Andalkan Konektor Lightning, Earphone urBeats3 Diciptakan untuk Menemani iPhone 8

Seperti yang sudah bisa kita duga, baik iPhone X maupun iPhone 8 yang Apple umumkan baru-baru ini sama-sama tidak dilengkapi jack headphone. Di titik ini, kabar tersebut sudah tidak lagi terdengar terlalu mengejutkan, namun saya yakin konsumen juga masih belum bisa melupakan kekecewaannya.

Tanpa jack headphone, konsumen pun hanya bisa mengandalkan headphone wireless atau yang berkonektor Lightning, seperti persembahan terbaru Beats berikut ini. Dibandingkan pendahulunya, urBeats3 datang membawa desain yang telah disempurnakan, yang tidak cuma kelihatan lebih atraktif tapi juga terasa lebih nyaman dikenakan.

Earpiece-nya kini diposisikan agak miring agar lebih pas dengan kontur telinga, dan Beats tidak lupa menyertakan aksesori wingtip yang akan membantu perangkat untuk tetap menancap di telinga meski penggunanya sedang beraktivitas. Sebagai pemanis, kedua earpiece-nya dapat menempel dengan bantuan magnet.

urBeats3

Remote control pada kabelnya dapat digunakan untuk mengatur playback musik, menerima panggilan telepon, dan tentu saja, mengaktifkan Siri. Mengenai kualitas suaranya, saya kira urBeats3 ditujukan buat mereka yang kurang puas dengan tendangan bass milik EarPods bawaan iPhone.

Dibanderol $100, urBeats3 hadir dalam tiga pilihan warna yang sama persis seperti warna iPhone 8. Menariknya, Beats juga menawarkan varian lain urBeats3 yang menggunakan jack 3,5 mm standar ketimbang konektor Lightning dengan harga yang sama, tapi pilihan warnanya berbeda.

Sumber: MacRumors.

Apple TV 4K Usung Resolusi Super Bening dan Chip Apple A10X

Ada satu perangkat menarik lainnya yang tersaji dalam suguhan keynote Apple yang digelar semalam, yaitu Apple TV, perangkat rumah yang menawarkan lebih banyak hiburan nan memanjakan. Mata menjadi salah satu bagian vital pengguna yang akan paling dimanjakan oleh Apple TV, berkat adanya dukungan resolusi 4K HDR super bening, lebih bening dari resolusi 4K.

Generasi kelima Apple TV ini menyuguhkan sisi visual yang sangat optimal, menampilkan setiap lekukan objek dalam resolusi terbaik. Gambar yang dihasilkan akan lebih tajam, lebih detail, dan nyata. Dampaknya sudah barang tentu memberi rasa nyaman sekaligus memuaskan tuntutan sisi visual pengguna modern. Untuk mengimbangi kemampuan tersebut, Apple membenamkan chip Apple A10X yang juga diadopsi oleh iPad Pro. Bermodalkan chipset yang lebih baik, maka performa baik core maupun grafisnya tentu akan melampaui apa yang ditawarkan oleh generasi Apple TV sebelumnya.

4k_screen_and_appletv

Secara default, Apple TV akan menampilkan gambar dalam resolusi terbaik. Namun pengguna tetap mempunyai keleluasaan untuk menentukan pilihan yang menurutnya paling pas untuk perangkat televisi yang mereka punyai.

Sementara di bagian piranti lunak, Apple masih menggunakan tvOS namun dengan versi yang sudah ditingkatkan. Peningkatan dapat dijumpai di beberapa bagian, antara lain bagian tatap muka yang mengakomodasi konten-konten 4K dan HDR. Kemudian dukungan sejumlah aplikasi baru, salah satunya aplikasi siaran langsung program-program olahraga.

apple_tv_4k_remote_topdown

Integrasi asisten pintar Siri membuat Apple TV semakin fungsional dan cerdas. Selain remote yang dirombak, Siri dapat membantu pengguna menemukan cara yang paling mudah untuk memenuhi keinginan mereka, mulai dari film, musik, hiburan, dan lain-lain hanya dengan input suara. Aplikasi TV mendukung lebih dari 60 layanan di Apple TV dan perangkat iOS. Memungkinkan pengguna untuk membagikan foto dan video dari iPad atau iPhone ke layar yang lebih lega. AirPlay juga tersedia bagi yang ingin menonton film yang tersimpan di iPhone atau iPad.

Pre-order Apple TV 4K akan mulai dibuka pada tanggal 15 September mendatang. Harga jualnya di kisaran US$179 untuk varian 32GB dan $199 untuk varian 64GB.

Sumber berita Apple.

iPhone 8 dan 8 Plus Teruskan Jejak Pendahulunya dengan Peningkatan Performa dan Wireless Charging

Dalam event yang digelar di Steve Jobs Theater di komplek baru Apple Park, Apple sebenarnya juga memperkenalkan dua iPhone baru lain di samping iPhone X. Dijuluki iPhone 8 dan 8 Plus, keduanya adalah penerus langsung iPhone 7 dan 7 Plus yang menurut saya hanya membawa pembaruan inkremental.

