Gowes Jalin Kemitraan Strategis dengan Produsen E-scooter Asal Tiongkok

Platform bike and e-scooter sharing Gowes mengumumkan telah menjalin kerja sama strategis dengan dua perusahaan produsen elektronik scooter asal Tiongkok, Freego High-Tech Co Ltd (Freego) dan Shenzhen TeteZhiZao Co. Ltd (TTec). Dengan kerja sama ini Gowes akan menyediakan platform aplikasi Gowes e-scooter sharing perusahaan tersebut.

Kerja sama strategis ini juga akan menjadi jalan bagi Gowes untuk memasuki pasar global, mengingat Freego merupakan salah satu perusahaan high-tech yang aktif dalam pengembangan smart vechicles di Tiongkok. Sementara itu TTec merupakan produsen pembuat e-scooter yang aktif memasarkan produk scooter dengan berabgai pengembangan dan inovasi terkini.

“Kami sangat gembira atas terlaksananya kerja sama strategis dengan Freego dan TTec ini. Kolaborasi ini menjadi sebuah milestone besar bagi kami untuk menembus pasar global dan memperluas jaringan layanan kami. Langkah ini juga akan menjadi titik awal bagi kami untuk mendirikan pondasi yang kuat di tingkat global, di mana layanan IoT kami dapat menjadi platform infrastruktur untuk berbagi ribuan bisnis e-scooter sharing maupun bike sharing,” terang Direktur Utama PT Surya Teknologi Perksa (Gowes) Iwan Surya Putra.

Iwan melanjutkan, “Mimpi kami ke depannya para pengguna scooter sharing internasional cukup memiliki satu aplikasi Gowes dan dapat menggunakannya di berbagai kota di seluruh penjuru dunia.”

Lebih jauh dijelaskan bahwa kolaborasi yang dijalankan dalam kerja sama kali ini adalah co-branding platform yang memungkinkan aplikasi Gowes digunakan operator lokal untuk scooter sharing yang menggunakan unit dari Freego dan TTec. Nantinya para operator scooter dapat memilih opsi co-branding dengan menggunakan merek Gowes atau merek mereka sendiri dibubuhi “Powered by Gowes”.

Di Indonesia sendiri beberapa waktu lalu sempat muncul isu mengenai pelarangan penggunaan e-bike di jalan raya. Mengantisipasi hal tersebut pihak Gowes menjelaskan bahwa mereka akan akan patuh terhadap aturan yang berlaku. Termasuk mempromosikan untuk menggunakan helm untuk keamanan pengguna.

Sedangkan untuk bike dan e-bike mereka mengaku akan mencoba bekerja sama dengan pemerintah jika nantinya Gowes akan beroperasi di jalan raya, seperti yang sudah mereka lakukan di Kota Semarang dan Bali. Termasuk melakukan trial testing sebelum beroperasi dan berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait dan akan melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala untuk setiap armada dan kawasan operasional Gowes.

Application Information Will Show Up Here

Bobobox Receives Pra-Series A Funding, to Expand Service in Indonesia

Bandung-based smart accommodation startup, Bobobox, today (3/5), announces Pra-Series A funding from Alpha JWC Ventures, Genesia Ventures, and three hidden investors with undisclosed value. It’s to be used for service expansion in all over Indonesia within the next two years.

Founded in 2017, Bobobox provides pods, bed capsules that offers convenience and calming atmosphere for customers at affordable price. The pods are including an app to control gate access, lamp adjusting, safety feature, bluetooth speaker, and air conditioner.

Bobobox presents as a game changer that focuses on millennials/ travelers market in need for convenience and easy at affordable price. Using the technology in pods, Bobobox answered the needs of space, safety, and accommodation of affordable hostel.

“We aim to be the biggest chain accommodation in Indonesia by 2020 with more than 200 locations. Properties are owned or managed by Bobobox. We’re now planning to build new property around Jakarta, Bogor, Bali, and Yogyakarta,” Bobobox’s Co-Founder, Antonius Bong said.

Previously, Alpha JWC Ventures and Ganesha Ventures are involved in Bobobox funding in mid-2018. Bobobox is expected to continue developing, particularly in hospitality industry revolution in Indonesia.

