Grup Astra Resmi Jadi Pemilik Sah OLX

Kepemilikan saham OLX Classifieds kini resmi telah berpindah tangan 100% ke PT Astra International Tbk (IDX: ASII). Perusahaan konglomerasi ini mengumumkan telah menyelesaikan akuisisi PT Tokobagus, entitas yang mengoperasikan platform iklan baris digital OLX Classifieds.

Dalam keterangan resminya, Jumat (11/8), Grup Astra mencaplok OLX melalui dua anak usahanya PT Astra Digital Mobil yang menguasai 99,98% saham OLX dan PT Astra Digital Internasional sekitar 0,02%. Tidak diungkap berapa nilai kesepakatan akuisisi tersebut.

Direktur Astra Gidion Hasan mengatakan OLX punya basis pengguna dan ekuitas merek yang kuat. Posisinya sebagai pionir iklan baris digital dinilai akan menjadi pilihan utama masyarakat di Indonesia. “Akuisisi ini diharapkan akan melengkapi ekosistem digital Grup Astra yang sudah ada, mendorong inovasi, serta memenuhi kebutuhan pelanggan,” ujarnya dikutip dari Bareksa.com.

Sementara, CEO OLX Grup Lydia Ventura Paterson menambahkan, “kami yakin platform iklan baris digital OLX berada di tangan yang tepat, dan Astra akan membawa iklan baris digital OLX ke tingkat yang lebih tinggi.”

Perusahaan juga mengumumkan debut OLX dengan identitas barunya pasca-akuisisi di ajang GIIAS 2023. Di sana, OLX akan hadir sebagai Trade-In Partner yang berkolaborasi dengan Astra Financial.

Astra diketahui tengah menggenjot potensi jual-beli mobil bekas, salah satunya melalui anak usahanya Astra Digital Mobil yang menaungi platform mobbi (sebelumnya bernama mo88i). Aplikasi mobbi telah terintegrasi dengan ekosistem Grup Astra, termasuk ACC group, Toyota Astra Financial Services, Asuransi Astra Buana, dan AstraPay.

Mobil bekas

Hingga saat ini, penjualan mobil bekas masih banyak diminati oleh masyarakat indonesia. Angka penjualannya bahkan ditaksir lebih tinggi sekitar 1,5 juta per tahun dari penjualan unit mobil baru yang berkisar 1 juta unit.

Penyedia marketplace online mobil bekas pun telah menghadirkan showroom fisik untuk meningkatkan pengalaman pengguna, mengingat pembelian mobil tetap memerlukan pengecekan fisik.

Masuknya Astra ke dalam persaingan jual-beli mobil bekas akan menambah persaingan di sektor ini bersama sejumlah pemain existing, termasuk Carro, Carsome, Moladin, dan Broom.

Menurut laporan Industry Research, nilai pasar mobil bekas di dunia ditaksir sebesar $810,5 miliar pada 2022. Angka tersebut diestimasi naik menjadi $$1.093 miliar pada 2028 dengan tingkat pertumbuhan 5,12% per tahun.

OLX Autos Dikabarkan Diakuisisi oleh Astra International

Startup iklan baris mobil bekas OLX Autos dikabarkan akan diakuisisi oleh grup konglomerasi PT Astra International Tbk. Mengutip Tech in Asia, kabar tersebut telah dikonfirmasi oleh perwakilan Astra yang meyakini aksi korporasi ini akan berdampak positif bagi pertumbuhan jangka panjang perusahaan.

Rumor mengenai akuisisi OLX telah berhembus sejak Maret 2023. Dilansir dari Reuters, perusahaan holding teknologi pemilik grup OLX Autos, Prosus, mengungkap bahwa bisnis iklan mobil bukan lagi pendekatan yang tepat. Saat itu, perusahaan dikabarkan tengah dalam kesepakatan penjualan.

Pada awal 2023 ini, OLX juga sempat mengumumkan PHK sebanyak 300 karyawan dari total 1000 karyawannya. Hal ini disebut sebagai dampak dari perubahan kondisi ekonomi global. OLX juga mengumumkan berakhirnya kerja sama dengan para kontributor.

Kemudian pada akhir 2022, Grup Astra baru saja memperkenalkan layanan baru di ekosistem digitalnya, yakni aplikasi mo88i yang memungkinkan konsumen untuk melakukan jual-beli mobil bekas. Dengan model B2C, mo88i menghubungkan showroom milik ekosistem Grup Astra kepada pembeli. Pihaknya berupaya menghadirkan layanan menyeluruh kepada pelanggan, baik dari aspek kualitas, finansial, dan asuransi sebagai faktor pertimbangan utama dalam proses jual-beli dan tukar-tambah mobil bekas.

