ASUS Republic of Gamers Menjadi Sponsor Seri Turnamen Esports ESPN EXP

Pada awal Juni 2019 kemarin ESPN mengumumkan peluncuran EXP, seri kompetisi esports baru yang merupakan campuran antara esports profesional, amatir, dan pro-am (campuran). EXP pertama telah digelar dalam wujud ESPN Collegiate Esports Championship, tapi ke depannya masih ada dua ajang EXP lagi di tahun ini. Game yang diusung oleh EXP adalah Apex Legends, dan ESPN melakukan kerja sama langsung dengan EA untuk penyelenggaraannya.

“Pendekatan ke esports merepresentasikan fokus ESPN untuk melayani para penggemar olahraga dan audiens berkembang,” kata Justin Connoly, Executive Vice President of Disney & ESPN Affiliate Salas and Marketing, di situs resmi ESPN kala itu. “Kami terus berkomitmen melayani penggemar gaming di seluruh platform dan jenis konten, dan Apex Legends adalah judul yang sempurna untuk menunjukkan visi EXP untuk menyajikan acara esports kelas dunia dengan penceritaan dan distribusi multiplatform.”

Baru-baru ini ESPN mengumumkan bahwa ASUS Republic of Gamers (ROG) akan menjadi official hardware sponsor untuk turnamen-turnamen ESPN EXP. Dilansir dari The Esports Observer, beberapa perangkat yang akan disediakan antara lain adalah gaming desktop ROG Strix GL12CX (dilengkapi GPU NVIDIA GeForce RTX 2070), gaming monitor ROG Swift PG248Q, serta gaming laptop Strix SCAR III untuk para caster. Sebenarnya ESPN Collegiate Esports Championship belum memiliki brand EXP ketika digelar pada bulan Mei lalu, namun ESPN menganggapnya bagian dari EXP juga. ASUS ROG pun menjadi penyedia hardware dalam acara tersebut.

ESPN Collegiate Esports Championship
ESPN Collegiate Esports Championship kini jadi bagian dari EXP | Sumber: ESPN

Pada tanggal 11 Juli kemarin ESPN pun telah menggelar turnamen EXP kedua, yaitu EXP Pro-Am di Los Angeles. Acara yang diadakan bersamaan dengan ESPYS (Excellence in Sports Performance Yearly Awards) 2019 ini cukup berbeda dari turnamen lainnya karena merupakan acara amal, dengan partisipan undangan yang terdiri dari gamer profesional, atlet olahraga, hingga selebritas. Turnamen tersebut dimenangkan oleh tim Dizzy dari NRG Esports, dan dana yang terhimpun didonasikan untuk yayasan riset kanker V Foundation.

Gaming kompetitif adalah passion di ROG,” kata Vivian Lien, Global Head of Marketing for the Gaming Systems Business Group, di situs resmi ASUS. “Kami didirikan untuk berinovasi dan menciptakan perlengkapan elit bagi gamer serius. Hardware kami dirancang untuk kompetisi di level top, dan tak ada tempat lebih baik untuk mengujinya selain turnamen para juara esports yang ada sekarang maupun yang akan datang.” ASUS ROG memang sudah banyak berpartisipasi di berbagai acara esports. Selain ESPN EXP, mereka juga mensponsori ajang populer lain seperti PAX, Dreamhack, dan ESL One.

Turnamen EXP berikutnya akan digelar pada tanggal 2 – 3 Agustus, yaitu EXP Invitational – Apex Legends di acara X Games Minneapolis. Turnamen ini menghadirkan 20 tim Apex Legends top dunia untuk memperebutkan hadiah senilai US$150.000 (sekitar Rp2,1 miliar). Sama seperti turnamen EXP yang lain, EXP Invitational – Apex Legends akan disiarkan secara live lewat berbagai platform streaming digital, termasuk aplikasi ESPN, juga akan memiliki siaran tunda berupa highlight di ESPN dan stasiun televisi ABC.

