ESL Perpanjang Kontrak Kerja Sama dengan Facebook, Hak Siar Tak Lagi Eksklusif

Pada tahun 2018 lalu, ESL sempat menjalin kerja sama yang sedikit kontroversial dengan Facebook. Kerja sama itu adalah kontrak siaran live streaming eksklusif untuk dua brand turnamen milik ESL, yaitu ESL One dan Counter-Strike: Global Offensive Pro League. Memang kontrak ini tidak mencakup semua turnamen ESL. Seri Intel Extreme Masters (IEM) misalnya, masih bisa ditayangkan di jalur-jalur lain seperti Twitch. Tapi keputusan eksklusivitas tersebut tetap menimbulkan kekecewaan di kalangan penggemar.

Dua pemain profesional Dota 2, yaitu AdmiralBulldog (Henrik Ahnberg) dan ppd (Peter Dager) bahkan sempat mendapat masalah karena mereka menayangkan siaran ESL One Genting secara tak resmi. Akan tetapi pada akhirnya ESL dan Valve menyatakan bahwa mereka tidak puas dengan kerja sama tersebut. Hal ini dilaporkan oleh Rod Breslau, konsultan esports ternama asal Amerika Serikat.

Facebook terbukti tidak bisa menarik jumlah pemirsa setara Twitch, bahkan jauh di bawahnya. Sebagai perbandingan, turnamen ESL Intel Grand Slam di Facebook hanya mendatangkan 30.000 penonton, sementara turnamen ELEAGUE Major: Boston 2018 di Twitch ditonton oleh 1,1 juta orang. Facebook memang platform media sosial terbesar dunia, tapi mereka belum menunjukkan keberhasilan di bidang live streaming.

Sebagian orang mengira bahwa ESL tidak akan memperpanjang kontrak dengan Facebook, tetapi baru-baru ini ESL mengumumkan sebaliknya. Kontrak kedua perusahaan ini akan dilanjutkan untuk tahun 2019. Bahkan, kini Facebook mendapatkan hak siar untuk semua kompetisi global ESL, termasuk IEM, ESL One, dan CS:GO Pro League. Tapi ada satu perbedaan besar. Kontrak hak siar ini tak lagi eksklusif. Jalur-jalur streaming lain juga boleh menyiarkannya.

“ESL menyatukan komunitas penggemar esports global dan berusaha untuk menyajikan pengalaman esports yang luar biasa pada audiens seluruh dunia, baik online ataupun melalui event skala besar,” kata Ralf Reicher, Co-CEO ESL di situs resminya. “ESL akan menyediakan beragam sumber di mana para penggemar dapat menikmati sirkuit flagship kami secara online—termasuk kembali ke Facebook Gaming untuk terus memberikan konten kepada audiensnya yang tumbuh pesat.”

AdmiralBulldog
AdmiralBulldog sempat mendapat masalah gara-gara live streaming ilegal | Sumber: Monster Gaming

Baik ESL maupun Facebook sama-sama berkomitmen untuk melakukan perbaikan agar para penggemar dapat menikmati konten esports dengan nyaman. Live streaming ESL di Facebook ini direncanakan tayang dengan kualitas 1080p/60fps, dan tersedia tayangan bahasa Portugal untuk live streaming ESL Pro League. Entah apakah tawaran tersebut cukup untuk membuat para penggemar pindah dari Twitch ke Facebook, namun bagi kita penikmat esports, makin banyak pilihan tentu bukanlah hal yang buruk.

Leo Olebe, Global Director of Games Partnership di Facebook berkata bahwa kerja sama ini adalah salah satu cara untuk memuaskan keinginan pengguna Facebook akan konten gaming video. Ia juga ingin mendengar pendapat penggemar untuk menghadirkan tayangan yang lebih baik lagi.

“Memberikan cara pada para penggemar ESL untuk menonton esports di beragam platform adalah sesuatu yang kami sadar diinginkan oleh komunitas, dan itulah alasan utama mengapa seluruh konten tahun 2019 akan disiarkan di mana pun ESL memilih untuk menyiarkannya. Kami akan terus mendengarkan dan menindaklanjuti feedback dari para gamer selagi kami bekerja sama membangun komunitas gaming dunia,” ujar Olebe.

Bila Anda berminat menonton turnamen-turnamen ESL di Facebook, Anda dapat mengunjungi tautan-tautan berikut:

Sumber: ESL via VP Esports, eSportsJunkie, Cybersport

Begadang Bareng Komunitas R6 Indonesia Nonton Six Invitational

Buat yang belum tahu, kompetisi Rainbow Six: Siege (R6S) tingkat global itu hanya ada 2: Pro League dan R6 Invitational. Jadi, R6 Invitational ini adalah turnamen R6 paling bergengsi tingkat dunia yang ada saat ini.

