Ekspansi Grab Capai Papua, Babak Baru Layanan On-Demand ataukah Persaingan Layanan Pembayaran?

Grab baru saja mengumumkan total ekspansi layanannya di Indonesia yang kini telah mencapai 75 kota. Ekspansinya kali ini berhasil mengukuhkan perluasan layanan Grab dari Aceh hingga Papua. Secara bisnis global, Grab sendiri saat ini sudah memiliki basis di Indonesia, Singapura, Filipina, Malaysia, Thailand, Vietnam dan Myanmar.

“Layanan Grab di kota-kota terbaru akan senantiasa mengikuti aspek-aspek keselamatan yang telah kami tetapkan, mulai dari kegiatan operasional harian, pelatihan pengemudi hingga fitur-fitur teknologi di mana keselamatan merupakan prioritas bagi Grab. Saat ini jangkauan layanan tersebar di tujuh negara dengan lebih dari 60 juta unduhan,” papar Mediko Azwar, Marketing Director Grab Indonesia.

Aceh-Papua.EDM

Potensi layanan on-demand di luar kota besar

Dengan total ekspansi ini, persaingan pun kini terasa semakin nyata. Lawan bisnisnya GO-JEK kini telah resmi memiliki basis di 50 kota di Indonesia, sedangkan Uber mengklaim telah memiliki kehadiran di 32 kota di Indonesia. Ekspansi ini menjadi penting dilakukan, pasalnya para pemain on-demand tersebut, khususnya GO-JEK dan Grab, tampak mulai “memainkan” model bisnis untuk menciptakan peluang baru. Salah satunya potensi e-money untuk visi layanan end-to-end.

Hal ini bukan tanpa tantangan, karena menariknya mereka akan dihadapkan pada proses manuver adaptasi khususnya di kota-kota kecil. Dua hal yang menjadi tantangan utama, mengonsolidasikan regulasi dan kultur setempat.

Beberapa waktu lalu GO-JEK melakukan ekspansi ke Magelang, Jawa Tengah. Pemerintah setempat melakukan penutupan kantor perwakilan di wilayah tersebut, menyusul protes yang dilakukan oleh para pemain transportasi konvensional.

Terkait penolakan, di kota besar seperti Yogyakarta pun masih ada. Hanya saja kebutuhan masyarakat dengan transportasi berbasis aplikasi yang lebih besar, menjadikan pertimbangan dilakukan secara berimbang. Menyelamatkan transportasi yang sudah ada, sembari tetap membiarkan layanan on-demand beroperasi.

Benarkah e-money akan menjadi tujuan utama?

Dalam sebuah kesempatan, DailySocial pernah melakukan survei terhadap pengguna ponsel pintar dari beberapa wilayah di Indonesia. Survei tersebut menanyakan seputar tanggapan kehadiran layanan on-demand dan faktor apa yang menjadikan mereka menyukai layanan tersebut.

Dari 1024 responden pengguna ponsel pintar di Indonesia, 71,08 persen mengaku pernah menggunakan layanan ojek berbasis aplikasi. Faktor fleksibilitas dan kenyamanan menjadi dua hal yang melandasi mereka untuk nyaman dengan jasa tersebut.

Dari dua faktor tersebut, jika ditelisik lebih dalam salah satu yang membuat mereka merasa lebih fleksibel dan nyaman ialah model satu pintu yang diterapkan. Mulai dari proses pemesanan, pembayaran, hingga penilaian terhadap pengguna semua menyatu dalam satu aplikasi. Ini menjadi proses yang lebih transparan dan terukur daripada apa yang diterapkan sebagai SOP layanan transportasi konvensional.

Dari basis bisnis transportasi, penyedia layanan pun tidak berhenti di sana, namun melakukan “eksploitasi” lebih dari itu, menghadirkan layanan jasa pemesanan dan pengantaran makanan, paket, perbelanjaan, hingga menghubungkan dengan penyedia jasa khusus seperti kebersihan dan kecantikan.

Pola tersebut membawa konsumen dengan ketergantungan di satu buah layanan, all-in-one services app. Semua lebih terukur dan ada jaminan untuk setiap layanan yang diterapkan. Membuat orang terdorong untuk nyaman menggunakan berbagai jenis layanan tersebut.

Saat pola ini terbentuk, sistem e-money bergerak menjadi “pahlawan”. Apalagi sistem poin dan diskon juga terus digencarkan.

22364b4575ee080cf23b5d675b123f6f_Layanan-on-demand-makin-populer-di-kalangan-masyarakat-Indonesia-GO-JEK

Berharap lisensi e-money dari sepak terjang Kudo

Tokopedia dengan TokoCash, Bukalapak dengan BukaDompet, Shopee dengan ShopeePay, hingga layanan PayTren besutan Yusuf Mansur sudah kena “lampu kuning” dari Bank Indonesia. Medium digital mereka telah memutarkan jumlah uang masyarakat yang cukup besar.

Menurut Bank Indonesia, dana kelolaan lebih dari Rp1 miliar harus memiliki legitimasi lisensi. Ini terkait jaminan risiko pengelolaan dana publik. GO-JEK dulu memilih mengakuisisi MV Commerce Indonesia dan memindahkan lisensi ke PT Dompet Anak Bangsa sebagai perusahaan legal di balik layanan GO-PAY.

