Deezer Luncurkan Aplikasi Analytics Gratisan untuk Kreator Podcast

Kalau dibandingkan dengan Spotify, popularitas Deezer memang masih kalah jauh. Namun fakta tersebut tidak mencegah Deezer mencoba peruntungannya di ranah podcasting. Ya, menyusul jejak Spotify, katalog Deezer kini juga mencakup podcast, akan tetapi Deezer rupanya belum puas sampai di situ saja.

Demi menarik perhatian kalangan kreator, Deezer pun meluncurkan sebuah aplikasi analytics untuk podcast yang didistribusikan melalui platform-nya. Aplikasi semacam ini memang bukanlah hal baru, tapi Deezer boleh berbangga menjadi layanan streaming musik pertama yang menawarkannya di ranah mobile.

Dalam aplikasi Analytics by Deezer yang tersedia di Android maupun iOS ini, informasi akan dipisah menjadi dua bagian yang berbeda: analytics dan audience. Di bagian yang pertama, kreator bisa memantau jumlah stream dari podcast-nya, jumlah pendengar dan penggemar, serta durasi total yang dihabiskan oleh para pendengar.

Bagian yang kedua menyajikan info seputar demografi pendengar, seperti usia dan jenis kelamin mereka, serta dari perangkat apa saja mereka mengakses podcast-nya. Semua data yang bermanfaat ini bisa diakses secara cuma-cuma, dan Deezer bilang masing-masing kreator dapat mengakses data hingga lima tahun ke belakang.

Buat kreator yang sudah menyiarkan podcast-nya di tempat lain, saya kira tidak ada ruginya menambah satu platform lagi, apalagi jika platform barunya dilengkapi analytics tool gratisan yang pastinya dapat memberikan sejumlah insight yang berguna.

Sejauh ini, Deezer tercatat memiliki sekitar 16 juta pengguna aktif. Peluang untuk merambah audiens baru sebanyak itu tentu terlalu sayang untuk dilewatkan, dan lagi kreator hanya perlu mencantumkan RSS feed podcast-nya ke podcasters.deezer.com/submission guna mendistribusikan karya-karyanya melalui platform asal Perancis tersebut.

Sumber: Engadget dan Deezer.

Telegram Akhirnya Punya Fitur Video Call

Aplikasi chatting Telegram baru saja merayakan hari jadinya yang ketujuh. Sebagai bentuk apresiasi terhadap komunitas pengguna loyalnya, Telegram pun akhirnya meluncurkan fitur video call di tengah pandemi yang tak kunjung berakhir.

Fitur video call di Telegram ini masih belum sepenuhnya matang, masih versi alpha kalau kata Telegram sendiri. Satu poin penting yang masih absen di versi awalnya ini adalah group video call.

April lalu, bertepatan dengan naik daunnya Zoom pada awal-awal tren WFH, Telegram sempat mengumumkan rencananya untuk menghadirkan fitur group video call. Janji tersebut masih belum bisa mereka penuhi, tapi setidaknya ini merupakan langkah awal yang bagus, dan yang terpenting, menguntungkan buat semua konsumennya.

Seperti yang sudah bisa kita ekspektasikan dari Telegram, semua sesi video call yang berlangsung dipastikan diproteksi dengan enkripsi end-to-end. Yang cukup lucu adalah, pengguna bakal melihat empat emoji di ujung kanan atas layar, dan emoji itu sebenarnya bertindak sebagai indikator enkripsi; kalau lawan bicara Anda melihat emoji yang sama persis, berarti sesi video call-nya 100% terenkripsi secara aman.

“Eh tunggu-tunggu, emoji-nya gambar apaan di tempatmu? Oke aman, lanjut gosipnya.” Mungkin seperti itu nantinya mayoritas sesi video call yang kita jalani via Telegram.

Terlepas dari absennya group video call, fitur video call milik Telegram sudah tergolong lengkap pada versi awalnya ini. Berganti dari video call ke audio call (atau sebaliknya) bisa dilakukan sewaktu-waktu dengan mudah, dan mode tampilan picture-in-picture pun juga berlaku untuk video call, yang berarti pengguna masih bisa membaca chat selagi saling bertatap muka secara virtual.

Belum diketahui kapan pastinya group video call bakal tersedia di Telegram. Mereka cuma bilang “dalam beberapa bulan mendatang”. Telegram sepertinya tidak mau tergesa-gesa dalam mewujudkan visinya menghadirkan fitur group video call yang mudah digunakan sekaligus aman.

Sumber: Telegram via Engadget.

S Pen dan S Notes, ‘Nyawa’ Galaxy Note20 dalam Menunjang Produktivitas dan Kreativitas

Sejak generasi pertamanya diluncurkan di tahun 2011, Samsung Galaxy Note selalu hadir bersama stylus pintar bernama S Pen. Seri Galaxy Note dan S Pen ibarat dua sejoli yang tidak terpisahkan. Setelah melewati 10 generasi bersama-sama, keduanya tentu sudah menerima sederet penyempurnaan demi menyajikan pengalaman terbaik dalam mengakomodasi produktivitas dan kreativitas penggunanya.

Tanpa perlu terkejut, S Pen milik seri Note20 adalah yang terbaik yang pernah Samsung buat. Fisiknya sepintas tidak terlalu berbeda, akan tetapi pengguna bisa lebih tenang mengetahui bahwa S Pen kini tahan air dengan sertifikasi IP68. Ujung runcingnya memiliki diameter hanya 0,7 mm, dan ia bisa mengenali hingga 4.096 tingkatan pressure sensitivity.

Seperti sebelumnya, S Pen kini juga merangkap peran sebagai remote control, baik untuk memotret dari kejauhan, atau untuk mengendalikan slide presentasi dari jarak hingga 10 meter. Pengguna tidak perlu khawatir S Pen kehabisan baterai, sebab selain proses pengisiannya cepat ketika dimasukkan kembali ke bodi Note20, daya tahannya diklaim cukup untuk 10 jam standby.