Tim-tim R6S terbaik dari seluruh penjuru dunia beradu akal dan mental atas sebuah gengsi menyandang predikat juara dunia R6. Ada 16 tim yang dibagi jadi 4 grup yang siap bertarung. Inilah para pesertanya, beserta jalur mereka bisa sampai ke kompetisi paling bergengsi ini:

Sumber: Ubisoft
Sumber: Ubisoft

Six Major Champions:

DreamHack Montreal Champions:

Season 8 Pro League Finalists:

DreamHack Winter Runner-ups*:

  • PENTA Sports (EU) *Slot was granted to the runner-up as the winners (G2 Esports) were already qualified

Online Qualifier Winners: 

Sumber: R6 IDN
Sumber: R6 IDN

Untuk merayakan gelaran kompetisi termegah tadi, sembari menjalin kedekatan bersama, Komunitas R6S Indonesia (R6 IDN) mengadakan nonton bareng R6 Invitational untuk babak Semifinal dan Grand Finalnya di hari Sabtu dan Minggu ini (16-17 Februari 2019). Berhubung jadwalnya mengikuti siaran langsung yang digelar di Montreal, Canada, komunitas R6 IDN mengajak begadang bersama-sama.

Bobby Rachmadi Putra, Community Leader dari R6 IDN, mengatakan bahwa, “nobar ini digelar karena untuk merayakan sengitnya pertarungan kasta tertinggi esports Rainbow Six: Siege. Sekaligus untuk menjadi ajang keakraban bagi komunitas yang sudah lama berkompetisi bersama. Intinya sih seru-seruan bareng komunitas R6.”

Buat para pecinta R6S ataupun yang depresi karena masih jomlo di akhir pekan pasca hari Valentine, silakan merapat ke DailySocial Kemang Office untuk nonton bareng di hari Sabtu dan Minggu mulai pukul 22:00 WIB.

Kira-kira siapa yang bisa bertahan sampai pagi ya? Eh, siapa yang akan juara di Six Invitational ini?

Disclosure: Hybrid adalah media partner dari Rainbow Six: Siege Indonesia Community (R6 IDN)

Overwatch League Amankan Sponsorship Dengan Coca-Cola

Overwatch League sudah memasuki musim kedua. Tayangan liga esports ini mungkin tidak seseru itu untuk ditonton buat yang bukan penggemar FPS action tempo cepat dengan ragam gerakan yang bisa bikin pusing ketika ditonton. Namun kompetisi ini punya sisi yang menarik yang diikuti, yaitu sisi bisnis dan konsep pelaksanaan kompetisinya.

Muncul dengan konsep layaknya liga olahraga tradisional, awalnya hal ini membuat banyak pihak merasa skeptis. Namun sampai musim kedua, model ini terbukti berhasil meningkatkan tingkat kepercayaan sponsor, salah satunya ada Coca-Cola yang baru-baru ini menyeponsori Overwatch League.

Kerjasama ini akan membuat Coca-Cola menjadi sponsor minuman dari Overwatch League untuk tiga tahun ke depan. Ini artinya Coca-Cola akan mendapat akses terhadap berbagai lini branding Overwatch League, termasuk 20 tim peserta Overwatch League, juga kompetisi lain seperti Overwatch World Cup dan juga event tahunan Blizzard, BlizzCon.

Kalau di Amerika Serikat sana, sponsorship seperti ini jadi terlihat tidak sebegitu mengherankan. Beberapa penyebabnya seperti perkembangan pesat industri esports dan juga kepercayaan brand terhadap esports di sana yang kini semakin meningkat. Hal ini terbukti, salah satunya dalam bahasan Hybrid soal 49 persen brand non-endemic yang sponsori ekosistem esports pada 2018 lalu.

Faktor penguat lain menurut saya pribadi adalah kualitas produksi event esports Overwatch League yang sangat megah. Namun yang pasti Coca-Cola memang sebelumnya sudah sempat kerja sama dengan beberapa ekosistem esports lain. Sebelum Overwatch League, mereka sempat kerjasama dengan kompetisi League of Legends pada 2016 dan sponsorship terhadap konten FIFA 18 dari EA Sports pada tahun 2017 lalu.

NEW YORK, NY - JULY 27: A view of the crowd at Overwatch League Grand Finals - Day 1 at Barclays Center on July 27, 2018 in New York City. (Photo by Matthew Eisman/Getty Images for Blizzard Entertainment ). Sumber:
NEW YORK, NY – 27 JULI: Keramaian di gelaran hari pertama Overwatch League Grand Finals – Barclays Center, New York, Amerika Serikat. (Foto oleh Matthew Eisman/Getty Images untuk Blizzard Entertainment ). Sumber: Official Blizzard Documentation

Seperti tadi sudah disebutkan kompetisi Overwatch League berhasil mendobrak dengan konsep liga layaknya olahraga tradisional. Bagaimana cara mereka melakukannya? Kompetisi ini mencoba mendorong fanatisme kota di dalam esports. Jadi dalam kompetisi ini kamu bisa melihat nama tim dengan nama kota di depannya, contohnya seperti tim Philadelpia Fusion, New York Excelsior, Shanghai Dragons, dan lain sebagainya.

Konsep menarik lagi yang ditawarkan adalah setiap tim mendapat skin karakter khusus, dengan warna dan rancangan sesuai dengan tema warna dari masing-masing tim. Jadi setiap kali bertanding, para tim akan memakai semacam jersey digital untuk setiap karakter yang mereka mainkan.