Sumber: The Esports Observer, ASUS

Asus Siap Luncurkan Formasi Laptop ROG Baru, dan Kami Berkesempatan Mencoba Salah Satunya

CES 2019 mungkin menjadi garis start dimulainya persaingan laptop-laptop berteknologi ray tracing, namun Computex 2019 merupakan momen pembuktian penting bagi para produsen asal Taiwan. Sejak acara ini dilangsungkan, mereka berlomba-lomba untuk membawa perangkat-perangkat barunya ke tiap market, termasuk Indonesia. Dan Asus ialah salah satu nama yang cukup agresif dalam melakukannya.

Pada hari Selasa kemarin, Asus mengundang sejumlah media lokal untuk menjajal secara langsung notebook-notebook gaming baru yang akan mereka luncurkan di tanah air, khususnya model ROG Scar dan Hero generasi ketiga. Tapi Asus tetaplah Asus, mereka tak pernah buang-buang kesempatan buat memperkenalkan lebih banyak produk, termasuk desktop dan varian ROG Mothership yang dinanti-nanti.

Strix Scar III 14

Di acara terbatas itu, Asus menyampaikan bahwa brand ROG berhasil mengamankan posisi pertama di sejumlah negara di Asia Pasifik, misalnya Indonesia (60%), Vietnam (39%), Filipina (34%), Malaysia (30%) dan Thailand (33%). Sang produsen juga mencoba kembali menyegarkan ingatan kita terkait tiga lini Republic of Gamers yang disiapkan untuk kebutuhan berbeda: Varian ROG standar buat gamer hardcore, tipe ROG Zephyrus mengedepankan rancangan ultra-thin, sedangkan ROG Strix disiapkan demi ‘mendukung esports‘.

Strix Scar III 2

Dalam presentasinya, Muhammad Firman selaku head of PR turut membahas teknologi-teknologi anyar yang Asus bubuhkan di produk-produk gaming nomaden tersebut demi melengkapi CPU dan GPU baru. Beberapa contohnya adalah sistem pendingin mutakhir berkemampuan pintar serta panel dengan refresh rate dan waktu respons super-tinggi, plus dukungan high dynamic range.

Strix Scar III 7

Di versi terkini laptop-laptop ROG, Asus mencantumkan prosesor Intel Core generasi kesembilan, dari mulai seri i5 H, i7 HK, hingga i9 HK. Dan tentu saja sang produsen juga kian percaya diri untuk mengadopsi teknologi AMD buat mempersenjatai keluarga ROG, memberikan opsi lebih luas bagi para konsumen.

Strix Scar III 3

Rencananya, Asus akan menggelar acara peluncuran produk ROG baru pada tanggal 11 Juli minggu depan, dilaksanakan di Hotel Pullman Jakarta Central Park.

Strix Scar III 4

 

ROG Strix Scar III

Sembari melangsungkan persentasi, tim Asus juga memperkenankan kami untuk menjajal langsung notebook-notebook tersebut. Kebetulan, saya dipinjamkan unit ROG Strix Scar III G531GW, sebuah laptop gaming 15-inci yang mengusung spesifikasi paling tinggi di kelasnya. Laptop ini dipersenjatai oleh prosesor Intel Core i9-9880H, kartu grafis Nvidia GeForce RTX 2070, dan dibekali RAM sebesar 32GB.

Strix Scar III 9

Kecanggihan ROG Strix Scar III tidak cuma terletak pada susunan hardware semata. Khusus di model ini, Asus mencantumkan layar IPS-level dengan refresh rate 240Hz dan waktu respons hanya 3-milidetik. Kemudian untuk menjinakkan panas yang dihasilkan GPU dan CPU, produsen memanfaatkan sepasang kipas berisi 83 bilah berukuran lebar, dimaksudkan buat memaksimalkan aliran udara serta jangkauan area pendinginan – plus fitur pembersihan debu otomatis.