Pasca akuisisi Kudo, Grab memang dikabarkan terus mendorong untuk mendapatkan lisensi e-money dari Bank Indonesia. Kabar ini kian diperkuat dengan perekrutan Ongky Kurniawan menjadi Managing Director GrabPay Indonesia. Menjadi sebuah indikasi keseriusan Grab mengelola layanan GrabPay di Indonesia. Butuh perjuangan untuk ke arah sana, karena BI tidak mudah merilis lisensi tersebut.

Sejauh ini, selama hampir 5 tahun, baru 26 perusahaan yang mendapatkan lisensi e-money. Perebutan lisensi e-money membuka babak baru antara layanan on-demand dan e-commerce sambil mengakuisisi pasar di Indonesia.

Kampanye “10.10 Big Mobile Shopping Day” Kembali Digelar Shopee

Untuk meningkatkan traksi sekaligus popularitas belanja online, salah satu yang dilakukan oleh para pemain di industri e-commerce mengadakan ajang belanja online tematik. Layaknya sebuah eksibisi yang digelar untuk promosi dan memamerkan produk tertentu, ajang belanja online –dari yang pernah dihelat—berhasil memikat banyak konsumen untuk memanfaatkan momentum, umumnya karena banyak diskon yang ditawarkan. Hal tersebut juga yang kini memotivasi Shopee untuk meluncurkan kampanye tahunan bertajuk “10.10 Big Mobile Shopping Day 2017” yang akan dimulai tanggal 25 September sampai dengan 10 Oktober 2017.

Selama 16 hari, berbagai promosi akan ditawarkan, baik yang bertajuk diskon ataupun flash sale. Shopee tidak sendirian, karena sekurangnya ada 30 mitra yang bergabung dalam ajang ini, termasuk Bekraf, Indosat, Evercoss, hingga Traveloka. CEO Shopee Chris Feng mengungkapkan, dari pagelaran yang sama di tahun sebelumnya, dalam 24 jam transaksi penjualan berhail meningkat hingga 3,5 kali lipat, melibatkan lebih dari 51.000 penjual yang tergabung di mobile marketplace besutan Sea (dulu Garena) tersebut.

“Tahun ini, kami ingin melebihi pencapaian tahun lalu dengan lebih banyak promosi dalam kategori produk yang lebih luas. Kami mengajak seluruh pengguna Shopee di Indonesia, untuk berpartisipasi dalam acara yang menarik ini,” ujar Chris.

Chris melanjutkan, “Melihat tingginya potensi industri e-commerce di Indonesia, kami yakin 10.10 Big Mobile Shopping Day akan mendapat antusiasme tinggi dari pengguna di Indonesia. Dengan kampanye ini, kami juga ingin memperkuat posisi kami sebagai perusahaan e-commerce terdepan di Indonesia, serta untuk mengokohkan diri sebagai platform belanja online one-stop bagi seluruh masyarakat Indonesia.”

10.10 Big Mobile Shopping Day diselenggarakan seiring dengan meningkatnya popularitas belanja melalui ponsel di Indonesia, pasar m-commerce di Indonesia saat ini merupakan yang terbesar ketiga di dunia setelah Tiongkok dan India, dengan sekitar 75% pembelanjaan online dilakukan melalui perangkat mobile.

Sejalan dengan fokus Pemerintah Indonesia untuk menjadikan industri e-commerce sebagai tulang punggung ekonomi digital, 10.10 Big Mobile Shopping Day juga diselenggarakan untuk mendukung pasar e-commerce di Indonesia, yang diperkirakan akan meningkat sebesar $130 Miliar pada tahun 2020, dengan pertumbuhan tahunan sebesar 50%.

Pemerintah Indonesia, melalui Bekraf, memberikan dukungan terhadap 10.10 Big Mobile Shopping Day. Triawan Munaf selaku Kepala Bekraf mengatakan, “Bekraf didirikan untuk membantu Presiden merumuskan dan mempercepat nilai ekonomi di sektor industri kreatif, dimana usaha kecil dan menengah (UKM) memainkan peranan penting untuk mewujudkan visi ini. Oleh karena itu, kami sangat senang dapat mendukung kampanye 10.10 Big Mobile Shopping Day yang menyediakan platform bagi para pengusaha lokal untuk meraih pasar yang lebih luas serta mengembangkan bisnis mereka.”

––

Disclosure: DailySocial merupakan media partner pagelaran 10.10 Big Mobile Shopping Day 2017

LocalStartupFest Kembali Digelar, Hadirkan Lebih dari 70 Pemateri C-Level Startup

Setelah sukses dengan acara pertamanya yang diselenggarakan pada akhir bulan Februari lalu di The Space Senayan City dengan total pengunjung lebih dari 2.500, kini Local.co.id kembali menghadirkan acara LocalStartupFest 2.0. Acara kedua ini akan diselenggarakan pada 18-19 Oktober 2017 di Ballroom Kuningan City dan diklaim akan dua kali lebih besar dari acara sebelumnya dengan 70+ pembicara C-Level, 3 stage, dan lebih banyak aktivitas lainnya seperti hardware zone, startup marketplace, dan startup pitch battle.

Beberapa pembicara ternama yang berpengalaman di industri startup yang akan hadir di LocalStartupFest 2.0 yaitu Kenneth Shaw (CTO Brankas), Andy Zain (Managing Director Kejora Ventures), Albert Lucius (CEO Kudo), Revie Sylviana (Business Director of LINE Indonesia), Rama Mamuaya (CEO DailySocial), Hadi Kuncoro (CEO aCommerce Indonesia), Wilson Yanaprasetya (COO Qerja), Irzan Raditya (CEO Kata.ai), Doni Hanafi (Co-Founder & CTO Bridestory), Matthew Rendy Tanudjaja (Senior Manager LINE Indonesia) dan masih banyak lainnya.