Di balik wujudnya yang mungil, S Pen turut dibekali komponen-komponen esensial macam accelerometer dan gyroscope, dan ini memungkinkan penggunaan beragam gesture untuk menavigasikan perangkat. Pada Note20, Samsung telah menambahkan sejumlah gesture baru yang dapat dikenali, termasuk gesture untuk mengaktifkan fitur seperti Smart Select atau Screen Capture.

Namun yang namanya S Pen sudah pasti paling ideal dipakai untuk menulis atau menggambar, dan pengalaman menulis atau menggambar yang terbaik bisa kita dapatkan pada Note20 Ultra. Pasalnya, dibantu oleh layar 120 Hz milik perangkat, latency S Pen dapat dipangkas hingga menjadi 9 milidetik saja. Bandingkan dengan S Pen pada Note10, yang latency-nya tercatat di angka 42 milidetik.

Semakin kecil angka latency, berarti semakin minimal jeda antara sentuhan S Pen dan coretan yang dihasilkannya. 9 milidetik pada dasarnya nyaris instan, dan ini pada akhirnya dapat membuahkan pengalaman yang hampir mendekati menggunakan kertas dan bolpoin.

Kombinasi apik hardware dan software

S Pen baru separuh dari cerita utuhnya, sebab pembaruan dari sisi software turut memegang peran yang tak kalah penting. S Notes versi terbaru telah dibekali sederet fitur anyar yang dirancang untuk semakin memaksimalkan kapabilitas S Pen.

Dari yang sederhana seperti fitur Auto Straighten, yang akan meluruskan posisi catatan kecil yang mungkin pengguna buat dengan tergesa-gesa, sampai yang lebih kompleks seperti mengubah tulisan tangan menjadi teks hasil ketikan. Kenapa harus diubah? Supaya teksnya bisa kita salin dan tambahkan di aplikasi lain dengan mudah.

Pengguna juga tidak harus membuat catatan di atas halaman kosong, sebab ada beberapa template yang bisa dipilih, seperti salah satunya yang mirip dengan layout suatu buku agenda tradisional. Me-review PDF dan membuat anotasi juga bisa dilakukan dengan mudah berkat fitur Import PDF.

Anotasinya pun tidak harus dalam bentuk tulisan, tapi bisa juga lisan dengan merekam suara. Menariknya, berkat fitur Audio Bookmark, suara yang direkam akan disinkronisasikan dengan coretan-coretan dari S Pen. Jadi saat audionya diputar, klien bisa melihat catatannya muncul di waktu yang tepat. Sebaliknya, ketika bagian catatannya disentuh, audio yang tepat juga akan langsung diputar.

Selesai membuat anotasi, dokumen bisa disimpan dalam format PowerPoint seandainya hendak dipresentasikan. Manajemen catatan juga lebih mudah berkat sistem folder yang baru pada S Notes, sehingga pengalamannya jadi semakin mirip dengan manajemen file di komputer.

Terakhir, semua catatan yang pengguna buat akan selalu tersinkronisasikan di cloud, dan itu berarti pengguna bisa mengaksesnya dari perangkat lain, termasuk halnya dari PC. Lebih menarik lagi, nantinya catatan-catatan di S Notes juga bisa disinkronisasikan dengan aplikasi Microsoft OneNote maupun Outlook.

Semua ini, dipadukan dengan spesifikasi Note20 sendiri yang memang duduk di kasta flagship, pasti bisa menunjang produktivitas sekaligus kreativitas penggunanya dengan sangat baik. Sekadar mengingatkan, seri Note20 hadir mengusung chipset Exynos 990 yang menawarkan peningkatkan kinerja CPU sekaligus GPU dibandingkan generasi sebelumnya, plus RAM 8 GB (atau 12 GB) yang tentunya merupakan syarat utama dalam memuluskan sesi multitasking.

Bicara soal multitasking, prosesnya tentu akan lebih mudah dilakukan di layar berukuran besar. Note20 menghadirkan dua pilihan: 6,7 inci atau 6,9 inci pada Note20 Ultra. Pengguna juga tidak perlu khawatir baterai perangkat bocor setelah dipakai bekerja seharian, sebab selain kapasitasnya memang besar (4.500 mAh pada Note20 Ultra), pengisian dayanya pun cepat; cuma 30 menit untuk mengisi 50% kapasitasnya.

Informasi tentang pre-order Galaxy Note20 dan Note20 Ultra:

Samsung membuka pre-order Galaxy Note20 Series dari 6 Agustus hingga 19 Agustus 2020. Ada penawaran menarik selama masa pre-order seperti:

  • Galaxy Note20 dibanderol dengan harga Rp14.499.000. Setiap pemesanan akan disertai dengan e-voucher untuk pembelian Galaxy Buds+ senilai Rp2.399.000.
  • Galaxy Note20 Ultra varian 256GB memiliki harga Rp17.999.000, sementara varian 512GB dibanderol senilai Rp19.999.000. Setiap pemesanan Galaxy Note 20 Ultra akan disertai dengan e-voucher untuk pembelian Galaxy Buds Live senilai Rp2.599.000.

Peserta pre-order juga bisa mendapatkan Bank Cashback hingga Rp1.000.000 dengan bunga cicilan 0% dan periode hingga 24 bulan bila menggunakan mitra-mitra Bank Samsung di Indonesia. Sedangkan bagi yang sudah melakukan Handraiser dan melanjutkan dengan pembelian akan mendapatkan smart case cover senilai Rp699.000.

Pre-order dan informasi lebih lengkap bisa cek di tautan ini www.galaxylaunchpack.com dan layanan e-commerce yang telah bekerja sama dengan Samsung untuk pre-order, seperti Lazada, JD.ID, Blibli, Shopee, Tokopedia, Eraspace, Bukalapak, Akulaku, Bhinneka.com, Dinomarket, dan Globalteleshop.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh Samsung.

HMD Global Amankan Pendanaan $230 Juta dari Google, Qualcomm, dan Sejumlah Investor Lain

HMD Global, pemegang lisensi smartphone Nokia, mengumumkan bahwa mereka telah berhasil mendapatkan investasi sebesar $230 juta dari sejumlah mitra strategisnya. Berdasarkan laporan Reuters, tiga investor terbesarnya adalah Google, Qualcomm, dan Nokia Technologies itu sendiri.