Melalui akuisisi terhadap OLX Autos, Astra disebut akan menyelami lebih dalam pasar mobil bekas di Indonesia yang sudah lebih dulu dihuni beberapa pemain, seperti Carro, Carsome, OtofrensMoladin, hingga Broom.

Pasar mobil bekas di Indonesia

Industri otomotif menjadi salah satu sektor yang berkontribusi cukup besar terhadap perekonomian nasional. Disebut dalam situs Kementrian Perindustrian, sektor ini telah menyumbangkan investasi sebesar Rp99,16 triliun dengan total kapasitas produksi mencapai 2,35 juta unit per tahun dan menyerap tenaga kerja langsung sebanyak 38,39 ribu orang.

Penurunan daya beli mobil baru akibat pandemi Covid-19 disebut memicu peningkatan volume penjualan mobil bekas. Beberapa survei yang dilakukan dari tahun ke tahun menunjukkan optimisme perkembangan minat pembelian mobil bekas, yang mana masyarakat memilih membeli mobil bekas dengan pertimbangan penampilan, kondisi, dan harga yang kompetitif.

Indonesia memiliki potensi pasar mobil bekas yang besar, karena permintaan yang terus meningkat. Tidak bisa membeli mobil baru bukan satu-satunya alasan orang membeli mobil bekas. Terkadang preferensi dan momentum depresiasi menjadi faktor penyebab mengapa mobil bekas masih memiliki pangsa pasarnya sendiri.

Merujuk data Industry Research, pangsa pasar global untuk mobil bekas pada 2022 ditaksir sebesar US$810,59 miliar atau Rp12.122 triliun. Jumlah itu diproyeksikan meningkat hingga US$$1.093 miliar atau Rp 16.346 triliun pada 2028 dengan tingkat pertumbuhan 5,12 persen per tahun.

Astra dan WeLab Pertajam Komitmen Membawa Bank Jasa Jakarta Bertransformasi Digital

PT Astra International Tbk (IDX: ASII) mengumumkan akuisisinya terhadap PT Bank Jasa Jakarta (BJJ). Dalam penandatanganan Shares Subscription Agreement (SSA), Astra melalui PT Sedaya Multi Investama mencaplok 1,138 juta lembar saham atau sekitar 49,56% dari seluruh modal ditempatkan dan disetor.

Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Astra menggelontorkan sebesar Rp3,87 miliar pada transaksi ini. Adapun, kesepakatan ini telah diteken pada 1 Juli 2022.

Corporate Secretary Gita Tiffani Boer mengatakan transaksi tersebut bertujuan sebagai pengembangan usaha dan investasi Sedaya Multi Investama.

Selain itu, perusahaan juga mengumumkan bahwa Welab Sky Limited (WeLab) selaku salah satu pemegang saham Bank Jasa, juga akan menambah kepemilikan sahamnya di sana. Usai penyelesaian transaksi, WeLab akan mengantongi 49,56% dari seluruh modal ditempatkan dan disetor di Bank Jasa Jakarta.

Pada Desember 2021, WeLab diketahui sudah menggenggam 24% saham Bank Jasa Jakarta. Aksi korporasi ini memperkuat komitmen mereka dalam membangun dan mengoperasikan bank digital. Mengingat potensinya masih besar, termasuk untuk menjangkau kalangan unbankable.

Dalam laporan yang dipublikasi oleh DSInnovate bertajuk “The Rise of Digital Banking in Indonesia“, disebutkan bahwa ukuran pasar bank digital, secara global nilainya diperkirakan sudah mencapai $12,1 miliar pada 2020 dan akan bertumbuh hingga $30,1 miliar di 2026 dengan CAGR 15.7%.

Menurut OJK, indeks inklusi keuangan di Indonesia mencapai 76,19% pada 2019. Selain itu, adopsi produk perbankan terus meningkat dari tahun ke tahun. Hingga 2020, tercatat 351,7 juta rekening terdaftar di 110 bank (96 bank konvensional, 14 bank syariah). Sementara di Indonesia saat ini sudah ada 12 aplikasi bank digital yang bisa digunakan masyarakat.

