Mengupas Persoalan Krisis Talenta dan Rendahnya Minat Generasi Muda Terjun ke Dunia Teknologi

Persoalan talenta hingga kini masih menjadi perbincangan di kalangan pelaku startup, investor hingga akademisi. Makin besarnya pertumbuhan startup saat ini ternyata belum bisa merekrut secara maksimal talenta muda yang berkualitas, khususnya di bidang pemrograman/developer.

Dalam kesempatan Global Mobile Internet Conference (GMIC) Jakarta 2017, para pakar yang terdiri dari investor, entrepreneur dan akademisi yang berkecimpung langsung di dunia teknologi, membicarakan persoalan tersebut. Dari hasil diskusi terungkap beberapa hal, mulai dari rendahnya kualitas pendidik dan masih minimnya jumlah anak muda yang ingin terjun ke dunia teknologi, menjadi beberapa faktor penyebab rendahnya jumlah hingga kualitas “supply” developer di Indonesia saat ini.

Meningkatkan kualitas pengajar

Sebagai salah satu sekolah IT-Preneur yang sudah hadir sejak tahun 1987 lalu, Purwadhika Startup dan Coding School, konsisten untuk selalu memberikan pelajaran hal-hal yang terkait dengan teknologi. Jika dulunya fokus pengajaran lebih kepada pembuatan komputer, tahun 2017 ini fokus pengajaran lebih kepada pemrograman. Menurut Founder dan President Purwadhika Startup & Coding School dan Neurosoft Indonesia Purwa Hartono, salah satu kendala yang menghambat pertumbuhan tenaga ahli di bidang tersebut adalah minimnya kualitas dan kemampuan pengajar hingga lemahnya kurikulum di Indonesia saat ini. Sehingga tidak bisa menarik perhatian anak muda untuk kemudian terjun ke dunia teknologi.

“Masih banyak anak muda saat ini yang lebih senang mengejar gelar dan bekerja di perusahaan pemerintah hingga swasta. Selain itu sebagian besar dari mereka masih melihat coding dan pemrograman adalah pelajaran yang sulit untuk dicerna,” kata Purwa.

Senada dengan Purwa, CEO Hacktiv8 yang selama ini telah melahirkan tenaga coder yang sukses bekerja di startup lokal ternama seperti GO-JEK hingga Tokopedia mengungkapkan, pengajar yang berkualitas dan memiliki kesabaran tinggi menjadi faktor penentu keberhasilan siswa. Dalam hal ini Hacktiv8 yang merupakan kelas Pemrograman Full Stack JavaScript di Jakarta, memiliki misi untuk melahirkan tenaga kerja baru yang bisa diandalkan dan memiliki akuntabilitas. Seperti yang diungkapkan oleh CEO, Hacktiv8 Ronald Ishak.

“Untuk memastikan siswa dari Hacktiv8 nantinya bakal langsung diterima di startup ternama di Indonesia saat ini, kami terus melakukan kolaborasi dengan startup seperti GO-JEK hingga Kudo.”

Dukungan investor dan pemerintah

Untuk bisa menciptakan sebuah peluang sekaligus mengumpulkan tenaga muda yang memiliki minat menjadi engineer, dukungan dari investor lokal hingga asing dan pemerintah juga memiliki peranan penting. Dalam hal ini menurut Founding Partner Kejora Ventures dan Direktur Founder Institute Andy Zain, melalui venture capital dan Founder Institute yang ia pimpin diharapkan bisa menghasilkan calon entrepreneur dan startup berkualitas, melalui program binaan yang dilakukan oleh Kejora sekaligus Founder Institute.

“Hingga kini kami cukup bangga telah memiliki startup binaan yang berhasil memenangkan kompetisi startup. Sesuai dengan tujuan dari kami yaitu mencetak startup juara yang berkualitas.”

Bukan hanya hadiah berupa uang Rp100 juta yang diberikan oleh Founder Institute, namun juga kesempatan untuk mengembangkan produk hingga proses validasi. Jika startup telah melewati proses tersebut, Founder Institute akan mendukung hingga peluncuran produk tiba.

Untuk itu pemerintah melalui Bekraf, idealnya juga bisa memikirkan cara-cara baru yang bisa memancing minat dari anak muda Indonesia untuk menjadi entrepreneur di bidang teknologi yang berkualitas.

“Selain dari roadmap yang dimiliki oleh Bekraf, tentunya dukungan dari investor, kelas pemrograman dan sekolah startup bisa turut membantu untuk menciptakan engineer hingga startup baru lebih banyak lagi,” kata Deputi Infrastruktur Bekraf Hari Sungkari.

––

Disclosure: DailySocial adalah media partner Global Mobile Internet Conference Jakarta 2017.

GMIC Indonesia 2017 Akan Diselenggarakan September Ini, Fokus pada Transformasi Digital Bisnis

Dunia sedang memasuki tahapan keempat dari revolusi industri, yaitu revolusi digital. Salah satunya ditandai dengan bisnis di tingkat korporasi, menengah, maupun kecil, mulai mengintegrasikan teknologi dalam menjalankan aktivitas bisnisnya. Tidak hanya itu, perusahaan-perusahaan tersebut dituntut untuk menghadirkan, serta melengkapi diri, dengan inovasi baru yang menarik dan bermanfaat  agar tetap relevan dan memiliki daya saing.