Strix Scar III 10

Aspek desain tak lupa jadi perhatian Asus. ROG Strix Scar III meneruskan arahan asimetris dua pendahulunya, dengan sedikit modifikasi. Desainer kini menempatkan layar dan engselnya di bagian atas tubuh, sehingga ada lebih banyak ruang untuk menempatkan port fisik di area belakang dan membuat ventilasi pembuangan panas jadi lebih terbuka.

Strix Scar III 6

Di varian Strix Scar III, Asus kembali mencantumkan decal ala sulaman serat karbon. Selanjutnya, mereka meng-upgrade sistem pencahyaan RGB baik di papan ketik (curved dan berfitur N-key rollover), logo, serta LED strip di bawah sehingga lebih cerah. Backlight di keyboard mengusung RGB per-key, dan Anda dipersilakan untuk mengustomisasi warnanya satu per satu via software Aura Creator.

Strix Scar III 11

Satu hal unik di ROG Strix Scar dan Hero generasi ketiga ini adalah kehadiran Keystone. Mungkin terinspirasi dari Infinity Stones, Keystone ialah aksesori kecil yang dapat dipasang dan dilepas via slot yang tersedia di sebelah kanan laptop. Dengan memanfaatkan chip NFC, Keystone mampu menyimpan profile konfigurasi serta berperan sebagai kunci akses ke data-data personal di ‘Shadow Drive’. Tanpanya, seseorang tak bisa membuka data terenkripsi tersebut.

Strix Scar III 12

Hal yang saya sayangkan di sesi hands-on kemarin adalah belum adanya game yang diinstal Asus di ROG Strix Scar III. Di sana, mereka hanya memasang software benchmark 3DMark Time Spy, dan meski saya mencoba mengunduh Tom Clancy’s The Division 2, waktunya tidak cukup. Alhasil, saya belum berkesempatan menguji performa laptop secara langsung.

Strix Scar III 13

 

Meleburnya Scar dan Hero

Beberapa waktu silam, Asus mencoba mengarahkan Strix Scar dan Hero untuk kalangan gamer berbeda: Scar dispesialisasikan buat penggemar shooter, sedangkan Hero disuguhkan bagi pemain MOBA. Menariknya, Asus kini malah mencoba menghilangkan kesan tersebut di Strix generasi ketiga. Satu petunjuk unik yang saya temukan adalah penggunaan keycap berbeda pada tombol WASD. Di Strix generasi kedua, keycap putih di WASD dibubuhkan pada unit Scar (FPS), namun sekarang malah diimplementasikan pada Hero (MOBA).

Strix Scar III 15

Saat ini, detail mengenai harga dan waktu ketersediaan masing-masing perangkat ROG baru tersebut masih belum diketahui. Asus juga punya rencana buat menghidupkan lagi varian Strix G, kali ini sembari menggandeng desainer BMW. Pastinya, semuanya akan diungkap di acara peluncuran tanggal 11 Juli 2019 nanti.

ASUS ROG Kenalkan Monitor Gaming Kelas Sultan Seharga Rp38 juta dan Kawan-Kawan Lainnya

Monitor gaming ASUS ROG seharga skuter matik Honda PCX Hybrid atau bahkan lebih mahal dari Yamaha NMAX? Tak perlu heran, karena bukan ASUS ROG namanya kalau produknya tidak ditujukan untuk kelas premium.

2 April 2019 kemarin, ASUS mengumumkan serangkaian produk monitor terbaru yang tersedia untuk pasar Indonesia di tahun 2019 mulai dari monitor gaming, monitor untuk profesional, sampai dengan proyektor portabel.

Sejarah mencatat, ASUS memang yang pertama kali memopulerkan brand gaming di 2006 saat mereka meluncurkan motherboard ROG (Republic of Gamers) pertama mereka. Tak hanya di motherboard, router, kartu grafis, laptop, ataupun ponsel, ASUS ternyata juga cukup populer dengan lini produk monitor mereka. Menurut rilis resmi yang kami terima dari ASUS, mereka mengklaim sebagai penguasa market share monitor gaming di pasar global tahun 2018.

