Accelerating Asia Kembali Umumkan Startup Binaan, HealthPro Peserta Terpilih dari Indonesia

Accelerating Asia, pemodal ventura sekaligus program akselerator startup tahap awal kembali mengumumkan 10 startup terpilih untuk Cohort 7. Para peserta berasal dari berbagai negara, mulai dari Asia Selatan (Bangladesh, Pakistan), Asia Tenggara (Filipina, Myanmar, Singapura, Malaysia, Indonesia dan Thailand), hingga Asia Timur (Korea).

Program ini bersifat sektor agnostik, dapat diikuti oleh startup dari berbagai lanskap industri. Para startup terpilih di Cohort 7 ini adalah Cocotel, Hishabee, K-Link, Kooky.io, Safe Truck, Shoplinks, Easy Rice Digital Technology, BizB, Ulisse, dan terakhir HealthPro dari Indonesia.

Dalam rilis resminya General Partner Accelerating Asia Amra Naidoo mengungkapkan, investasi baru tersebut membawa portofolio Accelerating Asia menjadi 60 startup dan telah mengumpulkan total investasi lebih dari $50 juta. Untuk peserta di Cohort 7 sendiri telah mengumpulkan $5,2 juta, sebelum bergabung dengan program akselerator.

Investasi baru di Cohort 7 juga diklaim memiliki daya tarik pasar dan pertumbuhan pendapatan dengan nilai rata-rata GMV lebih dari $46.000 per bulan dan rata-rata pendapatan bulanan lebih dari $13.000.

“Apa yang kami lihat di Cohort 7 adalah semacam inflasi kesuksesan. Sepuluh startup yang kami investasikan memiliki pencapaian yang lebih signifikan dalam pendapatan, akuisisi pengguna, dan metrik lainnya yang biasanya diasosiasikan dengan startup tahap awal.”

Para startup yang lolos dalam Cohort teranyar ini sebelumnya telah melalui proses kurasi ketat. Tercatat ada sekitar 600 startup yang mendaftarkan dalam program.  Jumlah tersebut meningkat hingga 232% sejak batch pertama hingga saat ini.

Sejak tahun 2019, Accelerating Asia telah berinvestasi pada 100 lebih pendiri dari 60 startup, menjadikan mereka sebagai salah satu investor paling aktif di startup tahapan pra-seri A di Asia Tenggara dan Selatan.

Fokus kepada profitabilitas

Menurut Co-founder dan General Partner Craig Bristol Dixon, Accelerating Asia selalu berinvestasi kepada bisnis yang dapat menghasilkan uang secara langsung dan difokuskan kepada rencana keuangan yang cerdas dan pendiri yang dapat memonetisasi celah di pasar dalam jangka pendek.

“Dalam hal investasi kami mengikuti strategi sederhana, yang pertama kami kembali kepada organisasi yang dapat menghasilkan uang dalam iklim ekonomi apa pun, kedua pendiri yang dapat bernavigasi dalam kondisi pasar apapun,” kata Dixon.

Accelerating Asia meluncurkan Fund II pada tahun 2021, Cohort 7 adalah investasi gelombang ketiga untuk Fund II yang akan memberikan modal di seluruh startup pra-seri A di kawasan Asia Tenggara dan Selatan.

“Ketika kami mulai beroperasi beberapa tahun lalu, ide Accelerating Asia masih kepada visi ke depan untuk Asia Pasifik. Sekarang saya senang melihat bahwa itu berjalan dengan baik, lebih banyak startup melakukan scale-up secara cepat. Sebagian besar berkat sistem dukungan yang dapat mereka gunakan,
yang mencakup semuanya, mulai dari acara dan konferensi hingga sindikasi angel investor,” kata Naidoo.

Sejak meluncurkan program mereka sudah banyak startup asal Indonesia yang mengalami pertumbuhan positif. Mulai dari TransTRACK.ID dan Tokban yang merupakan peserta dalam Cohort 6; hingga Karyakarsa yang telah mengumpulkan pendanaan putaran awal senilai $498.000 dari Accelerating Asia, Sketchnote Partners, serta angel investor ternama.