Selain mendapat inspirasi dan pengetahuan baru dari para pembicara yang sudah berpengalaman, di LocalStartupFest 2.0 ini peserta juga dapat mencoba produk secara langsung dari puluhan startup yang bergabung, mendapatkan berbagai macam promo-promo menarik, dan pengalaman untuk mengeksplorasi kreativitas dan teknologi di hardware zone.

Dengan menjadi bagian dari LocalStartupFest 2.0, para pengunjung yang datang akan mendapatkan banyak keuntungan mulai dari pengetahuan dan pengalaman baru, inspirasi dalam membangun sebuah usaha, hingga pulang dengan mendapatkan banyak promo secara gratis!

Untuk masuk ke dalam acara ini, para pengunjung cukup membayar tiket pre-sale: Rp 250.000 per hari dan Rp 400.000​ untuk dua hari. Sedangkan untuk tiket on the spotnya: Rp 350.000 per hari dan Rp 600.000 untuk dua hari. Informasi lebih lanjut dan pendaftaran kunjungi www.localstartupfest.id.

––

Discolosure: DailySocial merupakan media partner acara LocalStartupFest 2.0.

Algoritma Adakan Workshop Bahas Pilihan Karier sebagai Data Scientist

Banyak yang bertanya-tanya, apa saja yang bisa dilakukan seorang data scientist sehingga disebut sebagai pekerjaan paling seksi di abad ke-21. Pekerjaan ini disebut seksi karena tingkat permintaan (demand) terhadap data scientist jauh melebihi tingkat penawaran (supply). Jadi orang-orang yang memenuhi kualifikasi sebagai seorang data scientist, yakni yang mampu mengolah data menjadi informasi hingga dapat melakukan prediksi dari data yang ada, akan dibayar dengan gaji yang tidak sedikit. Dengan kata lain pula dapat dikatakan bahwa data scientist dibutuhkan di mana-mana karena segudang pilihan karier yang menanti.

Pilihan pertama seorang data scientist adalah mengabdi pada perusahaan tertentu sebagai pekerja tetap. Biasanya pilihan karier ini banyak dipilih karena merupakan jenis pekerjaan yang aman. Pilihan kedua adalah sebagai konsultan independen untuk proyek data science. Untuk jenis pekerjaan ini, seorang data scientist harus berusaha membangun reputasi dan kredibilitas sehingga dipercayai publik. Pilihan ketiga adalah menciptakan tools data science sendiri. Tools atau aplikasi ini dapat berupa mesin prediksi saham, mesin analitik traffic sebuah situs, mesin visualisasi data dan lain-lain.

Namun demikian, sebenarnya pilihan karier data scientist bukan hanya itu saja. Ada banyak lagi jenis pilihan profesi yang bisa dirintis oleh seorang data scientist. Untuk membahas hal ini, Algoritma mengadakan sebuah workshop yang berjudul “Data Scientist Career Path” pada tanggal 5 Oktober 2017, pukul 18:00-20:00 WIB, bertempat di Freeware Suites, Equity Tower lantai 18, Jakarta. Workshop ini akan dipandu oleh Samuel Chan, Course Producer dan Co-Founder Algoritma.

Fix_Banner Event-Rectangle_Kickstart Sept 20

Tak ketinggalan pula, semua peserta workshop akan belajar ngoding dengan bahasa R. Samuel Chan akan mengajarkan data visualisasi dan machine learning bagi para peserta workshop.

Jika tertarik untuk datang ke workshop ini, info lengkap dan pendaftarannya dapat mengunjugi tautan berikut: https://goo.gl/FnfVCo.

––

Disclosure: DailySocial merupakan media partner untuk acara data science dari Algoritma.

TCASH Hadirkan Fitur Pembayaran Melalui QR Code

Bersama dengan gelaran Bandung ICT Expo 2017 sebagai peringatan hari jadi Teklom University Bandung sekaligus peringatan Hari Bhakti Postel ke-72, Telkomsel memperkenalkan fitur transaksi terbaru layanan mobile financial service TCASH, yang kini dapat diakses menggunakan fitur teknologi scan (pemindai) QR Code.

Dengan hadirnya fitur baru ini, pemindai QR Code terintegrasi dengan layanan aplikasi T-Wallet, sehingga diharapkan akan semakin menambah pilihan metode transaksi TCASH dan juga mendorong pemanfaatan smartphone oleh pelanggan secara lebih luas yang dapat memperkuat ekosistem gaya hidup digital yang lebih matang dengan dukungan jaringan berteknologi terdepan dari Telkomsel.

Inovasi ini dilakukan sebagai langkah agresif untuk memaksimalkan momentum pertumbuhan layanan tekfin (teknologi finansial) khususnya di bagian pembayaran digital. Dari pemaparan Telkomsel, sejauh ini dengan mengandalkan fitur transaksi yang sudah ada seperti dengan transaksi dial, stiker NFC (Near Field Communication), serta aplikasi T-Wallet, layanan TCASH telah digunakan lebih dari 11 juta pengguna.