Dokumentasi: Hybrid
Dokumentasi: Hybrid

“Di Indonesia, kami juga telah bekerja sama dengan beberapa tim gaming profesional dan game center terkemuka di beberapa kota besar. Dengan antusiasme ini, kami optimis dapat terus mengembangkan juga pasar kami di Indonesia, juga untuk solusi monitor non gaming.” Ungkap Willy Halim, Country Manager Open Platform Business Group ASUS Indonesia di rilis yang sama.

ASUS sendiri mulai mengenalkan tipe monitor gaming sejak 2006, PG191, yang menjadi monitor pertama dengan subwoofer. Di tahun 2012, ASUS juga menjadi yang pertama mengeluarkan monitor 144Hz di dunia, VG248QE. Sedangkan di 2014, ASUS pertama kali mengeluarkan monitor ROG pertama mereka yang sudah mendapatkan sertifikasi NVIDIA G-SYNC, yaitu ROG Swift PG278Q.

Lalu, apa saja monitor-monitor baru dari ASUS yang tersedia di Indonesia yang dikenalkan kali ini?

ROG Strix XG49VQ

Dokumentasi: Hybrid
Dokumentasi: Hybrid

Seperti serinya, monitor ini berukuran 49 inci namun keunikannya ada di rasionya yang menggunakan Super Ultra-Wide, 32:9. Karena itulah, resolusi maksimal monitor ini jadinya jarang ditemukan di produk lainnya, dengan 3840×1080.

Monitor ini sebenarnya bisa diibaratkan seperti 2 monitor 27 inci yang bersandingan namun kita tak perlu terganggu melihat bezel. Monitor ini juga telah mendapatkan sertifikasi DisplayHDR 400. Harganya? Murah… Hanya setara dengan Honda CBR150 Verza alias Rp19,8 jutaan.

ROG Swift PG27UQ

Dokumentasi: Hybrid
Dokumentasi: Hybrid

Monitor gaming ASUS ROG berukuran 27 inci ini adalah yang paling premium di antara 8 produk lainnya yang dikenalkan ASUS kali ini. Karena itulah, ASUS pun menjejalkan semua spek terbaik yang bisa Anda temukan di pasar monitor gaming di tahun 2019. Ia punya refresh rate 144Hz, sertifikasi NVIDIA G-SYNC Ultimate, resolusi 4K (3840×2160), DisplayHDR 1000, dan segudang fitur premium lainnya.

Buat yang belum tahu, sertifikasi DisplayHDR 1000 hanya dapat ditemukan di 5 produk monitor di dunia. Anda bisa melihat daftar lengkapnya di tautan ini. Di antara 5 produk tadi, setahu kami, hanya 2 yang tersedia di Indonesia salah satunya ROG Swift PG27UQ ini.

Oh iya, banderol harga monitor ini? Rp38,7 juta. Menariknya, ASUS juga menawarkan garansi sampai dengan 3 tahun (termasuk semua monitor yang ada di daftar ini).

Hal tadi mungkin sedikit kontradiktif dengan target kelas sultannya. Khusus untuk monitor ini, ASUS seharusnya menghilangkan masa garansi sepenuhnya. Karena seorang sultan sejati harusnya beli baru kalaupun ada sedikit masalah dengan monitor lamanya. Hahaha… Acuhkan paragraf terakhir ini ya…

ROG Strix XG32VQR

Sumber: ASUS
Sumber: ASUS

Monitor gaming selanjutnya adalah Curved HDR Gaming Monitor ASUS ROG XG32VQR yang berukuran 32 inci. Monitor ini mendukung resolusi maksimal sampai dengan 2560×1440 (WQHD) dan dilengkapi dengan sertifikasi FreeSync 2 HDR (dari AMD). Sama seperti monitor pertama di daftar ini, ia juga mendapatkan sertifikasi DisplayHDR 400.

Monitor ini mungkin adalah yang paling cocok untuk kategori sultan kelas bawah karena harganya yang hanya Rp9,7 juta.