[Video] Melihat Perbedaan Ekosistem Startup Indonesia dan Global dari Kacamata “Venture Capital”

Banyaknya pendanaan yang masuk ke startup yang ada di Indonesia menjadi salah satu pembeda antara ekosistem startup Indonesia dan startup global yang dilihat para investor.

DailySocial bersama Amra Naidoo dari Accelerating Asia membahas bagaimana ekosistem startup di Indonesia memiliki karakter tersendiri yang tak dimiliki startup global, yang justru bisa menjadi poin plus dalam mempercepat pertumbuhan bisnis.

Untuk video menarik lainnya seputar startup dan teknologi, kunjungi kanal YouTube DailySocialTV.

Accelerating Asia Umumkan 11 Startup Cohort Keempat, Satu Startup dari Indonesia

Accelerating Asia, perusahaan modal ventura dan akselerator untuk startup pra-seri A, mengumumkan 11 startup yang masuk ke dalam cohort keempat. Mereka tersebar dari empat negara, yakni Singapura, Indonesia, Pakistan, dan Bangladesh. Ada satu startup lokal yang lolos dalam batch kali ini, yaitu TransTrack.ID.

Co-Founder & General Partner Accelerating Asia Amra Naidoo mengatakan, pada program cohort ke-4 ini telah menyeleksi sebanyak 500 startup yang berasal dari 30 negara. “Dengan hanya 2% startup terpilih, ke-11 startup tersebut akan menjadi bagian dari cohort terbesar kami dan berhak menerima investasi hingga 200 ribu dolar Singapura (senilai lebih dari 2 miliar Rupiah) dari dana modal ventura kami,” tuturnya, Selasa (13/4).

Nama-nama dari 11 startup tersebut adalah Amar Lab, Casa Mia, DoctorKoi, Drive Lah, HandyMama, Independents, KopiDate, Mobiliti, SWAP, Waitrr, dan TransTRACK.ID.

Dirinci lebih jauh, 11 startup ini telah mengumpulkan modal lebih dari 6 juta dolar Singapura sejak awal mengikuti program, membukukan total modal yang dihimpun dari para seluruh portofolio startup Accelerating Asia menjadi lebih dari 30 juta dolar Singapura. Sekitar 70% dari investasi ini terkumpul sejak bergabung dengan portofolio Accelerating Asia.

11 startup Cohort 4 Accelerating Asia / Accelerating Asia
11 startup cohort 4 Accelerating Asia / Accelerating Asia

Dalam waktu satu bulan sejak cohort keempat dimulai, para startup telah mencatat kenaikan pendapatan bulanan sebesar 25%, naik dari rata-rata senilai 45 ribu dolar Singapura hingga mencapai 56 ribu dolar Singapura. Tingkat pertumbuhannya juga telah naik dua kali lipat sejak bergabung, dengan rata-rata pertumbuhan 30% month-to-month, dari sebelumnya sebesar 16%.

Seluruh startup ini mencakup 10 vertikal bisnis yang di antaranya bergerak di properti, online dating, dan pemasaran/periklanan. Bila ditotal dengan seluruh portofolio, kini mencakup lebih dari 20 vertikal yang bergerak di bisnis B2B, B2C, dan B2B2C. Sebanyak 35% startup didirikan oleh perempuan dan 60% gender lens investment (investasi berbasis gender), dengan lebih dari 80% fokus pada dukungan terhadap program Sustainable Development Goals yang dicanangkan oleh PBB.

Satu-satunya startup lokal yang lolos dalam cohort ini adalah TransTRACK.ID. Mereka fokus mengumpulkan data untuk melacak, menganalisis, dan meningkatkan operasi transportasi. Tim pendirinya solid dengan pengalaman mendalam di industri yang sama. Pendapatan per tahun startup ini diklaim naik lebih dari dua kali lipat dan naik sebesar 130% sejak Maret 2020. Sebelum bergabung ke Accelerating Asia, TransTRACK.ID masuk ke dalam jajaran peserta terpilih dalam DSLaunchpad 2.0.