“Bobobox’s growth and traction has gone exponential since our first investment in team, no wonder we’re supporting them with our best, in terms of funding and business support. We believe within the next two years, Bobobox will achieve their target to be the fastest growing pods service in Indonesia supported by technology which going to create hospitality industry revolution,” Alpha JWC Ventures’ Co-Founder and Managing Partner, Chandra Tjan said.

Bobobox’s Co-founder, Indra Gunawan explained that Bobobox started to offer single bed pods this year. Previously, they just offered king size bed. In addition, they will form some new partnerships, and create opportunity for frenchise.

“”We also renovate the current hotels. Unlike the other hospitality SaaS which only provides branding, we also help independent hotels with pods, system, even marketing. Trial project has done and we’re to expand with this model,” he added.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

HaloServis Ingin Jadi Marketplace Jasa Perbaikan Perangkat Elektronik Terbaik di Semarang

Berangkat dari permasalahan sulitnya menemukan tempat servis atau perbaikan perangkat elektronik seperti komputer, laptop, dan printer di Semarang empat orang pemuda mengembangkan HaloServis. Sebuah layanan online yang bisa menghubungkan pengguna dengan teknisi yang mumpuni untuk menyelesaikan masalah perangkat elektronik mereka. HaloServis juga menyediakan layanan antar jemput perangkat yang ingin diperbaiki.

Berkantor di gedung UKM lantai 2 UKM Riptek UNNES, HaloServis saat ini merintis bisnis di sebagai marketplace jasa perbaikan di Semarang. Didirikan oleh Oky Putra Pamungkas, Arindi Imanindi, Jahidin, dan Moh Minhajul Mubarok, mereka menyasar anak-anak muda usia produktif yang kesulitan menemukan tempat perbaikan yang mudah dan berkualitas.

“HaloServis ini adalah startup layanan jasa servis/perbaikan elektronik on demand, yang saat ini masih memfokuskan layanannya pada jasa servis laptop dan printer. HaloServis terbentuk melalui program pemerintah yaitu gerakan nasional 1000 startup digital yang oleh kominfo,” terang Co-Founder HaloServis Minhajul Mubarok.

Saat ini HaloServis memiliki dua fitur utama, yakni fitur konsultasi online mengenai masalah elektronik dan fitur perbaikan. HaloServis menyediakan fitur tracking untuk memudahkan pengguna memantau perkembangan perangkat mereka, termasuk menyediakan jasa antar jemput bagi mereka yang menghendakinya.

“Untuk jumlah pengguna sendiri saat ini kamu sudah ada 50 lebih pengguna yang menggunakan layanan kami, yang mana masih didominasi oleh layanan servis laptop daripada printer, hal ini mengingat tingginya jumlah pengguna laptop di usia produktif,” terang Minhajul.

Untuk model bisnisnya, HaloServis memosisikan diri sebagai layanan yang menghubungkan antara teknisi dan para pengguna yang membutuhkan jasa teknisi. HaloServis akan mendapatkan komisi 15% dari setiap transaksi perbaikan yang dilakukan oleh teknisi.

Secara konsep HaloServis mirip dengan Go-Fix dari Gojek dan menjadikan layanan servis iFixit sebagai role model. Mereka saat ini juga tengah mengembangkan panduan-panduan perbaikan untuk membantu para pengguna membantu memperbaiki sendiri perangkatnya.

“Untuk ke depannya HaloServis akan meningkatkan layanan konsultasi gratis dan artikel Service Guide untuk menarik dan membantu pengguna dalam mengatasi masalah elektronik mereka HaloServis juga akan menambah jumlah partnership dengan teknisi yang tersebar di berbagai titik supaya memudahkan dalam pick up point layanan,” lanjut Minhajul.

Tahun ini pihak HaloServis masih akan fokus pada peningkatan layanan dan memperluas jangkauan pasar. Mereka berusaha menjalin kerja sama dengan lebih banyak teknisi di Semarang demi mewujudkan cita-cita sebagai startup jasa perbaikan elektronik nomor satu di Semarang.