Daftar bank digital dan calon bank digital di Indonesia. Sumber: Laporan DSInnovate

Relasi bisnis Astra dan WeLab

Relasi bisnis Astra dengan Welab telah terjalin sejak tahun 2018 ketika kedua perusahaan membentuk usaha patungan (joint venture) yang bergerak di bidang fintech lending, Astra WeLab Digital Arta. Dalam kesempatan yang sama, perusahaan juga merilis aplikasi Maucash, menawarkan dua produk pinjaman, Maucepat dan Mauringan.

WeLab merupakan startup p2p lending yang beroperasi di tiga negara melalui tujuh merek produk keuangan, di antaranya WeLend dan WeLab Bank di Hong Kong; WeLab Digital, Taoxinji, Wallet Gugu, dan Tianmian Tech di Tiongkok; serta Maucash di Indonesia.

WeLab Bank tercatat telah memiliki 50 juta pengguna dan menyalurkan pinjaman lebih dari $10 miliar. Sementara, WeLab mengantongi 150 ribu pengguna digital banking di Hong Kong.

Sementara, Bank Jasa Jakarta merupakan bank ritel yang menawarkan produk simpanan, pinjaman, dan layanan perbankan. BJJ memiliki 11 kantor cabang pembantu dan tiga kantor kas dengan jaringan ATM tergabung dalam jaringan Prima di seluruh kota besar Indonesia.

Perkuat ekosistem produk digital Astra

Grup Astra mulai melakukan transformasi digital sejak beberapa tahun lalu. Transformasi ini menggunakan tiga strategi utama, yakni memodernisasi core business, menciptakan sumber pendapatan baru yang inovatif, dan berinvestasi pada produk di ekosistem digital. Beberapa produk digital yang sudah masuk dalam ekosistem produk digital Astra termasuk CariParkir, Sejalan, Movic, SEVA dan mo88i .

Di sepanjang 2021, Astra semakin gencar memperkuat ekosistem produk digitalnya. Pada kuartal pertama 2021, anak usaha Astra Financial meluncurkan aplikasi Moxa alias Mobile Experience by Astra Financial. Perusahaan juga telah meluncurkan AstraPay yang sudah dapat digunakan di ekosistem Grup Astra. Berikut rincian produk digital yang sudah masuk dalam ekosistem Astra.

Produk Kategori Grup
AstraPay Fintech Astra Financial
Moxa Fintech Astra Financial
Maucash Fintech Astra Welab Digital Arta
mo88i Marketplace (mobil bekas) Serasi Autoraya (Mobil88)
CariParkir Transportation (navigation) Astra Digital
Seva.id Marketplace (mobil baru dan bekas) Astra Digital
Movic Transportation (car rental) Astra Digital
Sejalan Transportation (ride-sharing) Astra Digital

Halodoc Closes Series C Funding Round Worth 1.1 Trillion Rupiah

On its 5th anniversary (21/4), Halodoc announced the closing of $80 million (around 1.1 trillion Rupiah) series C funding round led by Astra International, with participation of Temasek, Telkomsel Mitra Inovasi, Novo Holdings, Acrew Diversify Capital Fund, and Bangkok Bank. There are some previous investors involved, including UOB Venture Management, Singtel Innov8, Blibli Group, Allianz X, Openspace Ventures, and others.

In the official release, this funding is said to be allocated to expand Halodoc’s penetration in various major health verticals as well as improve user experience through technology. Previously, Halodoc’s Co-Founder & CEO, Jonathan Sudharta had expressed his ambition for regional expansion, bringing practice from Indonesia to the targeted countries.

Djony Bunarto Tjondro as President Director of Astra said, “Astra’s participation in the Halodoc fundraising shows our confidence in Halodoc’s vision and commitment in overcoming challenges related to access to health services in Indonesia. The pandemic that has occurred to date is very challenging for the national health service system and we believe the investment made by Astra can support Halodoc to continue to provide innovative solutions that can benefit the lives of millions of Indonesians. ”

It’s all begin with a dream to simplify access to health for people, Halodoc has now developed into a healthtech platform that offers a variety of health services. In the five years of its journey, Halodoc has collaborated with various parties, one of which is Gojek, who was also their seed investor.

In addition, the company will continue the innovation to develop a B2B business model by partnering with insurance providers in 2018. Currently, there are more than 1000 corporate partners who have taken advantage of digital health services from Halodoc.

During the pandemic, the company experienced a significant growth of up to 16 times in terms of transactions as well as a 25 times user growth at 20 million active users per month in the same time period. The Halodoc Ecosystem is now supported by more than 20,000 licensed doctor partners, 2000 hospitals/clinics/labs, and 4000 registered pharmacies across hundreds of cities in Indonesia.