Co-Founder & General Partner Accelerating Asia Craig Dixon menambahkan, pada cohort kali ini pihaknya melakukan sejumlah penyesuaian agar tetap sejalan dengan kondisi pandemi, seperti melirik startup yang berpotensi baik. Salah satunya tercermin dari Amar Lab dan Waitrr yang telah diuntungkan dari dinamika market yang sangat terdampak Covid-19.

“Mereka berada di posisi yang tepat untuk pertumbuhan jangka panjang karena sektor kesehatan dan hospitality global terus mempercepat upaya digitalisasi mereka dalam bentuk layanan jarak jauh dan mobile,” katanya.

Accelerating Asia menawarkan investornya akses lebih awal dan eksklusif dengan startup portofolionya, menyediakan deal-flow terkualifikasi, hak pro-rata, dan opsi pertama untuk investasi yang memenuhi syarat dan akan terus berlanjut pada kuartal II 2021, hingga saat akselerator modal ventura memperluas kemitraan dan peluang investasi.

Ke depannya, perusahaan berencana untuk memperluas kehadiran, mengembangkan jejak yang lebih besar di berbagai pasar melalui perekrutan cohort dan kemitraan dengan pemerintah serta investor. Untuk mendukung ekosistem startup, Accelerating Asia menawarkan program Amplify, sebuah program akselerator virtual dengan enam modul yang memberikan akses bagi startup ke jaringan papan atas untuk menumbuhkan bisnis mereka.

Selain itu, program lainnya adalah Angel350, program angel investing virtual yang menyediakan panduan langkah demi langkah kepada investor untuk berinvestasi di kawasan ini. Puncak program cohort ke-4 adalah Demo Day online pada 17 Juni 2021 mendatang, dan pendaftaran untuk cohort ke-5 sudah dibuka.

Accelerating Asia Naikkan Nilai Investasi hingga 2 Miliar Rupiah untuk Startup Binaannya

Perusahaan modal ventura tahap awal Accelerating Asia mengumumkan perubahan dalam cara investasinya, juga menaikkan nominal investasi hingga 200 ribu dolar Singapura (lebih dari 2 miliar Rupiah), melalui instrumen pendanaan SAFE note, sekitar 7%-10% ekuitas per startup yang akan mengikuti program akselerator batch ke-3.

Bila dirinci, startup akan menerima investasi maksimal 200 ribu dolar Singapura, termasuk dana dukungan 25 ribu dolar Singapura untuk membangun bisnisnya, akses ke program akselerator, dan program tambahan senilai 225 ribu dolar Singapura. Kenaikan ini, membuat Accelerating Asia percaya diri berada dalam posisi yang kuat dalam pertaruhan startup yang berasal dari program akseleratornya.

“Sambil terus menjalankan hubungan baik dengan pendiri startup untuk meningkatkan pertumbuhan mereka, menerima pendanaan, dan meningkatkan bisnis mereka ke tingkat selanjutnya,” ucap Co-Founder dan General Partner Accelerating Asia Amra Naidoo dalam keterangan resmi.

Dibandingkan dua batch sebelumnya, Accelerating Asia berinvestasi sebesar 100 ribu dolar Singapura, juga berbentuk SAFE note. Ini adalah akronim dari Simple Agreement for Future Equity yang diperkenalkan pertama kali oleh Y Combinator pada 2013.

Silicon Valley memilih SAFE sebagai dokumen de facto yang digunakan untuk investasi tahap awal karena modelnya lebih ramping, lebih murah untuk dieksekusi, dan lebih mudah untuk melakukan uji tuntas (due diligence) daripada opsi lainnya.