“Ke depannya merchant yang sudah bekerja sama menggunakan transaksi pembayaran TCASH akan dimudahkan dengan tidak harus menyediakan fasilitas perangkat EDC yang biasanya harus digunakan untuk transaksi melalui stiker NFC TCASH. Merchant akan dibantu untuk pembuatan QR Code khusus dan cukup menyediakan display QR Code yang sudah terdaftar di Telkomsel untuk proses transaksi TCASH pelanggan,” ujar VP Sales & Marketing Telkomsel Area Jabotabek-Jabar Agus Mulyadi.

[Baca juga: Pay by QR dan Tren Industri Pembayaran Mobile di Indonesia]

Model pembayaran melalui QR Code sendiri sudah ada sejak beberapa tahun belakang. Para pemain seperti Dimo, Kesles dan beberapa startup lain mencoba mengoptimalkan model pembayaran ini. Salah satu keuntungannya ialah tidak ada ketergantungan pada perangkat khusus bagi merchant, dan bagi konsumen juga tidak perlu menggunakan fitur khusus di ponsel pintarnya. Selain itu juga memungkinkan untuk menjangkau transaksi lintas kanal, misalnya antar bank dan lain sebagainya. Implikasinya untuk bisnis memungkinkan penetrasi layanan tersebut dijalankan secara lebih kencang.

Tekfin memang cukup menggeliat, sebelumnya prediksi Gartner di Asia Tenggara total transaksi tekfin pada tahun 2015 akan mencapai $800 juta, namun pada kenyataannya melebihi dari $4 miliar. Khusus di Indonesia, hingga kini tekfin masih menjadi investasi terbesar kedua –untuk industri digital—di bawah e-commerce. Dan e-money menjadi salah satu yang terpopuler. Kini tidak hanya perbankan, perusahaan telekomunikasi pun semua berbondong-bondong untuk menyediakan platform tersebut.

Memahami Dasar-dasar “Data Science” untuk Bisnis (Bagian 2)

Sebelumnya, dalam seri pertama telah dibahas tentang komponen dasar dari sebuah rangkaian dan komponen yang mengisi Data Science. Pada bagian ini akan dibahas dasar salah satu implementasi Data Science yang paling dibutuhkan saat ini, yakni Big Data.

Istilah Big Data dewasa ini bukan hal baru lagi, khususnya dalam penerapan Data Science di korporasi. Sesuai namanya, Big Data mengindikasikan pada sebuah pemrosesan data besar yang tidak bisa ditampung melalui mekanisme basis data konvensional (misalnya RDBMS). Dalam Big Data ada istilah mendasar yang sering disingkat dengan 3Vs yang menjadi karakteristik utama, yakni Volume, Velocity dan Variety.

Volume merujuk pada limitasi besaran data yang akan diolah. Kemampuan Big Data dapat mengolah data dengan ukuran terabyte (1012 bytes) atau petabyte (1015 bytes). Mengapa data bisa berukuran sebesar itu, faktor Velocity (atau kecepatan interaksi data) yang akan mengukur. Velocity adalah volume data pada skala waktu tertentu, yang didapatkan dari berbagai sumber, misal dari data transaksi, data perekaman sensor, atau data yang dihasilkan dari sebuah log mesin.

Dari yang sudah sering ditangani selama ini, Velocity dapat mencapai kisaran 30 kilobyte sampai 30 gigabyte per detik. Bahkan banyak Data Engineer membutuhkan latensi yang lebih dapat, misalnya 100 milliseconds dalam perekaman data. Tren ini diyakini akan terus berkembang, menghasilkan data yang lebih besar, seiring dengan model pemrosesan real-time yang banyak diterapkan di berbagai lini bisnis dalam sebuah perusahaan. Perangkat lunak seperti Apache Sqoop, Apache Kafka atau Apache Flume menjadi beberapa yang terpopuler untuk mengolah pergerakan data besar tersebut.

Kemudian yang ketiga ialah Variety, ini berkaitan dengan jenis data –seperti yang telah dibahas dalam materi sebelumnya, umumnya akan ditemui tiga jenis data, yakni terstruktur, semi-terstruktur dan tidak terstruktur. Saking besarnya kumpulan data dari berbagai sumber dan varian, dalam ilmu Big Data ada istilah “Data Lake”. Istilah tersebut banyak digunakan oleh praktisi Big Data untuk merujuk pada sebuah sistem penyimpanan data non-hierarkis yang menampung data multi-struktur dengan sebuah arsitektur penyimpanan tertentu. Hadoop Distributed File System (HDFS) adalah salah satu contoh arsitektur penyimpanan yang sering digunakan untuk mendukung kebutuhan tersebut.

Sedikit tentang Hadoop di dalam konsep Big Data

Hadoop adalah sebuah kerangka kerja open source untuk mendukung aplikasi berbasis Big Data. Ketika orang mengatakan menggunakan Hadoop maka itu mengacu pada sebuah ekosistem perangkat lunak meliputi HDFS untuk penyimpanan data, Map Reduce untuk pemrosesan data dalam jumlah besar, Spark untuk pemrosesan data secara real-time, dan YARN (Yet Another Resource Negotiator) untuk dukungan manajemen sumber daya.

Dalam sebuah implementasi yang paling sederhana, dari sebuah sumber data MapReduce akan diterapkan untuk melakukan dua hal, yakni memetakan data dan mereduksi data. Dalam tugasnya memetakan data, MapReduce mendelegasikan data ke pada sebuah “key-value, termasuk melakukan transformasi data atau memilah data sesuai yang dibutuhkan. Sedangkan dalam tugasnya mereduksi, MapReduce akan mengagregasi data pada sebuah dataset sehingga memenuhi standar yang ada.