Ku Ka Luncurkan Platform ruKuKa untuk Jual Produk Lokal di Pasar Mancanegara

Ku Ka startup marketplace yang khusus menjual produk lokal Indonesia kembali membuat inovasi dengan menghadirkan ruKuKa. Sebuah platform yang nantinya akan membantu memasarkan produk lokal ke pasar global, salah satunya Jepang. Ku Ka juga bekerja sama dengan Riri dan Dot untuk menggelar pameran dan bazar produk lokal Indonesia ke Jepang.

ruKuka sendiri dikembangkan dengan konsep mirip dengan e-commerce kebanyakan. Hanya saja produk dan merek Indonesia yang ada di ruKuka akan melewati kurasi. ruKuka juga melayani transaksi dan pengiriman internasional yang memudahkan pelanggan internasional terhubung dengan produk Indonesia.

ruKuKa hadir dengan latar belakang kepercayaan bahwa produk lokal Indonesia dengan kualitas terbaik punya pasar sendiri di pasar global, lahirnya ruKuKa bersamaan dengan berpartisipasinya Ku Ka bersama (X)SML Fashion di panggung Amazon Fashion Week Tokyo 2018.  Saat itu, Ku Ka melakukan kurasi produk aksesoris, tas dan sepatu untuk melengkapi koleksi fesyen (X)SML,” terang Sr. Marketing Strategist Stephanie Edelweiss.

Mengenai pameran yang diselenggarakan, CEO dan Co-founder Ku Ka Titonius Karto menjelaskan bahwa Jepang menjadi negara pertama yang dipilih oleh Ku Ka dalam upayanya mengglobalkan produk-produk Indonesia. Jepang dipilih karena di negara tersebut banyak merek yang bisa dijadikan role model terkait pengembangan produk. Standar kualitas, detail, dan inovasinya bisa menjadi contoh merek produk lokal.

“Dengan membawa produk-produk Indonesia ke Jepang, Ku Ka berserta merek-merek lokal yang berpartisipasi mendapat banyak masukan dengan mengikuti standardisasi produk mereka. Ini yang membuat kami melanjutkan penetrasi melalui acara pameran dan bazar di Hikarie, setelah Januari lalu di Seibu. Pada akhirnya tujuan kami, orang-orang Jepang bisa membeli produk lokal Indonesia dengan mudah di platform online, tapi kami sadar kepercayaan pasar perlu dibentuk melalui kegiatan offline,” terang Titonius.

Optimisme Ku Ka sebagai marketplace produk lokal Indonesia

Ku Ka yang diluncurkan pada 2016 silam, saat ini mengklaim sudah memiliki 5000 toko online/produsen barang. Ku Ka sejauh ini tidak menerima toko dalam bentuk reseller atau distributor. Dari 5000 toko online, ada 1000 – 2000 toko online yang aktif.

Berkat dukungan KBRI Tokyo, Ku Ka berhasil membawa 3200 unit produk dari 34 merek lokal untuk pameran di Jepang, sebagai bentuk usaha Ku Ka memperkenalkan produk Indonesia di kancah internasional.

Dari segi inovasi Ku Ka sedang dalam proses pembaruan website dan menyiapkan beberapa fitur yang diharapkan membantu para pengguna dan penjual Ku Ka.

“Kami sedang dalam proses upgrading website, dashboard analytic untuk seller dan main dashboard. Fitur ini nantinya diharapkan dapat mempermudah analisa perkembangan serapan produk lokal Indonesia di platform online. Kami juga dalam tahap pengembangan Ku Ka versi mobile apps,” jelas Stephanie.

Beberapa waktu lalu Qlapa, startup yang berada di segmen yang sama dengan Ku Ka memutuskan untuk menutup layanan. Menanggapi hal ini pihak Ku Ka menjelaskan bahwa berada di segmen yang memasarkan produk lokal di tengah gempuran produk luar bukanlah perkara mudah.

Namun mereka masih percaya bahwa produk lokal masih bisa bertahan, hanya butuh mencari pasar dan cara yang tepat. Dibutuhkan juga peran aktif pemerintah dan masyarakat untuk membantu bisnis marketplace khusus produk lokal untuk tetap bertahan.

“Kami turut berempati, kami bisa mengatakan bahwa memilih untuk mempromosikan produk lokal pada perdagangan digital bukanlah hal yang mudah. Mengingat arus dagang global yang kuat, kemudahan masuk barang dari luar yang menawarkan harga murah di tengah market yang masih price sensitif.”

“Namun Ku Ka percaya bahwa bangsa ini harus terus menggali kekuatan produknya dan mencari pasar serta cara yang tepat untuk mempromosikan, selebihnya tugas bersama untuk terus membangun kualitas dan kemudahan bisnis kreatif. Peran pemerintah dan masyarakat juga sangat kuat untuk mendukung bisnis seperti ini tetap bertahan,” imbuh Stephanie.