Untuk membahas seputar bagaimana menyikapi tentang kondisi tersebut, Global Mobile Internet Conference (GMIC) Indonesia 2017 akan diselenggarakan. Tepatnya pada tanggal 26 September 2017 mendatang di Indonesia Convention Exhibition (ICE), mengusung empat bahasan utama, meliputi Disruptive Technology, Startup Village, Money Talks, Mobile Marketing & Growth.

GMIC merupakan ajang bagi pelaku di bidang mobile industry, pengusaha, developer dan investor dari segala penjuru dunia untuk membangun kerja sama, belajar mengenai industri dari para pemimpin, serta mengetahui inovasi-inovasi yang dapat mempengaruhi dunia. GMIC juga akan fokus dalam membahas terobosan teknologi terkini dan bagaimana transformasi digital menghadirkan ancaman dan peluang yang signifikan bagi kalangan bisnis.

“Sejalan dengan misi kami yaitu untuk menghubungkan dunia dan mendorong inovasi, GMIC diharapkan dapat menjadi awal mula kerja sama antar penggiat teknologi untuk menciptakan ekosistem bagi transformasi yang ideal,” ungkap E. Hao, CEO GWC Global Inc selaku pemrakarsa GMIC.

Salah satu pembicara di GMIC Indonesia 2017, Andy Zain selau Founding Partner Kejora Ventures mengatakan, “Kami telah bekerja sama dengan GMIC sejak tahun 2015 dan kami sangat antusias untuk memulai acara tahun ini. GMIC menawarkan perpaduan yang sempurna antara gagasan yang menginspirasi, panel yang berwawasan, peluang melakukan pitching, dan kesempatan memperlebar jaringan. GMIC adalah titik bertemu bagi para ahli teknologi, yang siap untuk mengubah masa depan.”

Andy Zain juga menambahkan pentingnya mengenali kemunculan era digital bukan sebagai ancaman namun, sebagai peluang besar untuk berinovasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi. “Ke depan, kita akan melihat peningkatan jumlah startup muda dan ambisius yang berusaha mengubah kompetisi pasar. Oleh karena itu, para pemangku kepentingan harus bergabung dan menciptakan kerja sama demi mempersiapkan diri untuk transformasi digital dan menjaga daya saing di tingkat global.

Selain Andy Zain, dalam acara tersebut turut dihadirkan beberapa pematri, di antaranya Sukan Makmuri (CTO Kudo), Martin Hartono (CEO GDP Venture), Norman Sasono (Co-founder & CTO Bizzy), Akshay Garg (Co-founder & CEO Kredivo), dan lain sebaginya. Untuk selengkapnya tentang acara ini, kunjungi laman resminya melalui http://indonesia.thegmic.com.


Disclosure: DailySocial merupaka media partner Global Mobile Internet Conference (GMIC) Indonesia 2017.

Perkembangan Andalin, Ayoslide, dan Stylecation Setelah Ikuti Program Ideabox Batch Keempat

Tiga startup yang terpilih ke dalam batch keempat program akselerator Ideabox merayakan kelulusannya, kemarin (22/8). Ketiga startup tersebut ialah Andalin, Ayoslide, dan Stylecation. Mereka berhasil melalui mentoring 120 hari dan konsultasi intensif dengan pakar bisnis dari berbagai industri baik lokal maupun internasional. Kelulusan sekaligus menandai berakhirnya program akselerasi yang telah dimulai sejak April 2017.

Dalam sambutannya, Chief of New Business and Innovation Indosat Ooredoo Prashant Gokarn mengungkapkan pihaknya bangga dengan ketiga startup tersebut karena telah menunjukkan kemajuan yang signifikan dalam keterampilan berbisnis dan kepemimpinan.

“Program ini telah membantu mereka membukakan pintu untuk menjalin kerja sama dengan perusahaan bereputasi besar di bidangnya. [..] Indosat Ooredoo memiliki komitmen jangka panjang untuk tetap mendukung lulusan Ideabox melalui dukungan komersial ke market untuk mengembangkan bisnis masing-masing,” kata dia.

Founding Partner Kejora dan Managing Director Ideabox Andy Zain menambahkan, “Ukuran batch yang kecil ini membantu kami untuk lebih fokus pada kebutuhan individu setiap startup. Kami bekerja sangat dekat dengan para founder dan bekerja melalui iterasi produk mereka.”

Melalui dukungan sehari-hari, workshop, dan sesi mentoring memberi pengaruh dan dampak yang penting dalam pengembangan ketiga bisnis startup tersebut. Berikut adalah rangkumannya:

Andalin

Sebelumnya, Andalin adalah layanan integrasi satu pintu yang fokus pada kepabean untuk membantu usaha kecil hingga menengah. Layanan yang ditawarkan awalnya adalah air cargo, pengiriman kontainer skala kecil, dan custom handling.

Namun kini Andalin mengubah fokus bisnisnya untuk segmen usaha menengah ke atas dengan layanan pengiriman lewat angkutan udara dan laut, lisensi ekspor impor, dan custom handling.

“Setelah lalui banyak seminar, kami putuskan untuk redefine bisnis model. Kami juga menambah orang dari awalnya tiga co-founder, kini menjadi tujuh orang,” terang Co-Founder dan CEO Andalin Rifki Pratomo.

Andalin juga telah bekerja sama dengan perusahaan logistik, seperti Agility Logistics, BDP, DexTrans, JNE, Samudera Indonesia, dan Yusen Logistics. Lewat kerja sama tersebut, layanan Andalin kini dapat mencakup pengiriman untuk lebih dari 50 rute internasional. Beberapa pengguna Andalin di antaranya NutriFood dan Wings.

