ShopBack Peroleh Pendanaan 1,18 Triliun Rupiah; Bisnisnya Moncer di Indonesia

Startup agregator cashback ShopBack mengumumkan perolehan putaran pendanaan seri F sebesar $80 juta atau sekitar 1,18 triliun Rupiah. Pendanaan yang dipimpin oleh Asia Partners ini akan dipakai mendukung pengembangan platform untuk memberikan pengalaman belanja online terbaik di Asia Pasifik.

Mengutip laporan Bloombergputaran pendanaan ini turut didukung oleh investor existing January Capital. Dengan suntikan tersebut, ShopBack telah mengumpulkan total pendanaan sebesar $230 juta.

“Ini menjadi momentum tepat untuk mendukung para pemenang, mengonsolidasikan posisinya, dan mendapatkan hasil,” ungkap Managing Partner Asia Partners Nick Nash.

ShopBack didirikan di 2014 oleh Henry Chan dan Joel Leong. Saat ini ShopBack mengantongi 35 juta pengguna dan beroperasi di sepuluh negara, termasuk Singapura, Indonesia, Korea Selatan, dan Australia. Tahun lalu, ShopBack memperluas sekop layanannya dengan mencaplok platform “Buy Now, Pay Later” (BNPL) Hoolah asal Singapura.

Di Indonesia sendiri, menurut data SimilarWeb situs ShopBack menempati peringkat 6 di antara platform e-commerce lainnya dengan kunjungan bulanan rata-rata hampir 600 ribu, tertinggi untuk kategori layanan cashback. Mengindikasikan basis pengguna yang cukup besar ke layanan ini. Sementara di Google Play, untuk kategori Shopping, ShopBack menempati peringkat 19 — di bawah aplikasi e-commerce dan tertinggi untuk jenis aplikasi serupa.

Sementara itu, dalam laman Linkedin-nya, Co-founder dan CEO ShopBack Henry Chan mengungkap ingin terus memberikan pengalaman berbelanja sambil berhemat dengan cerdas di situasi perekonomian saat ini.

“Setiap hari kami mengirimkan lebih dari satu juta perjalanan belanja ke 10.000 mitra merchant di mana mereka bisa menemukan promo, perbandingan harga, dan reward dari pesanannya. Kami tetap menjadi partner terpercaya untuk memberikan solusi marketing dengan biaya efektif bagi merchant,” tuturnya.

Sebelumnya, ShopBack mendapat pendanaan sebesar $45 juta (Rp643,5 miliar) yang dipimpin oleh EV Growth dan Rakuten serta partisipasi EDBI dan investor lainnya.

Menurut laporan “2020 Global Cashback Report”, ukuran pasar untuk layanan ini secara global diproyeksi telah mencapai $108 miliar, termasuk didorong oleh adopsi e-commerce yang signifikan akibat pandemi. Sekurangnya ada 450 pemain global yang berpartisipasi memberikan layanan tersebut.

Pasar e-commerce

Potensi pertumbuhan bagi platform reward dari transaksi belanja online masih sangat besar di Indonesia. Sektor e-commerce masih menjadi kontributor terbesar di Indonesia. 

Menurut laporan NielsenIQ, jumlah konsumen yang belanja di mencapai 32 juta di 2021 atau naik 88% dari 2020. Sementara itu, laporan e-Conomy SEA 2021 mencatat sektor e-commerce tumbuh 52% secara tahunan. GMV e-commerce Indonesia diperkirakan mencapai $53 miliar atau naik dari $35 miliar di 2020.

Pertumbuhan ini turut didongkrak dari penambahan 21 juta konsumen digital baru sejak awal pandemi, di mana 72% di antaranya bukan berasal dari kota-kota besar.

Di Indonesia, aplikasi reward cukup diminati oleh online shopper. Selain ShopBack, beberapa aplikasi yang menawarkan layanan serupa di antaranya Snapcart yang hadir sejak 2015 dan Cashbac yang baru beroperasi sejak 2018.

Cashbac menyasar pasar social economy A dan B yang memiliki spending power tinggi dan rata-rata punya kartu kredit. Sementara, Snapcart memungkinkan pembeli mendapatkan cashback dari foto/video struk belanja dan memungkinkan brand berinteraksi dengan konsumen melalui survei.