Jika studi kasusnya kepada sebuah data pasif, skenario di atas akan sudah cukup, tinggal memasukkan ke HDFS untuk selanjutnya diproses. Akan tetapi tantangan masa kini dalam penerapan Big Data adalah data real-time. Sehingga MapReduce perlu sebuah pendamping, dalam hal ini Spark sebagai sebuah in-memory computing application. Di dalamnya pengguna dapat melakukan banyak hal, termasuk melakukan query, analisis dan eksplorasi data, termasuk menjalankan algoritma tertentu misalnya Machine Learning.

Penggunaan rangkaian alat Hadoop juga memerlukan sebuah kompetensi pemrograman. Pada dasarnya Hadoop dikembangkan dari Java, akan tetapi dari perkembangannya kini bahasa lain seperti Scala, Python dan SQL telah dielaborasikan ke dalam proses pengelolaannya. MapReduce secara native menggunakan Java, sedangkan Spark menggunakan Scala. Namun sekarang juga sudah ada dukungan PySpark sehingga dapat mengelola Spark dengan pemrograman berbasis Python. Sedangkan untuk pengelolaan di HDFS tetap menggunakan SQL.

Sebelum melangkah lebih jauh

Melakukan implementasi Big Data dalam sebuah unit bisnis memang membutuhkan waktu, bahkan beberapa perusahaan menempatkan implementasi Big Data pada long-term vision, karena prosesnya harus berelaborasi dengan kegiatan lain dalam unit bisnis. Namun sebelum melangkah lebih jauh dan mempelajari teknisnya secara lebih mendalam, perlu diketahui terlebih dulu tentang visi Data Science dari sebuah bisnis. Mungkin akan cukup beragam namun setidaknya mencakup tiga hal, yakni (1) mengidentifikasi tantangan bisnis, (2) memecahkan masalah bisnis dengan pendekatan data, dan (3) meningkatkan keuntungan di seluruh lini bisnis.

Big Data adalah bentuk penerapan Data Science dalam skala besar. Untuk mengawali awareness tentang data sebenarnya bisa dilakukan dengan cara yang paling sederhana. Sebagai contoh akan mengangkat studi kasus bisnis media. Hal paling awal yang dapat dilakukan ialah mengidentifikasi sumber data yang ada, apakah itu dari basis data yang dihasilkan melalui Content Management System (CMS), data trafik pengunjung yang didapat melalui Anaytic Tools, atau bahkan data dari luar –misalnya identifikasi tren topik dari media sosial atau mesin pencari.

Berikutnya, tentukan masalah apa yang ingin dipecahkan. Sebagai contoh, media tersebut memiliki topik bulanan untuk sebuah opini. Maka tugas Data Science di sini bisa saja berbentuk menghubungkan tren data di media sosial tentang popularitas suatu tema dihubungkan dengan popularitas tulisan-tulisan sebelumnya berkaitan dengan tema tersebut. Jika datanya sudah lebih terstruktur, misalnya dalam format CSV, maka alat seperti R Studio akan memudahkan dalam visualisasi.

Bahasa R sendiri salah satu bagian mendasar ketika seseorang ingin mempelajari tentang Data Science. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mempelajarinya, mulai dari menggunakan sumber online di internet, buku atau mengikuti kursus khusus yang dilaksanakan bersama trainer tersertifikasi. Di Indonesia, salah satu pelatihan tentang Data Science dilakukan oleh Algoritma. Beberapa waktu lalu Algoritma mengadakan pelatihan Data Science Fundamental dan Data Science for Financial Business. Selain disajikan bahasan secara konsep, para peserta diajak langsung mencoba melakukan programming dengan bahasa R untuk pengelolaan dan visualisasi data.

Kecakapan dalam memvisualisasikan data sangat penting, karena data yang berbentuk visual akan lebih mudah dibaca. Dari sini –menyambung studi kasus di atas—maka dapat dilanjutkan dengan sebuah diskusi oleh pimpinan redaksi atau tim editorial tentang pertimbangan untuk memilih tema tersebut. Kira-kira seperti itu konsep sederhana yang dapat diterapkan dari ilmu Data Science, yang paling sederhana.

Pada seri berikutnya akan dibahas tentang bagaimana sebuah bisnis/perusahaan mengubah pola dan proses di dalamnya sehingga menjadi lebih data-driven. Akan disampaikan juga contoh penerapan yang telah berhasil dilakukan oleh startup sukses dari Indonesia.

––

Disclosure: DailySocial merupakan media partner dari Algoritma.

Disclaimer: Tulisan ini mengambil sampel dari berbagai sumber, termasuk dari sumber buku cetak dan tulisan online di internet.

Baca juga:

Feedr.work Hadirkan Kanal Penjualan dengan Sistem Peer-to-Peer Business

Cara kerjanya cukup unik, mengajak masyarakat berbisnis jualan tanpa harus memiliki modal dan barang dagangan. Itulah Feedr.work dengan konsep platfom peer-to-peer business. Seseorang bisa membuat sebuah akun di Feedr.work, kemudian mendesain sebuah kanal berjualan dengan menjajakan produk yang tersedia di marketplace Feedr. Tipe penggunanya ada dua, yakni merchant yang hendak menempatkan barangnya untuk dibantu dijualkan dan dipasarkan dan reseller yang akan menjualkan serta memasarkan produk dari merchant yang dipilih.