Beberapa inisiatif antara Andalin dan Indosat termasuk penawaran produk B2B kepada klien Indosat, affiliate partnership, dan lainnya.

“Tahun depan kami berencana untuk mengajukan lisensi pengiriman barang, trade finance integration, keanggotaan WCA, dan data mining & AI integration.”

Ayoslide

Ayoslide adalah plaform iklan marketing yang memberi insentif bagi konsumen melalui lockscreen ponsel, berupa koin virtual untuk ditukarkan ke berbagai hadiah.

Aplikasi Ayoslide sendiri baru hadir pada Maret 2017. Perkembangan Ayoslide sejak berdiri hingga lulus dari Ideabox berhasil mengakuisisi 100 ribu pelanggan organik terdaftar dalam empat bulan, meski pada April 2017 baru mendapat 5 ribu pengguna terdaftar.

“Selain itu aplikasi Ayoslide sudah di-click lebih dari 600 ribu kali, 1 juta impresi, dan sudah diunduh 120 ribu kali. Tim Ayoslide juga bertambah dari awalnya tiga orang menjadi enam orang,” terang Founder dan CEO Ayoslide Rizki Fitriana Sari.

Bersama Indosat, Ayoslide menyediakan ruang iklan untuk mengunduh aplikasi Indosat kepada para penggunanya, juga mengirim SMS blast.

Stylecation

Stylecation atau dulu lebih dikenal dengan Sevva, kini berganti model bisnis sekaligus nama startup. Sebelumnya Sevva adalah platform rental marketplace, memudahkan pengguna untuk sewa menyewa online berbagai macam produk. Sevva resmi berdiri Juni 2016.

Perusahaan akhirnya mengubah strategi bisnisnya menjadi fokus soal sewa menyewa baju dan fesyen yang telah diseleksi dari butik dan desainer.

“Perubahan model bisnis kami dimulai sejak Juli 2017 lalu. Kami memutuskan untuk mengganti fokus bisnis setelah kami mendapat berbagai arahan dari mentor,” ujar Co-Founder dan CEO Stylecation Erik Hormein.

Meski baru mengganti bisnis, Stylecation kini sudah memiliki lebih dari 200 desain baju terseleksi dengan foto berkualitas tinggi. Ke depannya Stylecation akan fokus menambah inventori mereka dari desainer dan butik ternama. Lokasi yang disasar tahun ini adalah Jabodetabek, sementara tahun depan akan mulai berekspansi ke Surabaya, Bandung, dan Bali.

Dalam presentasinya, Erik mengungkapkan hal pertama yang ia lakukan saat menjadi peserta Ideabox adalah merekrut orang hebat. Saat ini tim Stylecation bertambah jadi sembilan orang, dari awalnya empat orang.

“Setelah itu, kami banyak belajar untuk test fast and iterate, sebab ide itu hanya akan percuma jika tidak segera diaplikasikan,” pungkas Erik.

Pendaftaran G-Startup di Indonesia telah Dibuka, Janjikan Investasi Hingga 2 Miliar Rupiah

Kompetisi startup berskala global G-Startup mengumumkan kerja samanya dengan beberapa pihak untuk meningkatkan perolehan hadiah bagi para pemenang. Bersama GDP Venture, Kejora Ventures, Sequoia Capital, dan FbStart, G-Startup akan mencari kandidat startup terbaik pada acara Global Mobile Internet Conference (GMIC) Jakarta pada bulan September mendatang.

Sebanyak 15 startup akan dipilih untuk melakukan presentasi di depan beberapa investor dan disaksikan tech leader yang diundang dalam GMIC Jakarta. Pemenang akan mendapatkan investasi sebesar $150.000 (atau senilai 2 miliar rupiah) dari hasil patungan antara GWC Innovator Fund, GDP Venture dan Kejora Ventures.

Selain investasi tersebut, pemenang juga akan diterbangkan gratis ke Silicon Valley untuk mengikuti kompetisi final G-Startup Worldwide untuk mendapatkan tambahan investasi $250.000.

“Melihat bagaimana G-Startup mampu menarik minat dari para pengusaha dan investor terkemuka dunia, kami tahu bahwa kami juga harus turut mengambil kesempatan ini untuk mendukung lebih lanjut perkembangan startup di Indonesia dan Asia Tenggara. Kejora sangat bersemangat untuk ikut memberikan investasi sebesar $50.000 kepada pemenang utama,” sambut Founding Partner Kejora Ventures Andy Zain.

15 startup terpilih juga akan otomatis diterima ke dalam program FbStart dari Facebook. Mereka akan mendapatkan dukungan seperti Ad Credits, Partner Services dan pelatihan dari Product Manager serta Engineer Facebook kepada startup yang memiliki aplikasi messenger bot. Khusus untuk pemenang G-Startup Jakarta, FbStart akan memberikan Ad Credits sebesar $5000.

“GDP Venture dengan bangga mengumumkan bahwa kami akan memberikan investasi sebesar $50.000 kepada pemenang pertama dari G-Startup Jakarta. Tahun ini, kami juga ingin berperan aktif dalam kompetisi ini. Sebagai venture builder, kami ingin membantu dan mendorong kesuksesan dari komunitas startup di Indonesia, inilah yang membuat hubungan kerja sama kami dengan G-Startup menjadi sangat natural,” ujar CMO GDP Venture Danny Oei Wirianto.

