Mematahkan Persepsi Bias Eksistensi Wirausahawan Perempuan di Dunia Startup

Persoalan masih rendahnya jumlah entrepreneur perempuan di dunia teknologi hingga masih minimnya jumlah C-Level perempuan di startup menjadi sorotan yang dibahas tuntas dalam sesi diskusi yang digelar Alpha JWC Ventures.

Dalam kesempatan tersebut turut hadir nara sumber seperti, Grace Natalia (pendiri situs AsmaraKu), Dayu Dara Permata (SVP GO-JEK, Head of GO-LIFE), Sonia Barquin (Partner, McKinsey&Company), dan Alyssa Maharani (Google Launchpad Accelerator Startup Success Manager) untuk membahas keseimbangan hidup dan karier, bagaimana mendapatkan dukungan untuk maju, hingga bagaimana cara membawa diri di lingkungan kerja yang didominasi laki-laki.

Di hadapan tamu undangan yang kebanyakan adalah mahasiswa dan pelaku startup kalangan perempuan, terungkap bahwa kurangnya kepercayaan diri dan masih belum banyaknya jumlah entrepreneur perempuan yang berhasil menjadi alasan mengapa belum banyak jumlah entrepreneur perempuan di dunia teknologi saat ini.

Keterbatasan dan persepsi yang miring

Dalam sesi diskusi tersebut para nara sumber menjabarkan beberapa tips menarik hingga pengalaman bekerja selama ini. Catatan menarik yang kemudian disimpulkan adalah masih adanya persepsi miring hingga bias di kalangan masyarakat umum yang menyebutkan perempuan tidak memiliki keseimbangan emosi yang baik hingga prioritas perempuan yang pada akhirnya harus kembali menjadi ibu rumah tangga.

Meskipun persoalan tersebut dibantah narasumber yang hadir, namun sulit untuk meyakinkan rekan kerja hingga pihak terkait lainnya (yang kebanyakan adalah kalangan laki-laki) untuk kemudian menempatkan posisi perempuan lebih baik dan memiliki kemampuan yang tidak kalah dengan rekan kerja laki-laki pada umumnya.

Menurut Dayu Dara Permata, penting bagi calon entrepreneur perempuan untuk menciptakan pencitraan atau branding yang kuat, sebagai entrepreneur perempuan. Selain itu penting juga untuk membangun jaringan yang solid dengan entrepreneur perempuan lainnya.

Sementara itu menurut Grace Natalia, jangan pernah takut untuk mengungkapkan perasaan dan pemikiran kepada atasan, sampaikan kekurangan dan kelebihan yang dimiliki agar bisa menemukan work life balance yang seimbang.

Kurangnya tokoh entrepreneur perempuan sukses

Meskipun saat ini sudah banyak pendiri startup hingga CEO perempuan, namun belum banyak di antara mereka yang kemudian berhasil memimpin startup. Hal tersebut yang kemudian diklaim Dayu jadi alasan mengapa tidak banyak kemudian perempuan yang tertarik untuk terjun ke dunia teknologi.

“Kurangnya role model tersebut yang pada akhirnya membuat kebanyakan perempuan enggan untuk terjun ke dunia teknologi dan menjalankan bisnis.”

Dalam survei yang dikeluarkan Linkedin disebutkan saat ini jumlah C-Level yang berasal dari kalangan perempuan berjumlah sekitar 17% saja, dibandingkan dengan kalangan laki-laki. Sementara untuk posisi manager hanya 30%, senior manager 27%, VP 25%, SVP 20%. Selebihnya untuk entry level dari kalangan perempuan berjumlah 36%.

Untuk bisa tampil lebih unggul dibandingkan dengan kalangan laki-laki, menurut Alyssa Maharani, perempuan harus memiliki sponsor, dalam hal ini adalah atasan atau senior yang telah memiliki posisi penting di perusahaan namun melihat besarnya potensi atau kemampuan dari Anda, perempuan bekerja atau entrepreneur. Dengan demikian mereka bisa memperjuangkan posisi Anda untuk selangkah lebih maju.