Kalau melihat bagaimana konsep Overwatch League yang unik berhasil meningkatkan kepercayaan brand terhadap esports, mungkin bisa disimpulkan bahwa inovasi terhadap konsep event esports harus tetap dilakukan agar dapat menarik perhatian para sponsor untuk bisa membiayai event esports.

Sumber:
Sumber: Twitter @SFShock

Menurut opini saya pribadi, mendapatkan sponsorship untuk sebuah event esports kadang bukan cuma bicara soal angka jumlah penonton saja tapi juga soal konsep hiburan model baru untuk demografi yang unik dan soal cara baru menyampaikan pesan sponsor kepada para penonton. Overwatch League di sini berhasil membuktikan keduanya. Mereka membawa konsep baru nan unik, dan juga berhasil buktikan bahwa konsep tersebut bisa menarik perhatian banyak gamers

Prediksi Newzoo: Revenue Global Esports Tahun 2019 Akan Capai US$1,1 Miliar

Perusahaan penyedia data analitik industri game dan esports, Newzoo, baru-baru ini akhirnya merilis laporan prediksi tahunan yang disebut Global Esports market Report. Dalam laporan versi tahun 2019 kali ini, Newzoo mengungkap bahwa industri esports masih akan terus tumbuh, berinovasi, dan menarik investasi. Sebuah milestone baru akhirnya akan dicapai, yaitu bahwa revenue global industri ini akhirnya akan menembus angka 1 miliar dolar.

Lebih tepatnya, revenue itu diprediksi mencapai US$1,1 miliar (sekitar Rp15,4 triliun), lebih tinggi 26,7% dibandingkan tahun 2018 kemarin. Mayoritas aliran uang ini (82%) datang dari investasi dari brand, baik itu sponsorship, pemasangan iklan, atau hak siar media. Newzoo melaporkan bahwa hak siar media adalah jalur revenue yang paling cepat bertumbuh, dengan peningkatan sebesar 41,8% year-on-year.

Newzoo - 2019 Esports Revenue Streams
Jalur-jalur revenue esports di tahun 2019 | Sumber: Newzoo

Sementara itu, jumlah audiens esports diperkirakan akan tumbuh hingga 453,8 juta orang, naik 15% dari tahun 2018. Sekitar 201,2 juta di antaranya diidentifikasi sebagai “Esports Enthusiast” (penggemar berat esports), sementara 252,6 juta di antaranya adalah “Occasional Viewers” (hanya menonton kadang-kadang). Dengan semakin banyaknya event lokal, liga, serta kerja sama media, Newzoo memperkirakan bahwa rata-rata revenue per penggemar akan mencapai angka US$6,02 di tahun 2022.

“Pertumbuhan audiens dan viewership esports yang mengagumkan adalah hasil langsung dari pengalaman menonton seru yang tidak terikat pada media tradisional,” kata CEO Newzoo, Peter Warman di situs resminya. “Banyak liga dan turnamen yang sekarang memiliki audiens besar, jadi perusahaan-perusahaan menempatkan diri mereka untuk memonetisasi para Esports Enthusiast tersebut secara langsung. Hal ini sudah mulai terjadi sejak akhir tahun lalu, tapi pasar masih ada di tahap pembelajaran awal dan terus berkembang. Hasilnya: 2019 akan menjadi tahun 1 miliar dolar pertama bagi esports, sebuah pasar yang akan terus menarik brand dari segala penjuru industri.”

Newzoo - 2019 Esports Audience Growth
Pertumbuhan audiens esports tahun 2019 | Sumber: Newzoo

Tren oportunitas di tahun 2019

Newzoo memaparkan bahwa oportunitas besar esports tahun 2019 ini terletak pada partisipasi brand non-endemic. Memang sudah ada beberapa brand yang masuk atau berencana masuk ke industri ini, tapi masih banyak sekali brand lain yang belum berinvestasi di esports.

Selain itu, media-media siaran baik digital ataupun televisi juga telah berlomba-lomba menyediakan konten esports. Berbagai bentuk kerja sama yang mereka lakukan akan mendatangkan return on investment (ROI) secara langsung, dan ini akhirnya akan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan hak siar media.

Perkembangan-perkembangan lain yang penting untuk diperhatikan adalah potensi revenue dari franchising, format konten-konten baru, premium pass, keberhasilan mobile game, profit dari tim esports, serta posisi para pemain profesional dan streamer sebagai brand tersendiri. Premium pass akan semakin populer, di mana para pembelinya dapat menikmati konten-konten eksklusif seperti video behind-the-scenes, sesi tanya jawab dengan para atlet, multi-view stream, serta tentu saja konten in-game.

Newzoo - Trend 2019
Tren seputar gaming dan esports tahun 2019 menurut Newzoo | Sumber: Newzoo

Secara keseluruhan, Newzoo memprediksi industri esports akan mencapai nilai US$1,8 miliar pada tahun 2022. Namun bila ada faktor-faktor yang tumbuh pesat, mereka memasang proyeksi optimis di angka US$3,2 miliar.