G-Startup merupakan kompetisi yang dikhususkan untuk startup di tahap awal (jika sudah mendapatkan investasi, maka tidak boleh lebih dari $2 juta).

Pendaftaran G-Startup saat ini sudah dibuka melalui tautan https://www.f6s.com/g-startupworldwideapplications/apply dan akan ditutup pada 20 Agustus mendatang. G-Startup sudah memulai debutnya sejak tahun 2010, hingga saat ini telah membukukan investasi keseluruhan senilai $11,6 miliar. Beberapa alumni ajang G-Startup juga berhasil diakuisisi perusahaan teknologi raksasa dunia seperti Google, Amazon, Alibaba, Apple, dan Pinterest.

Cre8 Akan Selenggarakan “Sunny Start Up”, Diskusi Soal Masalah Permodalan

Sebagai upaya untuk memberikan kesempatan para pelaku startup berdiskusi langsung dengan para pakar di industri, Cre8 Community + Workspace akan memulai sebuah acara rutin bernama “Sunny Start Up”. Di acara bulanan seri pertamanya, Cre8 akan menghadirkan Andy Zain selaku Managing Director Kejora Ventures.

Sunny Start Up Vol.1 with Andy Zain akan diselenggarakan Sabtu, 6 Mei 2017 mulai 09.00 – 11.00 WIB bertempat di Cre8 Co-Working Space, PIK Avenue, Pondok Indah Kapuk Jakarta. Acara ini dibuka bagi orang-orang yang antusias dengan dunia startup dan pelaku startup di tahap awal. Acara ini akan didesain secara santai sehingga dapat terjalin obrolan yang lebih “intim” terkait dinamika bisnis startup.

Di Indonesia saat ini terdapat banyak sekali startup dengan ide brilian berkembang setiap hari, dan salah satu permasalahan yang merata adalah terkait dengan modal awal. Sunny Start up diharapkan dapat menjadi wadah untuk mendiskusikan permasalahan tersebut. Karena salah satu visi dari acara ini memang ingin mendekatkan pelaku startup ke akses modal, dengan membagikan ragam tips dan strategi dari para pakar dan pebisnis senior.

“Kami berharap Sunny Start Up dapat membantu perusahaan startup untuk bekerja sama dengan venture capital dan akhirnya berhasil dalam usaha mereka,” ujar Denny selaku koordinator acara ini.

Acara ini dapat diikuti secara cuma-cuma. Untuk informasi lebih lanjut dan pendaftaran, kunjungi tautan berikut ini: http://bit.ly/sunnystartup1.


Disclosure: DailySocial merupakan media partner acara Sunny Start Up.

Potensi Cerah Produk SaaS dan Makin Maraknya Kehadiran Investor Tiongkok di Indonesia

Memasuki hari kedua kegiatan Global Ventures Summit 2017, rangkaian acara lebih banyak diisi dengan penjabaran serta diskusi dari investor asing dan lokal. Venture capital lokal yang dihadirkan adalah Kejora Ventures dan Convergence Ventures. Ada pula VC asing seperti Wavemaker Partners yang memiliki beberapa portofolio di Asia Tenggara. Terdapat tiga hal yang menjadi sorotan dan disepakati oleh masing-masing investor tersebut, yaitu networking, SaaS dan pelokalan sebagai kunci kesuksesan membangun startup di Indonesia.

Kejora dan rencana ekpansi ke mancanegara

Sebagai salah satu venture capital dari Indonesia yang termasuk aktif membina startup lokal, Kejora Ventures memiliki rencana yang cukup agresif sepanjang tahun 2017. Salah satu rencana yang akan diwujudkan Kejora adalah menambah lebih banyak lagi kantor perwakilan Kejora di berbagai negara dan menambah jumlah partner dari Eropa, Korea Selatan, dan Thailand.

“Kami memang sedang menempatkan beberapa kantor oprasional di negara tujuan yang kami anggap memiliki potensi dan layak untuk ditempatkan kantor perwakilan, seperti yang baru kami lakukan di Bangkok baru-baru ini,” kata Managing Director Kejora Ventures Andy Zain.

Dalam proses pemilihan startup yang tepat di Indonesia, Andy dan tim melihat ke industri yang hingga kini masih belum disentuh oleh pemain lainnya. Contoh keberhasilan yang telah diterapkan Kejora adalah dengan menjadi salah satu venture capital yang serius mengembangkan layanan financial technology (fintech).

“Kami dari Kejora melihat nampaknya sudah cukup sulit untuk memasuki industri e-commerce di Indonesia. Dengan alasan itulah kami akhirnya memilih layanan fintech, HR dan logisitik yang menjadikan Kejora salah satu pionir di industri tersebut,” kata Founding Partner Kejora Group (Mountain Kejora Ventures) Sebastian Togelang.

Kekuatan networking untuk mendukung pertumbuhan startup

David Siemer dari Wavemaker Partners

Dalam beberapa diskusi yang digelar dalam cara GVS 2017 hari kedua, pentingnya networking saat membangun startup banyak disampaikan oleh para investor. Menurut Andy, sebaik apa pun ide yang dimiliki atau seberapa besar pendanaan yang didapatkan, tidak akan memberikan impact yang cukup baik jika tidak dibarengi dengan kemampuan untuk networking yang baik.

