Fokus “Diri Care” Mendemokratisasi Akses Layanan Perawatan Diri

Besarnya peluang pangsa pasar produk perawatan diri ternyata belum dibarengi oleh layanan yang relevan dengan harga yang terjangkau. Dari kesempatan tersebut, Diri Care hadir menawarkan solusi perawatan kesehatan pribadi sesuai permintaan (on-demand) serta terjangkau kepada para pelanggan di seluruh Indonesia. Sasarannya untuk konsumen perempuan dan laki-laki sekaligus.

Kepada DailySocial.id, Co-Founder & CEO Diri Care Christian Suwarna mengungkapkan, sesuai dengan misi dan visi mereka sejak awal, dengan menggabungkan medical science dan teknologi, Diri Care ingin membuka akses layanan perawatan yang terjangkau untuk semua.

“Sejak kami meluncur, ada beberapa pelanggan dari Papua hingga Medan yang masuk dalam kategori blank spot dalam hal penyediaan klinik untuk perawatan diri. Melalui Diri Care berbagai produk dan layanan perawatan bisa dinikmati oleh semua.”

Layanan yang ditawarkan

Secara khusus Diri Care menawarkan layanan konsultasi dan produk yang sudah dikurasi dan disesuaikan untuk kebutuhan pelanggan oleh tim. Melalui konsultasi secara gratis kepada dokter langsung, nantinya akan diberikan rekomendasi obat atau produk apa yang sesuai. Untuk pengiriman obat pun dikirimkan langsung oleh mitra supplier yang sebagian besar adalah mitra yang sudah memiliki lisensi sebagai Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

“Dengan pengalaman Co-founder kami yaitu Dr. Deviana Himawan, rekomendasi produk kemudian diformulasikan oleh tim. Dipastikan semua sudah mendapatkan arahan dari dokter dan farmasi demi memberikan solusi yang tepat dan semua tentunya bisa dipertanggung jawabkan,” kata Christian.

Pelanggan yang memiliki keluhan seputar kulit, rambut, dan kondisi kesehatan pribadi seperti jerawat, bintik hitam, penuaan kulit, rambut rontok, kecemasan performa pria, dan lain-lainnya, sekarang dapat terhubung ke dukungan virtual 24/7 Diri Care, untuk mendapatkan perawatan efektif dengan harga terjangkau.

Diri Care tidak mengenakan biaya untuk layanan konsultasi kepada dokter. Harapannya dengan pilihan ini bisa memberikan akses lebih luas kepada pengguna yang membutuhkan layanan konsultasi.

“Kita memiliki bisnis model yang inovatif, yaitu terintegrasi secara vertikal, end-to-end dengan pelanggan. Berkaca dari pengalaman pelanggan yang masih kurang seamless, kita mencoba untuk menggabungkan aspek layanannya yaitu konsultasi medis dengan dokter dan produk perawatan itu menjadi satu kesatuan, sesuai dengan misi kami untuk membuat high quality access self care untuk menjadi lebih mudah dan terjangkau,” kata COO Diri Care Armand Amadeus.

Untuk memberikan layanan yang menyeluruh, Diri Care juga menghadirkan On Going Care bagi pelanggan. Dengan demikian semua keluhan dan pertanyaan bisa diakses kapan pun oleh pelanggan terkait dengan perawatan diri mereka. On Going Care ini diklaim sebagai desain inovatif awal dari perusahaan.

“Diri Care menjadi platform pertama menawarkan affordable access untuk self care. Kita tidak merasa layanan dan produk ini hanya untuk perempuan atau laki-laki saja. Seperti halnya Bank Jago yang mendigitalkan bank offline dan Ruangguru mendigitalkan tempat les, Diri Care ingin mendigitalkan klinik perawatan diri offline, sekarang semua bisa menikmati layanan secara online,” kata Christian.

Selain Diri Care platform yang menawarkan layanan serupa di antaranya adalah Base, SYCA, Callista, dan beberapa lainnya.

Rencana bisnis usai pendanaan

(ki-ka)Christian Suwarna (CEO), Dr. Deviana Himawan (Chief Clinical Officer), Armand Amadeus (COO)

Saat ini Diri Care telah mengantongi pendanaan awal sekitar 63,8 miliar Rupiah, dipimpin oleh East Ventures dan Sequoia Capital India dan Southeast Asia’s Surge, dengan partisipasi lanjutan dari angel investor Henry Hendrawan.

Dana segar tersebut akan digunakan untuk memperluas akses penawaran Diri Care kepada jutaan pelanggan dan untuk terus meningkatkan kemampuan teknologi platform guna terus memperkuat layanan.

“Pendanaan ini menjadi pembuktian bahwa para investor tersebut telah memberikan kepercayaan kepada tim untuk bisa mengeksekusi visi, yaitu mendemokratisasi akses ke self care,” kata Armand.

Diri Care meluncurkan platform versi beta pada Maret 2022, dan sejak itu mereka telah mencatat lebih dari 13.000 konsultasi dan mengalami pertumbuhan pendapatan sebesar 600%. Diri Care terus meningkatkan platform digital-nya dengan meluncurkan aplikasinya di iOS dan Android dalam waktu dekat.