Jika di perusahaan saat ini Anda kesulitan untuk menemukan sponsor atau mentor tersebut, carilah di tempat atau lingkungan lain, seperti yang diungkapkan Sonia Barquin.

Tuntutan komitmen dari investor

Dalam sesi diskusi tersebut turut dibahas survei Google yang menyebutkan kebanyakan investor lebih tertarik untuk mendengarkan pitching dari pendiri startup laki-laki dibandingkan dengan pendiri perempuan, meskipun konten pitching tersebut adalah sama. Selain itu masalah komitmen juga dipertanyakan investor, jika startup yang ada memiliki CEO perempuan.

“Saya melihat investor hanya ingin melihat seberapa baik komitmen dari CEO perempuan. Mereka khawatir kalangan perempuan kemudian sibuk dengan urusan rumah tangga mereka sehingga meninggalkan komitmen awal, menjadi pemimpin di startup,” kata Grace.

Untuk bisa mematahkan persepsi tersebut, entrepreneur perempuan harus bisa memberikan komitmen yang terbaik kepada investor, dengan cara menentukan prioritas saat waktunya mengambil keputusan yang tepat.

“Selama ini perempuan sudah menjadi decision maker di rumah tangga mereka. Hal tersebut tentunya bisa diterapkan saat menjalankan perusahaan,” kata Dayu.

Selama menjalankan profesinya sebagai Google Launchpad Accelerator Startup Success Manager, Alyssa melihat sudah banyak startup yang mendapatkan revenue yang lebih berkat sentuhan jajaran pimpinan hingga CEO perempuan.

Di akhir sesi diskusi, saran narasumber tentang hal-hal yang harus dilakukan dan wajib untuk dihindari operempuan bekerja dan entrepreneur perempuan saat menjalankan bisnis adalah hilangkan keraguan, jangan takut gagal dan temukan support system, bisa menjadi tempat mengadu sekaligus mendapatkan motivasi saat mendapat tantangan ketika memimpin startup atau bekerja di startup.

Layanan E-Commerce Khusus Lingerie Lolalola Resmi Tutup Layanan

Setelah menjalankan bisnisnya selama dua tahun, layanan fashion commerce yang secara khusus menghadirkan produk pakaian dalam wanita atau lingerie, Lolalola resmi menutup bisnisnya hari ini. Startup yang mendapat dukungan investasi dari Ardent Capital ini resmi meluncur di Indonesia pada bulan Maret 2015 setelah sebelumnya melakukan soft launching Agustus 2014 silam.

Ditutupnya layanan niche yang menyasar kalangan perempuan ini merupakan salah satu startup pertama yang secara resmi tidak lagi beroperasi di tanah air di awal tahun 2017. Lolalola merupakan salah satu startup pertama yang menghadirkan produk khusus pakaian dalam untuk perempuan, startup lain yang kemudian mencoba layanan serupa dan terbilang baru usianya adalah Asmaraku.

Sejak awal berdiri, Lolalola, yang juga mendapat dukungan fulfillment dan logistik dari aCommerce, telah melengkapi layanannya dengan pilihan pembayaran yang cukup beragam, yaitu pembayaran melalui kartu kredit hingga COD (Cash on Delivery). Pengiriman barang pun disanggupi bisa disebar di seluruh Indonesia.

Minat dari konsumen juga terlihat cukup antusias setelah melakukan proses uji coba. Kepada DailySocial CEO Lolalola Donna Lesmana mengungkapkan Lolalola ingin mengubah cara pelanggan di Indonesia berbelanja produk lingerie atau pakaian dalam.

Saat ini situs Lolalola masih bisa diakses namun tidak lagi menampilkan ragam produk pakaian dalam kepada konsumen. Dalam situs tersebut tertulis produk Lolalola masih dapat dibeli melalui akun media sosial seperti Instagram, Facebook Page, dan Line.

Kerasnya persaingan fashion commerce di Indonesia

Tutupnya layanan fashion commerce Lolalola menjadi bukti kerasnya persaingan layanan fashion commerce di Indonesia. Bukan hanya harus bersaing dengan penjual yang memanfaatkan media sosial seperti Instagram dan Facebook Page, Lolalola juga harus bersaing dengan marketplacce raksasa seperti Tokopedia, elevenia hingga Lazada yang juga memiliki kanal khusus untuk produk pakaian dalam wanita.