Kekuatan networking juga disinggung David Siemer dari Wavemaker Partners. Wavemaker adalah venture capital asal Amerika Serikat yang telah mendalami dunia startup di Asia Tenggara selama 10 tahun terakhir. Menurut Andrew, penggiat startup wajib mencermati seperti apa jaringan atau networking yang dimiliki oleh venture capital tersebut sebelum mendapatkan pendanaan. Jaringan tersebut seyogyanya akan memberikan keuntungan lebih kepada startup.

“Selain jaringan, hal lain yang harus diperhatikan oleh startup ketika memilih VC adalah siapa saja capital partner mereka, personality dari VC tersebut dan tentunya LP (limited partner).”

Potensi menjanjikan SaaS

Terkait dengan sektor yang paling menjanjikan untuk diinvestasikan di Indonesia, Adrian Li dari Convergence Ventures menyebutkan layanan atau produk Software as a Service (SaaS) tidak disangka memiliki potensi yang cukup cerah di Indonesia. Adrian juga menambahkan selain SaaS, sektor yang menarik untuk dikembangkan adalah mobile internet, O2O dan fintech.

“Awalnya saya tidak yakin dengan produk SaaS atau bisnis software di Indonesia, namun saat ini sudah banyak produk SaaS dan software tumbuh dengan baik di Indonesia,” kata Adrian.

Sementara itu menurut Andrew dari Wavemaker, produk SaaS di Asia Tenggara, nilai valuasinya masih sangat rendah. Namun hal tersebut tidak menjadikan sektor SaaS kurang diminati.

Kehadiran perusahaan dan VC Tiongkok di Indonesia

Adrian Li dari Convergence, Jefferson Chen dari GSR Ventures, Ian Goh dari 01VC

Salah satu topik menarik yang juga dibahas dalam acara GVS 2017 adalah kehadiran investor dan perusahaan raksasa asal Tiongkok seperti Alibaba ke Indonesia. Dengan jumlah penduduk yang banyak dan kebiasaan konsumen yang tidak jauh berbeda dengan Tiongkok, Indonesia menjadi pasar yang menarik untuk dijajaki  investor Tiongkok.

Namun demikian, pelokalan masih menjadi faktor penentu keberhasilan perusahaan asing yang berencana masuk ke Indonesia. Hal ini ditegaskan Jefferson Chen dari GSR Ventures.

“Untuk menjalankan bisnis di Indonesia harus mengerti kultur dan pasar di Indonesia. Hal ini berlaku untuk semua bisnis dari luar negeri untuk selalu menempatkan tim lokal terlebih dahulu di Indonesia.”

Akuisisi yang dilakukan oleh Alibaba kepada Lazada, kolaborasi antara Emtek dengan Alipay juga membuktikan bahwa secara perlahan makin banyak investor asal Tiongkok yang mulai melirik pasar di Indonesia. Menurut Ian Goh, Founding Partner 01vc, diperkirakan akan lebih banyak lagi investor asal Tiongkok yang berinvestasi di Indonesia.

“Saya melihat akan makin banyak Chinese capital masuk ke bisnis di Indonesia. Untuk itu masalah seperti kurangnya talenta yang berkualitas hingga minimnya kemampuan dan pengalaman dari pendiri startup harus diminimalisir,” kata Goh.


DailySocial adalah media partner Global Venture Summit 2017

Rambah Nasabah Baru, DBS Indonesia Siap Luncurkan Aplikasi Digibank

Bank DBS Indonesia, bagian dari kelompok usaha DBS Grup di Singapura, berencana untuk meluncurkan aplikasi perbankan digital Digibank pada pertengahan tahun ini. Langkah ini menjadi upaya perusahaan untuk menjangkau nasabah baru di luar nasabah prioritas yang selama ini menjadi konsumen utama Bank DBS Indonesia.

Digibank adalah mobile-only bank, sebuah aplikasi yang memungkinkan nasabah untuk pembukaan rekening secara online tanpa harus mendatangi kantor cabang, tidak membutuhkan dokumen fisik. Nasabah hanya memerlukan KTP elektronik untuk persyaratan membuka akun rekening.

Nilai investasi yang dikucurkan DBS Grup untuk pengembangan Digibank mencapai 200 juta dolar Singapura. Indonesia menjadi negara kedua yang menjajal layanan terbaru dari DBS setelah India pada awal tahun lalu. Negara berikutnya adalah Tiongkok, Taiwan, dan Hong Kong.

Untuk pengembangan teknologi Digibank, DBS telah merangkul mitra fintech dari Singapura dan Amerika Serikat menghadirkan kecerdasan buatan (AI) untuk layanan virtual assistant. Di India, Digibank diklaim telah terbukti dapat menjawab sekitar 80%-90% pertanyaan nasabah.

Tak menutup kemungkinan, DBS Indonesia memberi kesempatan untuk berkolaborasi dengan startup fintech dari lokal untuk pengembangan fitur berikutnya.

Pihak DBS Indonesia mengungkapkan Digibank bakal diluncurkan pada pertengahan tahun ini. Perusahaan sudah menyatakan memegang izin kerja sama dengan Dirjen Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) untuk pemanfaatan teknologi KTP elektronik

“Sekarang ini momennya sudah pas karena masyarakat Indonesia sangat adaptif dengan teknologi, makanya kami rasa sudah bisa dimulai. Tengah tahun ini bakal diluncurkan,” ucap Head of Digital Banking Bank DBS Indonesia Leonardo Koesmanto, Senin (13/3).

