Penyesuaian Regulasi Jadi Angin Segar Industri Telemedicine Indonesia

Sejak akhir Maret, Indonesia merespon merebaknya pandemi Covid-19 dengan sejumlah regulasi, termasuk Pembatasan Sosial Berskala Besar dan larangan mudik bagi mereka yang berada di wilayah terdampak. Salah satu regulasi penting yang dikeluarkan pemerintah adalah pelonggaran aturan untuk layanan telemedicine yang tertuang di Surat Edaran Nomor HK.02.01/MENKES/303/2020. Sebuah aturan yang membuat lonjakan pengguna layanan telemedicine dan percepatan adopsi teknologi pada layanan digital.

Surat Edaran tersebut memberikan beberapa kewenangan kepada dokter, melalui layanan telemedicine untuk melakukan anamnesa, yang mencakup keluhan utama, keluhan penyerta, riwayat penyakit yang diderita saat ini, penyakit lainnya atau faktor risiko, informasi keluarga dan informasi terkait lainnya yang ditanyakan dokter kepada pasien/keluarga secara online; pemeriksaan fisik melalui audiovisual; pemberian nasihat atau anjuran yang dibutuhkan; diagnosis; pengobatan yang berdasarkan pada diagnosis; penulisan resep; dan menerbitan surat rujukan.

Melonggarnya regulasi telemedicine mendorong lonjakan penggunaan layanan di Indonesia. Halodoc dan Alodokter mengamini hal ini. Permintaan dokter untuk konsultasi online bertumbuh pesat di masa pandemi ini.

“Ada dua hal yang berpengaruh pada peningkatan pengguna layanan telemedicine. Pertama, konsumen menaruh perhatian lebih terhadap aspek kesehatan dan mengadaptasi perilaku yang lebih positif dalam menjaga kesehatan karena khawatir tentang dampak pandemi pada kesehatan mereka. Kedua, pandemi COVID-19 mengakibatkan sebagian besar masyarakat beraktivitas di rumah dan mengurangi interaksi di luar rumah,” terang pihak Alodokter.

Hal senada disampaikan pihak SehatQ dan ProSehat. Pihak SehatQ menyebutkan,”Selama masa pandemi, peningkatan pengguna SehatQ cukup drastis. [..] Dari data kami, pengguna naik lebih dari 600% sejak awal tahun ini, dan ada lonjakan lebih dari 100% untuk chat dokter kami. Toko kesehatan kami juga mencatat peningkatan transaksi 16 kali lipat sejak awal tahun.”

Sementara itu, Founder ProSehat dr G. Bimantoro (Bimo) menerangkan, layanan telekonsultasi mereka tumbuh 3 kali lipat dari sebelumnya. Ia juga menyoroti pertumbuhan permintaan untuk layanan kesehatan on demand lain, seperti permintaan panggilan tenaga kesehatan untuk ke rumah atau perusahaan yang meningkat lima kali lipat.

“Selama kondisi pandemi ini kami telah menambahkan ribuan member berbayar dengan kerja sama perusahaan multi nasional, startup unicorn, rumah sakit, dan lain-lain. Selain itu kami juga mendukung upaya pemerintah lintas organisasi mulai dari Gugus Tugas COVID-19, Kemenkes, Kominfo, dan Dinas Kesehatan Provinsi,” imbuh dr. Bimo.

Industri telemedicine dan pandemi

Industri telemedicine dan layanan kesehatan digital lainnya selama ini berkembang dengan kehati-hatian karena regulasi yang cukup ketat. Hal yang sangat wajar mengingat data kesehatan pribadi sangat krusial. Di masa pandemi ini, kondisi darurat “memaksa” adopsi teknologi dipercepat, salah satunya di sektor kesehatan.

Setelah regulasi melonggar, tantangan selanjutnya adalah pelayanan prima untuk memberikan pengalaman terbaik bagi mereka yang belum pernah bersentuhan dengan teknologi. Hal ini terkait ketersediaan dokter, kualitas layanan, dan yang paling penting proteksi data.

Untuk saat ini layanan telemedicine telah menjadi solusi menekan angka konsultasi tatap muka (face-to-face). Situasi pandemi yang tak kunjung usai membuat kondisi paling aman untuk konsultasi dan pemeriksaan awal dilakukan menggunakan teknologi.

