Infografis Penggunaan Platform Media Sosial untuk Menyebarkan Konten

Membagikan konten di era digital ini bisa menjadi mudah tetapi bisa pula memberikan tantangan tertentu. Banyaknya platform yang hadir menjadikan pemilik konten harus secara cerdas menentukan strategi agar mendapatkan hasil yang maksimal.

Infografis berikut ini bisa memberikan gambaran secara sederhana tentang beberapa platform yang bisa digunakan untuk menyebarkan konten serta tips sederhana dalam menyebarkan konten agar mendapatkan traffic yang baik.

Lebih lengkap berikut infografisnya.

Social Media Admin

*) Artikel ini adalah advertorial dan didukung oleh Ombaq.com. Gambar header: Pixabay

Lima Alasan Pendiri Startup Mundur Setelah Perusahaan Diakuisisi

Dunia perusahaan rintisan adalah dunia yang dinamis dan cepat berubah. Ada banyak drama juga yang terjadi di sini, investasi, strategi exit IPO atau akuisisi, hingga siapa yang akan menjadi unicorn. Pun demikian, salah satu kasus yang menarik ada dalam drama akusisi yang tak jarang membuat para CEO pendiri memutuskan untuk mundur dari perusahaan yang dibangunnya.

Memang ada beragam alasan CEO pendiri startup mundur dari jabatannya ketika proses akuisisi terjadi. Ini juga akan kembali pada filosofi yang dipegang teguh oleh masih-masing individu. Tapi bila harus dirangkum, lima alasan yang diungkap oleh CEO dan Co-Founder EchoSign Jason M. Lemkin di Quora menurut saya sudah bisa mewakili jawaban dari pertanyaan kenapa ada CEO yang keluar setelah proses akuisisi.

Sulit bekerja untuk orang lain

Alasan pertama dan paling umum adalah tidak bisa bekerja untuk orang lain. Pendiri yang menjabat sebagai CEO umumnya tidak keberatan bekerja dengan orang lain, bahkan tidak perlu menjadi “bos” pun bukan masalah besar bagi mereka. Tapi, ketika proses akusisi terjadi dan mereka diberitahu apa yang harus dilakukan dan tidak, terutama ketika itu tidak jelas “benar” adalah hal yang sulit diterima mereka. Satu-satunya jawaban adalah, melakukan beberapa hal dan keluar.

Alasan ekonomi

Tidak jarang ketika proses akusisi terjadi, perusahaan pembeli melakukan hal yang salah secara ekonomi. Contohnya, tidak ada intensif ekonomi yang layak sebagai alasan untuk tetap tinggal di perusahaan. Pendiri juga akan membenci perusahaan meski memutuskan untuk tetap tinggal bila terjadi ketidakseimbangan carrot-stick.

Sulit bekerja di bawah aturan ‘rumah’ orang lain, meski bukan tidak mungkin

Seorang pendiri sudah terbiasa menjalankan usahanya dengan melakukan inovasi atau cara-cara unik lain dan tidak standar. Dan itu terbukti bekerja. Ketika akusisi terjadi, mereka harus menjalankan itu melalui persetujuan komite-komite. Harus menggunakan tim penjualan mereka untuk ekspansi masa depan, yang juga menjual 4 produk lainnya? Itu bisa jadi sulit, meski bukan tidak mungkin.

Ingin membangun produk lain

Katakanlah produk yang diakusisi adalah produk yang sempurna. Pun demikian, seorang entrepreneur sering memiliki keinginan untuk membangun produk lainnya lagi dan memulai petualangan baru. Contoh nyatanya sudah cukup banyak, Jason M. Lemkin dengan EchoSign yang diakusisi Adobe dan untuk pasar Indonesia ketika Path milik Dave Morin diakusisi oleh Daum Kakao.

Istirahat

Terakhir adalah alasan paling sederhana, namun sering dilewatkan oleh pihak yang mengakusisi, yaitu sekedar perlu istirahat. Bukan hal yang mudah membangun sebuah perusahaan dari bawah, dari nol. Terlebih jika perusahaan bisa bertahan hingga lima tahun atau lebih. Saat itu, semua orang bisa lelah dan tak jarang jabatan yang mewah atau program retensi pun tidak bisa mengobati ini. Pihak yang mengakuisisi harus paham dan mengubah 50% waktu CEO menjadi konsultan dan “non-eksekutif chairpeople” dari startup mereka. Banyak pihak yang mengakuisisi melakukan ini dengan baik, tetapi tidak sedikit juga yang tidak.