Peluncuran Digibank di Indonesia menjadi jurus DBS Indonesia untuk memperbanyak cakupan nasabah baru ke segmen usia produktif yang kini jarang mendatangi kantor cabang. Selama ini nasabah Bank DBS Indonesia berasal dari kalangan prioritas, porsinya hampir 100% dari total nasabah perusahaan yang jumlahnya kini lebih dari 30 ribu orang.

Nasabah prioritas, menurut Leonardo, memiliki pelayanan yang berbeda. Misalnya, mereka didatangi langsung oleh relationship manager dari perusahaan atau mendatangi kantor cabang. Terhitung kini Bank DBS Indonesia telah memiliki 44 kantor cabang yang tersebar di 11 kota besar di Indonesia.

“Digibank dikhususkan untuk segmen yang tidak pernah datang ke kantor cabang. Mereka akan dilayani lewat fasilitas chat. Kami akan mengedepankan sisi experience yang membedakan kami dengan bank lainnya.”

Sebelumnya, dengan inisiatif yang sama, Bank BTPN menghadirkan produk terbarunya Jenius pada tahun lalu. Model bisnisnya tidak jauh berbeda dengan Digibank. Jenius berbentuk aplikasi perbankan yang memiliki fitur tabungan, transfer, transaksi, dan kartu debit. Jenius menyasar berbagai kalangan usia dengan mobilitas tinggi dan pengguna smartphone.

Kolaborasi dengan Founder Institute Jakarta

Dalam kesempatan yang sama, Bank DBS Indonesia berkolaborasi dengan Founder Institute Jakarta untuk memberangkatkan sembilan lulusan Founder Institute Jakarta Summer 2016 ke Silicon Valley yang telah berlangsung pada 19-25 Februarti 2017.

Di sana, para lulusan bertemu dengan beberapa startup yang kini telah menjadi bagian dari perusahaan terpenting di dunia, misalnya, Facebook, Google, dan Airbnb. Mereka berdiskusi langsung dengan beberapa individu terkemuka d ibalik beragam institusi, perusahaan riset teknologi, perusahaan modal ventura, hingga angel investor yang menghubungkan Amerika Serikat dengan Asia Tenggara.

Hasil semua pertemuan di Silicon Valley memberi bekal wawasan esensial bagi seluruh lulusan maupun tim DBS yang sedang berinovasi.

“Kami senang melihat adanya sinergi antara startup dengan perusahaan besar seperti DBS Indonesia. Pencetusan inovasi itu dibutuhkan saat menyatukan ketangguhan dan pemikiran baru para pengusaha muda dengan keahlian para eksekutif industri yang kaya dengan pengalaman,” terang Direktur Founder Institute Jakarta Andy Zain, yang juga merupakan Managing Director di Kejora Ventures.

Bagi DBS Indonesia, langkah awal ini jadi salah satu bentuk upaya mendukung ekosistem tech startup di Indonesia. Berikutnya, DBS Indonesia berencana untuk membuka program akselerator tersendiri untuk menyasar startup fintech guna mendukung bisnis perusahaan.

“Kami berencana ingin membuat program akselerator guna mencari solusi yang bisa memberi impact ke bisnis DBS. Belum ada rencana detilnya, tapi sudah ada arahnya ingin ke sana yang diawali lewat kerja sama dengan Founder Institute Jakarta,” pungkas Leo.

Startup Medan Perlu Penekanan pada “Capacity Building”

Minggu lalu, tepatnya pada tanggal 17 dan 18 Februari 2017, pagelaran Clapham Startupfest 2017 diadakan di Kota Medan. Beberapa pemateri keynote dihadirkan dalam acara tersebut untuk memberikan insight tentang pengembangan startup untuk para inovator di ibu kota provinsi Sumatera Utara tersebut. Di sela-sela sesi keynote, tim DailySocial mencoba menggali pendapat pemateri tentang ekosistem startup di Kota Medan.

“Ekosistem startup di Medan saat ini seperti perkembangan startup di Jakarta lima tahun lalu, tapi Medan mempunyai talenta dan jiwa startup yang cukup bagus. (Pesan saya) tingkatkan lagi capacity buliding. Jangan terlalu banyak memfokuskan pada fitur, tapi lebih baik fokus di produk dan market [terlebih dahulu],” ujar Managing Partner East Ventures Willson Cuaca mengomentari keadaan startup di Medan saat ini.

Wilson melanjutkan, dari percakapannya dengan beberapa founder startup yang turut hadir dalam acara, kesannya mereka sangat takut idenya disalin oleh pihak lain. Ia menekankan bahwa kecakapan startup akan terukur ketika ide-ide tersebut berhasil diterapkan dengan baik dalam proses eksekusi.

Terkait perkembangan ekosistem startup yang cepat, Managing Director Kejora Ventures Andy Zain memiliki pendapat yang sama. “Terjadi peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan tahun lalu, di mana tahun lalu masih banyak startup yang belum fokus dan masih belum matang di Medan.”

Kuncinya pada perubahan pola pikir

Startupfest 2017 berhasil mengumpulkan 20 startup yang siap melakukan pitching di hadapan investor. Setelah diseleksi melalui beberapa tahapan, terdapat 14 startup yang layak memamerkan konsep bisnisnya. Kendati beberapa masih ada yang perlu diperbaiki, dari sisi market fit dan kematangan produk, tak sedikit yang tampak siap untuk diakselerasi dengan pendanaan. Begitu dipaparkan Community & Space Manager Clapham Cindy Lailani selaku penyelenggara acara Startupfest 2017.