Di masa seperti ini, lahir pula beberapa inovasi yang  mengakselerasi pertumbuhan industri telemedicine. YesDok mengembangkan layanan konsultasi berbasis video dan telah terintegrasi dengan DANA atau SehatQ yang fokus pada pengembangan fitur yang berkaitan dengan layanan kesehatan di masa pandemi.

“[Inovasi] yang pertama adalah Health Passport, yaitu integrasi dengan RS/Klinik penyedia tes Covid-19, sehingga pasien bisa melakukan booking tes Covid-19 hingga akses hasil tes, semua di satu aplikasi SehatQ. Yang kedua adalah kanal telemedicine RS/Klinik, sehingga pasien bisa tetap melakukan konsultasi online dengan dokter di RS/Klinik langganannya. Yang ketiga adalah fitur booking tes Covid-19 melalui SehatQ, di mana pengguna bisa dengan mudah memilih dari 100 lokasi tes rekanan faskes SehatQ di seluruh Indonesia,” ujar tim SehatQ.

Sementara itu, dr Bimo menceritakan, ProSehat telah mengembangkan TeleProSehat menggunakan chatbot, sehingga masyarakat bisa mengakses layanan telekonsultasi tanpa perlu melakukan instalasi lagi.

“Cukup dengan WhatsApp saja masyarakat kota dan desa semua bisa langsung berkonsultasi dengan aman dengan dokter dan menggunakan link video call untuk langsung membuka di browser. Tentunya kami senantiasa menjaga keamanan dan privasi untuk setiap telekonsultasi ini,” imbuh dr. Bimo.

Asosiasi Telemedicine Indonesia

Indonesia sekarang memilki Atensi atau Asosiasi Telemedicine Indonesia. Di dalamnya terdapat puluhan penyedia layanan telemedicine dengan berbagai macam konsep dan spesialisasi. Nama-nama seperti Halodoc, Alodokter, SehatQ, ProSehat, dan YesDok termasuk di dalamnya.

Sekertaris Atensi dr. Karina Andini kepada DailySocial menyampaikan, Atensi lahir membawa visi dan misi untuk mengembangkan alternatif pelayanan kesehatan yang lebih mudah, relatif murah, namun tetap memperhatikan keselamatan pasien maupun dokter untuk masyarakat Indonesia.

Pelayanan yang diharapkan tidak hanya kuratif, tetapi juga holistik, mulai dari pemberian informasi yang benar, konsultasi kesehatan yang lengkap, memberikan rujukan diagnosis yang seksama, sampai merujuk sesuai dengan sistem rujukan di Indonesia.

“Industri telemedicine di Indonesia saat ini baru dalam awal fase pertumbuhan. Ia akan bertumbuh besar, karena penduduk Indonesia dengan jumlah besar dengan lebih dari 50 % sudah tinggal di perkotaan, kondisi alam negara yang terdiri atas ribuan pulau, dan perkembangan Industri telekomunikasi yang luar biasa pesat di Indonesia,” jelas dr Karina.

Kehadiran Atensi juga diharapkan bisa membantu pemerintah menyusun dasar regulasi. Saat ini regulasi yang ada belum bisa mengatur perkembangan teknologi kesehatan di Indonesia secara menyeluruh.

dr Bimo menambahkan, regulasi telemedicine saat ini perlu banyak dirapikan dan masih dalam tahapan yang memberikan relaksasi selama masa penangangan pandemi COVID-19. Namun ia cukup yakin bahwa berbagai aturan terkait akan dapat segera dirilis setelah Surat Edaran dari Menteri Kesehatan No. HK.02.01-MENKES-303-2020.

Hadirnya peraturan Konsil Kedokteran Indonesia dan fatwa Majelis Kehormatan Etika Kedokteran bagi para tenaga medis, serta munculnya Peraturan BPOM No.8 tahun 2020 Tentang Pengawasan Obat dan Makanan yang diedarkan secara Daring, menunjukkan betapa responsifnya berbagai pihak yang terkait untuk mendukung regulasi telemedicine ini.

“Sementara itu yang sangat dibutuhkan dan telah ditunggu-tunggu adalah Peraturan Menteri Kesehatan tentang Rekam Medis Elektronik yang sampai saat ini masih dalam pengembangan draft. Karena dengan dasar adanya Rekam Medis Elektronik dan Interoperabilitas Sistem, di mana data pasien dapat direkam dan ditransfer secara legal, akan membuka semakin besar ekosistem healthtech untuk mendukung kemajuan kesehatan di Indonesia secara menyeluruh,” lanjut dr Bimo.