The Halodoc application has been equipped with three main features, a Health Store to make it easier for customers to buy medicines with doctor’s prescriptions quickly, safely & conveniently; Doctor Chat which allows patients to interact with more than 20,000 experienced and trusted doctors via chat, video call, or voice call; and Make Hospital Appointment which allows users to make appointments with doctors in 1000 partner hospitals.

Technology reform in the health sector

In 2021, the main focus of health industry players is to jointly succeed the national vaccination program and Halodoc becomes the first official partner of the Ministry of Health of the Republic of Indonesia by presenting the Covid-19 Vaccination Service Post which is a form of contribution of the nation’s children to the national vaccination acceleration program. In just one month, Halodoc has succeeded in presenting a drive-thru Covid-19 vaccination service post in seven locations in Indonesia, which cumulatively have successfully vaccinated nearly 80,000 Indonesians.

In this virtual event, participating also the Minister of Health of the Republic of Indonesia, Budi Gunadi Sadikin. He briefly expressed the government’s agenda related to technological reform in the health sector which would focus on Primary Care, Secondary Care (RS), Emergency Response, Funding, Culture and Human Resources, as well as IT and health data systems.

“Halodoc believes that digital is not the only way to revolutionize the health sector in Indonesia. Our strength is to combine technology with offline services also to improve the user experience and convenience. For us, innovation is not only about launching sophisticated solutions, Halodoc’s main goal is to solve health challenges in Indonesia, one of which is through technology, not only to expand access to health for more people, but also to provide a seamless and hassle-free user experience,” Jonathan added.

TMI’s CEO, Andi Kristianto also stated, “Halodoc and Telkomsel have recently developed and launched a variety of services built from telecommunication solutions that capable to provide powerful health experiences for patients in all around Indonesia. Currently, we are continuing this collaboration by making strategic investments that can create the most comprehensive end-to-end solutions that can transform the health sector.”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Astra International Turut Berikan Pendanaan 72 Miliar Rupiah ke Sayurbox

Setelah berinvestasi di Gojek pada tahun 2018 lalu, Astra International kembali memberikan suntikan dana kepada startup lainnya. Selain turut andil dalam putaran seri C startup healthtech Halodoc, Astra turut memberikan pendanaan kepada startup online grocery Sayurbox.

Kepada Halodoc, mereka berpartisipasi memberikan dana $35 juta atau setara 508 miliar Rupiah (dari total 1,1 triliun Rupiah yang dibukukan). Sementara untuk Sayurbox mereka menggelontorkan $5 juta atau setara 72 miliar Rupiah. Tidak seperti Halodoc, Sayurbox belum secara resmi mengumumkan perolehan pendanaan ini — kemungkinan proses fundraising masih berjalan.

Dalam acara konferensi pers virtual, seperti dikutip Antaranews.com, Presdir Astra International Djony Bunarto Tjondro mengatakan alasan perusahaan berinvestasi ke dua startup tersebut karena melihat adanya business case yang baik dipadukan dengan visi yang jelas. Ini juga dilakukan sebagai strategi organik dalam upaya menemukan peluang-peluang baru dan digitalisasi.

Beberapa tahun ke belakang grup Astra memang cukup serius menggarap bisnis digital. Melalui unit Astra Digital, berbagai inovasi ditelurkan. Salah satunya dengan menghadirkan Gofleet bekerja sama dengan Gojek, menghadirkan solusi bagi mitra GoCar untuk menyewa kendaraan dengan biaya berlangganan.

Sebelumnya unit tersebut juga menghadirkan beberapa layanan digital lainnya, seperti Seva.id, CariParkir, dan Sejalan.

Perkembangan bisnis Sayurbox

Sepanjang pandemi, bisnis online grocery tumbuh subur karena berhasil memberikan alternatif pemenuhan kebutuhan pokok secara cepat dan aman kepada masyarakat. Geliat pertumbuhan juga ditunjukkan Sayurbox, di bawah kepemimpinan Amanda Susanti Cole (CEO), startup ini terus gencarkan ekspansi di seluruh wilayah Jawa. Terbaru pada September 2020 lalu, mereka baru resmikan kehadiran di Bali dan Surabaya.

Dalam webinar #SelasaStartup yang diadakan DailySocial, CFO Sayurbox Arif Zamani juga sempat mendiskusikan bagaimana platform online grocery turut memberikan dampak sosial kepada masyarakat. Salah satunya yakni dengan turut membenahi isu-isu terkait rantai pasok — dalam hal ini dari hasil panen petani, sehingga dapat menyajikan produk berkualitas dan terjangkau dengan tetap memberikan nilai ekonomi maksimal kepada petani.