 

Bobobox Terima Pendanaan Pra-Seri A, Segera Perluas Layanan di Indonesia

Startup smart accommodation asal Bandung, Bobobox, hari ini, (5/3), mengumumkan telah menerima pendanaan Pra-Seri A dari Alpha JWC Ventures, Genesia Ventures, dan tiga investor yang tidak disebutkan dengan nilai yang tidak disebutkan. Pendanaan kali ini akan dimanfaatkan untuk memperluas layanan di seluruh Indonesia dalam kurun waktu dua tahun mendatang.

Didirikan pada tahun 2017, Bobobox menghadirkan pods, kapsul ruang tidur, yang menawarkan kebutuhan yang membuat para pengguna tenang dan nyaman dengan biaya yang terjangkau. Pods tersebut dilengkapi dengan aplikasi yang mampu mengendalikan akses pintu, nyala lampu yang bisa disesuaikan, fitur keamanan, bluetooth speaker, hingga pendingin ruangan.

Bobobox dihadirkan sebagai game changer yang fokus pada pasar milenial/traveler yang membutuhkan kenyamanan dan kemudahan yang terjangkau. Dengan teknologi yang ada di pods, Bobobox juga menjawab kebutuhan akan ruang, keamanan, dan akomodasi tempat istirahat yang terjangkau.

“Kami bertujuan untuk menjadi biggest chain accommodation di Indonesia pada tahun 2020 dengan operasi di lebih dari 200 lokasi. Properti dimiliki oleh atau dioperasikan oleh Bobobox. Kami sekarang menggulirkan rencana untuk membangun tempat baru di sekitar Jakarta, Bogor, Bali, dan Yogyakarta,” terang Co-Founder Bobobox Antonius Bong.

Sebelumnya, Alpha JWC Ventures dan Genesia Ventures juga terlibat dalam pendanaan Bobobox para pertengahan tahun 2018. Bobobox diharapkan bisa terus berkembang, terutama dalam merevolusi industri hospitality di Indonesia.

“Pertumbuhan dan traksi Bobobox telah eksponensial sejak kami pertama kami berinvestasi di tim, jadi wajar kami terus mendukung mereka dengan cara terbaik yang kami bisa, dalam hal pendanaan dan dukungan bisnis. Kami percaya dalam dua tahun ke depan Bobobox akan mencapai target mereka untuk menjadi pods dengan pertumbuhan tercepat di Indonesia dengan fitur yang didukung teknologi yang akan merevolusi industri hospitality,” terang Co-Founder dan Managing Partner Alpha JWC Ventures Chandra Tjan.

Co-founder Bobobox Indra Gunawan menjelaskan Bobobox mulai menawarkan pods dengan single bed tahun ini. Sebelumnya mereka hanya menawarkan tempat tidur king size. Indra juga menjelaskan tahun ini mereka akan lebih banyak menjalin kerja sama, karena juga membuka peluang untuk frenchise.

“Kami juga memperbaiki hotel yang sudah ada. Tidak seperti banyak SaaS perhotelan yang hanya menyediakan branding, kami membantu hotel independen dengan menyediakan pods, sistem, dan bahkan pemasaran. Proyek percontohan telah berhasil dan kami menantikan memperluas model ini,” pungkas Indra.  

Application Information Will Show Up Here

Codex: An Initiative to Help Telkom Digitize Indonesia

In order to take more roles in the digitization, one of Telkom’s divisions is trying to develop some solution for more companies in general. Under the name Codex, some projects ongoing are framework and technology for Product Management System and People Management System.

To DailySocial, Hopy Familianto as Codex’s CEO and co-initiator explained that their team is trying to take roles in Indonesia’s digitization process. Started from Telkom’s demand of technology and digital services, a broader initiative was born to help other companies.

“Before rising as a form named Codex, it was come from top management initiative to help Telkom, especially the Digital Service Division, to transform into Digital Telco. I, Bramasta Dwi Saka, and Muhammad Nazri who started this project to be implemented,” he added.

Codex initiative is introduced in July 2018. There are talents in various sectors, such as designer, researcher, data scientist, and programmer. They started to develop new products expected to bring transformation in Telkom. Since September 2018, Codex is started to open for public and has developed some solution for common problems in some companies.