Pun demikian, bila proses akuisisi berjalan dengan baik, kebanyakan CEO juga akan tinggal selama 2-3 tahun. Mungkin lebih dari itu menurut Jason. Bahkan bila memang para CEO pendiri ini masih bisa melakukan sesuatu yang luar biasa setelah akuisisi, itu bisa menjadi tujuan lain dan bisa membuat mereka bertahan lebih lama.

Apakah Tizen akan Menjadi Masa Depan Perangkat Samsung?

Kala berbincang seputar perangkat Samsung (terutama smart-devices) umumnya orang masih akan akrab dengan sistem operasi Android. Karena Samsung sendiri menjadi salah satu vendor yang membawa nama Android berkibar di kancah perangkat mobile. Namun dewasa ini Samsung tampak serius dengan sistem operasi Tizen. Di Developer Contest yang didukung oleh Samsung Indonesia, bertajuk Indonesia Next Apps, banyak dibahas seputar masa depan Tizen yang kini sudah menginjak di versi 3.0.

Lalu pertanyaannya, mungkinkah Tizen terangkat hingga ke tingkat popularitas Android saat ini? Tentu jawabannya sangat mungkin, terlebih jika melihat arsitektur Tizen dan roadmap pengembangannya, sistem operasi ini ingin mengakomodir berbagai perangkat komputasi, tak hanya sebatas pada smartphone ataupun wearable, melainkan juga mencakup sistem IoT (Internet of Things) dan kelompok smart-things lainnya.

Versi terkini Tizen 3.0, yang sudah bisa dicoba dalam versi beta menawarkan kelebihan yang tak kalah dengan sistem operasi Android. Kapabilitasnya sebagai sistem operasi 64-bit membuatnya mampu bekerja dengan berbagai perangkat ARM 64-bit dan x86 terbaru. Tizen juga dibekali dengan kemampuan untuk mampu berjalan di perangkat dengan resolusi 4K, platform grafis kelas atas yang ada di saat ini.

Melihat masa depan perangkat komputasi di dunia

Debut IoT sudah semakin terlihat, penerapannya pun sudah mulai nyata terlihat. Prototipe smart-home ataupun smart-office sudah banyak diperlihatkan. IoT erat kaitannya dengan perangkat yang saling terhubung, tentang bagaimana ponsel pengguna dapat terhubung dengan televisi di rumah, atau perangkat rumah tangga lainnya yang kini mulai menjadi pintar.

Tizen sendiri dengan landasan Kernel Linux mulai mengarah untuk mampu memenuhi kebutuhan tersebut. Visinya tak lain ingin menjadi landasan sistem operasi di berbagai perangkat yang akan saling terhubung. Salah satu contoh yang kini sudah dilansir struktur arsitekturnya adalah Tizen untuk sistem otomotif. Memiliki struktur yang sama, yakni dengan Kernel dan Core yang serupa dengan pemanfaatan Tizen untuk penerapan lain, memungkinkan sebuah sistem aplikasi dapat disinergikan di atasnya. Termasuk memudahkan aplikasi untuk saling terhubung di masing-masing perangkat.

Kembali ke perbandingannya dengan platform Android untuk perangkat Samsung. Sebagai awalan, Samsung sendiri juga telah meluncurkan perangkat smartphone berseri Z yang secara penuh dijalankan dengan sistem operasi Tizen. Dari sisi perangkat wearable juga telah dirilis Gear Fit2 dan Gear IconX. Termasuk seri SmartTV SUHD TV KS9800. Kini Samsung juga tengah menumbuhkan ekosistem aplikasi hingga kancah lokal untuk meramaikan marketplace di platform Tizen, salah satunya melalui Indonesia Next Apps 3.0.

Penetrasi perangkat berbasis Tizen memang belum banyak digenjot, akan tetapi pembentukan ekosistem pengembang dan pola distribusinya sudah sangat terlihat. Bersamaan dengan pembaruan Tizen yang kian memberikan performa yang lebih baik. Jadi sudah semakin terlihat, bahwa masa depan perangkat Samsung dan Tizen seperti menjadi sebuah entitas yang tidak dapat saling dipisahkan ke depannya.

Artikel ini adalah kolaborasi antara DailySocial dengan program Indonesia Next Apps 3.0. Kompetisi inovasi aplikasi pengembang lokal yang diselenggarakan oleh Samsung dan didukung oleh DailySocial. Ikuti DailySocial untuk informasi selanjutnya terkait Indonesia Next Apps 3.0 dan kunjungi laman resminya di https://ina.dailysocial.id.