Kedekatan HMD dengan Google sejatinya bukanlah sesuatu yang mengejutkan. Sejak awal mereka menghidupkan kembali brand Nokia di ranah smartphone, HMD telah melakukan diferensiasi yang jelas dengan mengambil banyak bagian di program Android One. Jadi di saat pabrikan lain sibuk memodifikasi sistem operasi Android sesuai visinya masing-masing, HMD memilih untuk sepenuhnya percaya dengan stock Android.

Bukan cuma ponsel kelas menengah ke bawah yang diperlakukan demikian, melainkan juga smartphone kelas menengah ke atas seperti Nokia 8.3. Program Android One juga tidak melulu tentang Android ‘versi murni’, tapi juga menyangkut komitmen pabrikan untuk menyediakan software update secara rutin sampai setidaknya dua tahun setelah ponsel dirilis.

Investasi ini bakal semakin mendorong visi strategis HMD Global di empat bidang utama. Yang pertama, investasi ini bakal membantu memuluskan perjuangan HMD menyediakan smartphone 5G di berbagai belahan dunia, dan di sini kita bisa langsung paham mengapa Qualcomm menjadi salah satu investor besar di putaran pendanaan kali ini.

Kedua, pendanaan ini juga akan membantu HMD melanjutkan transisinya ke penawaran yang mengutamakan medium digital sebagai bagian dari realitas baru pasca pandemi COVID-19. Ketiga, kapital tambahan seperti ini tentu juga bisa membantu HMD berekspansi lebih luas lagi di negara-negara yang menunjukkan pertumbuhan pasar yang pesat belakangan ini, macam Brasil, Afrika maupun India.

Terakhir, investasi besar ini juga akan membantu memperkuat posisi kepemimpinan HMD sebagai penyedia layanan mobile yang menyeluruh dan bukan cuma menyangkut hardware saja. Contoh terbaiknya adalah HMD Connect, layanan data roaming internasional yang dibangun berdasarkan aset-aset Valona Labs, yang telah HMD akuisisi bulan Juli lalu.

Dari sudut pandang lain, pencapaian HMD ini juga menarik karena di saat pasar global terkesan lesu akibat pandemi, mereka justru bisa menarik minat pemain-pemain industri kenamaan seperti Google dan Qualcomm sebagai investor. Tentu saja semua ini bakal semakin memantapkan peran HMD Global sebagai pemain utama industri smartphone yang bermarkas di Eropa.

Microsoft Resmi Luncurkan Surface Duo, Smartphone Berlayar Ganda Seharga $1.400

Masih ingat dengan Surface Duo, smartphone berlayar ganda yang sempat Microsoft pamerkan pada bulan Oktober tahun lalu? Microsoft akhirnya sudah menerima pre-order untuk produk tersebut, dan mereka akan mulai memasarkannya secara luas pada 10 September mendatang, setidaknya di Amerika Serikat.

Surface Duo bukanlah barang murah. Ia dibanderol $1.399, padahal kalau ditilik spesifikasinya, harga tersebut terdengar kelewat mahal. Surface Duo memang mengusung sejumlah komponen flagship, tapi flagship untuk tahun lalu: chipset Qualcomm Snapdragon 855 dan RAM 6 GB, dengan pilihan storage internal UFS 3.0 berkapasitas 128 atau 256 GB.

Namun tidak adil rasanya kalau membahas perangkat ini dari sisi teknis saja, sebab daya tarik utamanya memang terletak pada dua layarnya tersebut. Masing-masing merupakan panel AMOLED 5,6 inci beresolusi 1800 x 1350 pixel (aspect ratio 4:3), lalu ketika perangkat dibuka, keduanya menyatu menjadi panel 8,1 inci beresolusi 2700 x 1800 pixel (3:2).

Meski mengusung sepasang layar, Surface Duo terbilang tipis di angka 9,9 mm (dalam posisi tertutup), dan bobotnya lumayan ringan di angka 250 gram meski masing-masing layarnya dilapisi kaca Gorilla Glass. Yang mungkin terdengar kurang adalah baterainya, yang cuma berkapasitas 3.577 mAh. Smartphone Android lain yang layarnya cuma satu saja punya kapasitas yang lebih besar.

Android? Ya, Surface Duo menjalankan sistem operasi Android 10 yang sudah dimodifikasi oleh Microsoft. Beberapa aplikasi pun sudah dioptimalkan untuk kedua layarnya. Salah satu contohnya adalah Outlook, yang dapat menampilkan daftar inbox di layar sebelah kiri, diikuti oleh isi tiap-tiap email di layar sebelah kanan.

Tentu saja sepasang layar ini juga sangat cocok untuk membuka dua aplikasi sekaligus, semisal aplikasi video call dan aplikasi pembuat catatan, yang pastinya sangat relevan di masa pandemi seperti sekarang. Dalam orientasi portrait maupun landscape, kedua layarnya siap dipakai dalam beragam skenario demi memaksimalkan produktivitas.

Hal ini dimungkinkan berkat engsel 360 derajat yang dimilikinya, yang dapat menahan posisi perangkat di sudut apapun, jadi tidak harus membuka dan menutup saja. Surface Duo bahkan bisa diposisikan seperti tenda di atas meja seandainya pengguna hendak memakainya untuk menonton.

Satu hal yang unik dari Surface Duo adalah, ia cuma mengusung satu kamera 11 megapixel f/2.0 saja. Ini berarti kalau pengguna hendak memakainya untuk memotret objek atau merekam video (hingga 4K 60 fps), layarnya harus dilipat ke luar sehingga sisi yang dilengkapi kamera jadi membelakangi pengguna. Agak merepotkan memang, tapi kita juga harus ingat bahwa tujuan utama perangkat ini diciptakan adalah sebagai alat penunjang produktivitas.

Surface Duo pada dasarnya bisa dilihat sebagai alternatif dari ponsel foldable macam Samsung Galaxy Z Fold2. Saat bekerja menggunakan smartphone, terkadang kita bukannya membutuhkan layar yang berukuran lebih besar, melainkan dua layar yang saling bersinergi layaknya setup PC dengan monitor ganda. Kira-kira begitulah premis yang ditawarkan Surface Duo.