Terkait rantai pasok, Arif menjelaskan, di Sayurbox mereka membangun sebuah sistem terstruktur untuk melakukan forecasting. “Karena ada komitmen sistem jual-beli, jadi petani yang bergabung di kami bisa melakukan planning agar mereka tetap bisa jual hasil panennya ke kami. Selama ini teknik panennya tidak beraturan, itulah yang menyebabkan terjadinya oversupply dan kelangkaan barang. Kami ingin bangun kapasitas itu agar pricing tetap stabil.”

Kemudian terkait pendanaan, setelah putaran seed yang diterima dari Patamar Capital dan Insignia Partners, tahun 2019 lalu Sayurbox dikabarkan menerima pendanaan dari unicorn Tokopedia. Tahun lalu Sayurbox juga telah memulai kerja sama strategis dengan fintech pembiayaan Awan Tunai untuk memberikan akses permodalan kepada para mitra petani.

Dengan pasar yang semakin matang, bisnis online grocery juga terus diserbu para pemain digital. Pemain raksasa seperti Gojek, Blibli, Grab, dll juga terus melakukan penetrasi layanan belanja bahan makanan segar. Di sisi lain banyak startup di lanskap yang sama yang bermunculan, sebut saja Segari, Dropezy, Tumbasin, dan lain sebagainya dengan pendekatan hyperlocal.

Application Information Will Show Up Here

Halodoc Umumkan Penutupan Putaran Pendanaan Seri C Senilai 1,1 Triliun Rupiah

Di hari jadinya yang ke-5 (21/4), Halodoc mengumumkan penutupan putaran pendanaan seri C sebesar $80 juta (sekitar 1,1 triliun Rupiah) yang dipimpin oleh konglomerat Astra International, diikuti oleh Temasek, Telkomsel Mitra Inovasi, Novo Holdings, Acrew Diversify Capital Fund, serta Bangkok Bank. Turut berpartisipasi beberapa investor terdahulu seperti UOB Venture Management, Singtel Innov8, Blibli Group, Allianz X, Openspace Ventures, dan lainnya.

Dalam rilis resminya disebutkan bahwa pendanaan ini akan dialokasikan untuk memperluas penetrasi Halodoc di berbagai vertikal kesehatan utama serta meningkatkan pengalaman pengguna melalui teknologi. Sebelumnya, Co-Founder & CEO Halodoc Jonathan Sudharta sempat menyampaikan ambisinya untuk ekspansi regional, membawa hasil pembelajaran dari Indonesia untuk negara yang disasar.

Djony Bunarto Tjondro selaku Presiden Direktur Astra mengatakan, “Partisipasi Astra dalam fundraising Halodoc menunjukkan kepercayaan kami pada visi dan komitmen Halodoc dalam mengatasi tantangan sehubungan dengan akses layanan kesehatan di Indonesia. Pandemi yang terjadi hingga saat ini sangat menjadi tantangan bagi sistem layanan kesehatan nasional dan kami percaya investasi yang dilakukan oleh Astra dapat mendukung Halodoc untuk terus memberikan solusi inovatif yang dapat memberikan manfaat bagi kehidupan jutaan masyarakat Indonesia.”

Berawal dari mimpi untuk menyederhanakan akses kesehatan bagi masyarakat, Halodoc kini telah berkembang menjadi sebuah platform healthtech yang menawarkan layanan kesehatan yang bervariasi. Dalam lima tahun perjalanannya, Halodoc telah menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak salah satunya dengan Gojek yang juga merupakan investor awal mereka.

Selain itu, perusahaan juga terus berinovasi untuk mengembangkan bisnis model B2B dengan menggandeng provider asuransi di 2018. Kini, tercatat lebih dari 1000 mitra korporasi yang telah memanfaatkan layanan kesehatan digital dari Halodoc.

Selama pandemi, perusahaan mencatat pertumbuhan signifikan hingga 16 kali lipat dari sisi transaksi serta pertumbuhan pengguna aktif mencapai 25 kali lipat sebanyak 20 juta per bulan dalam periode waktu yang sama. Ekosistem Halodoc kini telah didukung lebih dari 20.000 mitra dokter berlisensi, 2000 RS/klinik/lab, serta 4000 apotek terdaftar yang tersebar di ratusan kota di Indonesia.