Bagaimana Analisis Data Membantu Bisnis Skala Menengah

Data di era digital seperti saat ini bukan hanya menjadi aset penting bisnis untuk perusahaan kelas atas saja. Bisnis rintisan, pemula dan bisnis-bisnis kelas menengah juga seharusnya juga dapat memaksimalkan peranan data untuk mengakselerasi bisnisnya. Terlebih data publik, seperti yang ada di media sosial dan layanan-layanan sejenis. Dengan cara dan metode yang tepat, data bisa menjadi salah satu alat bantu untuk penentuan berbagai kebijakan atau langkah bisins yang strategis.

Strategi terhadap data adalah poin penting bagi bisnis kecil dan menengah untuk dimaksimalkan. Dengan fleksibilitas data yang masih dalam level mudah diolah, harusnya sebuah insight yang disaring bisa memberikan efek lebih besar bagi bisnis ini. Hal yang paling sederhana dilakukan dengan data keseharian yang dihasilkan adalah menjadi sebuah modal untuk memahami perilaku dan kebutuhan pengguna. Selain itu data juga bisa membantu bisnis perihal prediksi-prediksi yang bisa menjadi bahan dalam mengambil keputusan.

Termasuk juga bagaimana bisnis bisa meningkatkan pengalaman pengguna dengan menyuguhkan apa yang sebenarnya pengguna inginkan dan butuhkan. Bisa dikatakan jika pengguna sudah puas dengan pengalaman yang diberikan imbas positifnya akan meningkatkan loyalitas pengguna. Tidak ada yang menjamin memang, tetapi kepuasan pelanggan adalah satu hal wajib, hal penting bagi bisnis dengan skala menengah.

Analisis dan prediksi data ini juga bisa membantu bisnis dalam mengoptimalkan rantai suplai dan produksi (jika bisnis terkait barang-barang yang membutuhkan bahan). Dengan menentukan pola pembelian dan prediksi tren yang akan datang bisnis bisa lebih bersiap, bisnis jadi lebih paham kapan harus meningkatkan produksi dan kapan harus mengurangi produksi untuk menghemat biaya operasional dan lainnya.

Tim pemasaran juga bisa sangat terbantu dengan adanya analisis data. Hal ini kaitannya dengan kampanye, misalnya di media sosial. Data bisa memberikan wawasan yang cukup untuk tim marketing tau apa yang sedang menjadi tren, di waktu kapan pengguna paling banyak aktif, dan lain sebagainya, sehingga kampanye yang dilakukan bisa tepat sasaran dan menjangkau banyak pihak karena dilakukan di waktu dan momen yang tepat.

Disclosure: DailySocial bekerja sama dengan Bigdata-madesimple.com untuk seri penulisan artikel tentang big data.

Salah kaprah smart city di Indonesia

Dalam dua tahun ke belakang, jargon “smart city” sedang jadi tren di kalangan pemerintahan di Indonesia. Beberapa kota sudah mulai menginisiasi program “smart city” ini dengan berbagai pendekatan dan eksekusi yang juga beragam. Smart city menjadi nilai jual para pemimpin daerah karena menjanjikan suatu hal yang baru dan membuat orang bebas berkreasi. Namun setelah dua tahun, ada beberapa hal yang menjadikan program smart city di beberapa tempat di Indonesia menjadi salah kaprah: Smart city bukan masalah teknologi.

Ada beberapa daerah yang sudah menginisiasi program smart city secara eksplisit maupun tidak, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Makassar, Semarang, Bogor, Bekasi, dan kota-kota lain sedang bersiap diri, seperti Banjarmasin, Manado, dan lainnya. Saya mencoba mengambil beberapa sampel pendekatan berdasarkan pengetahuan yang saya dapatkan dari beberapa kota yang sudah dan sedang berinisiasi.

Semua berawal dari keinginan membuat pemerintahan yang memberikan pelayanan publik yang lebih baik kepada warganya: kemudahan dalam pengurusan surat atau izin, kemudahan pengaduan masyarakat, transparansi pelayanan, meningkatkan kecepatan pelayanan publik, angkutan umum yang lebih dapat diandalkan, peningkatan keamanan, dan lainnya. Cara yang dilakukan untuk memberikan pelayanan publik yang lebih baik ini adalah dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Simpelnya, kata kunci smart city di Indonesia: IT, pelayanan publik, efisiensi, efektif, transparansi.

Namun ada hal yang terlewat dari pendekatan eksekusi smart city di Indonesia: Inisiasi berfokus pada apa yang terlihat.