Wilayah Amerika Utara masih menjadi pasar terbesar esports di tahun 2019, karena jumlah Esports Enthusiast di wilayah ini pun merupakan yang terbesar (23,9 juta orang). Tiongkok akan menempati posisi kedua, melampaui Eropa Barat berkat keberhasilan mereka mendorong pertumbuhan esports di ranah mobile. Namun ini masih terhambat oleh regulasi yang membuat izin perilisan game baru di Tiongkok semakin sulit.

Sementara itu, meski “hanya” akan memiliki total revenue senilai US$31,9 juta, wilayah Asia Tenggara diprediksi memiliki pertumbuhan audiens esports yang paling tinggi. Salah satu pendorongnya adalah kolaborasi Singtel Group untuk mendorong pertumbuhan esports di Asia Tenggara, Australia, dan India. Ditambah juga dengan kemunculan esports di SEA Games 2019.

Newzoo Global Esports Market Report adalah prediksi realistis yang dibuat berdasarkan analisis pasar secara mendalam. Bagi para pemain industri, angka-angka yang dimunculkan oleh Newzoo bisa menjadi salah satu pertimbangan untuk pengambilan keputusan, karena selama ini prediksi mereka dikenal cukup akurat. Industri esports adalah industri yang sangat baru, jadi jangan kaget bila muncul berbagai inovasi di sini. Siapkan diri Anda untuk pertumbuhan setidaknya hingga tahun 2022, dan jangan sampai Anda melewatkan oportunitas yang tersedia.

Sumber: Newzoo, Riot Games

Keluhan Pro Gamer: Esports Fortnite Punya Terlalu Banyak Unsur Random!

Fortnite boleh saja menyandang gelar sebagai rajanya battle royale. Dengan lebih dari 200 juta pemain, serta catatan rekor 8 juta concurrent player, hingga saat ini masih jadi pertanyaan besar apakah bakal ada game yang bisa mengalahkannya. Apex Legends yang berhasil mencapai 25 juta pengguna dalam satu minggu terlihat menjanjikan, tapi apa bisa sesukses Fortnite? Tidak ada yang tahu.

Sayangnya, kesuksesan itu tidak mencerminkan iklim esports di sekitarnya. Beberapa pihak sangsi esports battle royale dapat bertahan lama, contohnya OpTic Gaming yang baru saja membubarkan divisi Fortnite dan PUBG mereka bulan lalu. Selain masalah sustainability, Epic Games juga dinilai sering melakukan langkah salah yang membuat Fortnite tidak nyaman untuk dimainkan secara kompetitif.

Fortnite

Poach (Jake Brumleve), atlet Fortnite dari Team Liquid, baru-baru ini menyatakan keresahan tersebut via Twitter. Ia berkata bahwa ada tiga masalah besar yang harus diperbaiki oleh Epic Games, yaitu bug, lag, serta RNG (random number generator). RNG yang dimaksud adalah unsur acak seperti item yang didapat dari loot dan lokasi perubahan zona.

Menurut Poach, di permainan level tinggi, hal-hal di luar kendali pemain seperti ini lebih sering menyebabkan kematian daripada skill pemainnya, membuat Fortnite terasa tidak kompetitif. Pendapat ini diiyakan oleh beberapa pemain Fortnite profesional lainnya, seperti Ranger (Marcus Pereira) dari World Best Gaming dan Logan (Logan Werner), mantan anggota Gankstars. Banyak orang berpendapat bahwa Epic Games terlalu fokus pada pembuatan konten baru, sementara masalah gameplay yang sudah lama ada malah diabaikan.

Epic Games juga mendapat banyak kritik karena sebuah keputusan yang sangat kontroversial, yaitu merilis patch Season 8 sangat dekat dengan Intel Extreme Masters (IEM) Katowice 2019. Turnamen berhadiah US$500.000 Ini termasuk turnamen besar, dan direncanakan akan berlangsung pada tanggal 23 Februari sampai 3 Maret 2019. Sementara patch Fortnite Season 8 akan meluncur pada tanggal 28 Februari. Bayangkan betapa kacaunya bila di tengah turnamen tiba-tiba ada perubahan balance.

Dua pemain lain dari Team Liquid, yaitu Chaplo (Ryan Chaplo) dan 72hrs (Tom Mulligan) juga berkata bahwa mereka tidak mau menghadiri undangan turnamen Secret Skirmish yang digelar Epic Games pada tanggal 14 Februari nanti. Alasannya adalah format turnamen yang begitu aneh. Turnamen ini diadakan secara tertutup, di lokasi yang dirahasiakan, dengan mode solo, dan menggunakan perangkat gaming yang sudah ditentukan. Caplo berkata bahwa semua persyaratan itu membuat Secret Skirmish “tidak menyenangkan”.