“Di Accelerating Asia, kami setuju untuk juga menggunakan SAFE untuk investasi awal kami. Kami juga memfasilitasi investasi lain di perusahaan portofolio kami melalui SAFE. Kami percaya bahwa SAFE punya keuntungan baik bagi founder, investor, maupun ekosistem startup secara umum,” terang Co-Founder dan General Partner Accelerating Asia Craig Dixon secara terpisah kepada DailySocial.

Program akseleratornya itu sendiri sudah berjalan sejak dua tahun dan telah berkembang menjadi komunitas dengan lebih dari 39 founder startup dari 19 startup yang tersebar di 9 negara. 40% di antaranya dipimpin perempuan atau mitra pendiri ventura. Saat berpartisipasi dalam program flagship-nya tersebut, seluruh startup binaannya berhasil memperoleh investasi kolektif senilai lebih dari 55 juta dolar Singapura.

Akselerator batch ke-3

Suasana Demo Day Cohort 1 Accelerating Asia
Suasana Demo Day Cohort 1 Accelerating Asia

Dixon melanjutkan dalam batch ke-3 pendaftaran sudah dibuka hingga Mei 2020. Seluruh proses akan berlangsung secara online, sehingga gangguan pandemi tidak menyurutkan ambisi perusahaan untuk menggelar program akseleratornya.

“Program kami dirancang untuk memberikan nilai tinggi dari para ahli pemula, investor dan mentor dalam format yang fleksibel, di mana pun mereka berada. Sebab mengumpulkan semua founder dalam satu tempat yang sama adalah pekerjaan yang sulit.”

Mereka juga tidak secara spesifik menyasar tema tertentu untuk tiap batch-nya. Dixon menyebut, Accelerating Asia adalah VC dan program akselerator yang agnostik vertikal, artinya terbuka untuk startup dari sektor manapun. Untuk dua batch sebelumnya, startup binaannya terdiri dari startup B2B dan B2G. Kendati demikian, mereka juga terbuka untuk startup B2C.

Dalam batch ke-2, ada sembilan startup yang bergerak di bisnis B2B, seperti logistik, big data, edutech, agritech, dan e-commerce. Seluruh startup memperoleh pendanaan yang tinggi dari angel investor, modal ventura, dan perusahaan keluarga dalam pendanaan gabungan sekitar 2,5 juta dolar Singapura. Delapan startup diantaranya memperoleh pendanaan eksternal, seperti iFarmer, Numu, IZY.ai, dan Privoshop, dalam program 100 hari.

“Untuk tahap pendanaan, kami fokus ke startup pra-seri A yang memiliki traksi, produknya berasal dari pengalaman pengguna, dan punya model bisnis yang kuat. Jika Anda tidak yakin apakah Anda cocok untuk ikut program ini, kami mendorong para pemula untuk mendaftar untuk melalui prosesnya, agar dapat pemahaman tentang apa yang dicari investor dan akselerator.”

Dari 19 startup binaan dari batch sebelumnya, 10% di antaranya datang dari Indonesia. Nama-namanya adalah startup SaaS B2B Datanest dan startup travel IZY.ai. “Indonesia adalah pasar yang menjanjikan, kami selalu mencari kesempatan bermitra dengan startup dan mitra.”

Di luar program, Accelerating Asia bekerja sama dengan jaringan angel investor lokal ANGIN untuk membangun jaringan, entah berbentuk webinar, event untuk membangun portofolio, negosiasi kesepakatan dengan angel investor yang tertarik menjadi LP atau berinvestasi bersama. Pihak ANGIN juga memfasilitasi koneksi startup, dan berkomitmen untuk terlibat dengan founder lokal melalui berbagai program.

“Kami juga bekerja erat dengan investor di berbagai tingkatan dalam ekosistem startup Indonesia, seperti family offices, VC, angel investor. Beberapa dari mereka telah berinvestasi ke Fund kami dan/atau co-invest bersama Accelerating Asia di startup portofolio kami,” tutupnya.