Pentingnya telemedicine untuk Indonesia

Dari data Kementerian Kesehatan, rasio perbandingan tenaga kesehatan di Indonesia adalah 1 dokter melayani sekitar 2500 orang. Berdasarkan data itu, di Asia Tenggara, Indonesia hanya berada di peringkat dua dari bawah, atau hanya lebih baik dari Kamboja. Peringkat tertinggi dipegang Singapura dengan rasio 1 dokter untuk 500 orang.

Efisiensi yang ditawarkan layanan telemedicine menjadi sebuah peluang besar. Layanan ini memungkinkan dokter bisa lebih banyak menangani pasien per harinya. Belum lagi permasalahan ketersediaan fasilitas kesehatan yang mumpuni di daerah. Telemedicine bisa menjadi salah satu alternatif, meskipun belum sepenuhnya menggantikan konsultasi langsung dengan dokter.

[Founders Library] Penggalangan Dana dan Pengelolaan Finansial Startup

Modal dan arus kas adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya sama-sama harus dikelola dengan hati-hati dan penuh tanggung jawab. Keduanya juga menjadi bagian atau syarat penting startup yang ingin bertumbuh.

DailySocial merangkum beberapa tips mengenai bagaimana strategi melakukan fundraising hingga bagaimana cara mengelola cashflow. Topik ini berguna bagi para founder pemula atau founder yang tidak memiliki latar belakang pendidikan akuntansi atau keuangan. Berikut daftarnya:

Artikel

[Founders Library] Model Bisnis dan Pendapatan

Bagian yang tak kalah penting dari menjalankan bisnis startup adalah menentukan model bisnis yang tepat. Analisis peluang akan menjadi sia-sia jika tidak diikuti dengan bentuk atau model bisnis yang tepat, karena model bisnis bersinggungan langsung dengan pendapatan.

Kami merangkum beberapa artikel, video, dan podcast yang mungkin bisa menjadi referensi untuk belajar bagaimana menentukan model bisnis agar bisa mendapatkan pendapatan yang terukur.

Artikel

Video & Podcast

[Founders Library] Membangun Tim dan Budaya Startup

Bagi para founder, menjalankan bisnis tak hanya soal fokus ke konsumen atau pasar, tetapi juga fokus ke dalam. Membangun tim yang solid dan kultur bisnis yang bisa membentuk sebuah “akar” yang kuat untuk mendukung pertumbuhan bisnis.

Membangun tim dan kultur ini bukan perkara mudah. Selain membutuhkan waktu juga membutuhkan proses belajar dari perusahaan lain yang sudah lebih berkembang dan mapan. Berikut ini daftar artikel, video, dan podcast DailySocial yang berkaitan dengan membangun tim dan kultur perusahaan.

Artikel

Video & Podcast

[Founders Library] Kehumasan dan Pemasaran Startup

Menjaga hubungan baik dengan pelanggan dan memasarkan produk atau layanan merupakan pekerjaan rumah yang berkelanjutan bagi para pelaku startup. Mengelola feedback, membaca minat pelanggan, dan mencari bentuk kampanye yang sesuai termasuk di dalamnya.

Founder, atau siapapun yang tengah belajar dan baru memulai mendirikan startup, berikut ini adalah daftar artikel, video, dan podcast DailySocial dengan tema pengelolaan public relation dan marketing.

Artikel

Video & Podcast

[Founders Library] Kepemimpinan Startup

Menjalankan bisnis tak melulu soal strategi, tetapi juga kemampuan diri founder mengelola dan memimpin tim. Hal ini termasuk kemampuan menjaga komunikasi dan kekompakan dengan co-founder lainnya. Konflik internal, dengan sesama co-founder ,memiliki risiko yang tinggi dan mempengaruhi performa startup.

Berikut adalah daftar konten artikel, video, dan podcast DailySocial yang dirangkum khusus bagi mereka yang ingin belajar bagaimana nilai-nilai leadership ketika memimpin perusahaan dan bagaimana menjalin hubungan dengan co-founder lainnya.

Artikel

Video & Podcast

Izidok Develops Medical eRecord Service to Help Doctors with Private Practice

Digital transformation is starting to multiply in the health sector. As one of the technology service providers in the insurance and health sector, PT Medlinx Asia Teknologi introduces Izidok as a platform that helps doctors manage medical records.