Sumber: Microsoft.

Duet S Pen dan S Notes pada Galaxy Note20 untuk Bekerja di Era New Normal

Dilihat dari sudut mana pun, Samsung Galaxy Note20 Series memang merupakan perangkat yang sangat ideal untuk memaksimalkan produktivitas. Layar besarnya sangat nyaman dipakai untuk menyunting dokumen, sedangkan storage-nya yang melimpah juga memastikan pengguna bisa menyimpan banyak file sekaligus. Tidak ketinggalan juga adalah baterainya, yang tak cuma berkapasitas besar, tapi juga mendukung pengisian yang cepat.

Jadi tanpa didampingi S Pen pun sebenarnya Note20 sudah sangat cocok dipakai bekerja. Namun kenyataannya tidak demikian. Sejak generasi pertamanya yang dirilis 10 tahun silam, Galaxy Note Series selalu hadir bersama S Pen, dan Samsung tentu sudah menyempurnakannya lebih jauh lagi pada Note20 Series.

Pembaruan yang paling utama adalah terkait latency. Berkat refresh rate 120 Hz pada layar Note20 Ultra, latency S Pen bisa dipangkas hingga menjadi 9 milidetik saja. Pada Note20, latency-nya tercatat cuma 26 milidetik, jauh lebih instan daripada milik generasi sebelumnya. Secara keseluruhan, latency yang rendah bakal semakin memberikan kenyamanan saat mencatat, mengedit foto, maupun mengedit video menggunakan S Pen.

Namun seperti yang kita tahu, S Pen bukan lagi sekadar stylus, melainkan juga remote control dengan beragam fungsionalitas. Pada Note20, Samsung telah menambahkan beberapa gerakan baru (Air Gesture) untuk S Pen. Selain hardware, pembaruan juga diterapkan pada software, spesifiknya aplikasi Samsung Notes.

Fitur-fitur baru S Notes

Duet maut S Pen dan S Notes pada Note20 bakal semakin terasa di masa pandemi seperti sekarang, sebab kita dituntut untuk bisa bekerja di mana pun dan dalam situasi apa pun, termasuk bekerja dari rumah dan selagi diganggu oleh banyak faktor pengalih perhatian. Di sinilah S Notes mencoba membantu.

Ketika harus mencatat sesuatu secara tiba-tiba, ada fitur Screen-off Memo yang bisa dimanfaatkan. Cukup keluarkan S Pen dan ketuk layar Note20 Series menggunakan S Pen, maka pengguna bisa langsung menulis tanpa perlu membuka lockscreen terlebih dulu dan mencari aplikasi S Notes. Catatan yang dibuat di sini tentu akan disimpan ke dalam S Notes secara otomatis, dan pengguna juga punya opsi untuk mengubah catatannya menjadi format PDF, PPT maupun DOC.

Terkadang saat mencatat dengan terburu-buru, mungkin tulisan pengguna akan kelihatan miring, dan di sini fitur Auto Straighten bakal sangat berguna. Lalu seandainya harus memberikan feedback kepada tim, S Notes menawarkan fitur Import PDF sehingga pengguna bisa langsung mencorat-coret di atas dokumen tersebut menggunakan S Pen, baik untuk menandai tulisan, memberikan komentar, atau menaruh gambar.

Juga unik adalah fitur Audio Bookmark, yang dirancang untuk memberikan timestamp pada Voice Notes dan mensinkronisasikannya dengan tulisan yang pengguna buat secara bersamaan. Fitur ini sangat berguna seandainya pengguna lupa mengenai salah satu poin pembicaraan yang dicatat sebelumnya. Cukup tekan tombol play di kanan atas S Notes, lalu ketukkan S Pen pada poin yang ingin diingat, maka S Notes akan memainkan Voice Notes-nya secara otomatis.

Pembaruan lainnya adalah sistem folder pada S Notes, yang memudahkan pengguna untuk mengatur semua catatannya seperti mengatur file di PC, sehingga mudah dicari di kemudian hari. Buat yang punya lebih dari satu perangkat pintar, S Notes kini menawarkan fitur sinkronisasi otomatis sehingga semua catatan yang pengguna buat bisa tersedia di setiap perangkat yang dimiliki.

Konsumen yang ingin memiliki Samsung Galaxy Note20 Series bisa langsung mengikuti pre-order mulai 6 Agustus hingga 19 Agustus 2020. Berikut rincian penawaran menarik yang bisa didapat selama masa pre-order:

  • Galaxy Note20 dibanderol dengan harga Rp 14.499.000. Setiap pemesanan akan disertai dengan e-voucher untuk pembelian Galaxy Buds+ senilai Rp 2.399.000
  • Galaxy Note20 Ultra varian 256 GB memiliki harga Rp 17.999.000, sementara varian 512 GB dibanderol senilai Rp 19.999.000. Setiap pemesanan Galaxy Note20 Ultra akan disertai dengan e-voucher untuk pembelian Galaxy Buds Live senilai Rp 2.599.000

Peserta pre-order juga berkesempatan untuk mendapatkan Bank Cashback hingga Rp1.000.000 dengan bunga cicilan 0% dan periode hingga 24 bulan bila menggunakan mitra-mitra Bank Samsung di Indonesia. Sedangkan bagi yang sudah register sebelumnya di situs resmi Samsung dan melanjutkan dengan pembelian akan mendapatkan smart case cover senilai Rp699.000.

Untuk mengikuti pre-order atau mendapatkan informasi lebih lanjut dapat dilakukan dengan mengunjungi situs Pre-Order Samsung di www.galaxylaunchpack.com serta berbagai e-commerce yang telah bekerja sama dengan Samsung untuk pre-order kali ini, yaitu Lazada, JD.ID, Blibli, Shopee, Tokopedia, Eraspace, Bukalapak, Akulaku, Bhinneka.com, Dinomarket, dan Globalteleshop.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh Samsung. 