Desain dan layar

iPhone 8 dan 8 Plus

Kalau perubahannya sedikit, lalu kenapa mereka tidak dinamai iPhone 7S dan 7S Plus? Well, dalih Apple adalah keduanya mengemas desain baru serba kaca di depan dan belakang, dipadukan material aluminium pada bagian samping. iPhone 8 dan 8 Plus masih tahan air seperti pendahulunya, tapi kini juga mendukung wireless charging seperti iPhone X.

Secara keseluruhan, desain iPhone 8 sangat identik dengan iPhone 7. Layarnya pun juga sama-sama berukuran 4,7 inci (5,5 inci untuk 8 Plus), dengan resolusi yang juga tidak berubah. Yang berubah menurut Apple adalah kemampuannya untuk mereproduksi warna secara lebih akurat, serta dukungan True Tone untuk mengatur suhu warna layar sesuai dengan kondisi pencahayaan sekitar.

iPhone 8 dan 8 Plus masih mengandalkan Touch ID, namun Apple sama sekali tidak menyinggung apakah sensor sidik jari yang dipakai masih sama seperti sebelumnya atau tidak. Konfigurasi speaker stereo yang diperkenalkan iPhone 7 diyakini 25 persen lebih lantang dan lebih terasa dentuman bass-nya pada penerusnya ini.

Spesifikasi

iPhone 8

Di balik penampilan yang sudah mulai terlihat membosankan itu – apalagi setelah melihat iPhone X – tersimpan dapur pacu yang sama ganasnya seperti milik iPhone X. Chip A11 Bionic dan RAM 2 GB (3 GB untuk 8 Plus) sudah pasti sanggup menyuguhkan performa terbaik, baik untuk kebutuhan sehari-hari maupun untuk menikmati konten augmented reality (AR).

Prosesor 6-core yang terdapat di dalamnya terdiri dari dua performance core yang 25 persen lebih cepat dan empat efficiency core yang 70 persen lebih cepat dari sebelumnya. Menariknya, keenam inti prosesor pada A11 Bionic ini bisa dimanfaatkan semuanya secara bersamaan untuk menyuguhkan kinerja multi-threaded yang lebih cepat sampai 70 persen.

Dari kacamata seorang geek, peningkatan performa multi-threaded ini merupakan sebuah pembaruan yang signifikan. Pasalnya, selama ini chip A-series besutan Apple selalu unggul dalam hal performa per core, tapi tertinggal untuk urusan multi-threaded.

Kamera

iPhone 8 Plus

Seperti tahun lalu, iPhone 8 mengemas kamera tunggal, sedangkan 8 Plus lebih superior dengan kamera ganda. Apple mengklaim telah menggunakan sensor 12 megapixel baru yang lebih responsif perihal autofocus dan lebih jago untuk urusan HDR. Ini semua sampai opsi perekaman video 4K 60 fps dan LED flash empat warnanya sama seperti yang terdapat pada iPhone X.

Namun kamera iPhone X tetap lebih unggul ketimbang iPhone 8 Plus. Pasalnya, kamera kedua iPhone 8 Plus cuma dibekali oleh lensa telephoto f/2.8 (satu stop lebih rendah dari milik iPhone X) dan OIS-nya hanya terdapat pada kamera pertamanya saja.

Terlepas dari itu, fitur baru Portrait Lighting tetap hadir di iPhone 8 Plus. Kamera depannya juga mempunyai resolusi 7 megapixel, tapi tanpa sistem TrueDepth yang mendampinginya, Portrait Mode dan Portrait Lighting pun tidak dimungkinkan menggunakan kamera depan ini – satu alasan lagi yang membuat kamera iPhone X lebih superior.

Harga dan ketersediaan

iPhone 8 Plus

Sebelum iPhone X, iPhone 8 dan 8 Plus akan lebih dulu meluncur ke pasaran mulai 22 September mendatang. Untuk iPhone 8, banderol yang ditetapkan adalah $699 untuk varian berkapasitas 64 GB dan $849 untuk varian 256 GB. iPhone 8 Plus tentu saja lebih mahal: $799 untuk 64 GB dan $949 untuk 256 GB. Kedua ponsel akan tersedia dalam tiga pilihan warna: silver, space gray dan tipe rose gold baru.

Sumber: Apple.

Inilah iPhone X, Smartphone Tanpa Bezel Perdana dari Apple

2017 resmi menjadi tahun meledaknya tren smartphone tanpa bezel dengan partisipasi dari Apple. Sesuai dengan rumor yang berkepanjangan selama ini, Apple akhirnya memperkenalkan iPhone X – dibaca “ten” untuk menandakan tahun kesepuluh iPhone eksis – dan bersamanya datang desain baru yang Apple harapkan bisa menjadi standar industri smartphone dalam satu dekade mendatang.