Cindy memaparkan bahwa Medan memiliki potensi sebagai pusat pengembangan startup. Sudah ada startup yang berhasil mendapatkan pendanaan, contohnya Otten Coffee. Dari interaksinya dengan startup di sana, Cindy menyimpulkan hal yang sama dengan Willson. Salah satu pola pikir yang harus diubah adalah kemauan untuk membagikan ide yang mereka miliki karena ide yang telah dipilih juga perlu divalidasi. Jangan khawatir dicuri, karena kuncinya pada eksekusi.

Networking juga menjadi salah satu hal yang digarisbawahi. Jika dibandingkan dengan Jakarta atau Bandung, akses para startup ke kanal inkubasi atau pendanaan lebih minim. Acara seperti Startupfest ini perlu menjadi agenda rutin untuk terus menjaga pertumbuhan startup di kota Medan, sekaligus menjadi pembuktian bahwa di luar Jawa pun startup tetap bisa bermanuver dengan baik.


DailySocial adalah media partner Clapham Startupfest 2017

Jakarta Founder Institute Luluskan 9 Founder Startup Angkatan Keenam [UPDATED]

Semalam, Senin (13/2) Jakarta Founder Institute (JFI) mengadakan pesta kelulusan untuk angkatan keenam, terdiri dari sembilan founder startup. Mereka adalah Ary Setiyono (Wsignal), Erik Hormein (Sevva), Errika Ferdinata (Bildeco), Rifki Bahri (Andalin), Antonius Stefanus (Neetip), Gimin (3i), Indra (IndoGold), Marvinus Arif (Fishare), dan Bong Defendy (ZendMoney).

Sembilan orang ini merupakan hasil penyaringan dari total pelamar hampir 500 orang, namun hanya 75 orang yang diterima untuk batch kali ini. Seluruh lulusan akan berangkat ke Silicon Valley pekan mendatang sebagai hadiahnya.

Tak hanya itu, JFI juga mengumumkan lima lulusan terbaik. Mereka berhak mendapatkan dana hibah masing-masing sebesar Rp100 juta, serta dukungan pemasaran saat launching bisnis.

Founder Institute adalah program pelatihan yang berjalan selama empat bulan per batch-nya. Program ini sudah beroperasi di 20 negara, melatih founder baru untuk membentuk generasi terbaik di perusahaan. Program ini memfasilitasi sesi mingguan yang diisi dengan mentor berpengalaman di bidangnya untuk membantu para founder mengembangkan dan meluncurkan bisnis mereka.

Di Indonesia, JFI didukung oleh berbagai mitra, mulai dari Indosat Ooredoo, Baidu, Kejora, Mountain Partners, Bakti Barito, dan lainnya.

Berbeda dengan batch sebelumnya, pihak Founder Institute menyeriusi program ini sampai-sampai membentuk Board of Director (BoD). Terpilihlah tiga orang dalam jajaran BoD, yakni Boye Hartman (Y Group Asia), Andy Zain (Kejora), dan Izak Jenie (Digital Artha Media).

“Sekarang ini para lulusan menjadi pribadi yang berbeda dibandingkan saat kita pertama kali bertemu di 14 minggu yang lalu. Saya berharap para lulusan bisa mempraktikkan di dunia nyata ilmu-ilmu yang sudah mereka dapatkan selama pelatihan,” kata Hartman.

Izak menambahkan, “Kami ingin para founder dari lulusan JFI harus kuat, tahu apa yang mereka lakukan. Kami juga turut senang dua dari ketiga pemenang Ideabox Batch 4 berasal dari lulusan JFI.”

Founder dan CEO Sevva Erik Hormein mengatakan dirinya sangat berterima kasih telah mengadakan program Founder Institute. Banyak tantangan yang berat saat menjalani tugas selama 14 minggu tersebut. Tak hanya dapat ilmu, dia juga dapat mempererat hubungan kekeluargaan dengan para lulusan lainnya.

“Perjalanannya sangat berat, di samping itu kita semua jadi lebih dengan satu sama lain. Bertemu dengan entrepreneur lainnya dengan visi yang sama bisa menciptakan energi positif yang sangat baik. Hal itulah yang tidak bisa ditukar dengan uang,” ujar Erik.


*DailySocial melakukan penambahan nama-nama lulusan dan penjelasan Founder Institute.

Indosat Ooredoo Umumkan Tiga Startup Ikuti Program Akselerator Ideabox Batch Keempat

Program akselerator teknologi lokal Ideabox mengumumkan tiga startup terpilih untuk mengikuti program akselerasi dalam batch ke-4 yang akan berlangsung selama 120 hari. Tiga perusahaan yang terpilih yaitu: Andalin, AyoSlide, dan Sevva.

Ideabox merupakan program gabungan yang dimotori Indosat Ooredoo, Mountain Partners, dan Kejora yang bertujuan mengangkat potensi startup Indonesia melalui bantuan dana investasi tahap awal dan memberikan penghargaan khusus untuk startup yang bergerak di sektor internet dan telekomunikasi.

Sebelumnya telah terpilih 15 finalis dari serangkaian proses seleksi yang cukup panjang untuk mengikuti 48 jam bootcamp di Jakarta, dimulai pada 10 Februari 2017 lalu.