Aplikasi, CCTV, ruang command center, pembangunan area berjudul technopolis/technopark, dan hal yang terlihat lainnya menjadi pendekatan yang biasanya dilakukan pemerintah daerah.

Padahal untuk melancarkan program smart city di Indonesia, ada banyak PR yang tak terlihat.  Hal ini adalah fenomena gunung es. Ada banyak persyaratan dan kondisi yang harus dicapai sehingga teknologi dan pembangunan ruangan atau area fisik bisa membantu kinerja dari program smart city.

Berdasarkan pengalaman, ada beberapa hal penting yang biasanya terlewat oleh para inisiator smart city di pemerintahan: Standard operating procedure dan tata kelola IT dan data.

Standard operating procedure

Smart city bukan tentang teknologi. Smart city bukan cuma aplikasi, punya CCTV banyak, command center yang mewah, free Wi-Fi, atau bentuk teknologi kekinian lainnya yang selalu digembar-gemborkan.

Jika dengan program smart city teknologi dianggap solusi. maka program itu pasti gagal. Teknologi bukanlah solusi, namun hanya berbentuk enabler sehingga suatu problem bisa diselesaikan dengan lebih efisien dan efektif.

Yang paling penting justru proses bisnisnya. Jika sepakat bahwa smart city dijalankan untuk memberikan pelayanan publik yang lebih baik, maka PR-nya adalah bagaimana standard operating procedure (SOP) dalam pelayanan publik dapat diselesaikan dengan lebih baik menggunakan teknologi.

Contohnya begini, Bandung Command Center pernah mendemokan penanganan aplikasi pelaporan kedaruratan. Pertanyaannya, sejauh mana prosedur penanganan ini bisa bantu menyelesaikan masalah. Seberapa cepat petugas bisa langsung datang ke tempat kejadian perkara setelah seseorang melaporkan ada kondisi darurat di kota? Siapa saja stakeholder yang terkait dengan penanganan hal ini? Bagaimana pihak polisi terlibat dalam penanganan ini, sedangkan polisi adalah pihak di luar Pemerintah Kota.

Contoh lain, saat kejadian bom Sarinah di Jakarta. Karena belum ada prosedur yang terkait dengan kondisi serangan bom, tim di Jakarta Smart City tidak bisa melakukan apa-apa karena tidak tahu apa yang seharusnya dilakukan secara terstruktur. Pada akhirnya semua berjalan menurut insting dan sebagai evaluasi diperkuatlah SOP sehingga tidak terulang lagi kasus ketidaktahuan ini.

Contoh lain lagi, saat kota punya command center, apa saja yang bisa dilakukan di sana, monitor besar yang ada di ruangan tersebut mau diisi oleh apa? Fungsinya apa saja?

Seharusnya semua ini berawal dari pembuatan SOP. Misalkan dalam pembuatan izin, dibutuhkan 3 proses: proses A, B, dan C. Keseluruhan proses ini membutuhkan waktu 10 hari kerja karena proses B memakan waktu 80% dari total. Lalu dengan adanya teknologi, proses B dapat selesai dalam hitungan menit, sehingga 3 proses ini bisa selesai dalam 1 jam. Baru di sini teknologi masuk sebagai enabler dari proses yang ada. Ini baru cerdas.

Tata kelola IT dan data

Problem klasik pemerintah adalah silo. Belum ada integrasi dan interoperabilitas di level sistem IT dan juga data di pemerintahan yang sudah terstandarisasi.

Data inti pembangunan hanyalah dua. Jika dua data ini sudah dikelola dengan baik, maka data lain yang mereferensi pada data ini juga akan lebih baik dari sisi kualitas. Data inti pembangunan itu: data kependudukan dan data geospasial. Data pendidikan, ekonomi, perpajakan, perizinan, dan lainnya pasti harus punya referensi ke data kependudukan dan geospasial.

Permasalahannya, bahkan dua data inti saja belum dikelola dengan baik. Bagaimana penggunaannya, bagaimana data ini disimpan, bagaimana jika terjadi duplikasi, siapa saja yang boleh mengakses data ini dan sejauh mana sistem IT pemerintahan harus mereferensi data ini. Hal ini biasanya belum ada jawabannya di pemerintah daerah.

Integrasi antar sistem IT yang ada di pemerintahan juga masih sangat minim. Contoh carut marutnya di antara lain: Dinas A membuat Peta X, dinas B membuat peta Y, kedua peta ini ternyata saling konflik karena me-refer pada data yang berbeda. Ada juga kasus suatu sistem informasi pemerintahan mengumpulkan NIK sendiri, sedangkan NIK ini seharusnya mereferensi pada data kependudukan yang dikelola oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil.