Izidok’s team explained, they developed SaaS products with various Medical e-Record features. In addition to supporting standardized ICD 10 diagnosis, they also claim to be able to receive complete medical record inputs, such as history taking, physical examination along with photos of organs, diagnosis, and procedures. It is also possible for doctors to upload other examination supporting data such as X-rays, lab results, and other examination results.

“Another Izidok’s key feature is Write and Type Ready. Using this feature, doctors can input the patient’s data by typing or writing with a stylus pen. Thus, doctors can still use the traditional way for more modern operations,” explained the Chief Operating Officer ( COO) PT Medlinx Asia Teknologi Timur Bawono.

In addition, Izidok also provides a dashboard to monitor and manage queues, daily income amounts, and input data assistant to help operations in the practice. Next, there is also a schedule control reminder feature that is automatically created.

Izidok's interface
Izidok’s interface

On the medical e-record regulation and future plans

Technological developments in the digital sector should be prudent. Regulations issued by the government are also quite strict because it involves a lot of personal data that is crucial, such as medical records. In Indonesia alone, technology is slowly changing the way people access health services, there are telemedicine, drug delivery services, and applications to make appointments with doctors.

Izidok, currently is in a different segment. The solution is similar to Medigo’s Klinik Pintar, however, Izidok specifically targets doctors in private practice, while Medigo targets the Clinic.

Bawono said, the idea of ​​making this service departs on operational problems which often encountered by doctors in opening private practices. Medical records in the conventional form are prone to damage. Therefore, Izidok tried to transform it with the help of digital technology.

“In accordance with Minister of Health Regulation No. 269 / MENKES / PER / III / 2008, medical records in non-hospital health service facilities must be kept for at least 2 years from the date the patient was last treated. Referring to this regulation, Izidok can also help private practice doctors comply with regulations with the application that keeps patient data stored in Izidok’s system for 3 years since the medical record was made,” he said.

In addition, Izidok also claims that they store the data safely as it’s secured by encryption, therefore, the data is accessible only by the doctor concerned. To date, the service, which has its debut in April 2020, is still focused on reaching doctors throughout Indonesia.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Izidok Kembangkan Layanan e-Rekam Medis untuk Bantu Dokter Jalankan Praktik Mandiri

Transformasi digital mulai jamak di sektor kesehatan. Sebagai salah satu perusahaan penyedia layanan teknologi di bidang asuransi dan kesehatan, PT Medlinx Asia Teknologi memperkenalkan Izidok sebagai platform yang membantu dokter dalam mengelola rekam medis.

Dijelaskan pihak Izidok, mereka merupakan produk SaaS dengan berbagai macam fitur e-Rekam Medis. Selain dukungan standardisasi diagnosis ICD 10, mereka juga mengklaim mampu menerima input rekam medis secara lengkap, seperti anamnesis, pemeriksaan fisik disertai dengan gambar organ, diagnosis, dan tata laksana. Dokter juga dimungkinkan untuk menggunggah data penunjang pemeriksaan lainnya seperti foto rontgen, hasil lab, dan hasil pemeriksaan lainnya.

“Fitur unggulan Izidok lainnya adalah Write and Type Ready. Dengan fitur ini dokter dapat mengmasukkan data pasien dengan cara mengetik atau pun menulis dengan stylus pen. Dengan demikian, dokter tetap bisa memakai kebiasaan lama untuk operasionalisasi yang lebih modern,” jelas Chief Operating Officer (COO) PT Medlinx Asia Teknologi Timur Bawono.

Selain itu Izidok juga memiliki dasbor yang bisa digunakan untuk memantau dan mengatur antrean pasien, jumlah pendapatan harian, dan masukan data asisten untuk membantu pengoperasian di tempat praktik. Kemudian ada juga fitur pengingat jadwal kontrol yang dibuat secara otomatis.

Tampilan layar Izidok
Tampilan layar Izidok

Tentang aturan e-rekam medis dan rencana selanjutnya

Perkembangan teknologi di sektor digital harusnya penuh kehati-hatian. Regulasi yang dikeluarkan pemerintah juga cukup ketat karena banyak data pribadi yang bersifat krusial di sana, seperti rekam medis. Di Indonesia sendiri saat ini teknologi perlahan mengubah cara masyarakat mengakses layanan kesehatan, ada telemedicine, layanan pengantaran obat, dan aplikasi untuk membuat janji dengan dokter.