“In the beginning, we used a lot of existed technology in market, aiming to guarantee experience from the developing products to meet the users expectation. Our main objective is experience, then technology, following the demand,” Familianto said.

In the different occassion, Codex‘s team member, Joy Gabriel explained that they’re developing a Talent Management platform functioned as digital solution for human resource management.

“Special for this [Talent Management Platform] we didn’t develop it limited to Telkom. Instead, it’s also for general case, therefore, when being implemented in other companies, it can easily adapt,” he added.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Astra and Gojek Formed a “Joint Venture” to Extend Investment

PT Astra International Tbk (Astra) and Gojek, today (3/4) announced a joint venture to develop four-wheeler ride hailing. They also involved in the first round of Gojek’s series F funding with $100 million investment or equivalent to Rp1.4 trillion. In total, Astra has poured around 3.5 trillion rupiah for Gojek.

Prijono Sugiarto, President Director of PT Astra International Tbk said, the development of joint venture and Astra’s participation in the series F funding has showed their trust to Gojek, also, a realization of partnership exploration to create Astra automotive business synergy.

“We expect this partnership can help public to enter the formal economy sector, therefore, it can increase public welfare and have positive impact to the economic development in Indonesia. It goes along with Astra’s dreams to get prosper with the nation,” he added.

Gojek’s CEO and Founder, Nadiem Makarim mentioned, Southeast Asia’s digital economic potential, Indonesia in particular, should be optimized by business players with collaboration of each industry.

“Astra’s arms collaboration in the automotive sector with Gojek in the technology field is expected to open up more source of income for people, to be able to improve welfare,” he said.

A strategic partnership between Astra and Gojek is planned to optimize Indonesia’s potential to be the leading digital economy pioneer in Southeast Asia. As the automotive company holding, Astra is currently working on some digital initiatives in this sector, including Astra Digital.

A joint venture by Astra and Gojek is planned to provide dozens of fleet units with automotive management system that supported by Astra FMS (Fleet Management system) and Gojek’s ride hailing technology, particularly Go-Car.

Gojek is currently one of the biggest on-demand companies with 130 million users and 2 million driver partners.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Mengenal Codex, Inisiatif yang Bercita-cita Bantu Telkom Digitalisasi Indonesia

Mencoba mengambil peran lebih banyak dalam proses digitalisasi Indonesia, salah satu divisi di dalam Telkom mencoba mengembangkan beberapa solusi untuk perusahaan yang lebih umum. Membawa nama Codex, beberapa hal yang tengah mereka kembangkan adalah framework dan teknologi untuk Product Management System dan People Management System.

Kepada DailySocial, co-initiator dan CEO Codex Hopy Familianto menjelaskan bahwa tim Codex berusaha mengambil peran dalam proses digitalisasi Indonesia. Diawali kebutuhan Telkom dalam hal teknologi dan layanan digital, lahirlah inisiatif yang lebih luas untuk membantu perusahaan-perusahaan lainnya.

“Sebelum menjadi sebuah bentuk, yaitu Codex, hal ini diawali dari inisiatif kebutuhan top management dalam membantu Telkom, khususnya Divisi Digital Service, untuk bertransformasi menjadi Digital Telco. Saya, Bramasta Dwi Saka, dan Muhammad Nazri yang memulai bentuk agar inisiatif ini bisa diimplementasikan,” terang Hopy.

Inisiatif Codex sendiri dimulai pada Juli 2018 silam. Di dalamnya terdapat talenta dari beragam bidang, seperti desainer, researcher, data scientist, dan programmer. Mereka mulai mengembangkan beberapa produk yang diharapkan mampu membawa transformasi di dalam tubuh Telkom. Sejak September 2018 Codex mulai terbuka untuk umum dan mulai mengembangkan beberapa solusi untuk permasalahan-permasalahan yang sering dijumpai di perusahaan.

“Di awal-awal kami banyak menggunakan teknologi yang sudah ada di market, dengan tujuan untuk memastikan experience dari produk yang dikembangkan sesuai dengan ekspektasi dan kebutuhan pengguna. Fokus utama ke experience, kemudian teknologi mengikuti kebutuhan akan experience tersebut. Setelah valid, baru kami membangun platform Codex secara perlahan, sesuai dengan kebutuhan,” cerita Hopy.