Selama belum diatur tata kelola IT dan data di pemerintahan, mau buat 1000 aplikasi sekalipun, aplikasi itu juga tidak akan bermanfaat karena tidak ada integrasi dan interoperabilitas di antara sistem dan data yang ada.

Dua hal ini menurut saya adalah PR besar dari semua pihak yang terlibat dalam inisiasi smart city di Indonesia. Prinsip yang harus selalu dipegang adalah teknologi hadir untuk membantu meningkatkan kualitas proses bisnis, bukan proses bisnis yang mengikuti teknologi. Jangan sampai daerah-daerah lain yang memulai program smart city hanya terpaku pada teknologi kekinian saja. Harus dimulai dari pertanyaan mengapa saya harus menjalankan program ini dan apa tujuan saya harus mencanangkan program smart city.

Saya melihat dinamika inisiasi smart city di Indonesia akan lebih berwarna lagi. Makin banyak pemimpin daerah yang ingin memperbaiki kualitas pelayanan publiknya khususnya dan secara umum memperbaiki kualitas hidup daerahnya. Jangan lupa untuk jangan sampai salah kaprah dan terbuai dengan kecanggihan teknologi semata.


Disclosure: Artikel tamu ini ditulis oleh Prasetyo Andy Wicaksono dan pertama kali dimuat di laman Medium-nya dengan penyuntingan.

Prasetyo adalah Head of IT Development di Jakarta Smart City, unit pengelola kota pintar pemerintah provinsi DKI Jakarta. Ia bisa dikontak via LinkedIn.

Menemukan Kesesuaian Produk dan Pasar

Membahas kesesuaian produk dan pasar atau lebih tepatnya productmarket fit seolah menjadi topik wajib di setiap perbincangan mengenai startup. Productmarket fit dipandang sebagai salah satu hal paling penting dalam startup baik saat sudah mulai tumbuh atau baru ingin meluncurkan produknya. Sebuah hal yang berarti bisnis sudah berada di sebuah pasar yang potensial dengan produk yang dapat memenuhi kebutuhan pasar.

Definisi ini pertama kali dituliskan oleh seorang enterprenuer Amerika Serikat yang juga seorang General Partner Andreessen Horowitz, Marc Andreessen. Dalam sebuah tulisan di laman miliknya yang diterbitkan hampir sembilan tahun silam dengan judul “The only thing that matters”. Di dalam artikel tersebut Marc mengilustrasikan productmarket fit menjadi sebuah hal yang sebenarnya bisa dirasakan oleh para pelaku bisnis, seperti ketika pelanggan mulai berdatangan menggunakan sebuah produk, tersebarnya berita dari mulut ke mulut, pelanggan tumbuh dengan cepat sehingga bisnis perlu menambah server dalam waktu dekat, pemasukan meroket, dan tanda-tanda positif lainnya.

Sebaliknya, productmarket fit juga bisa dikenali jika hal tersebut tidak tercapai. Misalnya pelanggan merasa tidak mendapatkan nilai lebih dari produk, minimnya penyebaran informasi dari mulut ke mulut dan beberapa tanda-tanda lain.

Productmarket fit memang penting dan krusial, terlebih bagi bisnis yang masih di tahap awal. Meski demikian mendapatkan productmarket fit tidak serta merta menandakan kesuksesan jangka panjang sebuah bisnis. Productmarket fit, sama seperti hal lain tetap bisa berubah, tergantung bagaimana bisnis menyikapinya. Mendapatkan produk-market fit juga tidak secara otomatis memenangkan sebuah layanan atau produk dari kompetisi dengan pesaing bisnis lainnya. Perbaikan dan inovasi-inovasi tetap penting.

Productmarket fit sendiri sebenarnya berakar dari perubahan. Perubahan deskripsi produk, perubahan tampilan, perubahan nama brand, perubahan visi, perubahan tim dan perubahan-perubahan lainnya. Perubahan ini tentu didasari oleh banyak, salah satu yang paling penting adalah didasarkan pada masukan pengguna. Mendengarkan apa yang pelanggan inginkan merupakan hal krusial, dan tugas untuk mencari productmarket fit ini sebenarnya tugas semua lini di bisnis atau perusahaan, bukan tugas satu atau dua orang.

