Snapchat Selangkah Lagi Akuisisi Aplikasi Pencarian dan Rekomendasi, Vurb

Snapchat tampaknya sedang mencari cara instan untuk memperkaya fitur di dalamnya. Menurut laporan The Information, aplikasi pesan instan dan jejaring sosial tersebut sedang terlibat pembicaraan serius untuk mengakuisisi Vurb, aplikasi pencarian dan penjelajah dengan mahar disebutkan sebesar $110 juta.

Masih dari sumber yang sama, 75% dari total mahar tersebut akan dibayarkan oleh Snapchat dalam bentuk saham, sementara sisanya akan dicairkan dalam bentuk tunai. Snapchat juga mungkin akan menggaet Bobby Lo, founder Vurb untuk bergabung dalam tim mereka.

Vurb adalah aplikasi pencarian yang membantu pengguna memperoleh informasi yang relevan dan alat bantu dari aplikasi dan layanan lainnya dalam satu interface.

Fitur-fitur yang disuguhkan oleh aplikasi Vurb
Fitur-fitur yang disuguhkan oleh aplikasi Vurb

Vurb melakukan integrasi berbagai aplikasi seperti Yelp, Uber, Fandago, Netflix, Google Maps, dan Foursquare. Membantu pengguna dengan memberikan rekomendasi yang didasarkan pada kesukaan individu. Misalnya, rekomendasi event, cuaca, fim baru, buku best seller, lokasi menarik, transportasi yang tersedia dan lain-lain. Semua informasi yang dianggap relevan akan disuguhkan dalam interface kartu yang rapi dan enak dilihat. Jika Anda pernah menggunakan Google Now, Vurb kurang lebih punya cara kerja yang sama.

Bergabungnya Vurb akan memberikan amunisi baru berupa fitur pencarian seperti yang diterangkan barusan. Membantu Snapchat untuk meraih apa yang sudah Facebook capai sejauh ini, memungkinkan aplikasi pihak ketiga menggunakan kapabilitas layanan dan memperluas ekosistem yang tercakup. Dengan cara ini, Snapchat berharap dapat meningkatkan durasi penggunaan aplikasi dan menjawab kebutuhan pengguna.

Menilik pada fitur yang sudah ditanamkan oleh Snapchat, kemungkinan besar teknologi Vurb akan diintegrasikan dengan fitur Discover yang sejauh ini jadi andalan Snapchat untuk memperoleh interaksi dari para pengguna setianya.

Application Information Will Show Up Here

 

Sumber gambar header Vurb.

Microsoft Akuisisi Layanan Live Streaming Interaktif Beam

Kehadiran YouTube Gaming yang dipicu oleh popularitas Twitch membuktikan bahwa live streaming berperan besar dalam industri gaming. Dari situ akan terbentuk komunitas yang loyal, dan hal ini sepertinya terdengar menggiurkan bagi Microsoft.

Pada tanggal 11 Agustus kemarin, raksasa teknologi asal kota Redmond tersebut secara resmi mengakuisisi sebuah layanan live streaming bernama Beam. Beam mungkin terdengar asing di telinga Anda mengingat ia baru diluncurkan pada bulan Januari lalu, tapi dalam kurun waktu beberapa bulan saja, komunitasnya sudah bertumbuh pesat menjadi 100 ribu pengguna.

Apa yang membuat Beam begitu berkarisma hingga akhirnya Microsoft pun tertarik untuk membelinya? Well, Beam merupakan sebuah layanan live streaming interaktif, dimana interaksi broadcaster dan penonton lebih dari sekadar chatting secara real-time.

Dalam Beam, penonton bisa aktif mempengaruhi sesi gaming sang broadcaster dengan memberikan tantangan-tantangan unik secara real-time. Di Minecraft misalnya, penonton bisa membatasi jenis tool yang bisa dipakai oleh broadcaster melalui sebuah panel kontrol visual.

Sederhananya, penonton akan diajak ikut ‘bermain’ bersama broadcaster dalam Beam. Hal inilah yang membuat Beam terkesan unik di tengah-tengah sederet layanan live streaming lainnya, dimana umumnya interaksi antara penonton dan broadcaster hanya berlangsung pasif.