Xiaomi Umumkan Mi 10 Ultra, Paling Flagship dengan Dukungan Charging 120W

2020 merupakan tahun yang penting bagi Xiaomi, sebab tahun ini menandai satu dasawarsa kiprah mereka di industri teknologi. Setelah melakukan gebrakan melalui smartphone flagship Mi 10, Xiaomi kini memperkenalkan model yang lebih flagship lagi, yakni Mi 10 Ultra.

Layaknya model Ultra besutan Samsung, Mi 10 Ultra benar-benar tidak mau kompromi soal spesifikasi. Kita mulai dari layarnya, yang menggunakan panel OLED 6,67 inci beresolusi 1080p dan memiliki refresh rate 120 Hz serta touch sampling rate 240 Hz. Layar ini mendukung output warna 10-bit dan format HDR10+, serta menawarkan tingkat kecerahan maksimum hingga 800 nit.

Tompel di ujung kiri atasnya itu adalah kamera selfie 20 megapixel. Sensor sidik jari tentu sudah terintegrasi di balik layarnya, dan Xiaomi tidak lupa menyematkan speaker stereo pada wajah Mi 10 Ultra. Secara keseluruhan, desainnya tampak sangat premium berkat sisi kiri dan kanan layar yang melengkung, serta sisa bezel yang amat tipis.

Beralih ke belakang, pengguna akan disambut oleh empat kamera yang spesifikasinya di atas kertas cukup untuk membuat sebagian besar konsumen geleng-geleng kepala, plus mampu merekam video beresolusi 8K. Berikut rinciannya:

  • Kamera utama 48 megapixel dengan sensor sebesar 1/1,32 inci dan lensa f/1.85
  • Kamera periskop 48 megapixel dengan 5x optical zoom dan 120x digital zoom
  • Kamera telephoto 12 megapixel dengan 2x optical zoom
  • Kamera ultra-wide 20 megapixel dengan sudut pandang seluas 128°

Dapur pacu Mi 10 Ultra mengandalkan chipset Snapdragon 865, plus pilihan RAM LPDDR5 berkapasitas 8 GB, 12 GB, atau 16 GB. Ya, bukan salah ketik tapi benar-benar 16 GB. Storage-nya sendiri menggunakan tipe UFS 3.1 dengan pilihan kapasitas 128 GB, 256 GB, atau 512 GB.

Sistem vapor chamber LiquidCool 2.0 turut menjadi penawaran unggulan Mi 10 Ultra. Sistem pendingin yang efisien memang sangat penting mengingat perangkat ini mendukung kecepatan charging yang luar biasa untuk baterai 4.500 mAh-nya.

Secepat apa memangnya? Dari kosong sampai 41% dalam 5 menit, atau sampai penuh dalam 23 menit menggunakan teknologi 120W Mi Turbo Charge. Xiaomi juga memastikan konsumen tak perlu khawatir umur baterainya lebih singkat akibat performa charging secepat ini, sebab baterai Mi 10 Ultra dipastikan masih mengemas setidaknya 90% kapasitas aslinya meski sudah melewati 800 charge cycle.

Buat yang tidak mau berurusan dengan kabel, ada dukungan wireless charging 50W yang dapat mengisi baterai Mi 10 Ultra hingga penuh dalam waktu 40 menit. Mi 10 Ultra turut mendukung reverse wireless charging dengan output maksimal 10W.

Di Tiongkok, Xiaomi akan segera memasarkan Mi 10 Ultra dengan banderol paling murah 5.299 yuan (± Rp 11,3 juta), atau paling mahal 6.999 yuan (Rp 14,9 juta). Belum diketahui kapan Xiaomi bakal membawanya ke pasar internasional.

Sumber: GSM Arena dan Xiaomi.

Peran Samsung Galaxy Note20 Sebagai Perangkat Penunjang Produktivitas

“Buat apa sih smartphone besar-besar?” Pertanyaan itu pertama kali muncul dalam benak saya saat Samsung merilis Galaxy Note pertama kali sembilan tahun silam. Namun seiring waktu, seri Galaxy Note terus berevolusi hingga akhirnya menjadi salah satu smartphone penunjang produktivitas terbaik, dan saya pun sadar mengapa ponsel sebesar ini harus eksis.

Buat sebagian orang, smartphone mungkin adalah satu-satunya perangkat komputasi yang mereka miliki. Alhasil, tidak jarang mereka harus bergantung sepenuhnya terhadap smartphone, bahkan untuk kebutuhan bekerja sekalipun. Mulai dari yang simpel seperti membuat memo dari sesi rapat bersama tim, sampai yang lebih kompleks seperti sesi pitching ke calon investor.

Seri Galaxy Note merupakan perangkat yang sangat tepat untuk skenario-skenario seperti ini, dan itu semakin dimaksimalkan oleh iterasi terkininya, Note20. Berkat fitur seperti Samsung DeX misalnya, pengguna Note20 dapat menyambungkan perangkatnya ke monitor atau TV yang kompatibel secara wireless, lalu menyajikan materi presentasinya di layar yang lebih besar lagi.

Menggarap slide presentasinya tentu butuh riset, dan di sinilah layar besar seri Note20 begitu bersinar. Multitasking dengan membuka dua aplikasi secara bersamaan dapat dilakukan dengan mudah, yang berarti pengguna bisa mengerjakan materi PowerPoint selagi mencari referensi tambahan di browser, atau membuat catatan-catatan kecil selagi video call bersama seorang mentor.

Bicara soal catat-mencatat, lagi-lagi Galaxy Note memang sejatinya diciptakan untuk ini. Note20 kian menyempurnakan pengalamannya melalui stylus S Pen baru yang semakin rendah latency-nya – serendah 9 milidetik di Note20 Ultra. Padukan dengan refresh rate 120 Hz pada layarnya, pengalaman menulis yang diberikannya bisa sangat mendekati menggunakan kertas dan bolpoin.

Selain menjadi perangkat komputasi utama, seri Note20 juga sangat ideal dijadikan pelengkap laptop. Semua yang pengguna catat di aplikasi S Notes itu tadi nantinya dapat disinkronisasikan secara otomatis ke aplikasi seperti Microsoft OneNote ataupun Outlook. Jadi saat hendak mengirim email ke tim, Anda bisa langsung melampirkan masukan-masukan dari mentor yang sudah Anda catat tadi.