Fortnite - Secret Skirmish
Fortnite Secret Skirmish | Sumber: Fortnite Intel

Keluhan-keluhan di atas hanya sebagian dari masalah yang terjadi seputar dunia Fortnite kompetitif. Tidak hanya tahun ini, sejak tahun 2018 pun para pemain Fortnite sudah mengeluhkan hal serupa. Padahal Epic Games sudah berjanji bahwa mereka akan lebih memperhatikan masalah-masalah di atas, terutama soal timing perilisan patch. Tapi rupanya janji-janji tersebut belum tercermin dalam keputusan Epic Games belakangan ini.

Sebesar apa pun user base Fortnite, bila hal ini terus berlangsung maka dunia Fortnite kompetitif bisa saja kehilangan peminat lalu mati. Epic Games tidak boleh terbuai dengan posisi “raja”. Di saat mereka lengah, di luar sana banyak kandidat lain yang sedang berusaha merebut takhta mereka.

Sumber: Dexerto, Fox Sports Asia

Tampil Percaya Diri, BOOM.ID Kembali Lolos Kompetisi Minor Dota Pro Circuit

BOOM.ID kembali buktikan diri bahwa mereka adalah tim Dota 2 terbaik di Indonesia. Kali ini Fervian dan kawan-kawan kembali lolos ke kompetisi minor DPC 2018-2019, yaitu kompetisi StarLadder ImbaTV Minor. BOOM.ID berhasil lolos setelah berhasil kalahkan tim Lotac, tim yang didirikan oleh senior-senior di jagat kompetitif Dota 2 Asia Tenggara.

Roster tim Lotac bukan sembarang pemain, di sana ada nama-nama seperti Raven, Chuan, Ohaiyo, bahkan juga pemain salah Shadow Fiend legenda, Yamateh. Menariknya, walau BOOM.ID melawan pemain-pemain berpengalaman, mereka malah tak gentar dan menunjukkan permainan yang percaya diri.

Pada game pertama contohnya, awal game mereka cukup terseok. Beberapa kali mereka kalah rotasi, terutama pada awal game saat Raven dan Yamateh berhasil membuat Timbersaw dari Fbz kewalahan. Namun mereka berhasil bangkit berkali-kali dan membalas rotasi tersebut setelahnya.

Permainan dari Mikoto adalah salah satu penyebab kemenangan BOOM.ID di game pertama. Menggunakan Pugna, ia berkali-kali berhasil melakukan burst down kepada tim dan juga bangunan mereka; yang membuat Lotac kewalahan. Permainan berakhir cukup cepat, jelang menit 30 BOOM.ID sudah amankan keunggulan gold sebanyak 12 ribu, juga keunggulan jumlah tower yang dihancurkan. Akhirnya mereka tak lagi menunggu lama-lama langsung saja habisi Lotac.

Masuk game kedua BOOM.ID tak mau lagi mengulang kesalahan, kini mereka mencoba melakukan tekanan kepada Lotac sejak awal. Namun tekanan tersebut tidak membuahkan hasil yang memuaskan bagi BOOM.ID, karena keunggulan gold yang mereka dapatkan tidak seberapa bahkan sampai menit 20 . Untungnya BOOM.ID mendapat momen emas ketika masuk menit 30.

Fervian mencoba untuk memancing pergerakan pemain Lotac di tengah, sementara kawan-kawan BOOM.ID lainnya smoke dari kejauhan. Tindakan tersebut ternyata berhasil memancing Lotac keluar, yang tentunya langsung dilahap dengan mudah oleh BOOM.ID. Menit 31 Lotac sudah tak lagi mampu membendung serangan liar dari The Beast dan akhirnya BOOM.ID menang 2-0 dari Lotac.

BOOM.ID saat final qualifier Indonesia untuk Predator League 2019.Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Dengan ini maka BOOM.ID harus melakukan persiapan ekstra keras untuk kembali menghadapi kompetisi sebesar Minor. Terkait persiapan, Hybrid kembali mewawancara Brando Oloan, Manajer Tim Dota 2 BOOM.ID. Menghadapi dua kompetisi, Grand Final Acer Predator League dan StarLadder IMBA TV Kiev Minor ini, BOOM tentu perlu menentukan prioritas.

Namun menurut Brando, mereka sendiri fokus ke Final APAC Predator League terlebih dahulu yang akan diselenggarakan pada 15-17 Februari 2019 mendatang. “Kita sih fokus Predator League dulu, soalnya ini (Predator League) kan Februari, sementara si Kiev Minor itu awal Maret” Brando menjawab.

Lalu bagaimana dengan visa? Seperti yang kita tahu, selama ini visa kerap menjadi sumber masalah keberangkatan pemain untuk menuju ke kompetisi internasional. Brando kembali menjawab bahwa hal itu juga dilakukan setelah Predator League. “Karena paspor dipakai untuk ke Bangkok, jadi tentunya setelah Predator League baru bisa urus visa” tambah Brando.