Ada satu indikator yang setidaknya bisa menjadi penilaian apakah sebuah produk atau layanan bisa mendapatkan productmarket fit. Rekomendasi pelanggan. Jika pelanggan sudah mulai merekomendasikan produk atau layanan ke teman-teman mereka ini bisa menjadi tanda bahwa produk atau layanan tersebut mendapatkan productmarket fit atau setidaknya memenuhi kebutuhan mereka.

Beberapa Alasan Pentingnya Belajar Kemampuan Analisis Data

Data selain membawa sesuatu yang baru bagi perusahaan juga menambah kebutuhan baru, salah satunya ahli yang menguasai kemampuan analisis data. Baik itu Chief Data Officer langsung atau orang yang berada di dalam tim yang bertugas untuk mencari wawasan baru dari data. Berikut beberapa alasan mengapa di era sekarang penting untuk menguasai kemampuan analisis data.

1. Analisis data sekarang menjadi prioritas berbagai organisasi

Data menjelma sebagai penentu persaingan di pasar. Dengan data perusahaan atau bisnis bisa menemukan formula yang tepat untuk membuat sebuah produk atau layanan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat. Atau juga keperluan personalisasi pelanggan mereka untuk bisa meningkatkan pengalaman pengguna.

2. Jumlah lowongan untuk analisis data yang meningkat

Dengan banyaknya perusahaan yang mulai menyadari keperluan data dan mulai berinvestasi untuk ranah ini secara otomatis lowongan pekerjaan untuk para ahli analisis data juga meningkat. Skill set analisis data ini menjadi salah satu paling bernilai untuk masa-masa sekarang. Karena kondisi suplai untuk

3. Big data analisis sekarang sudah menjadi tren di banyak bisnis

Data yang melimpah dan kemampuan menganalisis data adalah pelengkap untuk teknologi big data. Jika sekarang big data mulai jadi buah bibir mulai dari bisnis tingkat perusahaan rintisan hingga perusahaan mapan kemampuan analisis adalah satu hal yang paling dicari.

4. Banyak jabatan yang bisa dipilih

Selain lowongan kerja yang kian banyak, posisi atau jabatannya pun beragam, mulai dari spesialis metrik dan analisis, analis data, big data engineer, konsultan analisis data dan lain-lain.

5. Akan menjadi salah satu posisi penting dalam perusahaan

Data yang posisinya sangat sentral di bisnis bisa juga membawa para ahli analisis data sebagai orang penting di perusahaan. Perannya yang mampu memberikan wawasan sebagai bahan pertimbangan keputusan para elite manajemen perusahaan tak mampu terelakkan.

Sebagai teknologi yang terus berkembang dan kebutuhan inovasi yang terus mendesak kemampuan analisis data menjadi salah satu yang penting dan wajib untuk dikuasai oleh orang-orang yang ingin mengambil peluang.


Disclosure: DailySocial bekerja sama dengan Bigdata-madesimple.com untuk seri penulisan artikel tentang big data.

Tanggung Jawab Chief Data Officer Ubah Data Jadi Sesuatu yang Berguna

Aliran deras data dari berbagai kanal pemasaran dan kanal-kanal lain menjadi pekerjaan serius bagi bisnis. Belum lagi teknologi IoT (Internet of Things) yang bisa mengalirkan data real time yang lebih deras dari biasanya. Kondisi ini memaksa bisnis atau perusahaan menempatkan orang-orang khusus untuk mengemban tugas ini. Memelihara data dengan memastikan kualitasnya sekaligus mengekstrak nilai-nilai yang ada di dalamnya.

Menumpuknya banyak data memaksa bisnis untuk mengambil sesuatu yang bermanfaat dari data-data tersebut. Banjir data harus segera dimanfaatkan untuk tujuan bisnis dan rencana-rencana strategis seperti memahami secara mendalam kebutuhan pelanggan tanpa harus mengajukan pertanyaan dari mereka, menciptakan produk dan layanan baru yang depersonalisasi tanpa merumitkan mereka, mengelola risiko dan memenuhi tuntutan petuturan, dan lain sebagainya.

Banyak kemungkinan positif dari pengelolaan data yang memaksa para petinggi bisnis dan perusahaan menempatkan beberapa persen modal perusahaan mereka untuk berinvestasi ke alat atau perangkat lunak untuk pengolahan data dan profesional yang bertanggung jawab untuk masalah data.

Memanfaatkan data untuk membangun sebuah model prediksi yang bisa melakukan skenario tertentu menjadi salah satu alasan kuat mengapa Chief Data Officer diperlukan. Peran ini membutuhkan kombinasi pengalaman di ranah bisnis dan data manajemen, termasuk juga kemampuan matematika dan statistik dan membangun model prediksi dan perspektif.