Sistem otomatisasi yang didesain dalam Feedr.work juga memungkinkan reseller mendapatkan pembagian penjualan secara langsung setiap kali produk terjual. Menjadi bagian dari sistem e-commerce enabler Feedr, layanan Feedr.work kini juga telah terintegrasi dengan sistem pembayaran & eLogistic, termasuk kemampuan payment gateway yang terpasang di setiap lapak online yang dibuat oleh mitra.

Sama dengan Feedr.id, layanan Feedr.work akan resmi diluncurkan pada 28 Oktober 2017 mendatang, bersamaan dengan peringatan Sumpah Pemuda.

“Feedr.work itu adalah salah satu automation platform channel management kita yang berbentuk peer-to-peer business, kami menyediakan satu platform untuk menghubungkan merchant dengan online reseller. Cara kerjanya murni penjualan oleh agen reseller. Misalnya saya punya produk, kemudian produk saya didaftarkan di Feedr.work untuk dijual di sana. Maka Feedr.work akan memasarkan dengan menghubungkan ke reseller, misalnya kepada seseorang yang memiliki banyak followers di media sosial, blogger atau internet marketers yang ingin mendapatkan income tambahan. Dan reseller itu bisa memilih produk apa yang ingin mereka jual. Setiap reseller akan memiliki toko sendiri, dengan brand toko yang dapat dikustomisasi,” terang Co-Founder dan CEO Feedr Hadi Kuncoro.

Hadi menjelaskan perbedaan Feedr.work dengan Feedr.id. Ia menerangkan bahwa Feedr.id berperan sebagai integrator dashboard-nya. Sementara Feedr.work didesain sebagai sebuah kanal, sama dengan marketplace. Sistem Feedr.id akan mengkomunikasikan setiap operasi di dalamnya, mulai dari pengelolaan katalog, pemesanan, inventory, dan fulfillment, termasuk di dalamnya proses delivery. Jadi Feedr.work adalah satu dari beberapa channel yang dikembangkan Feedr.id. Yang lain adalah social commerce dan marketplace.

Menyempurnakan konsep affiliate yang selama ini ada

Sekilas konsep ini mirip dengan model affiliate yang selama ini banyak ditawarkan layanan e-commerce. Hadi tidak menyangkal hal itu. Ia menerangkan bahwa Feedr.work ini versi yang lebih lengkap dari affiliate. Selain diberikan saluran penjualan, setiap kanal yang digunakan reseller sudah terintegrasi dengan berbagai layanan yang dimiliki Feedr.id, sehingga untuk payout atau pembayaran komisi pun bisa dilakukan secara otomatis tatkala barang berhasil dijual.

Komisi untuk reseller sendiri cukup beragam, bergantung harga barang. Untuk barang yang dijual dengan harga di bawah Rp250 ribu, komisinya 15-25 persen. Untuk barang berkisar Rp250-500 ribu komisinya 10-15 persen, sedangkan untuk barang di atas Rp500 ribu komisinya 5-10 persen. Feedr.work juga memotong komisi dari hasil penjualan untuk operasional sistem.

Filosofi Feedr adalah transparansi dan demokratisasi data

Hadi menjelaskan permasalahan yang coba ingin diselesaikan dengan Feedr.work terkait kepemilikan aset informasi digital UMKM. Selama ini UMKM yang berjualan di marketplace atau sejenisnya tidak pernah mendapatkan informasi berkaitan dengan konsumen. Yang mereka tahu data transaksi saja. Menurut Hadi, data tersebut sangat diperlukan untuk proyeksi bisnis dan lain sebagainya.

Digital game itu kan data game. UMKM banyak yang mengeluh, ketika brand mereka laku keras dan trafik penjualannya bagus, misalnya baju muslim atau baju renang, si marketplace biasanya membuat white label dengan brand mereka sendiri. Akhirnya bisnis yang dimiliki UMKM tersebut terganggu bahkan ditutup,” ujar Hadi menceritakan salah satu kasus yang sering dijumpai di lapangan.

Feedr.work mencoba menyelesaikan ini dengan membuat data lebih terbuka bagi supplier ataupun reseller. Menurut Hadi, seharusnya aset informasi itu diberikan dan dimiliki orang yang menjalankan bisnis itu, bukan hanya pemilik platform. Hal ini diyakini menjadi salah satu landasan penting untuk memajukan digital economy Indonesia, khususnya di segmen UMKM.

Indonesia Knowledge Forum Kembali Digelar BCA, Fokus ke Topik Inovasi Digital

Sebagai upaya mendukung pengembangan inovasi dan kreativitas digital untuk ekonomi Indonesia, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) kembali mengadakan Indonesia Knowledge Forum (IKF) untuk keenam kalinya. IKF VI ini akan membawakan tema utama “Elevating Creativity & Innovation Through Digital Collaboration”, akan diselenggarakan pada 3-4 Oktober 2017 mendatang di The Ritz Carlton Pacific Place Jakarta.