Sumber:
Sumber: Dunia Games

Bagaimana dengan persiapan khusus? Latihan selain mekanik? Latihan mental misalnya? Sebab tantangan atlet esports tak hanya dari aspek mekanik saja, tapi juga ada tantangan dari aspek mental  seperti yang sempat dibahas Hybrid. Brando lalu menceritakan secara singkat, “Latihan kita sih nggak banyak yang spesial ya buat kompetisi ini. Paling yang akan kami fokuskan adalah mempelajari lawan di sana, supaya nggak keteteran kayak waktu Bucharest kemarin. Terus juga kami perluas hero pool pemain, supaya strategi bisa lebih banyak variasi. Soal mental, BOOM.ID sih nggak ada plan latihan mental, gue percaya diri sama kekuatan mental player Dota 2 BOOM.ID”.

Kalau prediksi saya pribadi, fans BOOM.ID mungkin belum bisa berharap muluk terhadap hasil tim ini di Kiev Minor, lolos grup saja mungkin sulit. Namun saya berharap mereka kini bisa memberikan perlawanan yang lebih berarti atau bahkan mencuri poin di Kiev Major; setelah pelajaran mereka di Bucharest Minor kemarin.

Satu hal yang pasti, mari kita doakan semoga BOOM.ID bisa mendapatkan hasil yang maksimal, baik di Predator League maupun dalam kompetisi Kiev Minor.

Tim Kelas Pro League, Ferox E-Sports Juarai ComCup7

Community Cup (Comcup) 7 yang digelar akhir pekan lalu (9-10 Februari 2019) akhirnya telah menemukan sang pemenangnya. Pemenang Comcup 7 kali ini mungkin memang sudah tak asing lagi buat para penggemar esports Rainbow Six: Siege (R6S) Indonesia, yaitu Ferox E-Sports.

Ferox E-Sports sendiri merupakan salah satu tim R6S asal Indonesia yang juga turut bertanding di R6S Pro League, yang berisikan tim-tim terbaik dari seluruh penjuru dunia. Tim ini sudah turut berlaga di liga profesional paling bergensi tad  dari musim kemarin hingga sekarang (saat berita ini ditulis). Untuk tim asal Indonesia sendiri, hanya ada 2 yang bertanding di Pro League tersebut yaitu Ferox E-Sports dan Scrypt (sebelumnya bernama Gosu). Di sana memang ada nama Aerowolf yang sebenarnya organisasi esports asal Indonesia namun para pemain tim R6S mereka semuanya justru berasal dari Singapura.

Sumber: ESL Pro League
Sumber: ESL Pro League
  • Derry “Detrian” Rahadiputra (20 tahun)
  • Reinaldo “Tolji” Gilbert Honantha (17 tahun)
  • Richard “Rixx” Nixon Latif (18 tahun)
  • Muhammad Ihsan “Lonely” Akbar Panggabean (19 tahun)
  • Muhammad Irham “Mizu” Akbar Panggabean (21 tahun)
  • Anthony “Zetosin” Lie (18 tahun)
  • Daffa “Kura” El (16 tahun)

Anehnya, LIMITLESS Gaming yang sebelumnya juara ISL4 justru tersandung di pertandingan pertama. Apakah Ferox bisa bertahan di turnamen selanjutnya seperti Star League 2019 ataupun ComCup 8 (yang akan digelar tanggal 23-24 Februari 2019)? Atau apakah iNation yang mampu membalaskan dendam mereka atas kekalahan sekarang?

Disclosure: Hybrid adalah media partner dari Rainbow Six: Siege Indonesia Community (R6 IDN)

Daftar Tayangan Esports Paling Populer di Bulan Januari 2019

Tanpa terasa kita sudah memasuki bulan kedua di tahun 2019. Walau masih awal tahun, namun tak ada salahnya jika kita mencoba merangkum tayangan esports terpopuler bulan Januari, sambil memprediksi tren ke depannya. Mencoba mengamati tayangan esports terpopuler di bulan Januari 2019 kemarin, ternyata MOBA tetap jadi tayangan esports favorit.

Baik League of Legends ataupun Dota 2, keduanya masih saling sikut berusaha mencuri perhatian dari para gamers. Hybrid sudah sempat membahas lebih jelas tentang bagaimana Dota 2 sudah ditonton lebih dari 12 juta jam berkat gelaran Chongqing Major kemarin. Namun bagaimana dengan tayangan esports selain gelaran Chongqing Major? Tayangan esports apa yang banyak ditonton gamers pada Januari 2019 kemarin?

Sumber: Cnet
Dota 2 Chongqing Major. Sumber: Cnet

Ternyata ada tiga jenis kompetisi League of Legends dari tiga regional berbeda yang jadi tayangan esports paling banyak ditonton. Tiga kompetisi tersebut adalah liga LoL Eropa (LEC) yang ditonton 396.265 orang, lalu liga LoL Korea (LCK) yang ditonton 341.304 orang, dan liga LoL Amerika (LCS) yang ditonton 319.017 orang.

Menariknya ada satu event kompetisi yang cukup menarik bertengger di posisi kelima. Event tersebut bernama Awesome Games Done Quick, yang merupakan tayangan speedruning yang ditayangkan secara maraton. Walau program tersebut terbilang anti-mainstream, nyatanya program ini ditonton oleh 250.642 orang.