Akuisisi ini akan menempatkan Beam menjadi bagian dari Team Xbox. Ke depannya, Beam menjanjikan deretan fitur baru beserta integrasi game yang tentu saja telah diberi bumbu interaktif.

Sumber: Microsoft dan Beam.

Lima Hal yang Perlu Diterapkan Agar Startup Diakuisisi

Banyak alasan mengapa pada akhirnya pemilik startup memilih untuk diakuisisi, di antaranya adalah untuk mendapatkan keuntungan atau berencana mendirikan startup lainnya, mereka yang kemudian memilih keputusan tersebut juga dikenal dengan sebutan ‘serial entrepreneur.’

Mendirikan startup dengan tujuan akhir di akuisisi sudah menjadi hal yang umum di kalangan pelaku startup. Untuk itu jika saat ini startup Anda telah menjalankan bisnis yang cukup positif dan berencana untuk melakukan exit dengan cara diakuisisi, ada beberapa cara tepat yang perlu untuk diterapkan.

Memiliki pasar yang menjanjikan

Startup yang baik adalah mereka yang memiliki layanan atau produk yang disukai oleh banyak orang, artinya sebelum Anda memutuskan untuk melancarkan rencana startup diakuisisi, pastikan dulu produk Anda disukai dan telah memiliki jumlah pelanggan yang banyak dan terus bertambah. Pada akhirnya pihak yang nantinya akan mengakuisisi startup Anda berharap akan mendapatkan keuntungan dengan mengakuisisi startup Anda. Semakin banyak jumlah pelanggan yang Anda miliki semakin besar kesempatan startup Anda diakuisisi.

Produk digunakan setiap hari

Salah satu jenis startup favorit yang menjadi incaran dari investor adalah, startup yang memiliki produk atau layanan yang dibutuhkan dan digunakan oleh orang banyak setiap harinya. Dengan demikian memang terbukti bahwa produk yang dibuat bersifat esensial dan diperlukan setiap harinya untuk mempermudah dan membantu kehidupan orang banyak. Hal tersebut yang kemudian menarik perhatian investor dan perusahaan yang akan mengakuisisi, yaitu jika startup bisa menciptakan hubungan baik dan berkelanjutan dengan pelanggan yang tentunya bisa menambah pendapatan setiap harinya.

Produk yang menarik dan mudah digunakan

Sudah banyak startup hingga perusahaan teknologi yang menginvestasikan uang mereka untuk membuat produk yang menarik, bermanfaat dan tentunya mudah digunakan. Menjadi hal yang percuma jika Anda telah menerapkan teknologi terkini namun sulit untuk diadopsi oleh pengguna. Untuk itu jika Anda berencana untuk menarik perhatian pihak terkait untuk mengakuisisi startup, pastikan produk yang Anda buat mudah untuk digunakan.

Memiliki tim yang solid

Salah satu alasan utama perusahaan kemudian memutuskan untuk mengakuisisi startup adalah talent atau anggota tim yang solid dan berbakat. Untuk itu jika saat ini Anda merasa telah memiliki anggota tim yang memiliki kapabilitas yang prima dan tentunya saling mendukung, tidak akan sulit untuk menarik perhatian perusahaan besar yang tepat untuk kemudian mengakuisisi startup.

Bisa mengelola keuangan dengan baik

Jika saat ini startup Anda mampu mengelola pengeluaran dengan baik dan mampu mengontrol terjadinya pemborosan, bersiaplah untuk dilirik oleh investor hingga perusahaan yang berniat untuk mengakuisisi startup Anda. Startup yang baik dan ideal adalah startup yang mampu menunjukkan profit dengan stabil dan juga mampu untuk menekan pengeluaran dengan baik. Untuk itu sebagai pemilik startup dan pimpinan, Anda wajib untuk mencermati kegiatan finansial di startup Anda dengan seksama.

Dorong Ekspansi di Pasar Amerika, LeEco Beli Vizio

Dalam gelaran konferensi pers di Los Angeles, produsen TV dan juga sound bar Vizio mengumumkan bahwa dirinya akan segera “berlabuh” ke perusahaan elektronik asal Tiongkok, LeEco. Akuisisi yang melibatkan uang sebesar $2 miliar itu dibeberkan sendiri oleh CEO Vizio, William Wang.