Izidok, saat ini berada pada segmen yang berbeda. Solusinya serupa dengan Klinik Pintar dari Medigo, hanya saja Izidok spesifik menyasar dokter dalam praktik mandiri, sedangkan Medigo menargetkan Klinik.

Diceritakan Timur, ide pembuatan layanan ini berangkat pada masalah operasional yang sering ditemui dokter dalam membuka praktik mandiri. Catatan rekam medis yang masih bersifat konvensional rawan rusak. Oleh karena itu Izidok mencoba mentransformasikannya dengan bantuan teknologi digital.

“Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No. 269/MENKES/PER/III/2008, rekam medis pada sarana pelayanan kesehatan non-rumah sakit, wajib disimpan sekurang-kurangnya dalam jangka waktu 2 tahun sejak tanggal terakhir pasien berobat. Jika mengacu pada regulasi ini, izidok pun dapat membantu para dokter praktik mandiri mematuhi regulasi karena dengan aplikasi izidok data pasien akan tersimpan pada sistem izidok selama 3 tahun sejak rekam medis dibuat,” terang Timur.

Selain itu Izidok juga mengklaim bahwa data yang mereka simpan cukup aman karena terlindungi enkripsi sehingga data hanya bisa dibaca oleh dokter yang bersangkutan. Untuk saat ini, layanan yang mulai diresmikan April 2020 ini masih fokus untuk menjangkau dokter di seluruh Indonesia.

Wakuliner Perluas Cakupan, Raih Pertumbuhan Positif dari B2B dan B2G

Wakuliner, platform yang memungkinkan penggunanya mudah mendapatkan makanan atau kuliner mengklaim berkembang pesat dalam dua tahun terakhir. Mereka juga mengumumkan ekspansinya ke Surabaya dan menargetkan bisa menjadi profitabe company pada kuartal ketiga tahun ini.

CEO Anthony Gunawan kepada DailySocial menceritakan bahwa mereka saat ini fokus pada bisnis katering dan cloud kitchen. Sejumlah inovasi dan penyesuaian telah dilakukan untuk bisa mengambil potensi dari bisnis terkait yang tengah tumbuh di Indonesia.

“Teknologi dan platform kami sesuaikan agar bisa memberdayakan dapur-dapur katering dan cloud untuk melayani klien B2B dan B2G kami. Perkembangan bisnis sejak akhir tahun 2018 sangatlah pesat. Dari Desember 2018 ke Desember 2019 jumlah pesanan kami meningkat mencapai 40 kali lipat. GMV dan revenue kami meningkat 475% dari Januari 2019 ke Desember 2019. Tahun 2020 dan selama Covid-19 ini kami terus berkembang. Sejak awal tahun sampai sekarang revenue kami meningkat 310%,” kisah Anthony.

Saat ini pihaknya memiliki 13 kategori katering. Total menu di sistem Wakuliner pun menyentuh angka 15 ribu menu.

Menghadapi pandemi, tim Wakuliner juga aktif menyesuaikan diri dengan permintaan. Mereka mengembangkan beberapa produk baru seperti jamu, frozen food, rantangan, ready to heat, dan lainnya.

“Dengan banyaknya pembatasan di tengah pandemi Covid-19 ini kami melakukan banyak penyesuaian dan adaptasi di semua departemen, seperti proses operasional dan supply chain dapur kami, sistem kerja work from home untuk tim, dan seterusnya,” imbuh Anthony.

Layanan katering dan cloud kitchen di Indonesia saat ini diramaikan eberapa nama seperti Kulina, Mealbox, dan juga Gorry Gourmet. Beberapa layanan lainnya juga meluncurkan inovasi layanan katering online dengan spesifik menyajikan katering makanan sehat, seperti hanya Doogether Food, Lemonilo (marketplace katering sehat), hingga FIT Gourmet dari The FIT Company.

Sementara cloud kitchen, adalah konsep yang mulai diterapkan oleh Grab dan Gojek. Di kuartal ke empat tahun lalu keduanya seakan berlomba-lomba membawa konsep cloud kitchen untuk hadir di kota-kota Indonesia.

Ekspasi ke Surabaya

Sejak awal Mei 2020 layanan katering Wakuliner sudah mulai masuk ke wilayah kota Surabaya. Sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia pihak Wakuliner mencoba untuk memenuhi kebutuhan makan karyawan perusahaan-perusahaan di Surabaya.