Aplikasi Halodoc sendiri telah dilengkapi dengan tiga fitur utama, yaitu Toko Kesehatan untuk memudahkan pelanggan membeli obat-obatan dengan resep dokter secara cepat, aman & nyaman; Chat Dokter yang memungkinkan pasien untuk berinteraksi dengan lebih dari 20.000 dokter berpengalaman dan terpercaya melalui chat, video call, atau voice call; dan Buat Janji Rumah Sakit (Appointment) yang memungkinkan pengguna untuk membuat janji temu dengan dokter di 1000 rumah sakit rekanan.

Reformasi teknologi di sektor kesehatan

Pada 2021, fokus utama pelaku industri kesehatan adalah bersama-sama menyukseskan program vaksinasi nasional dan Halodoc menjadi mitra resmi pertama dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan menghadirkan Pos Pelayanan Vaksinasi Covid-19 yang merupakan bentuk kontribusi karya anak bangsa pada program percepatan vaksinasi nasional. Hanya dalam satu bulan, Halodoc telah berhasil menghadirkan pos pelayanan vaksinasi Covid-19 secara drive thru di tujuh lokasi di Indonesia yang secara kumulatif telah berhasil memvaksinasi hampir 80.000 masyarakat Indonesia.

Dalam acara yang diadakan secara virtual ini, turut hadir Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin. Ia sempat menyampaikan agenda pemerintah terkait reformasi teknologi di bidang kesehatan yang akan berfokus pada Primary Care, Secondary Care (RS), Emergency Response, Pembiayaan (Funding), Budaya dan SDM, serta IT dan sistem data kesehatan.

“Halodoc percaya bahwa digital bukan satu-satunya cara untuk merevolusi sektor kesehatan di Indonesia. Kekuatan kami adalah menggabungkan teknologi dengan layanan-layanan offline sehingga dapat meningkatkan pengalaman dan kenyamanan pengguna. Bagi kami, inovasi bukan hanya sekadar meluncurkan aplikasi canggih, tujuan utama Halodoc adalah untuk menyelesaikan tantangan kesehatan di Indonesia salah satunya melalui teknologi agar tidak hanya memperluas akses kesehatan untuk lebih banyak orang, tetapi juga untuk memberikan pengalaman pengguna yang seamless dan tanpa ribet,” ungkap Jonathan.

CEO TMI Andi Kristianto turut menyampaikan, “Halodoc dan Telkomsel baru-baru ini mengembangkan dan meluncurkan berbagai layanan yang dibangun dari solusi telekomunikasi yang mampu memberikan pengalaman kesehatan yang mumpuni bagi pasien di seluruh pelosok Indonesia. Kini, kami melanjutkan kolaborasi tersebut dengan melakukan investasi strategis yang dapat menciptakan solusi end-to-end terlengkap yang dapat mentransformasi sektor kesehatan.”

Application Information Will Show Up Here

Gofleet Mulai Beroperasi, Solusi Bagi Mitra Go-Car yang Tak Punya Mobil

Solusi mobilitas Gofleet yang diusung Gojek dan PT Astra International Tbk (Astra) efektif beroperasi mulai hari ini. Gofleet menargetkan melepas 1000 mobil ke para pengemudi Go-Car hingga akhir tahun ini.

Peresmian operasional Gofleet ini dihelat di ajang GIIAS, BSD, Kamis, (18/7), siang. Pendiri dan CEO Gojek Nadiem Makarim dan Presiden Direktur Astra Prijono Sugiarto turut menghadiri acara tersebut.

Presiden Direktur Gofleet Meliza M. Rusli menuturkan, produk mereka ini ditujukan bagi mitra pengemudi Go-Car. Meliza mengklaim layanan ini akan mempermudah akses masyarakat yang tak memiliki mobil namun ingin bergabung dengan Go-Car.

“Solusi mobilitas buat mitra driver yang tergabung dalam Go-Car. Kami memberikan kendaraan kepada semua mitra kami,” ujar Meliza.

Konsumen dalam bisnis patungan Gojek dan Astra ini adalah para pengemudi Go-Car. Untuk memperoleh mobil dari Gofleet ini, mitra pengemudi Go-Car membayar biaya komitmen sebesar Rp1,5 juta saat baru bergabung. Setelahnya, mereka membayar biaya berlangganan sebesar Rp1.180.000 setiap pekan.

Direktur Gofleet Pandu Adi Laras menerangkan, keikutsertaan mitra pengemudi dalam layanan ini dapat terus berlanjut selama mereka membayar biaya berlangganan yang akan ditagih secara harian.

“Kalau dia mau melanjutkan berlangganannya, baru dia bayar lagi,” ucap Pandu.