Semangat mengusung IKF VI ini dipaparkan dalam Forum Kafe BCA VII yang diadakan di Breakout Area Menara BCA pada Rabu (13/09) lalu, Direktur BCA Henry Koenaifi mengungkapkan inovasi dan kreativitas merupakan tulang punggung dalam mendirikan usaha berbasis digital. Setiap orang bisa saja menjadi pelaku usaha rintisan berbasis digital. Namun, tidak semua memiliki ide bisnis yang dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat dan memberikan keuntungan ekonomis untuk kesinambungan usaha.

“Kami mencermati perkembangan usaha rintisan belakangan ini begitu pesat dan BCA ingin agar setiap orang yang memiliki ide, inisiatif, inovasi, dan kreativitas dapat memanfaatkan perkembangan teknologi saat ini untuk menjadi entrepreneur. Dengan motivasi ini, BCA menggelar IKF VI sebagai ajang bagi korporasi dan startup untuk mengembangkan bisnis mereka melalui kolaborasi dan partnership di bidang teknologi,” ujar Henry.

IKF VI akan menghadirkan Menkominfo Rudiantara sebagai keynote speaker. Selain itu, selama dua hari, kurang lebih sebanyak 23 pembicara kompeten baik dari dalam maupun luar negeri akan turut berpartisipasi untuk berbagi ilmu, pengalaman serta inspirasi dalam mengembangkan dunia bisnis berbasis digital.

Beberapa tokoh yang akan diundang di antaranya pengamat ekonomi Faisal Basri, CEO PT McKinsey Indonesia Philia Wibowo, Celebrity Investor Ashraf Sinclair, Founder and Managing of Kejora Group Sebastian Togelang serta Menteri Kelautan & Perikanan Susi Pudjiastuti yang akan memberikan inspiring closing speech bertajuk “Leveraging Information and Technology for Sustainable Fisheries Management”.

Acara seperti ini dinilai penting karena menurut catatan Center for Human Genetic Research (CHGR), pada tahun 2016 Indonesia tercatat sebagai negara yang memiliki jumlah startup tertinggi di Asia Tenggara, yakni 2.000-an. Pada 2020, diperkirakan startup bertumbuh mencapai 13.000. Potensi ini sudah selayaknya untuk dibina, dan diberi pengarahan dengan ilmu terbaik, karena potensi konsumsinya pun juga besar.

Bank Indonesia mencatat, sepanjang 2016, para pengguna jasa perdagangan daring atau e-commerce telah membelanjakan sekitar Rp75 triliun atau jika dibagi per individu pengguna e-commerce di Indonesia rata-rata membelanjakan Rp3 juta per tahun.

“Era makin berubah ke arah digital, dan BCA siap menjemput perubahan ini dengan mengeluarkan berbagai produk layanan berbasis teknologi yang memungkinkan nasabah menggunakannya secara aman dan nyaman,” pungkas Henry.

Untuk informasi lebih lanjut seputar IKF VI dan pendaftarannya, kunjungi situs resminya via www.bcalearningservice.com.


Disclosure: DailySocial merupakan media partner Indonesia Knowledge Forum (IKF) IV.

BRI Gandeng PAYFAZZ Hadirkan Layanan Perbankan Inklusif Melalui Smartphone

Bersamaan dengan perhelatan Indonesia Banking Expo (IBEX) yang diselenggarakan di Jakarta Convention Center pada 19-20 September 2017 lalu, PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) mengumumkan jalinan kerja sama dengan PT Payfazz Teknologi Nusantara (PAYFAZZ). PAYFAZZ dikenal sebagai startup fintech jebolan program inkubasi Indigo yang mengembangkan sistem pembayaran berbasis aplikasi untuk menyasar unbanked society.

Melalui jalinan kerja sama ini, BRI berkomitmen memberikan dukungan kepada PAYFAZZ dalam pengembangan sistem dan teknologi termasuk mengandalkan keunggulan konektivitas melalui satelit BRIsat. Peran PAYFAZZ sendiri akan menyediakan produk aplikasi perbankan untuk BRI yang akan diintegrasikan ke dalam sebuah sistem keagenan untuk layanan perbankan mandiri (di luar kantor bank) di daerah. Selain itu nantinya produk-produk perbankan BRI dapat diakses melalui aplikasi smartphone yakni “BRI-Powered by PAYFAZZ”.

“Saat ini masih banyak masyarakat Indonesia yang belum bisa sepenuhnya menikmati layanan perbankan utamanya di luar Pulau Jawa. Dengan semakin banyaknya pengguna smartphone di berbagai wilayah di Indonesia, kami menjawab tantangan tersebut melalui inovasi layanan digitalisasi perbankan,” sambut Corporate Secretary Bank BRI Hari Siaga Amijarso.

Salah satu tujuan yang diharapkan, melalui aplikasi ini, masyarakat dapat mendaftarkan diri menjadi Agen Laku Pandai (Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam Rangka Keuangan Inklusif), bisa membuka rekening tabungan (Basic Saving Account), referral pengajuan aplikasi kredit mikro BRI, dan melakukan  berbagai transaksi perbankan lainnya seperti setor tunai, tarik tunai, pembayaran asuransi AMKKM, pembayaran multi-finance FIF, OTO, serta Verena.

“PAYFAZZ optimis bahwa dalam satu tahun ke depan, teknologi dan aplikasinya akan melahirkan 2 juta agen keuangan nusantara untuk menyediakan akses layanan keuangan bagi ratusan juta masyarakat Indonesia yang membutuhkannya. Dengan strategi partnership dan teknologi pemasaran digital yang tepat, 2 juta agen bukan angka yang sulit untuk dicapai,” ujar CEO PAYFAZZ Hendra Kwik.