Application Information Will Show Up Here

Facebook and PayPal Invest in Gojek

Gojek, today (03/6) announces Facebook and PayPal as the new investors in the latest round with undisclosed nominal. Google and Tencent also pour their investment; previously they had joined the previous round in 2018.

Previously noted, Gojek’s latest round was a Series F. Various investors, especially global corporations, had taken part. This fund is focused on expanding activities and tightening the company’s competitive value.

In their official statement, the two investors want to support Gojek’s mission, through GoPay, in driving digital economic growth in Southeast Asia, with a focus on payment and financial services. It is considering most of SMEs in this region rely on cash in their transactions.

More SMEs are targeted towards digitalization. It starts from small and medium-sized businesses that operate in roadside shops, also large-scale businesses with objectives to build up their digital payment infrastructure.

The four investors, which in fact are global technology companies, will synergize all of their resources, therefore, the mission can be launched immediately..

Gojek’s Co-CEO Andre Soelistyo said Facebook, PayPal, Google, and Tencent are some kind of acknowledgment as the most innovative technology companies in the world saw Gojek’s positive impact on Indonesia and Southeast Asia.

“With this collaboration, we have the opportunity to achieve something truly unique in line with our efforts to support more digitalization in the business world and ensure millions of customers benefit from the digital economy,” he said, Wednesday (3/6).

The statement also made by the Facebook representative. WhatsApp’s COO Matt Idema said; Gojek, WhatsApp and Facebook are important services in Indonesia. “Through collaboration, we can help millions of SMEs and their customers to join the largest digital economic community in Southeast Asia,” he said.

As a highlight, Gojek was the first Indonesian company to receive investment from Facebook. The company wants to create business opportunities in Indonesia, including through the widely used instant messaging service, WhatsApp.

Meanwhile, PayPal will have a collaboration with Gojek. PayPal will open its network which has reached 25 million merchants worldwide.

Head of Corporate Development and Ventures for APAC PayPal, Farhad Maleki added, “Southeast Asia is at a very crucial point in the process of digital adoption which can create new opportunities to provide financial services to unbanked or underbanked consumers and service providers.”

“We are very excited about having a strategic connection with Gojek to expand access and provide new experiences for us in this very dynamic market and throughout the world,” he continued.

Since the establishment in 2015, Gojek claims to have successfully helped hundreds of thousands of merchants to digitize and give them access to more than 170 million Gojek users throughout Southeast Asia. GoPay alone has facilitated billions of transactions every year and has become one of the largest digital wallet services in Indonesia.

The achievement majorly came from the GoFood food delivery service line and the expansion of GoPay coverage in other sectors, both inside and outside the Gojek ecosystem.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Facebook dan PayPal Bergabung sebagai Investor Baru Gojek

Hari ini (03/6) Gojek mengumumkan Facebook dan PayPal menjadi investor terbaru dalam penggalangan dana di putaran terkini dengan nominal dirahasiakan. Google dan Tencent juga turut menambah investasinya; sebelumnya mereka sudah tergabung dalam putaran sebelumnya di tahun 2018.

Diketahui sebelumnya, putaran terakhir yang sedang digalakkan Gojek adalah pendanaan seri F. Berbagai investor, khususnya dari kalangan korporasi global, telah bergabung. Dana ini difokuskan untuk kegiatan ekspansi dan penguatan nilai kompetitif perusahaan.

Dalam keterangan resminya, kedua investor ini ingin mendukung misi Gojek, melalui GoPay, dalam mendorong pertumbuhan ekonomi digital di Asia Tenggara, dengan fokus pada layanan pembayaran dan keuangan. Mengingat, mayoritas UKM di wilayah ini masih mengandalkan uang tunai dalam bertransaksi.

Ditargetkan lebih banyak UKM menuju digitalisasi. Mulai dari usaha kecil dan menengah yang beroperasi di toko-toko pinggir jalan, hingga bisnis berskala besar yang ingin memperkuat infrastruktur pembayaran digital mereka.

Empat investor tersebut, yang notabenenya adalah perusahaan teknologi global, akan mensinergikan seluruh sumber dayanya agar misi tersebut dapat segera terealisasi.