Selama bootcamp, 15 perusahaan bekerja keras untuk menunjukkan komitmen dan potensi mereka. Pada puncak acara yakni tanggal 13 Februari 2017, terpilih sembilan perusahaan startup urutan teratas berdasarkan hasil keputusan dari mentor-mentor lokal dan internasional.

Ketiga pemenang ini masing-masing akan mendapatkan pendanaan awal sebesar US$50 ribu, beserta intensif pembinaan dari mentor lokal dan internasional yang merupakan pelaku bisnis terkemuka, akses ke jaringan investor, dan mendapatkan dedikasi fasilitas selama program berlangsung.

Tak hanya itu, para pemenang juga akan mendapatkan dukungan dari para mitra strategis Ideabox, seperti kredit marketing dari Facebook senilai US$80 ribu, infrastruktur cloud senilai US$120 ribu, IBM Soft Layer dan IBM Blue Mix. Mereka juga akan mendapat prioritas kemitraan komersial dengan Indosat Ooredoo.

“Kami bersemangat menjalankan Ideabox di tahun ke empat ini karena kami masih melihat perlu menjangkau para entrepreneur muda berkakat dengan membekali mereka pengetahuan, pendanaan, dan dukungan komersial,” terang Chief of New Business and Innovation Indosat Ooredoo Prashant Gokarn, Senin (13/2).

Managing Director Kejora Andy Zain menambahkan, dari segi animo masyarakat terhadap Ideabox tiap tahunnya juga makin meningkat. Sebelumnya, pihaknya lebih banyak melakukan roadshow ke lima hingga enam kota untuk mempromosikan program tersebut. Komunikasinya pun masih satu arah karena masih banyak yang belum mengenal Ideabox dan dunia startup digital.

Namun, untuk batch keempat ini pihaknya hanya mengunjungi sekitar tiga kota saja. Peminatnya juga semakin banyak, terlihat dari pertanyaan yang mereka ajukan saat roadshow lebih kritis dan jumlah aplikasi yang masuk membludak meski baru diumumkan pembukaan pendaftaran lewat publikasi media.

“Tahun ini kami menerapkan proses seleksi yang cukup berat karena kualitas dan variasi startup meningkat dari tahun sebelumnya. Kami menyukai solusi yang ditawarkan oleh para startup, sebab lebih luas dengan bantuan teknologi. Kami yakin pemenang batch ke-4 ini bisa berkembang dengan tambahan nilai melalui jaringan kami dan bisa berakselerasi melalui program kami,” terang Andy.

Untuk mengenal lebih dalam ketiga pemenang Ideabox Batch keempat, berikut rangkumannya:

Andalin

Merupakan situs kargo one-stop service untuk membantu SME dalam menjalani bisnis perdagangan ekspor dan impor melalui integrasi layanan bea cukai. Perusahaan startup ini dipimpin Rifki Pratomo sebagai Co-Founder dan CEO, dan sudah resmi berdiri sejak September 2016.

Pengusaha UKM yang ingin melakukan ekspor/impor dalam jumlah tidak besar dilakukan secara bersama (patungan). Nantinya pihak Andalin akan memproses seluruh pengiriman lewat kerja sama dengan perusahaan shipping clearance dan penyimpanan gudang yang berlokasi di berbagai negara.

“Tujuan kami adalah membantu UKM yang masih memiliki limitasi dalam jumlah untuk melakukan kegiatan ekspor/impor. Kami sudah melakukan product testing sejak September 2016, mengirim kargo ke Amerika Serikat, Tiongkok, dan Eropa,” ujar Rifki.

AyoSlide

Merupakan platform mobile marketing yang bergerak dengan insentif iklan untuk pengguna. Para pengiklan bisa mengiklankan produk mereka di “lockscreen” mobile phone Android pengguna atau melalui aplikasi mobile. Pengguna akan mendapat insentif setiap kali mereka mengikuti instruksi iklan dari pengiklan, bentuknya bisa berupa uang tunai, pulsa, voucher belanja, dan lainnya.

AyoSlide bertujuan membantu pengiklan mencapai KPI mereka dan pada saat yang sama membantu pengguna mendapatkan insentif ekstra dengan mudah lewat penggunaan smartphone setiap harinya. Perusahaan startup ini dipimpin Rizki Fitriana Sari selaku Founder dan CEO, dan bakal mulai beroperasi secara publik Maret 2017 mendatang.

Rizki menerangkan, sepanjang tahun ini AyoSlide menargetkan 1 juta pengguna dengan rata-rata pengguna aktif harian sebesar 195 ribu orang.

Sevva

Merupakan platform rental marketplace, menyederhanakan proses dan memberikan pengalaman sewa menyewa barang dengan mudah dan nyaman lewat layanan rekening bersama. Perusahaan ini sudah resmi berdiri sejak Juni 2016, dipimpin Erik Hormein selaku Co-Founder dan CEO.

Sejauh ini, Sevva sudah melakukan bisnis dengan total order sebanyak 642 order senilai Rp 226 juta. Cakupan wilayah Sevva sementara ini di sekitar Jabodetabek.

Barang sewa yang tersedia di Sevva di antaranya perlengkapan bayi, perjalanan, fotografi, dan fesyen. Sementara ini, Sevva baru tersedia via situs (desktop). Rencananya tahun ini Sevva akan meluncurkan aplikasi mobile.