Technically saat ini platform kami masih dalam versi beta, ke depannya kita akan fokus kepada pengembangan platform agar bisa diakses oleh lebih banyak target pengguna. Kita juga akan fokus kepada kegiatan pemasaran,” kata Christian.

Startup Perawatan “Diri Care” Umumkan Pendanaan 64 Miliar Rupiah

Diri Care adalah sebuah klinik digital on-demand yang membantu masyarakat untuk mendapatkan layanan kesehatan kulit, rambut, dan area intim. Selain konsultasi dengan dokter profesional, mereka turut menyajikan produk perawatan dan aneka obat yang telah teruji klinis.

Guna meningkatkan akselerasi bisnisnya, Diri Care mengumumkan telah menutup putaran pendanaan awal senilai $4,3 juta atau setara 64 miliar Rupiah dipimpin East Ventures, Sequoia Capital India, dan Surge; dengan partisipasi lanjutan dari angel investor Henry Hendrawan.

Dana segar akan dialokasikan untuk memperluas akses penawaran Diri Care kepada jutaan pelanggan dan meningkatkan kemampuan teknologi.

“Investasi ini menjadi bukti kuat terhadap misi Diri Care dalam merevolusi solusi perawatan kesehatan konsumen. Diri Care menggabungkan teknologi dan ilmu kedokteran untuk mendorong kesejahteraan dan kepercayaan diri otentik bagi konsumen modern,” ujar Co-Founder & CEO Diri Care Christian Suwarna.

Diri Care didirikan oleh Christian Suwarna (CEO), Armand Amadeus (COO), dan Deviana Himawan (Chief Clinical Officer). Sebelumnya, Chris adalah CMO Traveloka Group dan CEO Traveloka Experience. Armand adalah Project Leader di Boston Consulting Group (BCG) di New York. Sementara Devi adalah dokter kecantikan dan kesehatan di Jakarta.

Gabungkan konsep telemedis dan D2C

Saat ini pengguna bisa mengakses situs diricare.com untuk menikmati layanan yang disajikan. Pelanggan yang memiliki keluhan seputar kulit, rambut, dan kondisi kesehatan pribadi seperti jerawat, bintik hitam, penuaan kulit, rambut rontok, hingga kecemasan performa pria dapat terhubung ke layanan virtual Diri Care 24/7.

Selain layanan telemedis, mereka juga menggunakan model direct-to-consumer (D2C) untuk menjual rangkaian produk yang dikembangkan secara in-house setelah mendapatkan rekomendasi dari dokter terkait. Perusahaan mengklaim, pengiriman ke alamat tujuan bisa dilakukan dalam waktu 2 jam saja.

“Indonesia memiliki pasar kesehatan konsumen yang terus berkembang, dengan 270+ juta penduduk yang mencari solusi kesehatan dan kesejahteraan yang berkualitas dan terjangkau. Transformasi digital adalah pendorong utama hadirnya peluang besar bagi Indonesia untuk meningkatkan kualitas sektor pelayanan kesehatan bangsa,” ujar Co-Founder & Managing Partner East Ventures Willson Cuaca.

Peluang pasar layanan kesehatan digital

Menurut data yang dihimpun Statista, nilai pasar untuk layanan kecantikan dan perawatan pribadi di Indonesia akan berkembang pesat hingga $9,6 miliar pada tahun 2025 mendatang. Model layanan telemedis memiliki peluang pertumbuhan besar, mengingat saat ini diperkirakan hanya terdapat 0.4 dokter per 1.000 orang. Sehingga waktu tunggu menjadi lama — berdampak pada harga produk/layanan yang menjadi lebih mahal.

Diri Care cukup optimis bisa menangkap peluang tersebut. Sejak meluncurkan platform versi beta pada Maret 2022, mereka telah mencatat lebih dari 13.000 konsultasi dan mengalami pertumbuhan pendapatan sebesar 600%. Untuk menunjang pertumbuhan, dalam waktu dekat mereka segera luncurkan aplikasi untuk platform Android dan iOS.

Beautytech terus mendapatkan dukungan

Sejumlah startup bidang beautytech beberapa terakhir,  termasuk salah satunya Base yang juga turut didukung East Ventures dalam pendanaan pra-seri A mereka. Selain itu sejumlah startup juga telah mendapatkan dukungan pendanaan, seperti SYCA (Salt Ventures dll), Callista (SKALA dll), dan beberapa lainnya.

Industri ini sebenarnya juga telah ramai pemain. Per tahun 2019, pemerintah mencatat ada 797 pelaku usaha kosmetik besar dan skala kecil-menengah. Sebanyak 294 brand telah terdaftar di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

Yang jelas, teknologi terus dioptimalkan para pengembang produk untuk memberikan pelayanan yang lebih relevan — baik di sisi distribusi maupun dalam rangka memberikan pengalaman pelanggan yang lebih baik.

Dengan peran teknologi dalam mengefisiensikan rantai bisnis, dinilai konsumsi produk kecantikan akan terus meningkat, dari rata-rata saat ini berkisar  $20 per kapita. Angka tersebut lebih kecil dibandingkan Thailand ($56 per kapita) dan Malaysia ($75 per kapita).