Co-CEO Gojek Andre Soelistyo mengatakan Facebook, PayPal, Google, dan Tencent merupakan pengakuan di mana perusahaan teknologi paling inovatif di dunia melihat dampak positif Gojek terhadap Indonesia dan Asia Tenggara.

“Dengan bekerja sama, kami memiliki kesempatan untuk mencapai sesuatu yang betul-betul unik seiring dengan upaya kami mendukung lebih banyak digitalisasi di dunia usaha dan memastikan jutaan pelanggan mendapat manfaat dari ekonomi digital,” ujarnya, Rabu (3/6).

Pernyataan juga datang dari perwakilan Facebook. COO WhatsApp Matt Idema mengatakan; Gojek, WhatsApp, dan Facebook adalah layanan penting di Indonesia. “Melalui kerja sama, kita bisa bantu jutaan UMKM dan pelanggannya untuk bergabung di komunitas ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara,” ucapnya.

Ditekankan pula, bahwa Gojek ada perusahaan Indonesia pertama yang menerima investasi dari Facebook. Perusahaan ini ingin menciptakan peluang bisnis di Indonesia, termasuk melalui layanan instant messaging yang sudah digunakan secara luas yakni WhatsApp.

Sementara itu, PayPal akan berkolaborasi dengan Gojek. PayPal akan membuka jaringannya yang sudah mencapai 25 juta merchant di seluruh dunia.

Head of Corporate Development and Ventures for APAC PayPal Farhad Maleki menambahkan, “Asia Tenggara berada dalam di titik yang sangat krusial dalam proses adopsi digital yang dapat menciptakan kesempatan baru untuk memberikan layanan finansial kepada konsumen maupun penyedia layanan yang selama ini belum terhubung ke layanan perbankan.”

“Kami sangat bersemangat dalam memasuki sebuah hubungan strategis dengan Gojek untuk memperluas akses dan memberikan pengalaman baru bagi kami di pasar yang sangat dinamis ini dan di seluruh dunia,” sambungnya.

Sejak dirilis pada 2015, Gojek mengklaim telah berhasil membantu ratusan ribu merchant untuk melakukan digitalisasi dan memberikan mereka akses kepada lebih dari 170 juta pengguna Gojek di seluruh Asia Tenggara. GoPay sendiri telah memfasilitasi miliaran transaksi setiap tahun dan menjadi salah satu layanan dompet digital terbesar di Indonesia.

Sebagian besar pencapaian ini datang dari lini layanan pesan antar makanan GoFood dan perluasan cakupan GoPay di sektor lain, baik di dalam maupun di luar ekosistem Gojek.

Application Information Will Show Up Here

Gojek Secures New Funding Worth of 18 Trillion Rupiah

Gojek is reportedly secure new funding in the Series F round, it is said to reach US$1.2 billion or 18 trillion Rupiah. According to a source by Bloomberg, based on the memo from Gojek’s C0-CEO, Andre Soelistyo and Kevin Aluwi, this round was closed per last week. There’s no further details on the participant investors. The latest news said the giant retail Amazon to join by initiating a strategic partnership.

This round targets funds of up to US$ 3 billion or equivalent to 42.2 trillion Rupiah. It has been ongoing since October 2018, with a closing target in early 2020. Therefore, the latest fund is likely to be the closing at this stage.

Unfortunately, the amount of every fundraising announcement weren’t always off to the public as the one from AIA Indonesia in last September. However, a reliable source says the total amount obtained is currently below the target of US$ 3 billion.

Consistent with the same mission, the series F fund will be focused on expansion while tightening competition with the main rival in Southeast Asia, Grab Holdings. Visa, Mitsubishi, Astra, Google, JD.com, Tencent Holdings are the ranks of investors who were previously involved in this round.

This has become the biggest fund of a tech player in the first quarter of 2020. Amidst the pessimistic for the digital business ecosystem due to some cases, including the Covid-19 pandemic that captures global attention, including Indonesia.

In addition, analyzes have predicted a slowdown in investment flows in the technology business the previous year. It includes the SoftBank portfolio issues, WeWork and Oyo; it makes investors turn vigilant in conducting business technology assessments.