Di tengah-tengah pidatonya, Wang mengaku merasakan perasaan yang campur aduk. Sebagai pemilik dari Vizio, ia berat hati untuk melepasnya. Tapi sebagai CEO, ini adalah keputusan yang tepat demi para staff dan pemegang saham.

Vizio memang saat ini belum setenar LG ataupun Samsung, tapi dalam beberapa tahun terakhir mereka merupakan salah satu perusahaan yang mempunyai ratio kualitas berbanding harga yang paling baik. Tak heran bila di Amerika, mereka punya pangsa pasar yang besar lagi loyal. Banyak orang menyebut pencapaian Vizio sebagai kisah “American dreams” sejati.

Sementara itu LeEco belakangan mulai sering kita dengar namanya di headline yang berkaitan dengan smartphone. Yap, di tahun 2016 ini saja sedikitnya ada 3 perangkat smartphone yang lahir di bawah panji mereka. Dan ekspansi LeEco sudah merambah tanah Bollywood sebelum menginvasi Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Markas besar mereka di Amerika bahkan sudah diresmikan sejak April lalu.

Jika Anda belum pernah mendengar nama LeEco, harap dicatat dan diingat karena tak lama lagi kita akan lebih sering bersua dengannya. LeEco adalah perusahaan asal Tiongkok yang mempunyai rentang produk yang sangat luas, meliputi perangkat elektronik mobil, sepeda, smartphone, TV kabel dan juga televisi. Invasi ini demi satu tujuan, menghasilkan sebuah ekosistem yang unik yang menghadirkan pengalaman lebih baik.

Selama ini Vizio kerap menggaet Walmart dan Costco untuk mendistribusikan produk-produknya. Jika ekspansi LeEco ke Amerika Serikat terus digenjot, maka kemungkinan besar produk Vizio akan bersanding dengan produk berlabel LeEco di toko-toko retail tersebut. Saat ini, Vizio tetap akan bermarkas di California, sementara LeEco bertempat di Silicon Valley.

Sebagai bagian dari kesepakatan, LeEco akan memegang hak teknologi Vizio selama 10 tahun untuk dibenamkan di perangkat televisinya. LeEco juga mempertahankan kesepakatan distribusi Vizio seperti apa adanya, memberikan jangkauan yang luas secara instan kepada LeEco ke pasar Amerika Serikat.

Sumber berita Ubergizmo dan TheVerge.

Verizon Resmi Miliki Bisnis Utama Yahoo!

Verizon Communications Inc, perusahaan telekomunikasi yang berbasis di New York, Amerika Serikat merilis sebuah siaran pers yang isinya menyatakan bahwa pihaknya sudah mencapai kesepakatan untuk mengakuisisi bisnis internet utama Yahoo! senilai US$ 4,83 miliar atau setara dengan Rp 62,8 triliun.

Akuisisi ini menurut Verizon akan memperkuat bisnis AOL yang sebelumnya sudah mereka caplok pada tahun lalu dengan nilai yang juga fantastis. Jika digabungkan, maka Verizon akan menjelma menjadi salah satu perusahaan dengan portofolio terbesar dengan lebih dari 25 brand dan akan terus tumbuh seiring dengan ekspansi serta investasi.

Sebagai gambaran, Verizon punya Huffington Post milik AOL dan setelah proses akuisisi selesai, mereka dapat mengawinkannya dengan Yahoo Finance. Keduanya bakal menjelma menjadi satu entitas yang menakutkan. Google dan Facebook patut waspada.

Yahoo! merupakan salah satu perusahaan pelopor yang berjasa memperkenalkan internet kepada dunia. Sejumlah produk mereka tawarkan, selain tentu mesin pencari yang tak kalah akurat dari Google, Yahoo! juga menawarkan sejumlah produk sambilan seperti berita, cuaca, card game, mailing list, chat dan email.

Aset kunci Yahoo! dinilai terletak pada beberapa kategori, yaitu berita, keuangan, olahraga dan layanan email yang sampai hari ini tercatat masih mempunyai 225 juta pengguna setia yang aktif setiap bulannya. Sebagian besar aset tersebut didapatkan oleh Verizon dengan mahar kurang dari $5 miliar.