Desain dan layar

iPhone X

Anda yang mengikuti perkembangan rumor iPhone X sebelum-sebelumnya pasti sudah tidak asing lagi dengan desainnya. Bagian depannya diisi penuh oleh layar OLED 5,8 inci beresolusi 2436 x 1125 pixel (458 ppi) yang mendukung HDR, True Tone (seperti di iPad Pro) dan 3D Touch. Apple menyebutnya Super Retina Display, dan ini semakin dibenarkan oleh rasio kontras 1.000.000:1 serta tingkat kecerahan maksimum 625 nit.

Selain layar masif tersebut, bagian depannya hanya menyisakan porsi kecil di atas yang menjadi rumah untuk sederet sensor dan sistem kamera TrueDepth. TrueDepth merupakan komponen penting dalam iPhone X yang memungkinkan realisasi sistem keamanan biometrik baru bernama Face ID. Ya, mengingat iPhone X tidak dilengkapi tombol Home, Touch ID pun harus diganti oleh sistem pengenal wajah.

iPhone X

Mulai dari membuka perangkat sampai melakukan pembayaran dengan Apple Pay, semuanya kini mengandalkan Face ID. Gabungan kamera inframerah, dot projector dan flood illuminator memungkinkan iPhone X untuk mengenali wajah pengguna secara cepat dan akurat, bahkan di malam hari sekalipun.

Semua ini dikemas dalam bodi tahan air yang memadukan material kaca dan stainless steel, mirip seperti iPhone 4 tapi dengan lekukan-lekukan yang sangat mulus. Panel belakang yang terbuat dari kaca pada akhirnya juga memungkinkan iPhone X untuk mengemas dukungan wireless charging.

Spesifikasi

iPhone X

iPhone X ditenagai oleh chip A11 Bionic yang terdiri dari prosesor 6-core dan GPU 3-core buatan Apple sendiri, dengan performa yang sudah bisa dipastikan lebih kencang ketimbang milik iPhone 7 dan 7 Plus. Kendati demikian, Apple bilang kalau A11 Bionic juga lebih irit daya dan memungkinkan baterai iPhone X untuk bertahan 2 jam lebih lama ketimbang iPhone 7.

Apple seperti biasa tidak menyebutkan seberapa besar RAM yang dimiliki iPhone X, namun bocoran yang beredar di internet mengatakan bahwa iPhone X dibekali RAM 3 GB. Apple tidak lupa menegaskan kalau A11 Bionic juga berperan penting dalam menyuguhkan pengalaman augmented reality (AR) yang immersive, dibantu oleh API ARKit pada iOS 11.

Tidak kalah menarik adalah komponen neural engine yang terdapat pada A11 Bionic. Neural engine dirancang secara spesifik untuk menunjang kinerja algoritma machine learning – salah satunya untuk fitur Face ID tadi – dengan kemampuan mengolah secara real-time hingga 600 miliar pengoperasian per detik.

Kamera

iPhone X

Beralih ke kamera, iPhone X mengemas sepasang kamera 12 megapixel yang semuanya dilengkapi optical image stabilization (OIS). Kamera yang pertama didampingi oleh lensa wide-angle f/1.8, sedangkan yang kedua ditemani lensa telephoto f/2.4, kemudian di antaranya terdapat LED flash empat warna.

Apple mengklaim kamera baru iPhone X mampu menghasilkan foto HDR yang lebih baik dan mengunci fokus lebih cepat dalam kondisi minim cahaya. Video kini bisa direkam dalam resolusi maksimum 4K 60 fps, dan mode slow-motion dapat diaktifkan dalam resolusi 1080p 240 fps.

iPhone X

Selain fitur Portrait Mode yang diperkenalkan iPhone 7 Plus, iPhone X turut mengemas fitur kelanjutannya yang bernama Portrait Lighting. Dengan fitur ini, pengguna dapat memilih untuk mengambil foto dalam lima situasi pencahayaan yang berbeda, termasuk salah satunya yang mencoba mereplikasi efek pencahayaan di panggung, dengan fokus pada subjek foto dan latar serba hitam.

Kamera depannya yang merupakan bagian dari sistem TrueDepth tadi turut mendapatkan upgrade signifikan. Kini mengemas resolusi 7 megapixel, kamera depannya bahkan juga bisa digunakan untuk mengambil selfie dalam Portrait Mode dan Portrait Lighting.

Cara pengoperasian baru

iPhone X

Hilangnya tombol Home pada iPhone X juga memaksa Apple untuk memikirkan cara baru bagi pengguna untuk mengoperasikannya. Yang pertama, seperti sudah disinggung tadi, pengguna dapat membuka iPhone X dengan menatap ke layar dan mengusapkan jarinya dari bawah ke atas layar.

Selanjutnya, untuk keluar dari aplikasi, pengguna tinggal mengusap layar ke atas dari bagian bawah. Lalu untuk berpindah dari satu aplikasi ke yang lain, pengguna dapat menerapkan gesture yang sama, tapi menahan jarinya di tengah-tengah sampai muncul deretan aplikasi yang terbuka.

iPhone X

Control Center kini dibuka dengan mengusap layar ke bawah dari bagian indikator sinyal dan baterai di atas kanan, sedangkan Siri dapat dipanggil dengan menekan dan menahan tombol Power di sisi kanan. Saya pribadi juga bertanya-tanya, “Lalu bagaimana cara mematikan iPhone X?” Sayang Apple sama sekali tidak menyinggung topik tersebut, namun saya duga opsinya bisa jadi tersedia di Control Center.

iPhone X turut memperkenalkan fitur baru pada iMessage bernama Animoji, singkatan dari animated emoji. Cara kerjanya melibatkan sistem pengenal wajah tadi yang bertugas menganalisa lebih dari 50 pergerakan otot wajah pengguna, lalu menerjemahkannya menjadi berbagai ekspresi pada karakter emoji yang berbeda-beda.

Harga dan ketersediaan

iPhone X

iPhone X bakal ditawarkan dalam dua varian kapasitas: 64 GB atau 256 GB, dengan harga masing-masing $999 dan $1.149. Kedengarannya sangat mahal memang, tapi sebagai perspektif, iPhone 7 Plus tahun lalu dibanderol $949 untuk varian dengan kapasitas terbesarnya.

Apple bakal menerima pesanan iPhone X mulai 27 Oktober mendatang, dan konsumen bisa mendapatkannya mulai 3 November. Pilihan warna iPhone X sendiri hanya ada dua, yakni silver atau space gray.

Sumber: Apple.

Apple Watch Series 3 Ikut Ramaikan Peluncuran iPhone 8

Selain mengumumkan tiga seri iPhone terbarunya, Apple juga memperkenalkan seri terbaru Apple Watch Series 3 yang sudah barang tentu membawa sejumlah peningkatan baik dari sisi perangkat keras ataupun teknologi di balik balutan elegannya.

Diklaim bertumbuh sebesar 50% dari tahun ke tahun, Apple Watch menjadi salah harapan baru Apple untuk memperkuat ekosistem perangkatnya di kategori wearable.

Salah satu peningkatan paling menggembirakan di Apple Watch Series 3 adalah kehadiran dukungan seluler untuk yang pertama kali. Dengan hadirnya dukungan ini, maka Apple Watch 3 bisa melakukan berbagai aktivitas telepon, seperti membuat panggilan dan menerima panggilan. Jadi, semestinya penggemar Apple Watch tak punya keluhan lagi saat ini.

Apple Watch Series 3

Dan berkat dukungan tersebut, pengguna juga memperoleh keuntungan lain yaitu kemampuan untuk memberikan hiburan musik secara streaming langsung dari pergelangan. Bagi pengguna yang aktif berolahraga, dukungan fitur ini sudah barang tentu akan membuat mata mereka berbinar-binar.

Fitur baru Apple Watch Series 3 tak terhenti di dukungan seluler. Perangkat penerus Apple Watch Series 2 ini juga mendapatkan komponen prosesor dual-core S3 yang baru, yang diklaim mampu memberikan lonjakan performa hingga 70%. Performa ekstra ini memungkinkan Siri untuk bicara langsung melalui speaker, termasuk membaca informasi penting tanpa harus melihat ke arah layar. Konektivitas nirkabel juga makin baik dengan hadirnya chipset W2 baru yang sekaligus memberikan performa WiFi 85% lebih ngebut tapi dengan pemangkasan daya hingga 50%.

Apple Watch Series 3___2

Desain Apple Watch Series 3 juga sedikit ditingkatkan di mana antenna LTE dan UMTS direkatkan ke bagian layar, bukan di bagian tali yang berdampak pada fleksibilitas komponen saat dikenakan. Tambahan sensor altimeter juga memberi kemampuan baru pada Apple Watch Series 3, di mana sekarang ia mampu membaca ketinggian penggunanya. Meskipun bukan untuk penggunaan sehari-hari, tapi informasi yang diberikan cukup berguna ketika Anda sedang beraktivitas di pegunungan.

Apple Watch Series 3 with iPhone 8

Sisi piranti lunak Apple Watch Series 3 juga memperoleh perhatian cukup besar dari audiens. Benar saja, karena jam tangan pintar seri terbaru Apple ini sudah mengadopsi sistem operasi WatchOS 4 yang pertama kali diumumkan di ajang WWDC beberapa bulan yang lalu.

Apple Watch Series 3 akan mulai ditawarkan pada hari Jumat, 15 September dan dirilis seminggu setelahnya di Australia, Kanada, Tiongkok, Perancis, Jerman, Jepang, Puerto Rico, Swiss, Inggris dan Amerika Serikat. Varian terendah dijual seharga $392, sampai dengan $399 untuk varian teratas.

Sumber berita Apple 1, 2.

Apple Music Jadi Layanan Favorit Gen Z dan Millennial

Sebuah studi yang diterbitkan oleh perusahaan konsultan Fluent menunjukkan bahwa generasi Z dan Millenial di AS lebih memilih layanan streaming musik Apple Music dibandingkan layanan serupa lainnya. Sebagai catatan, Gen Z adalah sebutan untuk kategori pengguna berusia 18 sampai dengan 24 tahun. Sedangkan Millenial adalah mereka yang berusia antara 25 dan 34 tahun.

Popularitas Apple Music di pengguna Millenial adalah yang paling dominan dengan persentase 19%, sedangkan di kalangan Gen Z sebesar 14%. Spotify paling mendekati dengan persentase masing-masing 17% dan 9%. Sedangkan layanan streaming musik lain seperti Pandora, YouTube Red, Google Play Music dan iHeartradio mengantongi persentase di bawah 10% untuk masing-masing kategori.

favorite-paid-music-consumption-channel

Content marketing Fluent, Mary Lister memberikan catatan bahwa Karena Apple adalah merek perangkat pilihan untuk generasi Milenium dan Generasi Z, sehingga ada kecenderungan untuk tetap berada dalam ekosistem iOS. Sejalan dengan ini, Generasi Z jauh lebih cenderung memilih untuk berlangganan Apple Music daripada rekan mereka yang lebih tua.

Dengan hanya 25% penduduk Amerika yang membayar untuk layanan musik, maka cukup beralasan mengapa beberapa orang berpendapat bahwa model bisnis musik freemium berdampak buruk untuk artis di manapun. Namun jika melihat manuver yang dilakukan oleh Spotify yang menawarkan paket berbayar dan juga satu level gratisan, tampaknya label freemium memang dibutuhkan di satu titik tertentu.

Apple tentu bisa saja dengan mudah mengumpulkan puluhan juta pengguna jika saja mau mengadopsi strategi tersebut. Tetapi, mempertimbangkan kekuatan layanan di masa sekarang, rasanya Apple sudah berada di jalur yang benar.

Apple sendiri sedang berupaya membangun level baru dengan secara bertahap menambahkan layanan TV dan konten-konten film. Ini disebut sebagai salah satu upaya untuk merangkul pengguna dewasa berusia 35 tahun ke atas.

Riset ini sayangnya hanya menyasar pengguna layanan streaming musik Amerika Serikat yang notabene merupakan pasar terbesar Apple. Jadi cukup wajar jika portofolio mereka relatif lebih dipilih ketimbang layanan lain.

Sumber berita Fluent via Cultofmac dan gambar header Pixabay.

Bukukan Penjualan yang Impresif, Huawei Rebut Tahta Apple

Laju impresif Huawei di pasar lokal Tiongkok berlanjut ke pasar global. Data terakhir dari perusahaan riset Counterpoint Market menunjukkan bahwa Huawei sukses melampaui Apple sebagai produsen smartphone terbesar kedua di dunia selama dua bulan terakhir, Juni dan Juli 2017. Dengan angka penjualan di bulan Agustus yang juga menjanjikan, Huawei berpeluang besar mencetak hat-trick kendati belum mampu lepas dari bayang-bayang Samsung yang kokoh di puncak.

Ini adalah kali pertama bagi vendor asal Tiongkok tersebut berhasil melampaui Apple dalam hal penjualan smartphone secara global. Dalam beberapa tahun terakhir Huawei memang berkembang dengan sangat pesat di pasar lokal dan Eropa. Prestasi ini semakin mengesankan mengingat fakta bahwa mereka hanya memegang pasar minoritas di kawasan Amerika Serikat yang merupakan salah satu pasar smartphone terbesar di dunia.

Sebaliknya, bagi Apple ini merupakan sebuah pelecut semangat menjelang peluncuran iPhone generasi terbaru yang dijadwalkan digelar minggu depan. Berkaca pada hype yang kerap meroket saat iPhone baru diluncurkan, Apple punya peluang besar untuk merebut kembali tahta yang hilang.

July-Pulse-Huawei-surpass-Apple-Counterpoint-Research

Kekuatan Apple terletak pada loyalitas konsumen, dibuktikan hanya dengan dua atau empat model smartphone yang diluncurkan sepanjang tahun, mereka masih bisa menempatkan iPhone 7  sebagai smartphone terlaris di bulan Juli 2017 dengan persentase sebesar 4%, kemudian disusul oleh varian iPhone 7 Plus dengan 2,9%.

Sementara itu kekuatan utama Huawei terletak pada diversifikasi produk yang memungkinkan mereka menjual lebih banyak model smartphone untuk jenis pasar yang berbeda. Hal ini tergambar dari data Counterpoint yang tidak mendapati satupun smartphone merk Huawei di daftar smartphone terlaris di bulan Juli. Kendalanya, Huawei kesulitan untuk memperoleh loyalitas konsumen di antara sekian banyak portofolio yang mereka tawarkan. Kelemahan ini pula lah yang ditengarai menjadi biang melempemnya kiprah Huawei di pasar Amerika Serikat.

Top-10-products-July-2017-1024x716

Di laporan yang sama diungkapkan serangkaian perangkat paling populer di bulan Juli, seperti model R11 dan A57 milik Oppo yang berhasil dengan baik menempati posisi ketiga dan keempat. Kemudian diikuti oleh Samsung Galaxy S8, Xiaomi Redmi Note 4X, Galaxy S8 Plus, dan iPhone 6. Smartphone murah Samsung Galaxy J7 Prime dan Galaxy A5 (2017) menyempurnakan daftar 10 besar.

Beats Studio3 Wireless Andalkan Chip Apple W1 dan Noise Cancelling Adaptif

Saat Apple mengungkap iPhone 7 tahun lalu, Beats yang merupakan anak perusahaannya ikut memperkenalkan trio headphone wireless yang datang membawa chip Apple W1 seperti milik AirPods. Namun dari ketiga model itu, rupanya model flagship Beats Studio tidak termasuk.

Setahun berselang, Beats akhirnya mengungkap generasi terbaru headphone andalan mereka, Studio3 Wireless. Penampilannya secara garis besar masih sama seperti versi sebelumnya, namun kini dengan variasi warna yang lebih beragam dan kelihatan lebih terpoles.

Beats Studio3 Wireless

Yang banyak berubah adalah kinerjanya. Menyusul Solo3 Wireless, Studio3 Wireless mengemas chip Apple W1 yang tidak hanya bertugas menyederhanakan proses pairing saja, tetapi juga mengoptimalkan konsumsi baterainya. Alhasil, Studio3 Wireless diklaim bisa beroperasi selama 22 jam nonstop, bahkan selagi fitur noise cancelling-nya terus dinyalakan.

Teknologi noise cancelling yang dipakai juga bukan sembarangan, melainkan yang dapat beradaptasi dengan kondisi sekitar secara otomatis. Tak cuma itu, fitur bertajuk Pure ANC ini juga mampu mendeteksi ‘kebocoran’ suara akibat rambut, kacamata ataupun pergerakan kepala pengguna, lalu menyesuaikan intensitas pemblokiran suaranya supaya suara yang dihasilkan tetap optimal.

Beats Studio3 Wireless

Apple bilang kalau Pure ANC melakukan proses kalibrasi seperti itu sebanyak 50.000 kali setiap detiknya. Fitur Fast Fuel tidak lupa disematkan agar perangkat bisa mendapat daya baterai selama 3 jam meski hanya di-charge selama 10 menit. Soal kualitas suara sendiri, bersiaplah mendengarkan bass yang melimpah jika mengamati riwayat Beats selama ini.

Beats Studio3 Wireless saat ini sudah dipasarkan seharga $350. Di angka itu, harganya sama persis seperti Sony WH-1000XM2 yang juga diluncurkan belum lama ini.

Sumber: Business Wire.

Dear iPhone 7 User, Berhentilah Menggunakan Fitur Assistive Touch

Saat ini pengguna Iphone sudah banyak menjamurm karena brand Iphone juga sudah menerbitkan banyak series dalam produk elektroniknya.

Salah satu keunggulan Iphone adalah memiliki tampilan cantik dan juga memiliki ciri khasnya tersediri. Yang menjadi ciri khas dari smartphone adalah Assistive Touch yang sebenarnya ada fitur ini lebih sering digunakan oleh pengguna Iphone di Indonesia.

Apa itu Assistive Touch?

Assistive Touch, bagi yang tidak tahu, adalah tombol virtual yang selalu muncul di layar dan bisa di-tap kapan saja untuk mengaktifkan beragam fungsi, mulai dari kembali ke home screen, mengunci layar sampai mengaktifkan Siri. Posisinya bisa dipindah-pindah sesuka hati; bisa di kiri atas, kiri bawah, kanan atas, kanan bawah, atau malah agak ke tengah.

Untuk mengaktifkannya, pengguna harus lebih dulu masuk ke menu pengaturan Accessibility. Sesuai namanya, fitur ini sebenarnya dirancang untuk pengguna yang memiliki kesulitan; sulit menekan tombol fisik, atau mungkin sulit mengusap layar. Yang mengherankan, banyak sekali pengguna fitur ini yang ternyata sama sekali tidak memiliki kesulitan.

Assistive Touch untuk mencegah tombol Home rusak

9 dari 10 pengguna iPhone yang saya kenal memakai fitur ini. Hampir semuanya memberikan alasan yang sama, yakni supaya tombol Home milik iPhone kesayangannya tidak rusak, sehingga pada akhirnya masih bisa dijual lagi dengan harga yang cukup tinggi ketika sudah saatnya bagi mereka untuk berganti smartphone.

Alasan mereka ini cukup valid. Tombol Home iPhone memang punya sejarah yang buruk dari masa ke masa. Utamanya sejak iPhone 4 dan iOS 4 datang memperkenalkan fitur app switcher (yang diaktifkan dengan menekan tombol Home dua kali), tombol terpenting itu jadi cepat sekali rusak.

Mereka yang tombol Home milik iPhone-nya sudah terlanjur rusak memilih untuk menggunakan Assistive Touch ketimbang membayar biaya reparasi. Cerita ini lalu menyebar dari mulut ke mulut, hingga akhirnya Assistive Touch dipercaya sebagai metode yang efektif untuk mencegah tombol Home rusak – bahkan direkomendasikan sendiri oleh staf toko yang menjual iPhone.

iPhone 7 membuat Assistive Touch jadi tidak lagi relevan

iPhone 5S dan suksesor-suksesornya mengemas sensor pemindai sidik jari yang tertanam pada tombol Home, dan bersamanya datang peningkatan durabilitas. Kendati demikian, hal ini belum cukup meyakinkan para pengguna iPhone untuk berhenti memakai Assistive Touch dan menggunakan iPhone seperti yang Apple kehendaki dalam kondisi normalnya.

Hingga akhirnya datanglah iPhone 7 dan 7 Plus tahun lalu. Tombol Home yang tersemat di kedua iPhone terbaru ini sepintas terlihat sama seperti sebelum-sebelumnya, tapi kenyataannya sangatlah berbeda. Di iPhone 7 dan 7 Plus, tombol Home ini secara teknis tidak bisa lagi disebut sebagai “tombol”. Pasalnya, sama sekali tidak ada komponen yang bergerak ketika pengguna menekannya.

Kalau Anda tidak percaya, coba matikan iPhone 7 atau 7 Plus Anda, lalu tekan tombol Home-nya. Saya jamin Anda tidak akan merasakan apa-apa. Tombol Home pada kedua iPhone baru ini lebih pantas dikategorikan sebagai trackpad.

Taptic Engine di dalam iPhone 7 dan 7 Plus bertanggung jawab atas sensasi klik yang muncul ketika pengguna menekan tombol Home / Apple
Taptic Engine di dalam iPhone 7 dan 7 Plus bertanggung jawab atas sensasi klik yang muncul ketika pengguna menekan tombol Home / Apple

Sensasi klik yang muncul ketika Anda menekan tombol Home milik iPhone 7 dan 7 Plus sebenarnya merupakan efek getaran dari komponen bernama Taptic Engine, komponen yang sama yang bertanggung jawab atas efek getaran ketika Anda menekan layar (3D Touch) maupun layar dan trackpad Force Touch pada Apple Watch dan MacBook.

Perubahan yang terkesan sepele namun pengaruhnya signifikan ini membuat Assistive Touch jadi tidak lagi relevan di iPhone 7 dan 7 Plus, setidaknya menurut pandangan saya. Kalau suatu tombol tidak lagi bisa bergerak, bukankah peluangnya untuk rusak jadi sangat kecil atau bahkan hampir tidak ada?

Semisal rusak, letak kesalahannya pun bukan di tombol Home, melainkan di Taptic Engine atau iOS – dan juga bukan akibat terlalu sering ditekan. Kalau sudah tiba di titik ini, sekali lagi masih ada Assistive Touch yang bisa menjadi solusi, baik untuk sementara ataupun seterusnya.

Alasan untuk tidak memakai Assistive Touch

Untuk menyentuh tombol "X" di sini, sang pengguna harus lebih dulu memindah posisi tombol Assistive Touch / Pixabay
Untuk menyentuh tombol “X” di sini, sang pengguna harus lebih dulu memindah posisi tombol Assistive Touch / Pixabay

Mengingat Assistive Touch merupakan bagian dari fitur Accessibility, jelas sekali ini bukan cara normal menggunakan iPhone seperti yang Apple kehendaki. Pada kenyataannya, Assistive Touch sangatlah tidak praktis jika dibandingkan dengan tombol Home.

Untuk keluar dari aplikasi misalnya, Anda butuh dua tap pada Assistive Touch: pertama untuk membuka menunya, kedua untuk mengaktifkan fungsi tombol Home. Dengan tombol Home, Anda hanya butuh satu klik saja. Kalau butuh alasan ekstra, sensasi kliknya jauh lebih memuaskan ketimbang menyentuh layar dua kali tanpa ada feedback sama sekali.

Memang ada saat dimana Assistive Touch terkesan lebih memudahkan ketimbang tombol Home, seperti ketika hendak mengaktifkan Siri atau mengambil screenshot misalnya. Ketimbang harus menekan dan menahan tombol Home, Anda bisa menyentuh layar dua kali untuk mengaktifkan kedua fungsi tersebut. Namun saya masih punya alasan lain untuk tidak menggunakan Assistive Touch.

Alasan itu adalah, keberadaan Assistive Touch sangatlah mengganggu. Tampilannya memang berubah jadi agak transparan ketika sedang tidak digunakan, tapi tetap saja memakan tempat di layar. Saat berada di sebuah aplikasi misalnya, Assistive Touch bisa menutupi tombol aplikasi di ujung layar, dan pengguna harus lebih dulu memindahnya untuk bisa menekan tombol aplikasi tersebut.

Lebih lanjut, tren smartphone terkini adalah layar dengan bezel yang sangat minimal, yang dipelopori oleh LG G6 dan Samsung Galaxy S8. Tujuannya supaya layar bisa lebih besar dan konten yang ditampilkan bisa lebih banyak tanpa membuat dimensi ponsel jadi semakin bengkak. Kalau itu yang konsumen cari, lalu kenapa mereka rela mengorbankan sebagian kecil layar untuk sebuah tombol virtual yang dirancang untuk pengguna berkebutuhan khusus?

Kesimpulan

Judul di atas sama sekali tidak saya maksudkan untuk mengejek kebiasaan Anda sekalian dalam menggunakan iPhone masing-masing. Saya cuma bermaksud memberi saran agar Anda bisa mendapat pengalaman menggunakan iPhone 7 dan 7 Plus yang lebih baik. Lupakan perkataan orang-orang dekat maupun staf toko ponsel tentang tombol Home iPhone yang mudah sekali rusak, sebab kenyataannya tidak lagi demikian sejak Apple merilis iPhone 7 dan 7 Plus.

iPhone generasi baru yang bakal dirilis bulan September atau Oktober nanti malah rumornya bakal mengemas layar hampir tidak ber-bezel, yang berarti eksistensi tombol Home fisik bakal terhenti di situ. Saya tidak tahu apa yang akan Apple suguhkan sebagai pengganti tombol Home yang ada sekarang, tapi saya yakin bukan Assistive Touch.

Semoga semua ini bisa membuka pandangan Anda terkait ‘kesalahpahaman’ mengenai tombol Home milik iPhone, khususnya iPhone 7 dan 7 Plus, mengingat masih ada sejumlah rekan saya yang begitu yakin tombol Home di iPhone 7 miliknya bisa cepat rusak kalau mereka tidak menggunakan Assistive Touch.

Lain ceritanya kalau kondisi iPhone Anda sudah seperti milik saya di foto teratas di artikel ini. Kalau sudah seperti itu, mungkin Assistive Touch adalah satu-satunya solusi yang Anda miliki – meskipun saya pribadi menggunakan Assistive Touch sebagai pengganti tombol power yang rusak, bukan tombol Home, yang pada kenyataannya masih baik-baik saja meski saya sudah menggunakan ponsel itu sejak awal tahun 2013.

Perkembangan Rencana Pembangunan “Apple Innovation Center” di Indonesia

Bulan ini Apple akan melakukan pre-launch pusat riset mereka di Indonesia. Bertempat di Bina Nusantara di Alam Sutera, Tangerang Selatan, Banten. Pre-launch ini akan menjadi yang pertama di Indonesia telah dalam satu tahun terakhir menjadi perbincangan. Kehadiran pusat riset dan pengembangan Apple di Indonesia merupakan upaya Apple memenuhi TKDN yang mulai diterapkan pemerintah untuk sejumlah perangkat ponsel berkonektivitas 4G/LTE.

Seperti dikutip dari beberapa media, Direktur Jendral Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika I Gusti Putu Suryawirawan menjelaskan pihaknya telah mendapat undangan acara pre-launching tersebut. Hanya saja Putu menekankan bahwa acara tersebut bukan peresmian, pasalnya realisasi investasi masih sekitar 30 persen dari total yang telah dijanjikan. Apple disebutkan telah berkomitmen berinvestasi di Indonesia sebesar $44 juta atau sekitar Rp586 miliar dengan jangka waktu berlaku.

Apple sendiri telah memilih mendirikan pusat inovasi di Indonesia, tepatnya di Green Office Park 9 BSD City Serpong, Tangerang Selatan. Selain itu juga beredar kabar bahwa Apple akan membangun dua pusat riset lain di Indonesia. Meski demikian informasi mengenai kota, jadwal pembangunan, dan keterangan lebih lanjut belum bisa dikonfirmasi.

Jika mengacu pada informasi-informasi sebelumnya, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pernah menyampaikan bahwa pembangunan Apple Innovation Center (AIC) akan ditempatkan di 4 kota, yakni Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Surakarta. Kota-kota yang saat ini banyak menjadi rujukan studi mahasiswa-mahasiswa Indonesia.

Nantinya AIC yang dibangun Apple akan melakukan beberapa hal yang berkenaan dengan inovasi, termasuk di dalamnya pengembangan perangkat lunak dan menyiapkan tenaga terlatih dengan standar Apple. Termasuk memberikan sertifikasi bagi mahasiswa. Kehadiran AIC juga menargetkan bisa menyerap banyak tenaga kerja.

Dengan memilih membangun pusat riset dan pengembangan di Indonesia, harapannya masyarakat Indonesia tidak hanya dianggap sebagai konsumen produk-produk Apple, tetapi juga produsen, baik perangkat lunak maupun perangkat keras.