Rumors about the Gojek and Grab mergers also arise, after the meeting between Grab’s President Ming Maa and Gojek’s Co-CEO Andre Soelistyo. A merger can be happened partially, involving only business in certain countries. In fact, reportedly there has been no silver lining of the two companies valuations and who will be the dominant one.

Also, there is a signal of rejection, particularly from regulators in Indonesia and Singapore, which are important market places for both companies. Moreover, if there is a market monopoly, consumers will be theones who lose the most due to their dependence on services from both companies.

Get team, Gojek's expansion business in Thailand
Get team, Gojek’s expansion business in Thailand

Aside from transportation, competition between Gojek and Grab has covered a variety of other on-demand aspects. The most obvious is currently the food delivery service and digital payments. Both continue to “burn money” in order to achieve the most optimized growth, therefore the investment cycle continues to climb.

Grab alone has begun to open the series I round. The latest is Mitsubishi UFJ Financial Group, the investor involved in Gojek funding, also involved in the US$ 856 million funding.

Gojek has performed market penetration in several countries in Southeast Asia, including Thailand, Vietnam and Singapore; in Malaysia and the Philippines are in the maturity stage. Meanwhile, besides Indonesia, Grab has already been established in Singapore, Cambodia, Malaysia, Myanmar, the Philippines, Thailand, Vietnam, and Japan.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

 

 

Gojek Terima Pendanaan 18 Triliun Rupiah

Gojek dikabarkan kembali membukukan pendanaan baru di putaran seri F, kali ini nilainya mencapai US$1,2 miliar atau setara 18 triliun Rupiah. Menurut sumber Bloomberg, berdasarkan memo dari Co-CEO Gojek Andre Soelistyo dan Kevin Aluwi, transaksi baru diselesaikan minggu lalu. Tidak disebutkan detail investor yang terlibat. Terakhir yang dirumorkan akan bergabung adalah raksasa ritel Amazon yang dimulai dengan jalinan kemitraan strategis.

Putaran ini menargetkan dana hingga US$3 miliar atau setara 42,2 triliun Rupiah. Telah berlangsung sejak Oktober 2018, dengan target penutupan di awal tahun 2020. Sehingga besar kemungkinan dana baru yang didapat memang menjadi penutup di tahap ini.

Sayangnya tidak semua pengumuman perolehan dana nilainya diumumkan ke publik, seperti yang didapat September lalu dari AIA Indonesia. Namun sumber mengatakan nilai total yang telah didapat sejauh ini di bawah target US$3 miliar.

Masih menggenggam misi yang sama, seri F yang digalang akan difokuskan untuk melakukan ekspansi, sekaligus meningkatkan persaingan dengan rival utama di Asia Tenggara, yakni Grab Holdings. Visa, Mitsubishi, Astra, Google, JD.com, Tencent Holdings merupakan jajaran investor yang sebelumnya turut terlibat di putaran ini.

Pendanaan ini menjadi yang terbesar didapat pebisnis teknologi dalam kuartal pertama 2020. Di tengah pesimisme ekosistem bisnis digital akibat beberapa kasus, termasuk pandemi Covid-19 yang sedang menjadi perhatian di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Selain itu tahun sebelumnya banyak analisis yang memprediksi bahwa ada kemungkinan terjadi perlambatan arus investasi di bisnis teknologi. Termasuk disebabkan karena kasus portofolio SoftBank yakni WeWork dan Oyo; membuat investor semakin waspada dalam melakukan penilaian bisnis teknologi.

Rumor mengenai meger Gojek dan Grab juga sempat kembali mengemuka, pasca kabar pertemuan antara President Grab Ming Maa dan Co-CEO Gojek Andre Soelistyo. Merger yang dilakukan bisa saja terjadi secara parsial, misalnya hanya melibatkan bisnis di negara tertentu. Namun sejauh ini dikabarkan belum ada titik temu antara valuasi kedua perusahaan dan siapa yang bakal menjadi pihak yang dominan.

Selain itu ada sinyal penolakan, khususnya dari regulator di Indonesia dan Singapura yang merupakan tempat pangsa pasar penting bagi kedua perusahaan. Pasalnya jika terjadi monopoli pasar, kemungkinan konsumen yang paling banyak dirugikan akibat ketergantungannya dengan layanan dari kedua perusahaan.