Seumpama tulisan tangan Anda terlalu jelek untuk bisa dibaca orang lain, ada fitur untuk mengubahnya menjadi teks hasil ketikan. Di samping memo atau catatan, Note20 juga dapat menyinkronisasikan to-do-list ke aplikasi-aplikasi seperti Microsoft To Do maupun Microsoft Teams.

Juga unik adalah fitur Link to Windows, yang memungkinkan pengguna untuk mengakses beragam konten milik Note20 di laptop-nya masing-masing. Konten yang saya maksud di sini bukan cuma notifikasi atau koleksi foto, tapi juga berbagai aplikasi yang terdapat di ponsel. Jadi seandainya Anda lapar selagi masih me-review suatu proposal, Anda bisa langsung memesan makanan lewat GoFood atau GrabFood langsung dari laptop.

Semua itu tanpa melupakan bahwa seri Note20 merupakan smartphone flagship dengan spesifikasi yang superior: chipset Exynos 990 dengan peningkatan performa CPU 19% lebih cepat dan GPU 13% lebih kencang daripada versi sebelumnya, ditambah RAM paling kecil 8 GB. Andaikata layar AMOLED 6,9 inci milik Note20 Ultra dirasa kelewat besar, ada Note20 sebagai alternatif yang membawa layar 6,7 inci.

Di samping unggul perihal produktivitas, seri Note20 juga siap memenuhi kebutuhan multimedia konsumen modern berkat fitur-fitur seperti perekaman video 8K 30 fps. Untuk fotografi, Note20 Ultra mengandalkan kamera utama 108 megapixel, kamera Ultra Wide 12 megapixel, dan kamera Periscope Telephoto  12 megapixel dengan 50x optical zoom. Baterainya pun berkapasitas besar di angka 4.500 mAh, dan pengisiannya tidak memerlukan waktu yang lama (50% dalam 30 menit).

Informasi tentang pre-order Galaxy Note20 dan Note20 Ultra:

Samsung membuka pre-order Galaxy Note20 Series dari 6 Agustus hingga 19 Agustus 2020. Ada penawaran menarik selama masa pre-order seperti:

  • Galaxy Note20 dibanderol dengan harga Rp14.499.000. Setiap pemesanan akan disertai dengan e-voucher untuk pembelian Galaxy Buds+ senilai Rp2.399.000.
  • Galaxy Note20 Ultra varian 256GB memiliki harga Rp17.999.000, sementara varian 512GB dibanderol senilai Rp19.999.000. Setiap pemesanan Galaxy Note 20 Ultra akan disertai dengan e-voucher untuk pembelian Galaxy Buds Live senilai Rp2.599.000.

Peserta pre-order juga bisa mendapatkan Bank Cashback hingga Rp1.000.000 dengan bunga cicilan 0% dan periode hingga 24 bulan bila menggunakan mitra-mitra Bank Samsung di Indonesia. Sedangkan bagi yang sudah melakukan Handraiser dan melanjutkan dengan pembelian akan mendapatkan smart case cover senilai Rp699.000.

Pre-order dan informasi lebih lengkap bisa cek di tautan ini www.galaxylaunchpack.com dan layanan e-commerce yang telah bekerja sama dengan Samsung untuk pre-order, seperti Lazada, JD.ID, Blibli, Shopee, Tokopedia, Eraspace, Bukalapak, Akulaku, Bhinneka.com, Dinomarket, dan Globalteleshop.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh Samsung.

OPPO Reno4 dan OPPO Watch Resmi Diluncurkan di Indonesia

Setelah menjalani teaser demi teaser, OPPO Reno4 akhirnya resmi diluncurkan bersamaan dengan OPPO Watch. Spesifikasi kedua perangkat ini sudah saya bahas secara cukup lengkap, dan di artikel ini saya akan berfokus di harga dan ketersediaan, beserta fitur-fitur unggulannya.

Langsung saja, OPPO Reno4 bakal dipasarkan secara luas mulai 15 Agustus, akan tetapi program pre-order-nya telah dibuka sejak 6 Agustus dan akan berakhir pada tanggal 14 Agustus 2020. Harganya dipatok Rp 4.999.000, dan tentu saja konsumen yang melakukan pre-order bakal mendapatkan sejumlah bonus seperti headset Bluetooth OASE LP02, smart bracelet, smartphone stand dengan nilai total 1 juta rupiah, ditambah lagi bonus kuota Telkomsel TAU hingga sebesar 30 GB.

Konsumen yang tertarik bisa melakukan pemesanan melalui Lazada maupun secara offline melalui beberapa cabang OPPO Store. Semalam, OPPO sebenarnya juga sempat menggelar flash sale Reno4 di Lazada, dan 100 unitnya habis terjual dalam waktu 3 menit. Maklum, karena selain bonus-bonus di atas, flash sale-nya turut menyertakan sebuah speaker Bluetooth.

Untuk OPPO Watch, OPPO juga telah menerima pre-order melalui Lazada maupun jaringan toko fisiknya mulai 6 – 14 Agustus. OPPO membanderol varian 46 mm-nya seharga Rp 4.499.000, sedangkan varian 41 mm-nya seharga Rp 3.499.000. Selama masa pre-order, konsumen yang memesan berhak mendapatkan cashback sebesar 200 ribu rupiah beserta sebuah strap edisi terbatas senilai 699 ribu rupiah.

Fitur-fitur unggulan OPPO Reno4 dan OPPO Watch

Kalau dipikir-pikir, banderol Rp 5 juta untuk Reno4 tadi bisa dibilang cukup bersaing, apalagi mengingat Reno3 sebelumnya dijual sedikit lebih mahal. Sekadar mengingatkan, Reno4 sendiri hadir membawa sederet penyempurnaan dibanding pendahulunya. Dari segi desain saja, Reno4 sudah jauh lebih menarik berkat bodi yang lebih tipis dan ringan, sekaligus dua pilihan warna yang memiliki keunikannya masing-masing.