Semua data penonton tersebut dirangkum oleh situs Esports Watch, yang mengambil data penonton internasional. Menariknya, jika melihat data tanpa menghitung penonton dari Tiongkok, Dota 2 Chongqing Major ternyata adalah tayangan esports paling populer di bulan Januari ini dengan 503.704 penonton.

Sumber: LoL esports via Flickr
Gelaran League of Legends European Championship, liga rutin dari regional eropa. Sumber: LoL esports via Flickr

Namun demikian, pada kenyataannya, bisa dibilang jumlah penonton Chongqing Major sebenarnya tak sebanding dengan liga LoL tersebut. Kenapa? Menurut saya Chongqing Major merupakan salah satu gelaran esports internasional skala besar di kancah kompetitif Dota 2. Sementara kompetisi LoL yang masuk daftar adalah kompetisi regular season yang merupakan liga rutin digelar secara mingguan dan hanya mempertandingkan tim lokal dari regional tertentu.

Sumber: ESC Watch
Sumber: ESC Watch

Kalau mau lebih sebanding, mungkin Chongqing Major harus dibandingkan dengan kompetisi League of Legends yang juga berskala internasional, seperti Mid-Season Invitational. Jadi pada kenyataannya, Chongqing Major di sini tidak bisa dibilang sepenuhya menang jumlah penonton dari kompetisi liga rutin League of Legends tersebut.

Sumber: LoL esports via Flickr
Sumber: LoL esports via Flickr

Apalagi juga kalau dilihat lebih seksama, ada tiga pertandingan League of Legends yang masuk ke dalam daftar. Jadi kalau boleh digabungkan, total penonton esports League of Legends adalah 1.056.586 penonton, dua kali lebih banyak daripada penonton Dota 2 Chongqing Major.

Itu tadi jika melihat data tanpa penonton Tiongkok. Dengan menghitung penonton dari negara Tirai Bambu yang menonton siaran berbahasa Inggris, LoL tampil lebih dominan lagi. Chongqing Major pun merosot jadi posisi empat.

Sumber: ESC Watch
Sumber: ESC Watch

Menariknya, meski Fortnite di luar sana sudah jadi fenomena sosial buat kalangan muda dan remaja, ternyata LoL masih mendominasi dari segi esports-nya. Hal ini sepertinya masih terus bertahan sampai beberapa waktu ke depan jika para publisher / developer lainnya masih menggunakan cara yang sama memromosikan esports-nya masing-masing. 

Esports Point Blank Kembali di Tahun 2019 dengan Rasa Baru

Ketika membicarakan sepak terjang esports di Indonesia, sepertinya kita tidak boleh melewatkan Point Blank. Walau game ini kerap jadi cibiran beberapa kalangan, tapi tetap tak bisa dipungkiri bahwa Point Blank adalah salah satu game yang turut memahat jalan industri esports Indonesia. Setelah bertahun-tahun esports Point Blank ada di Indonesia, kompetisi game shooter terpanas ini kembali lagi di tahun 2019. Tapi esports PB datang dengan rasa yang berbeda karena kehadiran dukungan langsung dari sang pengembang, Zepetto.

Menyambut tahun baru dengan semangat baru, Zepetto baru-baru ini mengumumkan sebuah roadmap esports Point Blank untuk tahun 2019. Satu hal yang pasti, tradisi PBNC tetap dipertahankan. PBNC atau Point Blank National Championship adalah kompetisi yang sejak lama jadi ikon di esports PB Indonesia. Seperti sebelum-sebelumnya kompetisi ini kembali hadir untuk mencari bakat terpendam troopers yang dari berbagai penjuru Indonesia.

Sumber: Press Release Zepetto
Sumber: Press Release Zepetto

PBNC 2019 akan diadakan di 41 kota di Indonesia demi tetap mempertahankan tradisi tersebut. Namun ada format baru yang menarik di PBNC 2019 ini. Kini PBNC 2019 hadir dua musim dengan kelas yang berbeda. Musim pertama akan menjadi kompetisi kelas minor yang diselenggarakan pada dua quarter awal, lalu musim kedua akan jadi kompetisi kelas major yang diselenggarakan pada dua kuartal terakhir.

Selain itu tradisi lain yang juga turut dipertahankan adalah kompetisi PBLC atau Point Blank Ladies Championship, kompetisi untuk para ladies troopers. Selain dua kompetisi tersebut yang sudah jadi tradisi panjang di esports PB Indonesia, tahun ini ada dua format kompetisi baru yang menarik. Dua kompetisi tersebut adalah PBJC (Point Blank Junior Championship) dan PBCL (Point Blank Champions League).

PBJC merupakan kompetisi untuk mencari bibit atlet baru di jagat kompetisi PB. Seperti namanya, kompetisi ini diperuntukkan bagi para Troopers dengan usia di bawah 14 tahun. Sementara itu PBCL adalah kompetisi dengan format liga, yang berfungsi sebagai wadah untuk para atlet esports PB Indonesia agar terus bertanding dan terus mengasah skill permainan mereka.