Get Gojek
Tim Get, sebagai bisnis ekspansi Gojek di Thailand / Gojek

Tidak hanya di transportasi, persaingan Gojek dan Grab telah meliputi beragam aspek on-demand lainnya. Yang kini paling kentara adalah pesan antar makanan dan pembayaran digital. Keduanya terus “membakar uang” demi mencapai pertumbuhan paling optimal, sehingga putaran investasi pun terus digalang.

Grab sendiri sudah mulai membuka putaran seri I. Terakhir Mitsubishi UFJ Financial Group, investor yang juga terlibat dalam pendanaan Gojek, terlibat dalam pendanaan US$856 juta.

Gojek sudah memasuki pasar di beberapa negara di Asia Tenggara, meliputi Thailand, Vietnam dan Singapura; di Malaysia dan Filipina tengah dalam tahap pematangan. Sementara selain di Indonesia, Grab sudah melenggang di Singapura, Kamboja, Malaysia, Myanmar, Filipina, Thailand, Vietnam dan Jepang.

Application Information Will Show Up Here

Putaran Pendanaan Seri F Gojek Ditutup Januari 2020, Lanjut Rencanakan IPO?

Seperti diketahui sebelumnya, startup decacorn Gojek saat ini tengah menggalang pendanaan dalam putaran seri F. Perusahaan menargetkan dana baru sebesar $3 miliar (setara 42,2 triliun Rupiah) untuk mendukung percepatan ekspansi di kancah regional.

Putaran terakhir diumumkan pada September 2019 lalu dengan partisipasi perusahaan asuransi dan investasi AIA Indonesia. Sebelumnya di bulan Juli 2019, Visa dan tiga unit bisnis Mitsubishi juga turut bergabung. Termasuk Astra di Maret 2019 serta Google, JD.com, dan Tencent Holdings di Oktober 2018.

Dalam sebuah acara di Singapura, Co-CEO Gojek Andre Soelistyo menyampaikan, putaran seri F kemungkinan ditutup pada Januari 2020. Prakiraannya, saat ini perusahaan sudah bukukan sekitar $2 miliar. Kabarnya raksasa e-commerce Amazon tengah dalam pembicaraan untuk kemitraan strategis dengan Gojek.

Kemungkinan IPO

Di kesempatan lain, dalam sebuah wawancara denganKomisaris Gojek Boy Thohir, disampaikan bahwa setiap unit bisnis yang ada sudah dirancang untuk mendulang profit di waktu mendatang. Babak investasi baru yang terus digalang menurutnya memang bagian dari rencana pertumbuhan (growth).

“Di masa depan, setiap bagian dari bisnis Gojek akan profit. Tujuannya untuk mencapai pada ukuran tertentu. Guna mencapai ini, maka harus mengeluarkan uang terlebih dulu. Ketika mencapai target pertumbuhannya, Gojek akan profitable,” ujar Boy.

Ia juga akan mendorong perusahaan untuk melakukan penawaran publik (IPO). “Saya pikir setiap startup akan berkembang menjadi perusahaan publik. Ini adalah cara investor untuk exit.”

Boy pun mengarahkan Gojek untuk melantai di bursa saham. Ia pun terus mendorong BEI untuk lebih proaktif memberikan nilai tambah bagi startup agar lebih tertarik melakukan IPO di Indonesia.

Rencana IPO turut disampaikan Andre dalam konferensi pers ulang tahun ke-9 Gojek di Jakarta (02/11). Saat ini perusahaan sudah mempersiapkan langkah untuk ke sana, kendati belum menentukan waktu terbaiknya. Dipastikan juga BEI akan menjadi salah satu pilihan, karena ada peluang perusahaan melakukan pencatatan di dua tempat (dual listing).

Gojek
Acara peringatan HUT Gojek ke-9 di Jakarta / Gojek

Kabar ekspansi

Saat ini Gojek sudah mulai memasuki pasar di beberapa negara di Asia Tenggara, meliputi Thailand, Vietnam, dan Singapura. Sementara di Malaysia dan Filipina tengah dalam tahap pematangan. Kabar teranyar, mereka telah jalin kemitraan strategis dengan perusahaan taksi terbesar di Singapura, Trans-Cab. Per Desember 2019 ini, layanan taksi bisa dipesan lewat aplikasi Gojek. Sementara di  Malaysia, pemerintah setempat sudah memberikan izin kepada Gojek untuk melakukan uji tuntas layanan ojek online di tahun 2020.