Meskipun mengklaim memiliki produk yang unik dan menarik, jika tidak dibarengi strategi pemasaran dan akuisisi pelanggan yang cukup masif akan sulit mencapai kondisi sustainable, seperti yang dialami Lolalola.

Peroleh Pendanaan Investasi, AsmaraKu Perluas Jangkauan Layanan dan Tambah Fitur Baru

Setelah menjalankan bisnisnya secara bootstrapping dan mendapatkan jumlah pengguna serta jumlah produk yang makin bertambah, hari ini Asmaraku mengumumkan pendanaan dari dua investor global, Alpha JWC Ventures dan IMJ Investment Partners. Pengumuman ini secara resmi disampaikan oleh Co-founder AsmaraKu William Tunggaldjaja dalam konfrensi pers di Decanter Wine and Food Kuningan Jakarta hari ini (26/01).

“Kami terus berinovasi, antara lain dengan menambah layanan online-to-offline (O2O) untuk memberi kemudahan konsumen mendapatkan produk mereka dengan privasi yang lebih terjamin,” kata William.

Sejak beroperasi secara online di awal 2015, AsmaraKu berhasil menarik perhatian sebagai e-commerce pertama yang melayani kebutuhan “romantis”, yakni produk yang dapat meningkatkan hubungan percintaan, kesehatan dan kecantikan. Tanpa adanya pendanaan dari luar, sepanjang 2015 transaksi penjualan di AsmaraKu bertumbuh pesat hingga 400 persen dengan peningkatan jumlah transaksi di setiap bulannya.

Pertumbuhan yang cukup signifikan jumlahnya menunjukkan potensi yang besar dari AsmaraKu sebagai satu-satunya layanan online yang menyediakan produk khusus yang selama ini masih sulit untuk didapatkan baik secara offline maupun online. Hal tersebut yang kemudian menarik perhatian dua investor global Alpha JWC Ventures dan IMJ Investment Partners untuk berpartisipasi dengan memberikan pendanaan investasi.

“Pasar yang ditargetkan oleh AsmaraKu adalah pasar yang sangat besar. Kami melihat pengalaman dari tim AsmaraKu di bidang teknologi, ditambah dengan fokus dan pemahaman yang mendalam terhadap kebutuhan konsumen di segmen yang unik ini, dapat memberikan solusi dan nilai tambah tersendiri bagi konsumen di Indonesia,” ungkap Co-Founder dan Managing Partner Alpha JWC Ventures, Jefrey Joe.

Tim Asmaraku menolak untuk menyebutkan berapa jumlah investasi yang diberikan oleh dua investor global tersebut, namun yang pasti dana tersebut akan digunakan untuk mempercepat pertumbuhan dengan memperluas jangkauan dan menambah layanan fitur yang diharapkan bisa lebih memudahkan konsumen untuk mendapatkan produk-produk romantis.

Salah satu langkah strategis yang akan dilakukan oleh AsmaraKu adalah melakukan kerja sama dengan beberapa partner logistik salah satunya PopBox untuk penyediaan loker pintar.

“Nantinya konsumen bisa membeli secara online dari mana saja dan mengambil produk langsung di lokasi yang dipilih. Saat ini terdapat 60 titik pengambilan yang sudah tersedia dan akan terus kami tambah jumlahnya,” pungkas William.

AsmaraKu Ingin Lebih Dari Sekedar Marketplace Produk “Romantisme”

Online marketplace yang memiliki segmen produk romantisme AsmaraKu sejauh ini disebutkan memiliki respon positif dari masyarakat. Co-founder AsmaraKu William Tunggaldjaja memiliki beberapa strategi yang berangkat dari pengalamannya untuk mengatasi tantangan dari situs e-commerce dengan niche romantisme tersebut.

“Di masyarakat masih banyak yang malu ataupun takut saat membeli kebutuhan pribadi ini melalui toko tradisional. Situs online AsmaraKu akan memudahkan konsumen mendapatkan kebutuhan tersebut dengan lebih privasi,” kata William saat peluncuran AsmaraKu beberapa waktu silam.