ASUS VG278QR dan VG258QR

Sumber: ASUS
Sumber: ASUS

Kedua monitor ini sudah bukan lagi masuk keluarga besar ROG namun keduanya masih mengusung fitur yang tak kalah menarik. Seperti serinya, VG278QR berukuran 27 inci dan VG258QR berukuran 24,5 inci.

Uniknya, kedua monitor ini mengusung refresh rate 165Hz dan response time 0,5ms. Keduanya juga dilengkapi dengan fitur ASUS Extreme Low Motion Blur yang diklaim mampu memberikan gambar yang tajam meski saat pergerakan cepat.

Berhubung sudah tidak masuk kasta ROG, kedua monitor ini masih terjangkau untuk kelas menengah. Banderol harga VG278QR ada di Rp5,5 juta. Sedangkan VG258QR ada di Rp4,8 juta.

ASUS ProArt Series PA34VC

Sumber: ASUS
Sumber: ASUS

Selain untuk para gamer, ASUS juga mengenalkan monitor untuk kelas profesional. ASUS ProArt PA34VC Curved Professional Monitor ini dilengkapi dengan panel IPS, teknologi HDR10, 100% sRGB, dan sejumlah fitur lainnya.

Monitor yang cocok untuk para desainer grafis ataupun konten kreator ini dibanderol dengan harga Rp19,6 juta.

ASUS Designo Series MX38VC

Sumber: ASUS
Sumber: ASUS

Monitor serba guna berukuran 37,5 inci ini menawarkan fitur yang sangat beragam. Ia dilengkapi dengan speaker Harman Kardon, ASUS SonicMaster, Qi Wireless Charger, Bluetooth, fitur Flicker Free, dan Blue Light Filter.

Monitor mewah ini bisa Anda bawa pulang hanya dengan menebusnya seharga Rp24,3 juta.

ASUS ZenScreen GO MB16AP

Sumber: ASUS
Sumber: ASUS

Sedikit berbeda dengan monitor-monitor lainnya di daftar ini, monitor yang satu ini adalah sebuah monitor portabel. Ia menggunakan port USB Type-C (dan dilengkapi juga dengan konverter port USB Type-A) untuk koneksinya dan berat sebesar 850 gram.

Monitor yang sejatinya digunakan sebagai display tambahan untuk laptop ini ditawarkan dengan harga Rp6,8 juta.

ASUS ZenBeam S2

Sumber: ASUS
Sumber: ASUS

Produk terakhir yang ada di daftar ini sudah bukan lagi monitor melainkan sebuah proyektor. Namun ia dikenalkan bersama dengan saudara-saudara sepupunya karena memang masih berhubungan sebagai produk display. Proyektor ini juga cukup unik karena portabel.

Ia dilengkapi dengan baterai berkapasitas 6000mAh yang juga dapat digunakan sebagai power bank. Meski berukuran mini, ia dilengkapi dengan berbagai opsi input seperti USB-C, USB output, wireless mirroring, dan HDMI.

Proyektor yang beratnya hanya 497 gram ini dibanderol dengan harga Rp8,8 juta.

Apakah Anda tertarik dengan salah satu produk yang ada di sini? Siap jual ginjal demi sebuah monitor gaming kelas sultan?

ASUS Update Lini Laptop ROG Mereka dengan Grafis RTX

Pada 29 Januari kemarin, Asus meluncurkan tiga laptop ROG terbarunya yang mengusung teknologi kartu grafis GeForce RTX. 

GeForce RTX merupakan kartu grafis gaming terbaru besutan NVIDIA. Kartu grafis ini menggunakan teknologi terbaru berupa arsitektur turing dan RT Core yang diklaim mampu menghadirkan kualitas visual luar biasa pada game yang Anda mainkan. Salah satu fitur yang diunggulkan dari seri ini adalah teknologi Ray Tracing.

Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Apa itu teknologi Ray Tracing? Intinya, teknologi ini memungkinkan memberi efek visual pantulan cahaya di dalam suatu game menjadi sangat realistik, layaknya di dunia nyata. Jimmy Lin selaku Regional Director Asus South East Asia mengatakan, “berkat teknologi baru dari NVIDIA, tiga laptop baru ROG kali ini menawarkan performa yang sangat tinggi dan belum pernah ada pada sebuah laptop gaming sebelumnya. Tidak ada game yang tidak bisa dijalankan dengan mulus di laptop baru ROG ini”.

Tiga laptop baru ROG ini sendiri adalah ROG G703GX, ROG Strix GL504GW, dan ROG Strix GL704GV. Ketiganya punya spesialisasi mereka sendiri-sendiri. ROG G703GX punya spesialisasi sebagai laptop gaming super kencang pengganti PC Desktop High-End. Maka dari itu, tak aneh jika laptop yang satu ini sudah dipersenjatai dengan prosesor Intel terbaru yaitu Intel Core i9 dan tentunya kartu grafis NVIDIA GeForce RTX 2080.

Lalu ROG Strix GL504GW kini hadir dengan pembaruan kartu grafis. Terakhir adal ROG Strix GL704GW yang juga mendapatkan pembaruan kartu grafis.

Sumber: Press Release Asus
Sumber: Press Release Asus

Teknologi RTX dari NVIDIA merupakan teknologi terbaru dalam soal kartu grafis. Teknologi yang pertama kali rilis pada Oktober 2018 lalu ini menjanjikan performa yang lebih kencang, sehingga diklaim mampu memproses efek visual paling rumit sekalipun. 

Ketiga laptop baru ROG ini sudah dijual di berbagai laman belanja online Indonesia dengan harga masing masing: ROG Strix GL704GV Scar II Rp36.999.000, ROG Strix GL504GW Scar II Rp40.999.000 dan, ROG G703GX Rp80.999.000.

Layar dan Keyboard-nya Bisa Dipisah, Asus ROG Mothership Adalah Desktop Replacement Sejati

Pernahkah Anda membayangkan bagaimana jadinya apabila Surface Book dirancang sebagai perangkat gaming? Kalau belum, Anda rupanya sudah keduluan oleh Asus. Hasil pemikiran mereka melahirkan ROG Mothership, sebuah laptop gaming yang pantas disebut sebagai desktop replacement dalam arti harfiahnya.

Itu dikarenakan Mothership dapat dipisahkan keyboard dan layarnya. Dalam posisi terpisah seperti ini, layarnya bisa berdiri sendiri berkat kickstand terintegrasi di belakangnya, sedangkan keyboard-nya bisa dilipat separuh secara vertikal guna menghemat tempat. Voila, seketika itu juga ia lebih layak dikategorikan sebagai PC.

Asus ROG Mothership

Spesifikasinya pun tidak kalah dari PC gaming kelas atas: prosesor 6-core Intel Core i9-8950HK yang sudah di-overclock secara default, GPU Nvidia GeForce RTX 2080 8 GB GDDR6, RAM 64 GB DDR4, dan tiga slot SSD tipe NVMe. Itu semua Asus tambatkan ke bagian layarnya tanpa mengabaikan soal sistem pendingin.

Ya, perangkat ini memiliki salah satu sistem pendingin paling kompleks yang pernah ada di sebuah laptop. Saya tidak mau ‘menodai’ artikel ini dengan detail-detail yang terlalu teknis, akan tetapi yang pasti Asus menjamin ROG Mothership bisa mencapai performa maksimalnya selagi suhu perangkat masih dalam batas wajar.

Asus ROG Mothership

Asus pun tidak lupa menyelipkan lapisan protektif sehingga layarnya tidak terpengaruh oleh panas yang dihasilkan prosesor dan GPU. Layarnya sendiri merupakan panel IPS 17,3 inci, dengan resolusi 1080p dan refresh rate 144 Hz.

Pada bagian bawah layar, Anda bisa melihat grille speaker yang membentang dari kiri ke kanan. Tidak tanggung-tanggung, Asus menanamkan empat buah speaker sekaligus di baliknya, dengan output total sebesar 16 W. Tidak ketinggalan juga adalah DAC ESS Sabre yang siap mengolah audio dengan resolusi setinggi 24-bit/192kHz.