“Pertumbuhan di Thailand dan Vietnam sangat baik. Gojek berpotensi jadi pemimpin pasar. Di Asia Tenggara, Indonesia jadi pasar terbesar. Pemain yang mendominasi pasar Indonesia menjadi juara, karena mewakili setengah dari pasar regional,” tutur Boy.

Ia pun memberikan komentar tentang pesaingnya, Grab, yang saat ini punya valuasi lebih besar. “Saya yakin Gojek akan menjadi juara di Asia Tenggara. Bahkan karena para pesaingnya mungkin memiliki lebih banyak dana. Saya pikir uang bukan segalanya. Perusahaan Indonesia harus mendukung Gojek.”

Selain jasa transportasi, saat ini Gojek telah operasikan berbagai jenis layanan. Termasuk yang teranyar platform vodeo on demand GoPlay. Platform digital wallet miliknya juga berhasil penetrasi di pasar. Menurut laporan Fintech Report 2019, GoPay jadi layanan digital wallet yang paling banyak digunakan di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Cool Japan Fund Terlibat dalam Pendanaan Seri F Gojek, Berikan 709 Miliar Rupiah

Gojek masih terus menggencarkan perolehan pendanaan baru dalam putaran seri F untuk target $3 miliar. Setelah bulan lalu AIA Indonesia masuk ke jajaran investor, bulan ini Cool Japan Fund terlibat dengan dana $50 juta atau setara 709,2 miliar Rupiah.

Kabar tersebut pertama kali diinformasikan kanal Nikkei Asian Review. Kami sudah menanyakan ke pihak Gojek terkait hal ini, namun sampai tulisan ini terbit belum mendapatkan konfirmasi.

Setiap investor memiliki agenda tertentu ketika terlibat dalam pendanaan bisnis. Jika AIA miliki misi untuk mengelaborasikan layanan wellness dengan ekosistem Gojek, Cool Japan Fund berencana untuk meningkatkan penyebaran konten-konten dari Jepang melalui platform Gojek.

Sebelumnya Gojek secara resmi meluncurkan GoPlay, yakni sebuah layanan video on-demand yang akan menayangkan berbagai tayangan video eksklusif. Nantinya berbagai konten berbau Jepang, misalnya berupa film atau video masakan, akan dimasukkan sebagai opsi tontonan di sana.

Cool Japan Fund juga ingin memanfaatkan GoFood Festival untuk meningkatkan penetrasi restoran dan masakan Jepang di Indonesia, sehingga lebih dikenal oleh masyarakat.

Cool Japan Fund merupakan perusahaan modal ventura di bawah naungan Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang. Investasi mereka fokus di empat bidang, yakni media & content, fashion & lifestyle, food & services, dan inbound.

Sebelumnya mereka berinvestasi di perusahaan media gaya hidup Clozette senilai $10 juta dalam putaran seri C, kemudian dilanjutkan peluncuran Cool Japan Ecosystem untuk memperkuat eksistensinya di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Bukalapak Announces Series F Funding, Now Valued at 35 Trillion Rupiah

Today (10/4) Shinhan GIB announced investment to Bukalapak’s series F. There’s no information of the number raised from the South Korean Bank in the release. In fact, Bukalapak has closed this round at over $2.5 billion (equivalent to 35 trillion Rupiah). Emtek as the previous investor is said to be involved.

The valuation is quite interesting compared to the other unicorns. Says Ovo, the e-wallet app is said to reach $2.9 billion. While the closest rival, Tokopedia, exceeded $7 billion valuation post-Alibaba and Softbank funding in the late-2018.

The fresh money is to be used in the long-term business plan and strategy for financial inclusion and retail business transformation in Indonesia. This has brought fresh air to the Achmad Zaky – founded company, post the layoff rumor.