Secara terpisah, anggota tim Codex Joy Gabriel menjelaskan bahwa mereka juga mengembangkan sebuah platform Talent Management yang berfungsi yang sebagai solusi digital untuk manajemen human resource.

“Khusus yang ini [Talent Management Platform] kami tidak membuatnya terbatas untuk Telkom. Jadi kami buat untuk kasus general, sehingga nantinya bila diimplementasikan di perusahaan lain juga langsung beradaptasi,” terang Joy.

Tambah Investasi, Astra dan Gojek Dirikan “Joint Venture”

PT Astra Internasional Tbk (Astra) dan Gojek hari ini (4/3) mengumumkan kesepakatan membentuk perusahaan patungan (joint venture) untuk pengembangan bisnis ride hailing roda empat. Pihak Astra juga mengumumkan keterlibatannya di  tahap pertama putaran pendanaan Seri F Gojek dengan nilai investasi $100 juta atau setara dengan Rp1,4 triliun. Secara total Astra telah menyuntikkan dana sekitar 3,5 triliun Rupiah untuk Gojek.

Presiden Direktur PT Astra Internasional Tbk Prijono Sugiarto mengungkapkan, pembentukan perusahaan patungan dan partisipasi Astra dalam pendanaan Seri F ini menunjukkan kepercayaan pihaknya kepada Gojek, sekaligus wujud nyata eksplorasi kerja sama untuk menciptakan sinergi bisnis otomotif Astra.

“Kami berharap kerja sama ini dapat membantu masyarakat luas masuk ke sektor ekonomi formal, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini sejalan dengan cita-cita Astra untuk sejahtera bersama bangsa,” terang Prijono.

CEO dan Founder Gojek Nadiem Makarim menambahkan, potensi perekonomian digital di Asia Tenggara, khususnya Indonesia, harus bisa dimaksimalkan para pelaku bisnis dengan menggabungkan kekuatan di masing-masing industri.

“Gabungan kekuatan Astra di bidang otomotif dan Gojek di bidang teknologi melalui kerja sama ini diharapkan akan membuka lebih banyak peluang bagi masyarakat untuk memiliki sumber penghasilan, sehingga mampu untuk meningkatkan kesejahteraan,” terangnya.

Kemitraan strategis yang terjalin antara Astra dan GOJEK diharapkan dapat memaksimalkan potensi Indonesia untuk terus menjadi pelopor ekonomi digital terdepan di kawasan Asia Tenggara. Sebagai holding perusahaan otomotif, Astra saat ini terus mengusahakan sejumlah inisiatif digital di bidang ini, termasuk pendirian Astra Digital.

Perusahaan patungan yang digagas Astra dan Gojek ini direncanakan akan menyediakan ribuan unit armada dengan sistem pengelolaan kendaraan yang didukung Astra FMS (Fleet Management System) dan teknologi “ride hailing” Gojek, khususnya layanan Go-Car.

Gojek saat ini telah menjadi salah satu perusahaan layanan transportasi on-demand terbesar dengan 130 juta pengguna dan 2 juta mitra pengemudi.

Application Information Will Show Up Here

Gojek Keluar Kandang dan Jadi Penantang

Gojek telah menjadi fenomena di Indonesia. Tidak hanya soal inovasi teknologi yang beruntun, tapi juga bagaimana layanan on-demand ini mengubah masyarakat, mulai dari kebiasaan transportasi, mengirim barang, memesan makanan hingga melakukan pembayaran.

Setelah berhasil di tanah kelahirannya, Gojek mulai melebarkan sayap ke pasar-pasar baru di kawasan Asia Tenggara. Sejak semester kedua 2018, secara bertahap startup yang disebut-sebut punya valuasi terbesar di Indonesia ini masuk ke negara-negara tetangga dengan menggandeng mitra lokal, baik di Vietnam, Singapura, dan yang terakhir kemarin meresmikan kehadiran di Thailand.

Kehadirannya di negara baru membawa strategi yang jelas: semangat lokal dan teknologi global. Sejak awal rencana ekspansinya diungkap ke publik, Gojek sudah buka-bukaan tentang rencana mereka membentuk tim atau perusahaan lokal untuk menangani operasional di pasar baru. Tim ini diberikan kebebasan untuk menentukan merek dan identitasnya sendiri.