Empat kamera belakangnya juga lebih kapabel berkat sederet fitur pendukung macam AI Color Portrait Mode, Monochrome Video, Night Flare Portrait, 960 fps Smart Slow Motion, dan Ultra Steady Video 3.0 yang sekarang bisa diaktifkan juga untuk kamera selfie-nya.

Unik buat Reno4 adalah AON Smart Sensor, sensor tambahan di samping kamera depannya yang menawarkan empat fitur menarik: Smart Spying Prevention, Smart AirControl, Smart Rotation, dan Smart Always-on Display. Seefektif apa fitur-fitur ini tentu masih harus menunggu ulasan lengkapnya.

Perihal performa, Reno4 didukung oleh chipset Qualcomm Snapdragon 720G, RAM 8 GB, dan penyimpanan internal 128 GB (plus slot microSD). Baterainya tercatat memiliki kapasitas 4.015 mAh, dan sudah mendukung 30W VOOC Flash Charge 4.0 sehingga dapat terisi penuh dalam waktu 57 menit saja.

Melengkapi semua itu adalah versi terbaru ColorOS 7.2 yang membawa sejumlah pembaruan. Mulai dari yang tidak kelihatan secara kasat mata seperti AI App Preloading dan Anti-Fragmentation Engine, sampai yang sepele namun sangat berguna seperti Quick Return Bubble, Icon Pull Down Gesture, dan fitur-fitur eksperimental lain yang terdapat dalam OPPO Lab.

Beralih ke OPPO Watch, beberapa fitur andalannya, seperti yang sudah dibocorkan sebelumnya, mencakup AI Outfit-Matching yang akan meracikkan watch face sesuai dengan gaya busana penggunanya, dukungan VOOC flash charging yang bisa mengisi penuh baterai dalam waktu 75 menit, sampai kemampuan tracking yang komplet, apalagi mengingat perangkat dengan sistem operasi Wear OS ini tentu sudah mengusung integrasi platform Google Fit.

Desain premium tentu juga menjadi salah satu nilai jual utama OPPO Watch, dan itu langsung terpancarkan lewat layarnya yang nyaris tanpa bezel. Layarnya sendiri merupakan panel AMOLED beresolusi tinggi yang sudah dilapisi kaca Gorilla Glass 3 demi memberikan proteksi ekstra.

Samsung Umumkan Galaxy Tab S7, Tab S7+, Galaxy Watch3, dan Galaxy Buds Live

Event Galaxy Unpacked semalam adalah yang pertama yang sepenuhnya diselenggarakan secara virtual, tapi itu tidak Samsung jadikan alasan untuk menahan diri. Selain meluncurkan Galaxy Note20, Note20 Ultra, dan Z Fold2, sang raksasa teknologi Korea Selatan turut memperkenalkan sederet perangkat lainnya, yakni Galaxy Tab S7, Tab S7+, Galaxy Watch3, dan Galaxy Buds Live.

Kita mulai dari yang paling besar dulu, yakni Tab S7 dan S7+. Sesuai namanya, tablet ini hadir dalam dua ukuran layar: Tab S7 dengan layar LCD 11 inci beresolusi 2560 x 1600 pixel, Tab S7+ dengan layar AMOLED 12,4 inci beresolusi 2800 x 1752 pixel. Keduanya sama-sama menawarkan refresh rate 120 Hz, tapi seperti yang bisa kita lihat, Tab S7 rupanya tidak mengemas panel AMOLED, dan ini berarti cuma Tab S7+ yang dilengkapi sensor sidik jari di balik layar.

Sasis kedua tablet ini sangat ringan dan tipis terlepas dari ukuran layarnya yang besar. Tab S7 memiliki ketebalan 6,3 mm dan bobot 502 gram, sedangkan Tab S7+ dengan tebal 5,7 mm dan berat 575 gram. Tentu saja keduanya juga datang bersama S Pen, dan garis di bawah kamera belakangnya itu adalah lapisan magnet untuk menempelkan sekaligus mengisi ulang sang stylus. Pada Tab S7+, latency S Pen-nya mampu menyamai milik Note20 Ultra, yakni serendah 9 milidetik saja.

Meski layar keduanya berbeda, performanya dipastikan identik. Itu dikarenakan duo tablet ini sama-sama mengusung chipset Snapdragon 865+, dan kalau melihat Tab S6 yang dijual di Indonesia memakai Snapdragon 855, kemungkinan besar Tab S7 dan S7+ juga akan hadir di tanah air membawa chipset buatan Qualcomm tersebut.

Mendampingi prosesornya adalah RAM 6 GB atau 8 GB, dan storage 128 GB atau 256 GB. Ekspansi storage bisa dilakukan via microSD, dan kedua perangkat mendukung kapasitas penyimpanan eksternal hingga 1 TB. Selisih baterai di antara keduanya cukup signifikan: Tab S7 dengan baterai 8.000 mAh, Tab S7+ dengan 10.090 mAh. Keduanya sama-sama mendukung fast charging 45 W.

Kamera di kedua perangkat ini ada tiga macam: kamera utama 13 megapixel, kamera ultra-wide 5 megapixel, dan kamera depan 8 megapixel. Sekali lagi kelengkapan milik Tab S6 kembali hadir di sini, mulai dari empat buah speaker racikan AKG, sampai konektor USB-C 3.2 Gen 1. Seperti sebelumnya, konsumen Tab S7 dan S7+ juga dapat membeli aksesori Book Cover Keyboard secara terpisah jika ingin mendapatkan pengalaman menggunakan seperti laptop.

Oh ya, baik Tab S7 maupun S7+ sama-sama mendukung integrasi mendalam dengan ekosistem Windows 10 seperti halnya duo Note20. Kalau perlu, kedua tablet ini malah juga bisa diperlakukan sebagai layar kedua selagi masih membaca input dari S Pen. Kompatibilitas dengan layanan Project xCloud tentu juga menjadi salah satu keunggulan dari kedua tablet ini.

Kedua perangkat ini akan segera Samsung pasarkan dengan harga mulai $650 untuk Tab S7, dan mulai $850 untuk Tab S7+. Aksesori opsional Book Cover Keyboard itu tadi harus ditebus seharga $200 untuk Tab S7, atau $230 untuk Tab S7+.

