipis, tetapi bagian atas dan bawahnya masih agak tebal.

Resolusi dan lapisan layar yang menyelimutinya berbeda-beda, dari enam varian HP Spectre x360 13 yang tersedia ada tiga konfigurasi yang ditawarkan.

Pertama, resolusi Full HD (1920×1080 piksel) dengan finishing BrightView (glossy). Kedua, resolusi Full HD dengan fitur HP Sure View Integrated Privacy Screen (anti-glare). Ketiga, resolusi 4K (3840×2160 piksel) dengan finishing BrightView.

Unit HP Spectre x360 13 yang kami review memiliki konfigurasi yang kedua. Dengan menekan tombol F1, saya bisa langsung mengaktifkan mode private. Di mana sudut pandang layar berkurang drastis, sehingga sukar terlihat dari sisi kanan maupun kiri.

Island-style Keyboard

Jenis keyboard yang digunakan pada HP Spectre x360 13 ialah island-style keyboard atau disebut juga chiclet keyboard. Di mana jarak antar tuts-nya lebih lapang sehingga typo saat mengetik bisa berkurang.

Keyboard HP Spectre x360 13 ini juga sudah dilengkapi backlit. Selain untuk mempermudah aktivitas ketik mengetik pada kondisi temaram, backlit juga menambah nilai estetika.

Uniknya dengan menekan tombol F5, kita bisa mengatur level output backlit pada keyboard bahkan menonaktifkannnya. Satu lagi, keyboard ini memiliki sensasi tactile sehingga sangat nyaman ketika digunakan dalam aktivitas mengetik.

Performa HP Spectre x360 13

review-laptop-hp-spectre-x360-13

Soal dapur pacu, ada tiga konfigurasi berbeda dari total enam varian. Satu varian menggunakan Intel Core i5 processor dengan RAM 8GB (DDR4-2400 SDRAM) dan storage 256GB (PCIe NVMe M.2 SSD).

Kemudian, ada empat varian dengan konfigurasi Intel Core i7 processor dengan RAM 16GB dan storage 512GB SSD. Satu lagi, varian tertinggi membawa storage sebesar 1TB SSD.

Unit yang kami review menggunakan konfigurasi kedua yakni Intel Core i7-8565U processor generasi ke-8 Whiskey Lake yang menawarkan 4 core dan 8 thread. Dengan integrated graphics card Intel UHD Graphics 620, RAM 16GB single channel, dan storage 512GB SSD.

Kombinasi spesifikasi tersebut sudah kencang dan memadai menangani berbagai aktivitas ber-laptop kalangan profesional, baik itu pebisnis, pekerja modern, hingga content creator.

Berikut adalah hasil bencmark HP Spectre x360 13 dari sejumlah software:

Daya Tahan Baterai

review-laptop-hp-spectre-x360-13

Selain desain ringkas dan prosesor gegas, faktor pendukung utama bagi yang kerap bekerja secara mobile ialah daya tahan baterainya. HP menggunakan baterai 4-cell 61 Wh Li-ion yang diklaim mampu bertahan hingga 22 jam 30 menit, tentu saja hasilnya akan berbeda tergantung dari penggunaan laptop.

review-laptop-hp-spectre-x360-13

Saya telah menguji laptop ini berdasarkan berapa lama bisa menonton file video 1080p, laptop terhubung ke jaringan WiFi, dengan tingkat kecerahan layar dan volume suara 50 persen. Hasilnya, HP Spectre x360 13 bisa bertahan selama 12 jam. Artinya, tak perlu repot mencari colokan listrik saat bekerja di luar kantor.

Verdict

review-laptop-hp-spectre-x360-13

Bagi yang memiliki mobilitas tinggi dan dituntut bekerja secara mobile, HP Spectre x360 13 adalah laptop yang nyaris sempurna untuk mendukung fleksibilitas Anda dalam bekerja kapan saja dan di mana saja.

Layar yang hanya 13 inci dan dimensinya yang ringkas, membuatnya mudah dibawa-bawa dan tidak makan banyak tempat baik saat digunakan maupun disimpan. Desain convertible 2-in-1 dengan multi mode penggunaan juga diharapkan dapat memfasilitasi kreativitas penggunanya sesuai keperluan.

Selain itu, laptop ini ditenagai prosesor yang kencang dan daya tahan baterai panjang yang mampu membuat Anda terhubung seharian. HP Spectre x360 13 juga dilengkapi sejumlah fitur yang mendukung kebutuhan generasi prosesional masa kini.

Sebagai laptop premium, HP Spectre x360 13 menyasar untuk memenuhi kebutuhan profesional. Harga yang diusungnya juga cukup tinggi, mulai dari Rp19.499.000 untuk varian dasar dengan Intel Core i5 processor hingga paling mahal Rp28.499.000 dengan storage 1TB SSD.

Tentunya tidak ada laptop yang sempurna, adanya laptop yang dirancang untuk kebutuhan tertentu. Kita sebagai konsumen juga perlu mengetahui persis kebutuhan kita dan membeli sesuai budget atau kemampuan.

Sparks

  • Desain convertible 2-in-1 yang serba guna
  • HP Sure View untuk melindungi privasi
  • Punya fingerprint sensor
  • Ada HP digital pen untuk mentransformasikan ide secara natural

Slacks

  • Minim port, hanya ada satu USB Type-A dan dua USB Type-C
  • Harga premium, relatif mahal