Akusisi ini membuat Yahoo memisahkan aset utamanya dari perusahaan jaringan internet raksasa Tiongkok, Alibaba. Verizon nantinya hanya menguasai produk-produk internet, bisnis media termasuk kantor pusat di Sunnyvale seluas 1 juta hektare dengan 4.000 karyawan.

Yahoo! sendiri bak raksasa terluka yang berjalan terseok-seok, tergerus oleh persaingan dengan Google dan meroketnya pertumbuhan Facebook. Situasi pelik yang kemudian menyebabkan hilangnya kepercayaan sejumlah investor yang dipelopori oleh Starboard Value LP terhadap kepemimpinan Marissa Mayer. Mayer ditunjuk sebagai CEO sejak tahun 2012 lalu dan dianggap gagal melakukan perubahan signifikan. Walhasil, perusahaan sepakat untuk mengambil strategi alternatif, salah satunya adalah melego aset.

Mayer sendiri mengatakan keinginannya untuk bertahan di Yahoo setelah kesepakatan ini selesai. Namun Marni Walden, EVP dan President of the Product Innovation and New Businesses di Verizon, mengatakan bahwa pihaknya belum membuat keputusan terkait hal itu.

Perusahaan Besar Lebih Memilih untuk Mengakusisi Startup karena Kecepatan Akselerasi Bisnis

Bisnis startup banyak diperbincangkan karena selain solusi yang diberikan bisa menyelesaikan masalah dengan mudah, bisnis ini juga bisa menjadi pesaing baru bagi perusahaan-perusahaan besar. Tak jarang perusahaan besar kewalahan bersaing dengan startup, namun banyak juga yang akhirnya membeli atau mengakuisisi startup untuk perkembangan bisnisnya. Ini menarik, mengapa perusahaan tidak membuat startup sendiri, toh dari segi pasar dan finansial mereka cukup mapan?

Diskusi mengenai topik ini sebenanarnya sudah banyak dibahas dan salah satunya ada di diskusi Quora. Pada dasarnya keputusan perusahaan besar mencaplok startup memiliki banyak latar belakang beragam. Tapi, banyak di antaranya yang memutuskan untuk membeli startup dilatarbelakangi oleh alasan  bahwa sebuah startup  bisa menjadi paket komplit.

Startup memang tidak memiliki sumber daya yang besar seperti perusahaan-perusahaan mapan, tetapi inovasi yang dilengkapi dengan teknologi menjadikan startup pilihan yang menarik bagi para pelanggan. Di sisi lain, pasar dari bisnis startup juga sudah terlihat, ada para ahli di dalamnya, dan mungkin beberapa pelanggan setia milik startup. Ini akan menghemat lebih banyak waktu dibanding perusahaan membangun bisnis baru dari awal.

Selain itu ada pernyataan seperti, “Jika kau tidak ingin melawan seseorang, bergabunglah dengan mereka” yang bisa dikaitkan dengan alasan mengapa perusahaan besar akhirnya membeli sebuah startup.

Dengan membeli startup, perusahaan tidak hanya bisa mengakuisisi bisnis, tetapi juga mendapatkan talenta-talenta di dalamnya yang sudah terbukti dengan sumber daya seadanya bisa membuat sebuah bisnis yang dilirik di pasaran. Jadi, lebih baik menempatkan mereka ke dalam tim dibanding mendapati mereka sebagai saingan.

Ada kalanya startup yang diakuisisi tidak hanya startup yang sedang naik daun. Startup yang sedang ‘goyang’ dari segi finansial pun kadang ‘menyelamatkan’ dirinya dengan menawarkan kepemilikan kepada pihak lain yang biasanya sebuah perusahaan yang lebih besar darinya.

Untuk kasus tersebut, lebih banyak faktor yang dipertimbangkan. Contohnya, seperti menyelamatkan brand yang sudah lama dikenal atau mencoba membantu startup tersebut dengan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Karena mungkin penyebabab ‘goyang’-nya startup tersebut gagal adalah kekurangan sumber daya, baik talenta maupun finansial yang bisa ditutupi oleh sumber daya perusahaan besar.