Akhirnya lahirlah Go-Viet di Vietnam dan GET di Thailand. Khusus di Singapura, Gojek tidak membawa armada andalan mereka, ojek, karena adanya aturan yang melarang motor roda dua menjadi alat transportasi umum.

Keluar kandang

Gojek sudah selayaknya keluar kandang dan menjadi penantang di negeri orang. Apa yang mereka capai di Indonesia menjadi modal yang cukup untuk mulai bersaing di pasar baru.

Di Vietnam dan Thailand, Gojek tidak hanya menantang Grab yang menjadi lawan tanding mereka di pasar Indonesia, tetapi juga menantang sejumlah aplikasi sejenis yang sudah ada, seperti FastGo, Be, atau Lineman.

Gojek mengawali kiprahnya di Vietnam dan Thailand dengan layanan andalan transportasi roda dua, pengiriman barang, dan pemesanan makanan. Sedikit berbeda, untuk pasar Singapura, Gojek langsung tancap gas, termasuk berani berperang harga. Mereka juga menggandeng perusahaan besar lokal, seperti DBS dan Carousell.

Tak hanya transportasi

Satu hal yang harus disoroti dalam rencana ekspansi ini adalah layanan seperti apa yang akan diberikan. Di Indonesia, Gojek memberikan inovasi yang sebelumnya bahkan tidak terpikirkan, seperti memesan jasa pembersihan rumah, jasa pijat, hingga pengantaran galon dan bahan bakar ketika kehabisan di jalan.

Saat ini Go-Jek mengusung konsep “super app” untuk memenuhi semua kebutuhan pelanggannya. Salah satu fokusnya adalah membangun layanan teknologi finansial yang mumpuni.

Dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg, Co-Founder dan CEO Gojek Nadiem Makarim menjelaskan perusahaan melihat masalah dan peluang di banyak sektor. Di kota-kota besar, isu transportasi dianggap sebagai masalah dan Go-Jek sudah memiliki solusi. Sementara di kota-kota tier tiga, isu transportasi bukan sebagai masalah besar, tetapi layanan finansial seperti pembayaran.

“Sejujurnya jika kita menuju kota tier 3 di Indonesia trafik bukan masalah besar, finansial inklusi merupakan masalah. Di sanalah strategi pembayaran ditujukan,” ujar Nadiem.

Selain Go-Pay yang ke depannya punya potensi menjadi pemain regional unggulan, Gojek telah mengembangkan produk berbasis pembiayaan untuk merchant, mitra, dan konsumen.

 

Tersandung regulasi

Jika mengamati pertumbuhan Gojek sejak awal, gesekan selalu terkait regulasi. Selain di Indonesia, yang selalu dapat diatasi sejauh ini, isu regulasi juga menghambat Go-Jek untuk segera mengaspal di Filipina. Perusahaan lokal mereka, Velox Technology Philippines Inc, terkendala izin beroperasi.

Otoritas Filipina mengeluarkan moratorium yang isinya melarang pemerintah menerima pendaftaran baru untuk operasional Transport Network Vehicle Service (TNVS). Tujuannya agar pemerintah Filipina bisa memantau lebih detail layanan transportasi berbasis apilikasi yang beroperasi di wilayahnya.

Saat ini Gojek memulai layanan di Filipina dengan mengakuisisi platform pembayaran digital Coins.ph sambil terus mengusahakan kehadirannya di negeri tetangga ini.

Terus mencari talenta

Sebagai super app, Gojek terus melancarkan inovasi di berbagai lini, termasuk mengembangkan segme bisnis baru. Mereka pun aktif membuka lowongan untuk beberapa posisi.

Contohnya lowongan untuk posisi Head of Indonesia Marketplace. Dengan deskripsi “memimpin tim marketplace di Indonesia”, posisi ini akan memerankan peran penting dalam inovasi Go-Jek selanjutnya. Apakah Go-Jek akan melakukan penetrasi ke bisnis marketplace?

Lowongan menarik selanjutnya adalah Business Development Location & Merchant untuk Go-Kitchen. Ada juga lowongan untuk AdTech Product Incubation, sebagai manajer proyek untuk eksperimen produk adtech.

Inovasi terhadap permasalahan di negara berkembang ada di dalam DNA Gojek. Tidak hanya untuk pasar Indonesia, tetapi juga untuk pasar negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara.