Apple Akan Pangkas Komisi Pengembang di App Store Sebesar 15%

Kebijakan Apple terkait tarif komisi sebesar 30% di toko aplikasi App Store atas pemasukan yang peroleh dari transaksi in-app, dianggap memberatkan bagi beberapa kalangan pengembang. Kabar baiknya, perusahaan asal Cupertino tersebut telah mengumumkan pengurangan tarif komisi di App Store terutama bagi pengembang kecil.

Lewat program bernama ‘App Store Small Business Program‘, para pengembang dengan pendapatan kurang dari US$1 juta atau Rp14 miliar per tahun akan mendapatkan potongan biaya sebanyak 15% atau setengah dari standar yang ditetapkan oleh Apple.

Program bisnis kecil App Store ini akan mulai berlaku pada 1 Januari 2021 dan sebagian besar pengembang aplikasi iOS seharusnya dapat mengakses program tersebut. Para pengembang akan diminta untuk apply program tersebut, Apple akan mengungkap lebih banyak informasi terkait proses dan persyaratannya pada bulan Desember.

Pengembang baru juga langsung memenuhi syarat dan nantinya bagi pengembang yang memperoleh penghasilan menembus US$1 juta di tahun 2021, mereka akan secara otomatis dihapus dari program dan dikenakan tarif komisi standar 30%. CEO Apple Tim Cook menggambarkan langkah tersebut sebagai cara untuk mendukung bisnis kecil di kondisi pandemi covid-19, yang ia gambarkan dalam sebuah pernyataan sebagai “tulang punggung ekonomi global dan jantung inovasi”.

Program baru ini pasti akan menyenangkan lebih banyak pembuat aplikasi khusus, pengembang game indie, dan anggota ekosistem iOS lainnya. Meski begitu, protes dan ketidakpuasan kebijakan komisi 30% di App Store tidak akan berhenti sampai di sini.

Belum lama beberapa pengembang yang terdiri dari Epic Games, Spotify, Deezer, Tile dan Match Group, bersatu dan membentuk kelompok bernama Coalition for App Fairness untuk melawan kebijakan App Store dan bertujuan untuk menciptakan level yang setara untuk bisnis aplikasi dan memberikan orang-orang kebebasan untuk memilih di perangkatnya.

Sumber: The Verge

Apple Ungkap Generasi Baru Mac yang Dibekali Prosesor Bikinannya Sendiri

Setelah bertahun-tahun memercayakan pasokan prosesor lini Mac kepada Intel, Apple memutuskan sudah tiba saatnya bagi mereka untuk menggarap prosesor komputernya sendiri. Langkah ambisius ini pertama kali mereka umumkan di ajang WWDC 2020 pada bulan Juni lalu, dan realisasinya sudah bisa konsumen nikmati sekarang juga.

Chipset pertama Apple yang dirancang khusus untuk platform Mac ini mereka namai M1. Secara teknis, M1 merupakan sebuah system-on-a-chip (SoC) berarsitektur ARM – Apple Silicon kalau mengacu pada istilah yang digunakan Apple. Artinya, yang tertanam di M1 bukan cuma prosesor saja, melainkan juga GPU dan memory (RAM) sekaligus.

Seperti halnya chipset A14 yang terdapat pada iPhone 12 dan iPad Air generasi keempat, M1 juga dibuat menggunakan proses pabrikasi 5 nanometer, dengan total jumlah transistor yang mencapai angka 16 miliar. Secara struktural, chip M1 terdiri dari prosesor 8-core, GPU 8-core, dan Neural Engine 16-core.

Dalam presentasinya, Apple tidak segan memaparkan klaim demi klaim bahwa M1 tak hanya mempunyai kinerja yang lebih kencang daripada chip laptop pada umumnya, tapi juga menawarkan efisiensi daya yang jauh lebih tinggi. Apple mengilustrasikan bahwa kalau dibandingkan dengan “chip laptop terkini”, prosesor milik M1 sudah bisa menyamai performa maksimalnya hanya dengan mengonsumsi seperempat dari total energi yang dibutuhkan.

Untuk GPU-nya, Apple bilang total daya komputasinya mencapai 2,6 teraflop, paling tinggi untuk ukuran chip grafis terintegrasi. Apple bahkan sempat menunjukkan bagaimana game AAA seperti Baldur’s Gate 3 bisa berjalan mulus di M1. Meski demikian, kita juga tidak boleh lupa bahwa prosesor terbaru Intel juga punya performa gaming yang sangat mumpuni.

Selanjutnya, kehadiran Neural Engine berarti Mac yang ditenagai chip M1 bakal lebih cekatan dalam mengerjakan tugas-tugas berbasis machine learning seperti voice recognition, face recognition, object detection, dan lain sejenisnya. Hal ini cukup krusial mengingat belakangan semakin banyak aplikasi yang menawarkan fitur-fitur berbasis machine learning.

Eksistensi M1 secara otomatis juga menuntut Apple untuk mengoptimalkan macOS buat platform ARM, dan itulah yang mereka lakukan pada versi terbarunya, macOS Big Sur. Semua aplikasi bawaannya kini dapat berjalan secara native, namun Apple turut memastikan bahwa aplikasi pihak ketiga yang belum sempat di-update pun tetap bisa berjalan secara normal. Juga sangat menarik adalah fakta bahwa semua aplikasi iPhone dan iPad kini kompatibel dengan macOS.

Tiga Mac pertama yang dibekali chip M1

MacBook Air M1

Apple bilang bahwa proses transisi dari platform Intel ke Apple Silicon ini bakal memakan waktu sekitar dua tahun. Di tahap awal ini, mereka langsung memperbarui tiga model Mac sekaligus dengan chip M1, yaitu MacBook Air, MacBook Pro 13 inci, dan Mac Mini.

Memilih MacBook Air sebagai kandidat pertama merupakan keputusan yang sangat rasional. Pasalnya, Air selama ini merupakan model terlaris dari seluruh lini Mac, dan ia juga merupakan laptop paling terjangkau yang Apple jual saat ini. Di saat yang sama, Air juga adalah yang paling lemah kinerjanya di antara model MacBook lain.

Berkat penggunaan chip M1, Apple mengklaim kinerja prosesor MacBook Air bisa naik sampai 3,5x dibanding generasi sebelumnya. Performa grafisnya malah bisa 5x lebih kencang, dan pada praktiknya, MacBook Air yang ditenagai chip M1 ini sanggup mengedit sekaligus memutar video 4K dalam format ProRes di aplikasi Final Cut Pro tanpa kesulitan.

Semua itu tanpa mengorbankan efisiensi energinya. Menurut Apple, baterai milik MacBook Air generasi terbaru ini baru akan habis setelah dipakai menonton video selama 18 jam, atau 6 jam lebih lama daripada generasi sebelumnya.

Selebihnya, MacBook Air generasi terbaru ini masih mengadopsi desain yang sama persis seperti sebelumnya. Harga jualnya pun tidak berubah, masih $999 untuk konfigurasi terendahnya.

MacBook Pro M1

Selain MacBook Air, M1 juga mendapat tempat di MacBook Pro 13 inci. Hal ini tentu terdengar menarik, sebab selama ini lini MacBook Pro selalu menawarkan performa yang lebih tinggi daripada MacBook Air. Berhubung sekarang chipset yang digunakan sama persis, keduanya tentu menawarkan kinerja yang identik, bukan?

Tidak sepenuhnya, sebab ada satu perbedaan fundamental: MacBook Pro 13 inci datang membawa kipas pendingin, sedangkan MacBook Air sama sekali tidak dilengkapi kipas. Asumsi saya, ini berarti MacBook Pro mampu mempertahankan performa puncaknya lebih lama daripada MacBook Air. Dengan kata lain, performa MacBook Pro 13 inci semestinya bisa lebih konsisten ketimbang MacBook Air meski mengemas chipset yang identik.

Lalu kalau dikomparasikan dengan MacBook Pro generasi sebelumnya, Apple bilang ada peningkatan performa CPU hingga 2,8x dan GPU sampai 5x. Kala dipraktikkan, ini berarti MacBook Pro 13 inci dengan chip M1 mampu memutar video 8K dalam format ProRes di aplikasi DaVinci Resolve secara lancar.

Selain performa yang lebih konsisten, keuntungan lain memilih MacBook Pro 13 inci ketimbang MacBook Air adalah daya tahan baterai yang lebih lama lagi, sampai 20 jam pemutaran video nonstop kalau kata Apple, atau dua kali lebih awet daripada generasi sebelumnya.

Sisanya lagi-lagi sama. Touch Bar-nya masih sama, dan secara keseluruhan tidak ada sedikit pun yang berubah dari bentuknya. Apple juga masih mempertahankan harga jual mulai $1.299 untuk MacBook Pro 13 inci. Namun yang menarik, Apple juga masih menjual MacBook Pro 13 inci yang ditenagai prosesor Intel.

Pertanyaannya, untuk apa Anda harus memilih MacBook Pro 13 inci versi Intel kalau sudah ada yang versi M1? Saya menemukan setidaknya ada dua skenario, yakni ketika Anda membutuhkan kapasitas RAM yang lebih besar dari 16 GB, dan apabila dua port USB-C saja tidak cukup buat Anda. Jadi kalau Anda merasa RAM 32 GB dan empat port USB-C itu wajib, sejauh ini opsi tersebut cuma ada pada versi Intel.

Mac Mini M1

Terakhir, chip M1 juga ikut merambah segmen desktop, dimulai dari Mac Mini. Dibandingkan dengan generasi sebelumnya, Mac Mini yang ditenagai chip M1 ini diyakini mampu menyuguhkan kinerja CPU 3x lebih kencang dan kinerja grafis 6x lebih gegas.

Untuk mengilustrasikan peningkatan performanya, Apple bilang bahwa Mac Mini dengan chip M1 mampu membuka tiga kali lebih banyak plugin pada aplikasi Logic Pro, serta sanggup menjalankan game Shadow of the Tomb Raider pada frame rate 4x lebih tinggi. Sama seperti MacBook pro 13 inci, Mac Mini turut dilengkapi kipas pendingin demi meminimalkan terjadinya thermal throttling.

Yang paling menarik, Mac Mini generasi baru ini dibanderol mulai $699, atau $100 lebih murah daripada harga generasi sebelumnya yang ditenagai prosesor quad-core Intel. Di Amerika Serikat, ketiga Mac versi ARM ini sudah mulai dipasarkan sekarang juga.

Sumber: Apple 1, 2.

Anker Luncurkan Charger Mini untuk iPhone 12

Seperti yang sudah kita ketahui, semua unit iPhone 12 hadir tanpa charger di dalam boksnya. Alasannya, kalau menurut Apple, adalah supaya mereka dapat membantu upaya pengurangan sampah elektronik. “Toh semua konsumen pasti sudah punya charger sendiri di rumahnya,” kira-kira begitu pemikiran Apple.

Oke lah, mungkin kita memang masih menyimpan charger bekas smartphone lama kita. Namun yang menjadi masalah adalah, kemungkinan besar charger tersebut tidak cocok dengan kabel bawaan iPhone 12; yang termasuk dalam paket penjualan iPhone 12 adalah kabel Lightning ke USB-C, sedangkan kepala charger yang sebagian besar konsumen punya adalah USB-A.

Poin yang ingin saya angkat adalah, mereka yang membeli iPhone 12 kemungkinan besar juga harus membeli charger baru. Tentu saja Apple menjualnya seharga $19, tapi alternatifnya kita juga bisa melirik penawaran dari brand aksesori lain, salah satunya Anker.

Charger terbaru mereka, Anker Powerport Nano 20W dijual seharga $17 (di Indonesia sekitar Rp425 ribu). Bukan cuma lebih terjangkau, tapi ukurannya juga jauh lebih mungil daripada charger yang Apple jual walaupun output-nya sama persis – sama-sama mampu mengisi baterai iPhone 12 dan 12 Pro dari 0 – 50% dalam waktu setengah jam. Dimensinya bahkan nyaris identik dengan charger 5W bawaan iPhone lawas.

Di Tiongkok, Anker malah menjual produk yang sama dalam edisi khusus Doraemon. Tema Doraemon ini juga tersedia untuk produk-produk mereka yang lain, mulai dari wireless charger MagSafe untuk iPhone 12, kabel Lightning ke USB-C, kabel USB-C ke USB-C untuk iPad dan MacBook, sampai kepala charger 65W.

Sayang tidak ada keterangan apakah Anker juga bakal menjual produk tema Doraemon ini di negara lain. Padahal saya yakin kalau tersedia di Indonesia pasti laris manis, terutama mengingat pengguna perangkat Apple saat ini kemungkinan besar adalah kalangan milenial yang dulunya setia menanti kehadiran serial TV Doraemon di setiap Minggu pagi. Buat pengguna perangkat Android pun charger 20W ini juga tetap berguna.

Sumber: GSM Arena.

Esports Tetap Diadu di SEA Games, Pemasukan Genshin Impact Tembus Rp1,47 Triliun

Seminggu terakhir, ada beberapa berita menarik terkait bisnis di dunia gaming dan esports. Misalnya, Game Growth Program dari Unity yang bertujuan untuk membantu developer indie meningkatkan jumlah pemain dari game buatan mereka. Selain itu, Apple juga diizinkan untuk memblokir Fortnite dari App Store.

Esports Tetap Diadu di SEA Games

Esports kembali ditetapkan sebagai salah satu cabang olahraga yang akan diadu di SEA Games. Selain esports, ada tiga cabang olahraga lain yang akan kembali diselenggarakan, yaitu bowling, jiu jitsu, dan triathlon. Duong Vi Khoa, Vice President of Vietnam Recreational Esport Association dan Head of Vietnam Esports Delegation mengatakan, ada tiga game yang akan dipertandingkan di SEA Games, yaitu Dota 2, Arena of Valor, dan Pro Evolution Soccer, menurut laporan Vietnam Express. Di SEA Games 2019, Indonesia berhasil mendapatkan dua medali perak dari esports.

SEA Games akan digelar pada 21 November 2021 sampai 2 Desember 2021. Dalam acara olahraga tersebut, hanya ada 40 cabang olahraga yang akan diadu. Vietnam menyebutkan, alasan mereka mengurangi jumlah cabang olahraga dalam SEA Games adalah karena pandemi COVID-19 membuat ekonomi kacau balau. Pada awalnya. mereka sempat berencana untuk meniadakan esports. Namun, berbagai federasi esports di Asia Tenggara, termasuk Federasi Esports Asia, terus mencari dukungan agar esports tetap diadakan di SEA Games.

Genshin Impact Balik Modal Dalam 12 Hari

Pemasukan dari Genshin Impact buatan miHoYo telah mencapai US$100 juta (sekitar Rp1,47 triliun). Dikabarkan, proses pengembangan game tersebut membutuhkan biaya sebesar US$100 juta. Berbagai sumber mengungkap, Genshin Impact berhasil balik modal hanya dalam waktu 12 hari, menurut laporan PC Gamer.

Pemasukan Genshin Impact telah capai US$100 juta.
Pemasukan Genshin Impact telah capai US$100 juta.

Genshin Impact merupakan game open world yang bisa dimainkan dengan gratis. Hanya saja, miHoYo menerapkan sistem gacha dalam game tersebut. Sejak diluncurkan pada 28 September 2020 lalu, game itu menjadi sangat populer di Jepang, Korea Selatan, dan juga Tiongkok. Tak hanya itu, game ini juga mendapatkan fans di kawasan Amerika dan Eropa, walau tetap ada kontroversi akan Genshin Impact.

Daniel Ahmad, analis bisnis dari Niko Partners memperkirakan, pemasukan Genshin Impact akan menembus RMB1 miliar (sekitar Rp2,2 triliun) dalam waktu dekat. Memang, sejauh ini, Genshin Impact disebut sebagai game Tiongkok dengan peluncuran global paling sukses.

Konten Among Us Dapat 4 Miliar View Sepanjang September 2020

Among Us diluncurkan dua tahun lalu. Meskipun begitu, belakangan, game buatan InnerSloth itu menjadi sangat populer. Salah satu alasannya adalah karena banyak streamer di Twitch yang menyiarkan konten tentang game tersebut. Namun, ternyata, konten Among Us tak hanya populer di Twitch, tapi juga di YouTube.

YouTube baru saja merilis data viewership dari Among Us. Pada September 2020 saja, jumlah view dari semua konten Among Us mencapai empat miliar view. Menariknya, konten dari Among Us tak melulu tentang gameplay. Cukup banyak video yang menampilkan meme, lagu, atau bahkan animasi dari game tersebut. Faktanya, sekitar 6,6% dari total view Among Us berasal dari konten animasi game itu.

Negara-negara yang memberikan kontribusi terbesar pada view konten Among Us di YouTube. | Sumber: YouTube
Negara-negara yang memberikan kontribusi terbesar pada view konten Among Us di YouTube. | Sumber: YouTube

Amerika Serikat menjadi negara dengan audiens terbesar dari Among Us. Mereka menyumbangkan 18,7% dari total view selama bulan September. Meksiko ada di posisi nomor dua dengan kontribusi sebesar 7,9% dari total view. Posisi ketiga ditempati oleh Korea Selatan dengan kontribusi 6,4%. Sementara posisi keempat diduduki oleh Indonesia dan Brasil, yang masing-masing memberikan kontribusi 5,5% dari total view.

Seperti yang disebutkan oleh YouTube, para kreator ternama seperti PewDiePie memang memanfaatkan tren untuk konten tentang Among Us. Namun, popularitas Among Us juga membantu para kreator yang belum terlalu populer. Salah satunya adalah The Hornstromp Games. Pada awalnya, channel ini hanya memiliki 100 ribu subscriber. Setelah channel itu membuat video animasi Among Us, jumlah subscriber mereka naik menjadi lebih dari 600 ribu.

Epic Games Kalah dari Apple di Pengadilan

Apple diizinkan untuk memblokir Fortnite buatan Epic Games dari App Store. Hakim Yvonne Gonzales Rogers menetapkan, kerugian yang Epic alami sekarang adalah akibat ulah mereka sendiri. Pasalnya, mereka menambahkan fitur Epic Direct Payments ke Fortnite walau mereka tahu hal ini melanggar peraturan yang telah Apple tetapkan.

“Singkat kata, Epic Games tak bisa menuduh Apple melakukan monopoli demi mendapatkan keuntungan untuk mereka sendiri,” kata hakim Rogers, menurut laporan Ars Technica. “Situasi saat ini terjadi akibat tindakan mereka sendiri.” Namun, dia juga memutuskan bahwa Apple tak boleh memblokir Unreal Engine — engine buatan Epic. Hal ini berarti, para developer yang menggunakan Unreal tak perlu khawatir game mereka mendadak tidak bisa berjalan di perangkat iOS.

Epic kalah dari Apple di pengadilan.
Epic kalah dari Apple di pengadilan.

Epic boleh memasukkan Fortnite kembali di App Store jika mereka mau menghapus fitur direct payment. Hanya saja, jika mereka melakukan hal itu, tidak diketahui apakah Apple akan memberikan hukuman pada mereka atau tidak.

Unity Buat Game Growth Program untuk Dukung Developer Indie

Minggu ini, Unity mleuncurkan program baru bernama Game Growth Program. Fokus dari program akselerator ini adalah game gratis yang dibuat oleh studio indie. Para developer yang dipilih untuk ikut dalam program ini akan diberikan akses ke tkenologi, sumber daya, dan dana agar mereka bisa mengakuisisi pemain baru. Tak hanya itu, para developer Unity juga akan memberikan saran tentang strategi untuk meningkatkan jumlah pemain game mereka.

Developer yang terpilih untuk ikut dalam Game Growth Program akan tetap memegang hak cipta atas properti intelektual mereka. Selain itu, setelah program selesai, mereka tidak punya kewajiban untuk berbagi pemasukan dengan Unity.

“Ada banyak game hebat yang tidak mendapatkan perhatian para gamer, khususnya game-game indie,” kata Julie Shumaker, Vice President of Revenue, Operate Solutions, Unity, lapor GamesIndustry. “Kami percaya, developer tidak harus memilih untuk merealisasikan visi mereka atau membuat game yang digemari pasar. Tujuan utama dari Game Growth Program adalah untuk mendukung para developer sehingga mereka bisa sukses tanpa harus menggadaikan IP atau perusahaan mereka.”

Sumber header: The Esports Observer

Apple Luncurkan HomePod Mini, Smart Speaker Mungil Seharga $99

iPhone 12 Mini bukanlah satu-satunya produk bertubuh mungil yang Apple ungkap pada acara peluncuran iPhone 12 semalam. Pada kenyataannya, event tersebut dibuka dengan pengumuman HomePod Mini, alternatif ringkas dari smart speaker bernama sama yang Apple perkenalkan tiga tahun silam.

Tidak seperti HomePod orisinal yang berwujud silindris, bentuk HomePod Mini hampir menyerupai bola. Desainnya langsung mengingatkan saya pada Amazon Echo generasi keempat yang dirilis bulan lalu, akan tetapi bagian atasnya dibuat mendatar sebagai tempat untuk panel sentuh, dan yang juga akan menyala ketika Siri berbicara.

Meski mungil dengan tinggi tidak lebih dari 8,4 cm, HomePod Mini tetap memprioritaskan kualitas suara di atas segalanya, sama kasusnya seperti HomePod standar. Di balik kain bermotif jaring-jaringnya, bernaung satu unit full-range driver racikan Apple sendiri, dibantu oleh sepasang passive radiator untuk menghasilkan bass yang mantap dan treble yang jernih.

HomePod Mini turut dibekali chip Apple S5, yang menurut Apple akan bekerja menganalisis karakteristik dari musik yang dimainkan, lalu mengoptimalkan berbagai parameter secara real-time, termasuk halnya mengatur pergerakan driver dan passive radiator-nya. Seperti halnya HomePod, HomePod Mini juga dirancang supaya dapat menyajikan suara yang konsisten terlepas dari penempatannya di dalam ruangan.

Total ada empat mikrofon yang disematkan pada HomePod Mini. Tiga di antaranya bertugas mendengarkan mantra “Hey Siri”, lalu mikrofon yang keempat berfungsi untuk mengisolasi suara yang keluar dari speaker sendiri agar perangkat dapat mendeteksi suara pengguna dengan lebih baik meski ada musik yang tengah mengalun.

Ya, tentu saja smart speaker non-portable ini masih mengandalkan Siri dan bukan asisten virtual yang lain. Kendati demikian, Apple percaya Siri sudah jauh lebih cerdas daripada sebelumnya, serta mampu mengidentifikasi suara dari beberapa pengguna yang berbeda secara otomatis, sehingga respon yang diberikan akan selalu tepat sasaran.

HomePod Mini juga dapat berperan sebagai sebuah smart home hub, dengan catatan perabot-perabot pintar yang digunakan memang termasuk dalam ekosistem Apple HomeKit. Lalu yang cukup lucu adalah fitur Intercom, yang dirancang supaya pengguna di satu rumah bisa saling berinteraksi lewat beberapa unit HomePod Mini yang tersebar.

Menariknya, Apple juga merancang agar fitur Intercom ini bekerja di perangkat lain seperti iPhone, Apple Watch, MacBook, bahkan AirPods. Jadi kalaupun hanya ada satu HomePod Mini di rumah, semestinya fitur Intercom ini akan tetap berguna, terutama buat konsumen yang memang sudah terlanjur ‘terjerumus’ dalam ekosistem produk Apple.

Rencananya, HomePod Mini akan dipasarkan mulai 16 November mendatang seharga $99. Harganya ini tentu sangat menarik, tapi sayangnya tidak ada integrasi Spotify di sini, yang berarti pelanggan Spotify hanya bisa memutar musik dari layanan tersebut dengan menggunakan metode streaming Bluetooth ketimbang langsung berbicara dengan Siri.

Sumber: Apple.

Kuartet iPhone 12 Resmi Diperkenalkan, Usung Desain Baru tapi Tanpa Charger dalam Boks

Entah berapa kali kata “5G” disebut dalam acara peluncuran iPhone 12 semalam. Di saat pabrikan smartphone lain sudah menawarkan dukungan 5G sejak lama, Apple malah tidak segan menekankan 5G sebagai fitur unggulan meski mereka datang terlambat.

Namun Apple memang demikian. Berkat pangsa pasar iPhone yang begitu besar, mereka pada dasarnya bebas berbuat apa saja, termasuk halnya menumbuhkan opini bahwa 5G bakal mulai menjadi mainstream tidak lama lagi karena iPhone pun akhirnya sudah menawarkannya.

Apapun itu, setidaknya untuk sekarang kita tidak perlu membahas iPhone 12 dari sudut pandang yang sama seperti Apple, sebab 5G memang belum relevan di Indonesia. Pertanyaan yang lebih tepat terkait iPhone 12 mungkin adalah, apa saja hal baru yang tidak ada pada iPhone 11?

Seperti yang mungkin sudah Anda ketahui, Apple semalam memperkenalkan empat model iPhone 12 sekaligus: iPhone 12, iPhone 12 Mini, iPhone 12 Pro, dan iPhone 12 Pro Max. Kuartet iPhone 12 ini memiliki banyak kesamaan, terutama dari sisi performa berkat pemakaian chipset A14 Bionic, yang sebelumnya sudah hadir lebih dulu pada iPad Air generasi keempat.

A14 Bionic

Apple cukup berbangga menyebut A14 sebagai chipset smartphone pertama yang dibuat dengan proses pabrikasi 5 nanometer. Sederhananya, ini berarti ukuran tiap-tiap transistor yang tertanam di A14 lebih kecil dari sebelumnya, dan otomatis Apple bisa menyematkan lebih banyak lagi transistor di dalam satu unit chipset.

Secara total ada 11,8 miliar transistor di A14, hampir 40% lebih banyak ketimbang yang terdapat pada A13, dan semua itu berarti A14 mampu menyuguhkan kinerja yang lebih baik sekaligus lebih efisien perihal konsumsi daya. Seberapa jauh selisih performa A14 jika dibandingkan dengan A13 belum diketahui, tapi kalau dibandingkan dengan A12, Apple mengklaim peningkatan kinerja CPU hingga 40% dan GPU hingga 30%.

Secara teknis, chipset A14 ini terdiri dari prosesor 6-core, chip grafis 6-core, dan Neural Engine 16-core yang menawarkan performa machine learning sampai dua kali lebih kencang daripada sebelumnya. Di pasar smartphone sekarang, iPhone 11 sejatinya sudah memimpin perihal performa, dan iPhone 12 sejatinya bakal menetapkan standar performa yang jauh lebih tinggi lagi.

Desain baru setelah tiga tahun

Oke, performanya lebih ngebut, lalu apa lagi? Khusus iPhone 12 dan iPhone 12 Mini, kualitas layarnya benar-benar meningkat drastis jika dibandingkan dengan milik iPhone 11. Ini dikarenakan iPhone 12 dan 12 Mini sudah mengemas panel OLED dengan rasio kontras 2.000.000:1, dan tentu saja yang berbeda pada keduanya hanyalah ukurannya.

iPhone 12 datang membawa layar 6,1 inci beresolusi 2532 x 1170 pixel, sedangkan iPhone 12 Mini dengan layar 5,4 inci beresolusi 2340 x 1080 pixel. Bezel yang mengitari layarnya juga lebih tipis, sehingga pada akhirnya dimensi iPhone 12 juga sedikit lebih ringkas meski ukuran layarnya sama persis seperti iPhone 11.

Sangat disayangkan memang refresh rate layarnya masih 60 Hz, dan ukuran poninya juga tidak berubah sedikit pun. Namun setidaknya Apple akhirnya sudah menerapkan desain yang lebih gres pada iPhone 12 setelah hampir tiga tahun tidak mengubahnya. Seperti yang bisa dilihat, bagian samping-sampingnya benar-benar menyiku dan rata, mirip seperti desain iPhone 5 dulu.

Kemiripannya dengan iPhone 5 bahkan semakin terasa pada iPhone 12 Mini, sebab ukurannya memang lebih ringkas daripada iPhone SE edisi 2020 yang masih mengadopsi desain lawas. Bahkan tebal bodinya pun mirip; iPhone 12 Mini 7,4 mm, sedangkan iPhone 5 7,6 mm. Selain iPhone 12 Mini, angka tebal bodi itu juga berlaku untuk tiga model iPhone 12 lainnya.

Pembaruan lain yang tidak kalah signifikan juga Apple terapkan pada kameranya, meski sepintas kelihatannya tidak ada yang berubah. iPhone 12 dan iPhone 12 Mini sama-sama mengusung dua kamera belakang 12 megapixel, salah satunya dengan lensa ultra-wide. Lensa wide-nya sendiri sudah di-upgrade dan kini memiliki bukaan sebesar f/1.6 sehingga mampu menangkap cahaya 27% lebih banyak.

Di depan, iPhone 12 dan 12 Mini masih mengandalkan kamera 12 megapixel, namun kamera selfie tersebut sekarang juga sudah mendukung fitur Night Mode. Pada kenyataannya, Night Mode bisa diaktifkan pada semua kamera milik iPhone 12 dan 12 Mini, termasuk kamera ultra-wide-nya. Bahkan time-lapse pun juga bisa diambil selagi mengaktifkan Night Mode.

Kualitas kamera terbaik hanya pada iPhone 12 Pro Max

Seperti sebelumnya, kamera adalah faktor pembeda yang paling utama di antara lini iPhone 12 dan iPhone 12 Pro. Seperti yang bisa dilihat, baik iPhone 12 Pro maupun Pro Max sama-sama mengemas kamera belakang ketiga dengan lensa telephoto. Namun ternyata kedua model Pro ini sendiri berbeda satu dengan yang lainnya.

Singkat cerita, kalau Anda mendambakan kualitas kamera terbaik dari semua iPhone, maka Anda harus meminang iPhone 12 Pro Max. Pasalnya, ia merupakan satu-satunya model yang mengemas kamera utama dengan sensor yang berukuran lebih besar. 47% lebih besar kalau kata Apple, dengan ukuran pixel individual 1,7 μm dan kemampuan menangkap cahaya hingga 87% lebih banyak di kondisi low-light.

Bukan hanya itu, kamera utama ini juga didampingi sistem OIS yang berbeda sendiri. Kalau biasanya yang bergerak mengompensasi getaran adalah lensanya, di sini yang bergerak justru sensornya, yang dipercaya mampu menghasilkan rekaman video yang lebih mulus lagi ketimbang mengandalkan OIS tradisional. Pada iPhone 12 Pro Max, kamera telephoto-nya juga agak berbeda, dengan jangkauan yang sedikit lebih jauh; 2,5x dibanding 2x pada iPhone 12 Pro.

Selain kamera telephoto, yang membedakan lini iPhone 12 dan iPhone 12 Pro adalah LiDAR. Apple menjelaskan bahwa kehadiran LiDAR pada iPhone 12 Pro dan Pro Max tak hanya bermanfaat untuk aplikasi augmented reality saja, tapi juga untuk meningkatkan kualitas kameranya.

Yang paling kentara adalah kinerja autofocus-nya, yang diklaim lebih cepat hingga 6x pada kondisi minim cahaya berkat bantuan LiDAR. Lebih lanjut, iPhone 12 Pro dan Pro Max juga mampu memadukan Portrait Mode dan Night Mode dengan adanya informasi kedalaman (depth) ekstra yang ditangkap oleh sensor LiDAR-nya ini.

Untuk video, satu keistimewaan iPhone 12 Pro dan Pro Max adalah kemampuan merekam video 4K 60 fps dalam format HDR Dolby Vision. iPhone 12 dan 12 Mini sebenarnya juga bisa, tapi cuma dalam resolusi 4K 30 fps saja. Oh ya, nantinya melalui sebuah software update, iPhone 12 Pro dan Pro Max juga dapat menjepret foto dalam format Apple ProRAW.

Secara desain, hampir tidak ada yang berbeda dari iPhone 12 Pro dan Pro Max selain pilihan warna beserta material yang digunakan. Tidak seperti iPhone 12 dan 12 Mini yang memakai bahan aluminium, rangka iPhone 12 Pro dan Pro Max terbuat dari bahan stainless steel yang jelas lebih tangguh. Ketahanan air dan debunya sendiri sama persis di antara keempat model iPhone 12, dan ternyata sedikit lebih baik dibanding iPhone 11: IP68 dengan tingkat kedalaman maksimum 6 meter dan durasi 30 menit.

Lalu kalau dibandingkan dengan duo iPhone 11 Pro, duo iPhone 12 Pro ini ternyata punya ukuran layar yang sedikit lebih besar: 6,1 inci 2532 x 1170 pixel pada iPhone 12 Pro, 6,7 inci 2778 x 1284 pixel pada iPhone 12 Pro Max. Keduanya juga dilapisi jenis kaca baru besutan Corning yang disebut Ceramic Shield, yang diklaim 4x lebih kokoh daripada lapisan kaca milik iPhone 11.

Lapisan Ceramic Shield ini sebenarnya juga tersedia pada iPhone 12 dan 12 Mini. Namun masih ada lagi satu perbedaan terkait layarnya: layar iPhone 12 Pro dan Pro Max bisa menyala lebih terang ketika menampilkan konten non-HDR, 800 nit dibanding 625 nit pada iPhone 12 dan 12 Mini.

Siapkan budget ekstra untuk membeli charger

iPhone 12 box

Rencananya, iPhone 12 dan iPhone 12 Mini akan dipasarkan masing-masing dengan harga mulai $799 dan $699. Pilihan kapasitas penyimpanannya sama seperti sebelumnya: 64, 128, dan 256 GB.

Untuk iPhone 12 Pro dan iPhone 12 Pro Max, harganya dimulai di angka $999 dan $1.099; dengan pilihan kapasitas 128, 256, dan 512 GB. Pemasaran perdananya dijadwalkan berlangsung pada 23 Oktober untuk iPhone 12 dan iPhone 12 Pro, sedangkan iPhone 12 Mini dan iPhone 12 Pro Max baru akan menyusul pada tanggal 13 November.

Belum diketahui kapan kuartet iPhone 12 ini bakal resmi mendatangi Indonesia, tapi kalau melihat tahun lalu, tidak salah jika ada yang memprediksi awal bulan Desember. Harganya sendiri kemungkinan bakal dimulai di angka 13 jutaan rupiah untuk model yang paling murah, yakni iPhone 12 Mini.

Namun saya cukup yakin pada praktiknya konsumen bakal mengucurkan dana lebih dari banderol harga yang ditetapkan untuk masing-masing model, sebab paket penjualannya sama sekali tidak meliputi charger. Jadi yang ada di dalam boks semua iPhone 12 hanyalah kabel Lightning ke USB-C, bahkan earphone berkabelnya pun sudah dieliminasi.

Apple bilang semua ini demi menekan emisi karbon. Mereka berasumsi sebagian besar konsumen sudah mempunyai charger-nya sendiri, dan mereka pada dasarnya melihat ini sebagai peluang untuk meningkatkan kontribusinya terhadap pengurangan sampah elektronik. Sebagai bonus, packaging iPhone 12 pun bisa lebih tipis daripada sebelumnya.

Seperti yang saya bilang di awal, Apple bebas melakukan apa saja, termasuk halnya meniadakan charger dari paket penjualan seluruh model iPhone 12. Dalam presentasinya, Apple bahkan mengajak pabrikan smartphone lain untuk mengambil langkah serupa.

Sebagian konsumen mungkin melihat ini sebagai ajang cari untung ekstra. Tanpa ada maksud membela Apple, semua menurut saya tergantung perspektif, dan lagi Apple sebenarnya masih punya cara lain untuk mencari untung, yakni dengan berjualan aksesori yang tergabung dalam ekosistem MagSafe.

Ya, MagSafe yang sebelumnya merupakan nama konektor charger MacBook sekarang sudah beralih fungsi menjadi standar aksesori baru untuk iPhone. Idenya adalah, semua model iPhone 12 kini dilengkapi magnet yang mengitari koil wireless charging-nya, sehingga ketika menggunakan charger MagSafe, iPhone 12 akan langsung menempel pada posisi yang paling tepat.

Kompatibilitas dengan Qi wireless charging tetap dipertahankan, tapi konsumen juga bisa menikmati kecepatan pengisian yang lebih cepat kalau menggunakan charger MagSafe yang menawarkan output sebesar 15 W. Selain charger, nantinya juga akan ada casing atau dompet kartu MagSafe yang bisa menempel dengan mudah ke punggung iPhone 12.

Untungnya Apple tidak egois dan mau mengambil untung sendiri, sebab ke depannya juga bakal ada beragam aksesori MagSafe dari produsen aksesori pihak ketiga.

Sumber: Apple 1, 2.

Aplikasi Xbox iOS Akan Bisa Streaming Game dari Konsol ke iPhone

Jaringan 5G sudah di depan mata dan potensi pemanfaatan teknologi 5G sangat besar, salah satunya layanan cloud gaming atau streaming game. Kabar terbaru, Microsoft akan merilis pembaruan besar untuk aplikasi Xbox di platform iOS.

Pada pembaruan tersebut akan disertakan fitur remote play yang memungkinkan pemilik konsol Xbox One melakukan streaming game ke iPhone. Mirip dengan fitur remote play PlayStation 4 milik Sony yang sudah tersedia lebih dulu di Android dan iOS.

Fitur remote play ini berbeda dengan layanan xCloud Microsoft yang melakukan streaming game langsung dari server. Fitur tersebut hanya akan terhubung ke konsol Xbox milik Anda sendiri bukan ke layanan xCloud.

Nantinya pengguna akan dapat mengakses konsol Xbox melalui WiFi atau bahkan lewat koneksi seluler. Karena aplikasi ini mengontrol Xbox di rumah, pengguna juga dapat mengaktifkan konsol dari jarak jauh bahkan saat di luar rumah. Xbox akan hidup tanpa suara dan tanpa menyalakan lampu Xbox di bagian depan.

Kemudian saat pengguna memutuskan sambungan, Xbox akan kembali ke standby setelah beberapa saat tidak aktif. Fitur yang sama diluncurkan baru-baru ini dalam versi beta untuk pengguna Android dan debutnya di iOS akan terjadi pada saat peluncuran Xbox Series X dan S terbaru Microsoft tanggal 10 November mendatang.

Pengguna juga dapat dengan cepat mengunduh atau membagikan klip game dan screenshot yang diambil di konsol Xbox One atau Xbox Series X/S. Bahkan pengguna dapat mengelola ruang penyimpanan konsol dan menghapus game dari smartphone. Fitur lainnya mencakup new homescreen, friends tab, search interface, dan my library tab.

Saat ini aplikasi Xbox untuk iOS masih dalam pengujian dengan anggota TestFlight. Saya pikir sangat menarik, bisa mengakses game-game di konsol lewat smartphone kita – meski pengalaman terbaik tetap bermain di depan TV besar dengan controller ikoniknya.

Sumber: The Verge

Harga iPhone SE Generasi Ke-2 di Indonesia, Rilis 2 Oktober 2020

Empat hari yang lalu, akun Instagram iBox Indonesia (@iboxindonesia) mengeluarkan teaser iPhone SE generasi ke-2 yaitu “iPhone idaman. Dengan harga impian.” Sekarang kita sudah bisa melakukan registrasi untuk menjadi yang pertama tahu mengenai iPhone SE yang akan diluncurkan tanggal 2 Oktober 2020 di iBox, Erafone, Urban Republic, iBox.co.id, Eraspace.com.

Pada formulir registrasi di sini, harga iPhone SE 2nd Gen di Indonesia pun telah terungkap yaitu mulai dari Rp333.292/bulan* dan bebas 1 bulan cicilan*. Tepatnya ada tiga varian penyimpanan yang tersedia, yaitu 64GB, 128GB, serta 256GB dan masing-masing dibanderol Rp7.999.000, Rp8.999.000, serta Rp10.999.000.

Sejarah Apple iPhone SE

Apple_new-iphone-se-white_04152020_big.jpg.large_2x

Apple merilis iPhone SE generasi pertama pada Maret 2016, dalam wujud iPhone 5 atau 5s yang sangat compact dengan layar 4 inci dalam rasio 16:9. Namun dengan jeroan yang sama seperti iPhone 6s series yaitu menggunakan chipset Apple A9.

Rumor soal penerusnya sudah beredar cukup lama dan semakin santer terdengar pada tahun 2019. Hingga akhirnya Apple mengumumkan iPhone SE generasi ke-2 setelah empat tahun berselang yaitu pada April 2020.

Formula utamanya tetap sama dengan pendahulunya, yakni menggunakan desain lawas yang Apple adopsi sejak iPhone 6 yang dirilis tahun 2014 dan digunakan selama empat generasi sampai iPhone 8 di tahun 2017. Namun menggunakan dapur pacu yang sama seperti iPhone 11 series yaitu chipset Apple A13 Bionic.

Spesifikasi Apple iPhone SE Generasi Ke-2

Apple_new-iphone-se-black-white-product-red-colors_04152020_inline.jpg.large_2x

Seperti yang saya sebut di atas, iPhone SE Generasi ke-2 mengandalkan chipset Apple A13 Bionic yang terbaru dan sangat powerful. SoC ini dibuat pada process technology 7mm+ dan mengemas CPU hexa-core yang terdiri dari dua inti lightning 2.65GHz dan empat inti thunder 1.8GHz. Serta, menggunakan Apple GPU (4-core graphics) dan RAM 3GB.

Karena terjebak dalam fisik iPhone 8, iPhone SE generasi ke-2 mengusung layar 4,7 inci dengan resolusi 750×1334 piksel dalam rasio 16:9. Bodinya tahan air dan debu dengan sertifikasi IP67 dibalut dalam opsi warna black, white, dan red.

Untuk pengambilan gambar dan video, Apple hanya menyematkan satu kamera saja beresolusi 12MP f/1.8 lengkap dengan PDAF dan OIS. Serta, mampu merekam video 4K hingga 60fps dan 1080p hingga 240fps. Sedangkan, kamera depannya 7MP f/2.2.

Sistem keamanannya pun masih mengandalkan sensor fingerprint di depan atau Touch ID. Kapasitas baterainya 1.821 mAh dengan fast charging 18W yang dapat mengisi daya 50% dalam waktu 30 menit dan mendukung Qi wireless charging. Kita tunggu saja kejutan peluncuran resmi iPhone SE generasi ke-2 pada tanggal 2 Oktober 2020 mendatang.

[Hands-on] Menjajal Fitur Baru iOS 14, Dari Widget Sampai PiP

Pada perhelatan Worldwide Developers Conference 2020, Apple akhirnya merilis pembaruan sistem operasi mobile terbarunya yaitu iOS 14. Mulai dari pengguna iPhone 6s (termasuk versi Plus) dan seri iPhone yang lebih baru sudah dapat mengunduh pembaruan iOS 14.

Caranya buka settings, lalu pilih menu general dan software update. Istri saya kebetulan pengguna iPhone 6s Plus dan saya membantu menginstal sekalian mencobanya.

Ukuran filenya sekitar 2,2GB dan setelah unduhannya selesai, proses pembaruannya memakan waktu cukup lama kira-kira 20 menit. Faktanya iPhone 6s Plus memang sudah cukup tua, dirilis tahun 2015 dan menggunakan chipset Apple A9. Jadi, kemungkinan iOS 14 merupakan dukungan pembaruan software terakhir.

Hands-on iOS 14

Cantik dan elegan, kesan saya terhadap penampilan iOS tidak berubah sejak lama. Pada iOS 14, antarmukanya mendapatkan peningkatan dengan memperbolehkan kita memasang widget dan diujung sebelah kanan kini terdapat App Library.

Ya, kita bisa menyisipkan widget ke homescreen di antara ikon-ikon aplikasi. Fitur widget ini sudah ada sejak lama di Android, namun seperti biasa Apple mengemasnya dengan sangat baik.

Widget di iOS 14 tidak hanya tampil lebih kece tapi juga lebih interaktif. Untuk menambah widget, caranya tekan area kosong di homescreen dan selanjutnya klik ikon (+) di pojok kanan atas. Beberapa widget andalan antara lain Smart Stack, App Suggestions, Siri Suggestions, Screen Time, dan sebagainya.

Sementara untuk App Library ini jelas bukan App Drawer seperti di Android, fitur ini memungkinkan kita mengorganisir aplikasi menjadi grup yang sesuai dengan jenisnya atau kemauan kita. Secara default, beberapa grup diantaranya adalah suggestions, recenty added, social, entertainment, creativity, uitilities, productivity & finance, games, dan lainnya.

Fitur baru lainnya ada aplikasi penerjemah bahasa baru atau Translate yang dapat menerjemahkan percakapan secara real-time. Opsi jalur sepeda di Apple Maps, serta memungkinkan mengganti aplikasi default untuk browser dan email.

Kemudian ada fitur Picture in Picture (PiP) untuk memperkecil video supaya kita bisa membuka aplikasi lain. Saya mencoba dengan aplikasi Netflix, kita bisa menyembunyikan video tersebut dengan menggesernya ke kiri atau ke kanan tetapi audio tetap terdengar. Sayangnya, seperti rumor yang beredar fitur ini tidak bekerja di aplikasi YouTube kecuali bila Anda berlangganan YouTube premium.

iOS-14-5

Terakhir saya ingin membahas performa iOS 14 di iPhone 6s Plus yang secara mengesankan masih berjalan dengan cukup mulus. Meski begitu, saya mendapati lag saat melakukan tugas-tugas tertentu. Contohnya saat saya menandai banyak foto untuk dikirim lewat WhatsApp atau mengirim foto lewat email.

Terlepas dari beberapa fitur iOS 14 yang sudah ada di Android sebelumnya, sekali lagi kemasan Apple itu berbeda dan pengalaman pengguna yang disuguhkan pun tak sama. Saya pikir tidak ada yang lebih baik, baik Android atau iOS punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Tanpa Tombol Home, iPad Air Generasi Terbaru Makin Mirip dengan iPad Pro

Sekitar 1,5 tahun yang lalu, Apple memutuskan untuk menghidupkan kembali iPad Air setelah sempat memensiunkannya sejenak. Tahun ini, iPad Air malah sudah di-upgrade lebih jauh lagi, dan seperti yang bisa kita lihat, desainnya bahkan sudah mengikuti seri iPad Pro yang tidak dilengkapi tombol Home.

Absennya tombol Home pada iPad Air generasi keempat ini memungkinkan layarnya untuk lebih melar lagi. Jadi meskipun dimensinya sama seperti yang dirilis 1,5 tahun lalu, ukuran layarnya lebih besar di angka 10,9 inci. Tebalnya sama persis di angka 6,1 mm, dan bobotnya pun cukup identik di kisaran 460 gram.

Layarnya sendiri merupakan panel IPS dengan resolusi 2360 x 1640 pixel. Satu hal yang perlu diingat adalah, refresh rate-nya cuma 60 Hz, bukan 120 Hz seperti yang iPad Pro tawarkan. Kabar baiknya, iPad Air anyar ini kompatibel dengan Apple Pencil generasi kedua, dan ini penting mengingat iPadOS 14 memperkenalkan sejumlah pembaruan yang signifikan terkait fungsi stylus berharga mahal tersebut.

Satu perbedaan lain yang tidak kalah drastis adalah, iPad Air tidak dilengkapi teknologi Face ID. Kamera depannya adalah kamera 7 megapixel biasa tanpa dampingan sensor-sensor canggih. Sebagai gantinya, iPad Air tetap mengandalkan Touch ID, akan tetapi yang sudah berpindah posisinya ke tombol power di sisi atas.

Namun kalau ditanya apa bagian yang paling menarik dari iPad Air generasi keempat, saya mungkin bakal menjawab chipset-nya. iPad Air ditenagai oleh A14 Bionic, chipset pertama Apple yang dibuat dengan proses pabrikasi 5 nanometer. Biasanya, Apple memperkenalkan chipset dengan arsitektur baru bersama iPhone baru, tapi ternyata tahun ini tidak demikian.

Dibandingkan generasi sebelumnya yang mengandalkan chipset A12 Bionic, A14 diklaim memiliki performa CPU 40 persen lebih cepat, serta performa GPU 30 persen lebih baik. Tidak kalah menarik adalah kemampuan mengolah fungsi-fungsi berbasis machine learning hingga 10x lebih kencang dari sebelumnya.

Secara teknis, A14 mengemas prosesor 6-core dan GPU 4-core. Sebagai perbandingan, chipset A12Z milik iPad Pro terbaru yang dirilis Maret lalu mengemas prosesor 8-core dan GPU 8-core. Kemungkinan performa iPad Pro masih lebih superior, akan tetapi iPad Air semestinya lebih unggul perihal efisiensi daya berkat chipset yang dibuat dengan proses pabrikasi yang lebih kecil lagi.

Seperti halnya iPad Pro, iPad Air generasi terbaru juga mengemas port USB-C ketimbang Lightning. Kamera belakang 12 megapixel-nya juga sama persis seperti yang terdapat pada iPad Pro, meski tentu saja Anda tak bisa menemukan kamera ultra-wide maupun sensor LiDAR di sini.

Apple berencana memasarkan iPad Air generasi keempat ini mulai bulan Oktober. Harganya dipatok mulai $599, dan varian kapasitas penyimpanan yang tersedia cuma dua: 64 GB atau 256 GB. Pilihan warnanya sendiri bertambah banyak dengan adanya model berwarna biru, hijau, dan rose gold.

iPad generasi ke-8

 

Bersamaan dengan iPad Air, Apple turut memperkenalkan iPad generasi ke-8 dengan penyegaran spesifikasi. Wujud perangkatnya masih sama persis seperti sebelumnya, akan tetapi jeroannya sudah diperbarui dan kini mengandalkan chipset A12 Bionic. Selain berarti performanya meningkat pesat, kehadiran A12 juga berarti iPad terbaru ini bisa lebih cekatan mengolah fungsi-fungsi berbasis AI berkat adanya Neural Engine.

Selebihnya, tidak ada perubahan yang menarik buat iPad standar. Ukuran layarnya masih sama persis di angka 10,2 inci, demikian pula resolusinya di angka 2160 x 1620 pixel. Tombol Home masih di tempat biasanya, begitu juga port-nya yang masih Lightning.

Beruntung harga jualnya juga masih sama: mulai $329 untuk varian Wi-Fi only dengan kapasitas cuma 32 GB. Apple juga menawarkan varian berkapasitas 128 GB, serta yang dibekali konektivitas seluler.

Dengan harga serendah itu, tentu saja iPad generasi ke-8 ini paling cocok buat konsumen yang hendak membeli tablet pertamanya. Satu hal yang perlu dicatat adalah, jangan sampai salah membeli Apple Pencil buat dipakai dengan perangkat ini, sebab yang kompatibel cuma Apple Pencil generasi pertama.

Sumber: Apple 1, 2.