Konsepnya mirip dengan skema pengemudi dan perusahaan taksi. Dengan biaya tersebut, Gofleet menjamin fasilitas perawatan mobil, servis kendaraan, asuransi, hingga pemasangan layar LED untuk ruang beriklan di dalam mobil.

“Dan yang terpenting adalah mereka bisa dapat akses untuk tambahan pendapatan karena kan kendaraan yang mereka bawa sekarang sudah ada LED-nya, dari monetisasinya mereka dapat uang,” imbuh Pandu.

Saat ini hanya ada dua tipe mobil yang disediakan Gofleet, yakni Avanza dan Xenia. Mereka menargetkan ada 1000 mobil yang terserap lewat layanan tersebut.

Gofleet ini merupakan hasil kerja sama antara Astra dan Gojek lewat perusahaan joint venture mereka, yakni PT Solusi Mobilitas Bangsa. Perusahaan patungan itu resmi dibentuk pada Maret 2019, ketika Astra kembali menyuntikkan investasi sebesar US$100 juta atau setara Rp1,4 triliun. Total investasi dari Astra untuk Gojek mencapai US$250 juta atau Rp3,5 triliun.

Application Information Will Show Up Here

Astra Digital Jadi Pengejawantahan Bisnis Masa Depan Astra International

Setelah resmi menjadi entitas terpisah dari raksasa otomotif Astra International tahun lalu, Astra Digital kini semakin fokus dalam mengembangkan produk sebagai persiapan dalam menyambut era digital di masa depan.

Di bawah bendera PT Astra Digital Internasional, saat ini perusahaan telah memiliki empat produk sekaligus yang diharapkan dapat menjadi satu ekosistem yang saling terintegrasi. Tentu akan ada banyak pekerjaan rumah yang perlu dilakukan untuk memperkenalkan produk ini.

Di 2018, secara bertahap Astra Digital merilis empat layanan di bidang transportasi dalam bentuk aplikasi dan situs. Keempat layanan ini adalah Seva.id, CariParkir, Sejalan, dan Movic.

Kepada DailySocial, Head of Content Astra Digital Kania Kismadi mengungkapkan, kehadiran Astra Digital merupakan langkah besar induk usaha untuk bertransformasi di era digital.

Customer base Astra Group besar, tapi tidak pernah mendapat tersentuh [layanan] digital. Makanya, kami mulai [transformasi] dengan empat produk ini, dalam bentuk website dan aplikasi,” ujar Kania.

Keempat produk ini diinkubasi sendiri oleh perusahaan. Demikian juga pengelolaannya dijalankan oleh divisi yang berbeda-beda.

Kania berujar tahun ini menjadi tahun pengembangan produk secara masif untuk melihat layanan yang paling berkembang.

“2019 adalah tahun enhancement produk. Kami lakukan trial and error mana yang sesuai kebutuhan pengguna. Baru nanti kami pilih produk mana yang kami fokuskan,” ujarnya.

Saat ini Astra Digital masih menerima kucuran pendanaan dari investor tunggal, yakni Astra International. Secara total perusahaan memiliki 80 karyawan yang mengurusi pengembangan bisnis dan 60 karyawan di sisi teknologi.

Mengembangkan product market fit dan “Astra fit

Lahir dari induk korporat, Astra Digital berupaya menyejajarkan langkah mereka dengan para pelaku usaha digital saat ini melalu pengembangan produk yang lebih masif. Menurut perusahaan, keempat produk yang dimilikinya saat ini telah melewati masa pengembangan selama tiga tahun.

Astra Digital punya alasan mengapa pihaknya langsung mengembangkan empat layanan. Menurut Head of Digital Marketing and Services Astra Digital Fransiscus Andry Wibisono, yang akrab dipanggil Frans, ini adalah upaya persiapan Astra untuk menghadapi era digital di masa depan.

Pihaknya juga dituntut untuk lebih agile untuk menghadapi kemungkinan produknya gagal di pasar. Menurutnya, jika ada sepuluh produk dikembangkan, belum tentu semuanya bisa diterima pasar.

“Ini persiapan kami menghadapi 2020 ke atas, di mana milenial bakal menjadi tech savvy. Makanya, [layanan] yang dari awal offline, sekarang kami arahkan ke digital,” tutur Frans.

Ia menilai pengembangan produk tunggal justru akan menyulitkan mereka beradaptasi dengan kebutuhan konsumen yang akan berubah-ubah. Apalagi Astra adalah perusahaan konglomerat yang telah berdiri sejak lama. Akan ada tantangan untuk bertransformasi dan berevolusi di era digital.

“Kalau di kondisi sekarang tidak bisa menunggu [pengembangan produk] satu-satu. Tentu kami sangat berhati-hati. Kami tidak ingin produk kami market fit,  tapi juga Astra fit karena kami memikirkan ekosistem,” tutupnya.

Astra and Gojek Formed a “Joint Venture” to Extend Investment

PT Astra International Tbk (Astra) and Gojek, today (3/4) announced a joint venture to develop four-wheeler ride hailing. They also involved in the first round of Gojek’s series F funding with $100 million investment or equivalent to Rp1.4 trillion. In total, Astra has poured around 3.5 trillion rupiah for Gojek.

Prijono Sugiarto, President Director of PT Astra International Tbk said, the development of joint venture and Astra’s participation in the series F funding has showed their trust to Gojek, also, a realization of partnership exploration to create Astra automotive business synergy.

“We expect this partnership can help public to enter the formal economy sector, therefore, it can increase public welfare and have positive impact to the economic development in Indonesia. It goes along with Astra’s dreams to get prosper with the nation,” he added.

Gojek’s CEO and Founder, Nadiem Makarim mentioned, Southeast Asia’s digital economic potential, Indonesia in particular, should be optimized by business players with collaboration of each industry.

“Astra’s arms collaboration in the automotive sector with Gojek in the technology field is expected to open up more source of income for people, to be able to improve welfare,” he said.

A strategic partnership between Astra and Gojek is planned to optimize Indonesia’s potential to be the leading digital economy pioneer in Southeast Asia. As the automotive company holding, Astra is currently working on some digital initiatives in this sector, including Astra Digital.

A joint venture by Astra and Gojek is planned to provide dozens of fleet units with automotive management system that supported by Astra FMS (Fleet Management system) and Gojek’s ride hailing technology, particularly Go-Car.

Gojek is currently one of the biggest on-demand companies with 130 million users and 2 million driver partners.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Tambah Investasi, Astra dan Gojek Dirikan “Joint Venture”

PT Astra Internasional Tbk (Astra) dan Gojek hari ini (4/3) mengumumkan kesepakatan membentuk perusahaan patungan (joint venture) untuk pengembangan bisnis ride hailing roda empat. Pihak Astra juga mengumumkan keterlibatannya di  tahap pertama putaran pendanaan Seri F Gojek dengan nilai investasi $100 juta atau setara dengan Rp1,4 triliun. Secara total Astra telah menyuntikkan dana sekitar 3,5 triliun Rupiah untuk Gojek.

Presiden Direktur PT Astra Internasional Tbk Prijono Sugiarto mengungkapkan, pembentukan perusahaan patungan dan partisipasi Astra dalam pendanaan Seri F ini menunjukkan kepercayaan pihaknya kepada Gojek, sekaligus wujud nyata eksplorasi kerja sama untuk menciptakan sinergi bisnis otomotif Astra.

“Kami berharap kerja sama ini dapat membantu masyarakat luas masuk ke sektor ekonomi formal, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini sejalan dengan cita-cita Astra untuk sejahtera bersama bangsa,” terang Prijono.

CEO dan Founder Gojek Nadiem Makarim menambahkan, potensi perekonomian digital di Asia Tenggara, khususnya Indonesia, harus bisa dimaksimalkan para pelaku bisnis dengan menggabungkan kekuatan di masing-masing industri.

“Gabungan kekuatan Astra di bidang otomotif dan Gojek di bidang teknologi melalui kerja sama ini diharapkan akan membuka lebih banyak peluang bagi masyarakat untuk memiliki sumber penghasilan, sehingga mampu untuk meningkatkan kesejahteraan,” terangnya.

Kemitraan strategis yang terjalin antara Astra dan GOJEK diharapkan dapat memaksimalkan potensi Indonesia untuk terus menjadi pelopor ekonomi digital terdepan di kawasan Asia Tenggara. Sebagai holding perusahaan otomotif, Astra saat ini terus mengusahakan sejumlah inisiatif digital di bidang ini, termasuk pendirian Astra Digital.

Perusahaan patungan yang digagas Astra dan Gojek ini direncanakan akan menyediakan ribuan unit armada dengan sistem pengelolaan kendaraan yang didukung Astra FMS (Fleet Management System) dan teknologi “ride hailing” Gojek, khususnya layanan Go-Car.

Gojek saat ini telah menjadi salah satu perusahaan layanan transportasi on-demand terbesar dengan 130 juta pengguna dan 2 juta mitra pengemudi.

Application Information Will Show Up Here