Tapi, pada umumnya perusahaan lebih melihat pada waktu yang mereka perlukan untuk membangun sebuah startup. Waktu adalah uang. Tak mudah untuk membangun sebuah bisnis dari awal lagi karena ada banyak hal yang harus dipersiapkan. Mulai dari membangun tim baru, legalitas, akuisisi pasar, dan lain sebagainya.

Perusahaan akan lebih memilih untuk membeli startup dibanding memulainya dari awal karena waktu dan tenaga yang dihabiskan untuk memulai bisnis baru bisa dihemat, kecuali ada pertimbangan lain seperti ego dan lainnya.

Pabrikan Headphone Skullcandy Dibeli oleh Produsen Casing Ponsel Incipio

Casing sudah ibarat komoditi di zaman yang didominasi oleh smartphone ini. Kalau tidak, pabrikan casing seperti Incipio tidak bisa menjadi sebesar ini. Berawal dari sebuah startup yang berdiri di tahun 1999, mereka sekarang malah mengakuisisi sejumlah pabrikan besar macam Incase, Braven dan Tavik.

Kalau ketiga pabrikan tersebut terdengar biasa-biasa saja di telinga Anda, bagaimana dengan Skullcandy? Yup, pabrikan headphone berdesain trendi tersebut belum lama ini diakuisisi oleh Incipio senilai $177 juta, memantapkan posisi Incipio sendiri sebagai salah satu pemain utama di pasar komoditi elektronik.

Skullcandy sendiri memupuk reputasinya selama beberapa tahun dengan berfokus pada kalangan muda-mudi. Mereka juga memiliki sub-brand Astro Gaming yang memasarkan gaming headset, dan akuisisi ini juga berarti Astro Gaming ikut mempunyai ‘tuan’ baru.

Penggemar setia Skullcandy tidak perlu khawatir vendor perangkat audio favoritnya akan turun gunung setelah dibeli oleh Incipio, sebab brand Skullcandy tidak akan terpengaruh sama sekali dan akan terus menawarkan headphone, earphone maupun speaker Bluetooth dengan harga dan kualitas yang berimbang.

Jadi, ya, akuisisi ini memang tidak berarti banyak buat kita sebagai konsumen. Namun setidaknya kita sekarang jadi tidak menganggap remeh aset yang dimiliki oleh sebuah produsen casing ponsel.

Sumber: The Verge dan GlobeNewswire. Gambar header: Red Touch Media / Flickr.

Twitter Akuisisi Magic Pony untuk Dorong Pengembangan Machine Learning

Keseriusan Twitter mengembangkan teknologi Machine Learning tampaknya bukan sekadar mencari sensasi. Setelah mengakuisisi Madbits  dan Whetlab di tahun 2014 dan 2016, kali ini perusahaan bergambar burung berkicau tersebut kembali melakukan ekspansi bisnis dengan mengakuisisi startup Magic Pony Technology yang juga mengembangkan teknologi machine learning.

Magic Pony adalah startup yang bermarkas di London yang mengembangkan teknik penggunaan jaringan syaraf dan mesin pembelajar untuk memperluas data gambar. Penerapan teknologi ini misalnya untuk meningkatkan kualitas foto atau video yang dijepret dari ponsel atau membantu mengembangkan grafis untuk keperluan virtual reality ataupun implementasi augmented reality.

Berkaca pada latar belakang itu, maka pembelian Magic Pony ini tampaknya merupakan salah satu cara paling tepat untuk memperkaya layanan foto dan video di aplikasi kepunyaan Twitter. Di awal tahun, Twitter juga pernah mengungkapkan adanya proyek penelitian teknologi machine learning yang secara khusus menargetkan sebuah algoritma yang dapat meningkatkan resolusi video berkualitas rendah menggunakan grafis biasa.

CEO Twitter, Jack Dorsey dalam tulisannya mengatakan bahwa teknologi machine learning Magic Pony akan membantu mereka membangun kekuatan tim dengan bakat-bakat kelas dunia. Sehingga Twitter dapat terus menduduki tempat terbaik.

Magic Pony sendiri terdiri atas 11 tim bergelar PhD dan mempunyai latar belakang yang sangat baik dalam teknologi computer vision, neuroscience dan deep learning. Pasca akuisisi, tim di belakang Magic Pony akan bergabung dalam tim Twitter Cortex, sekumpulan ahli yang bekerja menciptakan produk yang memudahkan orang untuk berbagi dan berpartisipasi.