“Surabaya merupakan kota terbesar ke-2 di Indonesia, jadi itu merupakan pilihan mutlak bagi kami. Ada rencana ekspansi ke kota-kota lainnya di tahun 2020 dan 2021, dan juga ke negara-negara ASEAN di akhir tahun 2021 dan 2022,” ujar Anthony menceritakan rencana ekspansi Wakuliner selanjutnya.

Anthony juga menambahkan pada akhir tahun ini mereka akan sepenuhnya berekspansi ke Surabaya (saat ini hanya layanan katering). Karena selain katering Wakuliner juga memiliki layanan marketplace khusus oleh-oleh dan platform pembelian bisnis franchise.

Application Information Will Show Up Here

Stripe Bersiap Masuk Indonesia di Tengah Persaingan Ketat Platform Pembayaran Digital Lokal

Tanda-tanda Stripe memasuki pasar Indonesia semakin kuat. Mereka sudah mengantongi status terdaftar dari Bank Indonesia sebagai penyelenggara teknologi finansial di bawah naungan PT Stripe Payment Indonesia. Tim lokal pun tampak sudah disiapkan — penulis sempat menemui seorang rekan yang terhubung dengan tim Stripe Indonesia melalui sambungan email.

Stripe menawarkan sistem pembayaran yang dapat diintegrasikan ke aplikasi digital melalui konektivitas API. Salah satu yang diunggulkan, platform tersebut dapat dengan mudah menerima pembayaran dari luar negeri.

Tidak hanya layanan pembayaran pada umumnya (payment gateway), Stripe juga memiliki produk yang memudahkan sistem berlangganan, pembuatan kartu pembayaran (virtual/fisik), hingga solusi fraud protection berbasis machine learning. Bisa dikatakan, Stripe adalah perwujudan payment service yang komplit untuk saat ini.

Sejauh pengamatan penulis di komunitas pengembang, Stripe juga cukup dikenal sebagai layanan yang “developer friendly”. Memiliki dokumentasi lengkap dan tergolong mudah diintegrasikan dengan sistem-sistem lainnya.

Salah satu tampilan dasbor Stripe untuk pengembang / Stripe
Salah satu tampilan dasbor Stripe untuk pengembang / Stripe

Peta platform pembayaran di Indonesia

Di Indonesia industri payment service sudah diramaikan nama-nama seperti Doku, Midtrans, Duitku, iPaymu, Duitku, dan lainnya. Diresmikannya QRIS juga menambah pilihan cara pembayaran baik bagi merchant maupun pengguna.

Midtrans misalnya, setelah diakuisisi oleh Gojek tidak mengendurkan inovasinya. Tercatat saat ini, selain layanan pembayaran, mereka memiliki IRIS sebuah solusi untuk layanan pengiriman dana ke banyak rekening bank.

Mereka juga memiliki Aegis, sebuah sistem yang mampu mendeteksi pembayaran yang dicurigai sebagai fraud. Tentunya berdasarkan analisis risiko yang dihasilkan dari data pengamatan pola penipuan yang ada. Sebuah solusi yang serupa dengan apa yang dihadirkan Stripe.

Inovasi juga terus dilakukan oleh Doku. Akhir 2019 silam mereka memperbarui Doku Merchant. Layanan yang identik dengan warna merah ini juga memiliki layanan remitansi yang memungkinkan melakukan transfer uang dari dalam maupun luar negeri. Doku juga memiliki layanan QRIS Doku yang diklaim memudahkan penggunanya mengimplementasi pembayaran menggunakan QRIS.

Jika akhirnya resmi masuk ke Indonesia Stripe akan meramaikan skema payment service di Indonesia. Persaingan yang cukup ketat dalam industri ini bisa jadi awal untuk lahirnya inovasi-inovasi terkini lainnya.

Stripe didirikan pada 2009 oleh John dan Patrick Collison bersaudara. Kini 11 tahun berjalan mereka berhasil mengamankan pendanaan hingga seri G+. Tercatat beberapa nama investor turut serta seperti Sequoia Capital, General Catalyst, dan beberapa nama lainnya. Setelah mengamankan pendanaan senilai pada putaran $600 juta Seri G+ pada April 2020 kini valuasi Stripe diperkirakan mencapai $36 miliar.