Chief Data Officer juga memiliki tanggung jawab berat, salah satunya adalah menyuguhkan wawasan dari data-data yang ada sebagai pendukung keputusan. Termasuk juga prediksi-prediksi yang akan datang dari data-data yang dikumpulkan.

Secara umum Chief Data Officer diharapkan mampu membawa bisnis meningkatkan market share dengan memanfaatkan data yang ada dengan kemampuan-kemampuan yang ia miliki. Tentu Chief Data Officer tidak sendirian, umumnya tim data, selain Chief Data Officer, juga dilengkapi dengan perangkat-perangkat lunak canggih, staf-staf profesional lain dan juga seluruh elemen perusahaan yang menjaga kualitas data yang menjadi tanggung jawab masing-masing.


Disclosure: DailySocial bekerja sama dengan Bigdata-madesimple.com untuk seri penulisan artikel tentang big data.

Data Management System Bisa Jadi Solusi Bisnis Mengelola Data

Data adalah satu hal yang paling disorot beberapa tahun belakang. Data dinilai mampu memberikan peran penting dalam bisnis. Tepatnya bisa membawa bisnis ke sesuatu yang lebih baik. Banyak bisnis dan perusahaan mulai berinvestasi untuk bisa mengoptimalkan penggunaan data dalam organisasinya. Salah satu solusi yang mungkin bisa diterapkan adalah mengadopsi Data Management System (DMS). Hadirnya DMS ini sedikit banyak bisa membantu beban orang-orang yang bertanggung jawab atas data-data perusahaan. Beberapa hal yang bisa dilakukan DMS ini antara lain administrasi data, organisasi data, solusi penyimpanan data, dan efisiensi dari segi pengolahan.

Pertumbuhan data di bisnis atau perusahaan memang tengah melaju dengan cepat. Produksi data mulai meningkat tajam seiring banyaknya saluran-saluran yang mendapatkan data. Untuk itu data-data harus dikelola dengan baik. DMS menawarkan solusi untuk semua itu.

DMS menawarkan sebuah sistem yang mampu mengelola dokumen dan menjamin kualitas data, termasuk dengan meningkatkan kemampuan mengorganisasi data sehingga mempermudah untuk proses-proses lanjutan, seperti pencarian, membuat aturan-aturan dasar, melacak, dan menganalisis data.

Untuk penyimpanan, DMS menawarkan solusi untuk penyimpanan data yang diklaim akan lebih baik. Meningkatnya jumlah data pasti akan diikuti dengan volume data yang terus tumbuh. DMS menjanjikan solusi untuk mengurus hambur semua dokumen bisnis yang ada. Data akan dikumpulkan, diproses, dan disimpan dalam cloud. Ini secara berkala akan mengurangi penggunaan media penyimpanan konvensional. Meski isu-isu mengenai kepercayaan dan data-data krusial harus diselesaikan di awal.

Dengan administrasi dan organisasi secara otomatis DMS menawarkan sebuah alur kerja yang lebih efisien. Kecepatan akses, proses, dan menyajikan data menjadi salah satu keunggulan dari DMS yang bisa menjadi bahan pertimbangan.

Untuk isu keamanan, dengan adanya kemampuan untuk membuat aturan-aturan yang ketat perihal siapa mengakses apa dalam perusahaan DMS bisa menjadi solusi untuk menambal celah-celah kebocoran data dari dalam atau dari luar. Meski ancaman-ancaman keamanan tidak bisa dicegah 100%, setidaknya DMS bisa meminimalkan hal itu.


Disclosure: DailySocial bekerja sama dengan Bigdata-madesimple.com untuk seri penulisan artikel tentang big data.

Menilik Tools dari Facebook yang Bisa Digunakan Pengembang Lokal

Facebook merupakan salah satu media sosial paling laris di dunia, termasuk di Indonesia. Dengan 1,65 miliar pengguna setiap bulan, jelas saja Facebook menjadi platform yang cukup ideal untuk pengembangan bisnis. Di Indonesia sendiri terdapat lebih dari 84 juta orang menggunakan Facebook, dan potensi ini yang ditawarkan kepada pengembang dan bisnis untuk dapat dijadikan salah satu strategi penguatan bisnis.