Sumber berita Twitter dan Magic Pony.

Microsoft Akuisisi Wand Labs untuk Genjot Perkembangan Teknologi Chatbot

Baru beberapa hari setelah mengakuisisi LinkedIn senilai $26,2 miliar, Microsoft sudah melirik perusahaan lain untuk dipinang seluruh asetnya, yaitu Wand Labs. Meski skalanya tidak sebesar LinkedIn, akuisisi Wand Labs memegang peran penting dalam realisasi visi Microsoft ke depannya.

Visi tersebut adalah seputar chatbot atau bot, dimana Microsoft sempat menyinggungnya dalam event tahunan Build beberapa bulan yang lalu. Di mata Microsoft, bot nantinya berpotensi menjadi platform percakapan yang dapat diintegrasikan ke berbagai layanan maupun aplikasi, mewujudkan berbagai fitur otomatisasi yang efektif.

Kembali ke kabar soal akuisisi ini, Wand Labs sendiri merupakan pengembang aplikasi pesan instan yang cukup unik. Unik karena aplikasi tersebut menerapkan integrasi berbagai layanan dengan bantuan bot sebagai perantaranya. Dari sini saja sebenarnya sudah menjelaskan mengapa Microsoft tertarik mengakuisisi Wand Labs.

Didirikan pada tahun 2013, Wand Labs telah mematangkan teknologi di bidang natural language processing maupun integrasi mulus dengan developer pihak ketiga. Konsep yang ditawarkan aplikasi Wand, dimana pengguna bisa mengakses berbagai layanan hanya dengan memakai keyboard dan tanpa berpindah aplikasi, juga sejalan dengan fitur Skype Bots yang dicanangkan Microsoft.

Singkat cerita, kehadiran tim Wand Labs akan semakin mendorong komitmen sekaligus progress Microsoft dalam mengembangkan bot sebagai platform di masa yang akan datang. Tidak cuma itu, Microsoft juga optimis bahwa Wand Labs dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap entitas pintar di balik Bing.

Sumber: Microsoft dan Wand Labs.

Microsoft Akuisisi LinkedIn Senilai $26,2 Miliar

Di tengah-tengah kemeriahan konferensi Xbox di E3 2016, Microsoft rupanya punya kejutan lain yang tidak terduga. Perusahaan pimpinan Satya Nadella tersebut baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka hendak mengakuisisi LinkedIn senilai $26,2 miliar.

Kabar ini terbilang mengejutkan mengingat LinkedIn merupakan perusahaan yang cukup besar, melayani jaringan jutaan kaum profesional di seluruh dunia. Di sisi lain, ini merupakan akuisisi terbesar Microsoft selama berada di bawah pimpinan Satya Nadella dalam dua tahun terakhir.

Sejauh ini Microsoft belum mengungkapkan rencana spesifik terkait apa yang akan mereka lakukan setelah resmi menjadi pemilik LinkedIn di akhir tahun nanti. Dalam siaran persnya, Satya hanya mengatakan bahwa LinkedIn bisa menggenjot pertumbuhannya bersama Microsoft, dan Microsoft sendiri bisa mempercepat pertumbuhan layanan Office 365 dan Dynamics CRM.

Praktisnya kira-kira seperti ini: Microsoft kemungkinan akan memanfaatkan jaringan profesional LinkedIn yang sangat besar untuk menawarkan layanan Office 365 di antara produk lainnya, mendorong komunitas enterprise untuk berinvestasi dalam produk-produk maupun layanan besutan Microsoft. Dari pihak LinkedIn, jejaring sosial tersebut tampaknya bisa diuntungkan oleh pengalaman panjang Microsoft di dunia cloud.

Microsoft sendiri memastikan bahwa LinkedIn masih akan beroperasi secara mandiri, dimana Jeff Weiner masih akan menjabat sebagai CEO LinkedIn dan melapor langsung ke Satya Nadella. Pengguna LinkedIn juga tidak perlu khawatir pengalamannya akan berubah selama proses akuisisi ini.

Sumber: PR Newswire.