Sumber: Press Release Zepetto
Sumber: Press Release Zepetto

Tidak lupa juga akan ada PBWC (Point Blank World Championship), kompetisi internasional yang menutup satu musim kompetisi berjalan. Untuk PBNC Season 1 sendiri, Zepetto sudah mempersiapkan hadiah total sebesar Rp1 milyar. Nantinya gelaran Grand Final PBNC akan diramaikan juga oleh pertandingan final dari PBLC dan juga PBJC.

Musim pertama PBNC akan diadakan pada bulan Februari sampai April 2019. Pendaftaran kompetisi dibuka pada 7 Februari 2019, dilanjut dengan kualifikasi yang dimulai pada 9 maret 2019, lalu gelaran grand final akan diadakan pada April 2019 mendatang. Bagi yang ingin unjuk gigi kemampuan bermain PB, Anda bisa langsung mendaftarkan diri pada tautan pointblank.id/esports/list.

Tim Esports Amerika Serikat Mulai Buka Divisi Apex Legends

Apex Legends belakangan sedang menjadi fenomena yang menghebohkan industri game sedunia. Walau dirilis tiba-tiba tanpa ada marketing sama sekali, karya terbaru Respawn Entertainment ini berhasil menggaet lebih dari 10 juta pemain dalam waktu tiga hari saja. Respawn juga telah bekerja sama dengan Twitch untuk mengadakan turnamen berhadiah US$200.000, sebuah gerakan yang disebut oleh beberapa orang sebagai strategi post-release marketing.

Digadang-gadang sebagai game battle royale terbaik di pasaran, bahkan “Fortnite killer”, tampaknya hanya soal waktu sampai Apex Legends masuk menjadi salah satu cabang esports populer. Electronic Arts dan Respawn Entertainment memang belum mengumumkan adanya liga atau turnamen resmi, namun hal itu tak mencegah organisasi esports untuk mempersiapkan diri menyambut tren baru yang akan segera datang.

NRG Esports - Apex Legends
NRG Esports membuka lowongan untuk atlet Apex Legends | Sumber: NRG Esports

Salah satu organisasi esports yang mencuri start itu adalah NRG Esports, organisasi asal Amerika Serikat yang didirikan oleh co-owner tim NBA Sacramento Kings. NRG Esports saat ini bergerak di belasan cabang olahraga elektronik, mulai dari Counter-Strike: Global Offensive, Hearthstone, hingga Super Smash Bros. Ultimate. Dan mereka telah membuka perekrutan untuk pemain serta content creator khusus Apex Legends.

Lowongan terbuka ini diumumkan oleh NRG Esports lewat akun Twitter resmi mereka pada hari Sabtu, 9 Februari lalu. Menurut mereka, jumlah pendaftar sudah sangat banyak dan dalam waktu dekat mereka akan mengumumkan pemain pertama yang masuk ke dalam roster tim Apex Legends. Di luar divisi khusus ini, atlet-atlet NRG Esports yang sudah ada pun banyak yang sudah memainkan Apex Legends. Contohnya KingRichard (Richard Nelson), streamer sekaligus atlet NRG Esports divisi Fortnite.

https://twitter.com/NRGgg/status/1093660677372207109

Masuknya Apex Legends ke dalam NRG Esports terbilang cocok, karena sepanjang tahun 2018 organisasi ini telah menunjukkan prestasi yang memuaskan di bidang first-person shooter. Divisi CS:GO mereka berhasil menjadi juara di dua turnamen bergengsi, yaitu cs_summit 3 (turnamen CS:GO buatan Beyond the Summit), serta Intel Extreme Masters (IEM) XIII Shanghai yang digelar oleh ESL. Tim Overwatch mereka juga menjuarai Overwatch PIT Season 3, namun sayangnya pencapaian di Overwatch League masih perlu ditingkatkan.

Kesuksesan Apex Legends juga mendatangkan imbas luar biasa terhadap kondisi finansial penerbitnya, Electronic Arts (EA). Bloomberg baru-baru ini melaporkan bahwa nilai saham EA telah meroket begitu cepat, hingga menyentuh angka US$97. Nick Licouris, konsultan investasi industri game, bahkan berkata, “Saya tidak pernah melihat begini banyak ledakan antusiasme dari gamer saat sebuah game keluar, apalagi dari game battle royale.”

Namun ada kekhawatiran bahwa suksesnya Apex Legends justru dapat berimbas buruk terhadap game terbitan EA lainnya. Battlefield V misalnya, direncanakan untuk mendapatkan update mode battle royale bernama Firestorm pada bulan Maret 2019. EA juga akan merilis third-persoon shooter berjudul Anthem di akhir Februari ini.

Meski bisa saja tiga game ini memiliki pangsa pasar berbeda, tidak menutup kemungkinan Apex Legends dapat menenggelamkan minat para gamer terhadap Firestorm dan Anthem. Apalagi Apex Legends gratis, dan telah terbukti memiliki kualitas yang sangat terpoles rapi. Dulu, Titanfall 2 buatan Respawn Entertainment kurang laku karena dirilis berdekatan dengan judul-judul shooter besar lain. Akankah kali ini Respawn memutarbalikkan nasib tersebut?

Sumber: VP Esports, Bloomberg, NRG Esports, Polygon