Dalam kesempatan berbincang singkat dengan DailySocial, William memiliki rencana sederhana di tahun 2016 yaitu mendorong tingkat viralitas dari AsmaraKu melalui media sosial. William memang dikenal akrab dengan media sosial. Zomato dan Path Indonesia sempat mempercayakannya sebagai pemimpin operasional di Indonesia sebelum berlabuh di AsmaraKu.

“Kami ada strategi yang lebih fokus ke word of mouth dan mendorong layanan kami untuk viral [di media sosial]. Salah satunya dengan menyediakan layanan same-day delivery dan ongkos kirim gratis untuk produk bunga di AsmaraKu,” ucapnya pada tim kami belum lama ini.

Taktik sederhananya adalah mendorong konsumen untuk mengirimkan bunga ke pasangan mereka. Harapannya, setelah menerima hadiah (bunga, cokelat, dan sebagainya), para wanita akan mengunggah foto hadiah tersebut ke media sosialnya sehingga memberikan exposure dan brand awareness ke masyarakat luas. Keputusan strategi ini didukung data bahwa sebagian besar konsumen AsmaraKu adalah kaum pria.

“Kami juga banyak memiliki produk suplemen. Pelajarannya ialah kami harus benar-benar meyakinkan 100% bahwa produk tersebut aman dan memiliki surat-surat kesehatan. Semua produknya disediakan berkat kerja sama dengan brand secara langsung agar lebih terpercaya dan terjangkau,” papar William perihal legitimasi produknya.

Menurutnya, marketplace di luar negeri banyak melakukan skema yang kurang terpuji yakni memberikan produk yang berbeda dari kemasannya. Mengantisipasi hal tersebut, AsmaraKu meyakinkan konsumennya bahwa produk mereka tidak melalui pihak ketiga. Kini tercatat 300 lebih merk yang terdaftar di AsmaraKu secara keseluruhan dari berbagai kategori untuk segala jenis kebutuhan romantisme pasangan.

Market-nya besar sekali, 60% masyarakat di bawah usia 27 tahun. Masa-masa yang romantis yang sedang hangat-hangatnya. Kami sediakan produk pasutri, kesehatan, kecantikan, dan hadiah-hadiah,” tambahnya.

Tantangannya kini adalah menggiring opini publik bahwa AsmaraKu tidak melulu tentang situs yang menjual alat kontrasepsi saja. AsmaraKu merupakan solusi bagi mereka yang ingin memenuhi kebutuhan romantisme kepada pasangan.

Langkahnya untuk mengakomodir kebutuhan tersebut juga akan dioptimasikan pada tahun 2016 dengan skema online-to-offline dan self-pickup yang lebih rapi dan merata di seluruh Indonesia.

William Tunggaldjaja Officially Joins AsmaraKu as Co-Founder

After previously working as Lazada Indonesia’s Vice President and Zomato and Path’s Country Manager, William Tunggaldjaja officially joined AsmaraKu as Co-Founder. AsmaraKu is an e-commerce startup that focuses on romantic products. Tunggaldjaja revealed that his decision was based on the fact that romance remains an untouched highly potential niche market in Indonesia. Moreover, e-commerce is currently one of main forces in local industry. Continue reading William Tunggaldjaja Officially Joins AsmaraKu as Co-Founder

William Tunggaldjaja Resmi Bergabung di AsmaraKu Sebagai Co-Founder

 

Co-Founder

Pasca bergabung dengan Lazada Indonesia sebagai Vice President dan juga merintis Zomato dan Path di Indonesia sebagai Country Manager, William Tunggaldjaja hari ini resmi bergabung di AsmaraKu sebagai co-founder. AsmaraKu sendiri merupakan sebuah startup e-commerce yang berfokus produk-produk romantis untuk pasar Indonesia. William menuturkan keputusannya untuk bergabung di AsmaraKu didorong oleh pesatnya perkembangan e-commerce di Indonesia dan munculnya pasar niche yang belum tergarap. Salah satunya kebutuhan akan produk romantis. Continue reading William Tunggaldjaja Resmi Bergabung di AsmaraKu Sebagai Co-Founder