Agen PAYFAZZ menjadi representasi sistem “ATM” BRI

Secara spesifik, selain Agen Laku Pandai, ada beberapa hal yang dikonsolidasikan dalam kerja sama ini. Beberapa penambahan fitur yang dibubuhkan di PAYFAZZ atas bantuan BRI di antaranya sistem Pulsa & Payment Point Online Bank (PPOB), fitur kanal akun virtual BRI, fitur kanal setor tunai, pengembangan sistem perbankan, termasuk bantuan pengajuan lisensi operasi dari Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Dari PAYFAZZ ada dua hal utama yang disampaikan dalam kerja sama ini. Pemanfaatan jaringan agen PAYFAZZ untuk distribusi produk perbankan BRI ke seluruh Indonesia dan pengembangan aplikasi agen maupun aplikasi nasabah.

Dengan hadirnya akses Laku Pandai di aplikasi PAYFAZZ, 50.000 agen PAYFAZZ yang ada saat ini akan berfungsi layaknya kantor cabang bank dan ATM untuk BRI. Jumlahnya yang banyak dan persebarannya yang luas membuat agen PAYFAZZ menjadi jalur distribusi yang lebih efektif dan efisien daripada kantor cabang bank dan mesin ATM konvensional.

Terkait kemungkinan kerja sama dengan mitra lain, Hendra menyampaikan, “Tentu ada, kami sangat terbuka untuk bekerja sama dengan berbagai perusahaan lain, terutama dengan bank dan perusahaan pembayaran. Semua ini dilakukan demi mempercepat proses digitalisasi pembayaran di Indonesia.”

Hendra mengaku bahwa timnya juga masih terus mencoba menganalisis perilaku agen dan pengguna layanan PAYFAZZ untuk meningkatkan kualitas aplikasi secara berkala. Beberapa pembaruan yang baru diluncurkan di antaranya fitur kredit untuk membantu agen yang membutuhkan tambahan modal dalam menyediakan layanan PAYFAZZ, fitur Virtual Account PAYFAZZ untuk memfasilitasi pembayaran real-time 24 jam, dan peningkatan performa aplikasi PAYFAZZ sehingga konsumsi datanya menjadi lebih ringan dan kecepatannya meningkat ketika digunakan.

Application Information Will Show Up Here

Konferensi BlockShow Asia 2017 Akan Digelar, Sajikan Ragam Pembahasan Perkembangan Blockchain

BlockShow Asia 2017 yang didukung Cointelegraph merupakan sebuah konferensi yang mengangkat perkembangan solusi Blockchain, termasuk menghadirkan berbagai startup yang berkiprah dalam lanskap teknologi tersebut. Tujuan dari acara ini ialah mengumpulkan para investor, pengusaha dan inovator dari seluruh dunia untuk mendapatkan sebuah perspektif baru dalam dunia teknologi.

Salah satu bagian paling menarik dari BlockShow Asia 2017 adalah ICOscar, yakni kompetisi startup pengembang solusi berbasis Blockchain. Total hadiah yang ditawarkan mencapai $20.000 dan dukungan dari Waves selaku sponsor dalam menyukseskan pengembangan selanjutnya. Bagi startup yang tertarik mengikuti kompetisi ini, dapat mengirimkan resume produk berupa PDF dan video pitching. Kemudian setelah berkas submisi dinyatakan lolos, tim panitia akan melakukan wawancara singkat melalui telepon.

Berfokus pada perluasan penggunaan dan pangsa pasar Blockchain, acara ini juga menjanjikan berbagai insight menarik serta pengumuman seputar pembaruan dalam industri Blockchain. Para pemain baru dalam berbagai bidang, mulai dari Fintech, Healthtech, hingga Ritel yang telah memanfaatkan keunggulan Blockchain akan unjuk gigi, dengan harapan memberikan banyak inspirasi. Pembahasan seputar regulasi pun akan turut disematkan dalam rangkaian acara.

Beberapa pemateri unggulan akan dihadirkan untuk acara ini, mulai dari Liew Claasen (Executive Director Bitcoin Foundation), Alexander Ivanov (CEO Waves Platform), Floyd DCosta (Management Consultant Cloud, Blockchain Technology), Marcelo Garsia Casil (Founder DXMarkets) dan masih banyak lagi. Mereka akan mengisi sesi-sesi konferensi yang dilaksanakan selama dua hari dalam pelaksanaan BlockShow Asia 2017.

Adapun beberapa tema yang diangkat termasuk: (1) Why Blockchain is a Perfect Match for Asia, (2) The Governmental Pattern for the Blockchain Adoption, (3) Blockchain-Powered Banking for Asia’s Developing Economies, (4) The Major Laws Blockchain Is Going to Change, dan masih banyak lagi. Semua seputar Blockchain, baik skenario implementasi dan masa depannya dalam berbagai lini bisnis.

Rangkaian BlockShow Asia 2017 akan dilaksanakan pada 29 – 30 November 2017 mendatang, bertempat di RWS Sentosa, Singapura. Saat ini pendaftaran untuk peserta konferensi ataupun kompetisi masih dibuka. Untuk info lebih lanjut, kunjungi situs resminya melalui https://blockshowasia.com.

––
Disclosure: DailySocial merupakan media partner BlockShow Asia 2017. Dapatkan promo menarik pembelian tiket acara ini melalui laman DailySocial Deals.