Dalam waktu dekat, Facebook juga akan menyelenggarakan “Facebook Indonesia Developer Challenge 2016“, yang mengajak para pengembang lokal untuk berinovasi mengembangkan layanan digital (dalam bentuk aplikasi mobile atau website) yang terintegrasi dengan berbagai fitur dalam Facebook. Acara ini akan dimulai pada bulan Agustus mendatang, diawali dengan roadshow di berbagai kota meliputi Yogyakarta, Surabaya, Jakarta dan Bandung. (Selengkapnya dapat disimak di sini).

Untuk developer, terutama di segmentasi startup dan UMKM, Facebook menawarkan produk dan solusi yang dapat diintegrasikan dan membawa bisnis mereka melebih maju, terutama dalam menjaring konsumen. Salah satunya Facebook Login, yang sangat memudahkan pengembang untuk membuat sebuah kanal Single Sign-On untuk kebutuhan aplikasi atau layanan web. Sehingga pengguna tidak perlu lagi membuat modul untuk registrasi.

Kini Facebook Developer kian memanjakan developer dengan kategori lengkap layanan end-to-end untuk membantu produk digital menjadi lebih menjangkau konsumen. Tepatnya ada lima kategori, yaitu:

  • Build; berisi berbagai fitur pengembangan untuk mendukung fungsional registrasi di sebuah layanan aplikasi, salah satunya mempermudah pengguna untuk tidak perlu lagi membuat akun baru, melainkan cukup menggunakan akun Facebook yang dimiliki untuk masuk ke sebuah layanan digital. Produk di kategori ini meliputi Facebook Login, Account Kit, App Links dan berbagai sumber Open Source yang mendukung.
  • Growth and Engagement; memudahkan pengembang aplikasi untuk meningkatkan ekosistem pengguna dengan bantuan kanal Facebook, mulai dari alat untuk sharing hingga iklan digital. Produk di kategori ini meliputi Sharing on Facebook, Messenger Platform, Facebook App Ads, Facebook App Invites, Facebook Social Plugins, Profile Expression Kit dan Push Notifications.
  • Monteization; dapat dimanfaatkan oleh developer untuk meningkatkan revenue dengan solusi berbasis sosial. Layanan ini dikemas dalam produk Facebook Audience Network.
  • Analytics; berguna bagi developer untuk menganalisis traksi pengguna layanan. Produk di kategori ini meliputi Facebook Analytics for Apps, Sharing Insights dan Insights for Pages.
  • Verticals; memudahkan developer dengan solusi pemasaran terpadu dari Facebook. Produk di kategori ini meliputi Games with Facebook, Marketing Developers, Media Solutions dan Facebook Live API.
  • Programs; berisi serangkaian acara yang dapat diikuti oleh developer untuk pengembangan diri. Terdapat beberapa program yang dapat diikuti, seprti F8, FbStart, ThreatExchange dan Marketing API Accelerator.

Selain fitur-fitur yang dapat dimanfaatkan di balik layar tersebut, memanfaatkan fungsionalitas Facebook sebagai media sosial, platform dan layanan lain kini turut diintegrasikan untuk membantu pengembang. Mulai dari Messenger, Instagram, Oculus, hingga program Internet.org untuk menjangkau kalangan pengguna internet baru di dunia.

Alat pengembangan juga turut dihadirkan untuk memudahkan developer berkarya

Perangkat lunak pendukung developer untuk mengembangkan sebuah layanan digital adalah Software Development Kit (SDK). Varian SDK yang diberikan Facebook saat ini sudah sangat lengkap untuk platform-platform populer, mulai dari iOS, Android, PHP, JavaScript dan Unity. Developer juga dimanjakan dengan berbagai tools untuk merancang dan menguji keandalan fitur Facebook yang diimplementasikan ke dalam layanannya. Termasuk Graph API Explorer, Open Graph Deubber, hingga Facebook Analytics for Apps.

Menggunakan pendekatan social-platform sebuah produk digital sangat mungkin berkembang di era masa kini, saat pengguna yang sudah makin terbiasa dan menikmati fasilitas media sosial. Terutama untuk meningkatkan traksi pengguna layanan. Karena untuk berkembang sebuah layanan perlu memiliki ekosistem pengguna yang solid sehingga tercipta product lifecycle yang produktif.

Artikel ini adalah kolaborasi antara Facebook dengan DailySocial dalam program Facebook Indonesia Developer Challenge 2016. Kompetisi inovasi aplikasi yang menantang pengembang lokal untuk berinovasi mengembangkan solusi berbasis social-platform. Ikuti DailySocial untuk informasi selanjutnya terkait program ini dan kunjungi laman resminya di http://fb.hacks.id.