Galaxy Watch3

Buat yang sudah lama mendambakan perangkat wearable baru dari Samsung, Galaxy Watch3 hadir membawa sederet penyempurnaan dibanding pendahulunya. Yang paling utama, dimensinya lebih ringkas daripada Galaxy Watch orisinal – 14% lebih tipis, 8% lebih kecil, dan 15% lebih ringan – akan tetapi di saat yang sama layarnya justru bertambah besar.

Watch3 hadir dalam dua ukuran: 45 mm dengan layar 1,4 inci, dan 41 mm dengan layar 1,2 inci. Keduanya sama-sama menggunakan panel Super AMOLED beresolusi 360 x 360 pixel, serta mengemas rangka yang terbuat dari bahan stainless steel. Khusus varian 45 mm, konsumen juga bisa membeli yang rangkanya terbuat dari titanium.

Secara keseluruhan, desain Watch3 kelihatan klasik dan elegan. Samsung mengaku bekerja sama dengan produsen arloji asal Swiss IWC Schaffhausen selama mengembangkan Watch3. Supaya lebih elegan lagi, semua varian Watch3 secara default hadir dengan strap berbahan kulit ketimbang karet, tapi khusus untuk varian titanium, strap-nya berbahan logam supaya lebih selaras.

Namun berita terbaiknya adalah, bezel memutar yang sempat absen di Watch Active maupun Watch Active 2 kini hadir sebagai standar di seluruh varian Watch3. Sertifikasi IP68 dan ketahanan air hingga 50 meter, tidak ketinggalan juga sertifikasi lolos standar militer MIL-STD-810G, semuanya merupakan jaminan atas ketangguhan fisik perangkat ini.

Bicara soal fisik, bagaimana dengan kemampuannya memonitor kesehatan fisik pengguna? Well, fitur tracking yang Watch3 terbilang sangat lengkap. Bahkan fitur-fitur yang termasuk langka seperti memonitor tekanan darah maupun electrocardiogram (ECG) pun tersedia. Fitur sleep tracking-nya pun juga sudah disempurnakan agar dapat memonitor pola pernafasan sekaligus laju jantung penggunanya.

Untuk menunjang kinerja smartwatch dengan sistem operasi Tizen ini, Samsung telah menyematkan chipset Exynos 9110 dengan prosesor dual-core, lengkap beserta RAM 1 GB dan storage internal 8 GB. Baterainya sendiri punya kapasitas 340 mAh pada varian 45 mm, atau 247 mAh pada varian 41 mm, dan Samsung mengklaim daya tahannya bisa mencapai dua hari dalam sekali charge.

Di Amerika Serikat, Samsung akan segera memasarkan Galaxy Watch3 dengan harga mulai $400 untuk varian 41 mm, atau mulai $430 untuk varian 45 mm. Pilihan warna yang tersedia ada tiga: Mystic Bronze, Mystic Black, dan Mystic Silver. Namun kalau memilih varian titanium, maka warna yang tersedia hanyalah Mystic Black.

Galaxy Buds Live

Terakhir, saatnya membahas TWS unik bernama Galaxy Buds Live. Bentuknya benar-benar tidak umum, hampir menyerupai kacang merah atau malah sepasang ginjal manusia. Juga bisa menipu ketika dilihat secara sepintas adalah bagian yang menonjol yang bertuliskan “L” dan “R”. Menipu karena bagian ini bukanlah bagian eartip yang dimasukkan ke kanal telinga, melainkan bagian wingtip yang bakal menahan posisi perangkat selama berada di telinga.

Wingtip-nya ini hadir dalam dua ukuran yang berbeda sehingga dapat disesuaikan dengan bentuk dan ukuran telinga masing-masing pengguna. Samsung percaya desain seperti ini bakal terasa sangat nyaman karena porsi perangkat yang keluar dari telinga sangatlah minimal. Tentu saja cara terbaik untuk menjajal klaim Samsung ini adalah dengan mengenakan Buds Live ini selagi tidur miring.

Secara keseluruhan, dimensi Buds Live sangatlah mungil. Beratnya tidak lebih dari 5,6 gram, dan charging case-nya pun juga cukup kecil untuk bisa tenggelam dalam kepalan tangan. Juga unik adalah bagaimana fisik perangkat bersertifikasi IPX2 ini dibuat sepenuhnya menggunakan material hasil daur ulang.

Perihal kualitas suara, Samsung lagi-lagi memercayakan keahlian teknisi-teknisi AKG dalam meramu desain akustik yang terbaik buat Buds Live. Perangkat datang membawa driver berdiameter 12 mm, lengkap beserta sepasang ventilasi udara, serta sebuah bass duct untuk semakin memantapkan reproduksi bass-nya.

Tidak seperti Galaxy Buds+, Buds Live telah dilengkapi dengan fitur active noise cancelling (ANC). Fitur ANC-nya pun agak berbeda dari biasanya karena dirancang agar bisa mengeliminasi suara-suara bising di sekitar seperti deruman mesin mobil atau mesin pesawat, tapi di saat yang sama masih membiarkan suara percakapan atau pengumuman terdengar oleh penggunanya.

Terkait input, Buds Live mengunggulkan tiga buah mikrofon dan Voice Pickup Unit. Komponen yang terakhir ini unik karena dirancang untuk mendeteksi ketika rahang pengguna bergerak, sehingga perangkat kemudian bisa mengoptimalkan teknik pengambilan suaranya. Hasil akhirnya menurut Samsung adalah, suara pengguna Buds Live yang sedang berada di tempat ramai akan tetap terdengar jernih oleh lawan bicaranya.

Dalam satu kali pengisian, baterai milik perangkat berharga jual $170 ini diestimasikan bisa bertahan sampai 6 jam pemakaian, atau sampai 21 jam kalau dipadukan dengan charging case-nya. Daya penggunaannya bisa diperpanjang lagi menjadi sampai 8 jam kalau fitur ANC-nya dimatikan, atau sampai 29 jam bersama charging case-nya.

Sumber: Samsung.