The company also said that Bukalapak currently has over 70 million users. It includes more than 4 million sellers and 2 million partners/agents (shops) from all over the country.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Umumkan Pendanaan Seri F, Valuasi Bukalapak Kini Senilai 35 Triliun Rupiah

Hari ini (04/10) Shinhan GIB mengumumkan keterlibatan dalam pendanaan seri F Bukapalak. Dalam rilis yang dikirimkan tidak disebutkan nilai partisipasi korporasi perbankan asal Korea Selatan tersebut. Namun demikian disampaikan bahwa dengan penutupan putaran ini valuasi Bukalapak telah mencapai lebih dari $2,5 miliar (setara 35 triliun Rupiah). Investor sebelumnya, yakni Emtek, dikatakan turut terlibat dalam pendanaan tersebut.

Capaian valuasi ini cukup menarik dibahas, terlebih jika dibandingkan dengan rekan-rekan unicorn lokal lainnya. Sebut saja Ovo, pengembang aplikasi e-wallet tersebut dikabarkan telah mencapai status unicorn dengan valuasi mencapai $2,9 miliar. Sementara rival terdekatnya, Tokopedia, sudah menembus valuasi $7 miliar pasca perolehan di pengujung tahun 2018 dari Alibaba dan Softbank.

Investasi baru akan dimanfaatkan Bukalapak untuk menjalankan rencana dan strategi bisnis jangka panjangnya untuk inklusi keuangan dan transformasi bisnis ritel di Indonesia. Kabar ini pun sekaligus menjadi angin segar dari perusahaan yang dipimpin Achmad Zaky tersebut, pasca diterpa beberapa kabar termasuk soal perampingan karyawan.

Perusahaan turut menyampaikan, saat ini layanan Bukalapak telah digunakan lebih dari 70 juta pengguna. Di dalamnya ada lebih dari 4 juta pelapak dan 2 juta mitra warung/agen dari berbagai wilayah di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

AIA Indonesia Berpartisipasi dalam Pendanaan Seri F Gojek, Akan Berkolaborasi Hadirkan Produk Wellness

AIA Indonesia hari ini (18/9) mengumumkan keterlibatannya dalam putaran pendanaan seri F Gojek dengan nilai yang tidak disebutkan. Kedua perusahaan juga akan menjalin sinergi bisnis untuk mengintegrasikan platform dan produk yang dimiliki.

Sebagai bagian dari kerja sama, AIA Indonesia akan menjadi salah satu pilar dalam strategi layanan finansial Gojek. Salah satu realisasinya pada penyediaan solusi asuransi jiwa dan asuransi kesehatan bagi pengguna, mitra pengemudi, dan merchant Gojek.

Selain itu mereka juga akan bersama-sama merancang dan mengembangkan penawaran wellness dari Grup AIA serta ekosistem Gojek, untuk membantu masyarakat Indonesia hidup lebih sehat.

“Melalui putaran pendanaan seri F, berbagai perusahaan kelas dunia turut bergabung dengan Gojek. Bergabungnya AIA Indonesia semakin mengukuhkan langkah Gojek untuk menghadirkan lebih banyak lagi perubahan-perubahan positif,” sambut Co-Founder Gojek Kevin Aluwi.

Sementara itu Presiden Direktur AIA Indonesia Sainthan Satyamoorthy mengatakan, “Melalui kerja sama strategis ini, AIA Indonesia dan Gojek akan dapat menggabungkan berbagai produk dan layanan terdepan kami untuk mengembangkan cara inovatif yang lebih tepat sasaran untuk para konsumen kami di seluruh Indonesia.”

Dikenal sebagai perusahaan penyedia produk asuransi jiwa dan investasi, AIA Indonesia (PT AIA Financial) merupakan anak usaha dari AIA Group Limited.

Baru-baru ini Visa dan Siam Commercial Bank juga mengumumkan telah berpartisipasi dalam pendanaan putaran seri F yang menargetkan dana hingga $3 miliar tersebut. Sebelumnya putaran pendanaan telah dimulai dari keterlibatan JD, Tencent, Google, Astra International, dan Mitsubishi Corporation.

Dalam rilis yang kami terima turut disampaikan, bahwa saat ini aplikasi Gojek sudah digunakan lebih dari 155 juta pengguna di Asia Tenggara.

Application Information Will Show Up Here