Asus ROG Mothership

Konektivitas ROG Mothership pun cukup melimpah: dua port USB-C 3.1 Gen 2 (salah satunya mendukung Thunderbolt 3), tiga USB-A 3.1 Gen 2, satu USB-A 3.1 Gen 1, HDMI 2.0, Ethernet serta slot SD card. Bluetooth 5.0 pun turut menjadi opsi standar baginya.

Semua ini dikemas dalam bodi yang masih mudah sekali dibawa-bawa, terutama jika dibandingkan dengan PC. Tebal keseluruhannya tidak lebih dari 3 cm, sedangkan bobotnya pun berkisar 4,7 kg saja. Asus belum mengungkapkan berapa harganya, namun pemasarannya sudah dijadwalkan berlangsung mulai kuartal kedua tahun ini.

Sumber: Asus.

Bukan Sembarang Headset Gaming, Asus ROG Delta Type-C Andalkan Quad-DAC

Headset gaming biasanya dipakai untuk, well, bermain game. Akan tetapi Asus berpendapat berbeda. Mereka ingin headset gaming juga dapat dipakai untuk menikmati musik bersama smartphone, dan kira-kira seperti itu esensi dari headset terbaru yang mereka umumkan di Computex 2018, Asus ROG Delta Type-C.

Seperti tersirat dari namanya, headset ini mengandalkan USB-C sebagai konektornya, dan seperti yang kita tahu, mayoritas smartphone terkini hanya mengemas port USB-C tanpa jack headphone. Namun lalu muncul pertanyaan lain: headset atau headphone USB-C harus mengonversi sinyal digital ke analog sendiri, jadi bagaimana kualitas suara yang dihasilkannya?

Demi meyakinkan konsumen, Asus telah menyematkan total empat DAC (digital-to-analog converter) buatan ESS Sabre ke dalam Delta, sanggup memutar format lossless hingga 32-bit/384kHz. Mengapa harus sampai empat? Asus bilang bahwa masing-masing bertanggung jawab atas rentang frekuensi yang berbeda: 20 – 150 Hz, 150 – 5.000 Hz, 5.000 – 20.000 Hz, dan 20.000 – 40.000 Hz.

Asus ROG Delta Type-C

Melengkapi DAC-nya adalah driver berdiameter 50 mm di masing-masing earcup. Perlu dicatat, Delta merupakan headset stereo, tapi gamer yang membutuhkan konfigurasi surround masih bisa mewujudkannya dengan bantuan software. Lalu andai kata Anda masih menggunakan laptop atau PC tua yang tak dilengkapi port USB-C, Asus telah menyertakan adaptor USB biasa di setiap paket penjualan Delta.

Secara fisik ROG Delta mengusung desain tipikal produk gaming, terutama berkat LED warna-warni di kedua sisi earcup yang dapat diprogram. Bantalan telinganya terbuat dari bahan fabric bermotif mesh demi menjaga telinga tetap sejuk dalam durasi yang lama, tapi tersedia pula bantalan cadangan dengan material kulit sintetis.

Asus berencana melepas Delta ke pasaran pada musim panas ini. Sayang mereka masih enggan menyingkap harga jualnya.

Sumber: Asus.

Susul Acer, Asus Juga Luncurkan Monitor Gaming 4K 144 Hz, ROG Swift PG27UQ

Pekan lalu, Acer memperkenalkan sebuah monitor gaming yang amat istimewa, Predator X27 4K. Istimewa karena monitor tersebut menawarkan keseimbangan antara kualitas visual dan performa: resolusi 4K dengan refresh rate 144 Hz, mematahkan anggapan selama ini bahwa kedua atribut itu selalu bertolak belakang.

Asus rupanya tidak mau ketinggalan. Monitor gaming terbaru mereka, Asus ROG Swift PG27UQ, hadir dengan premis yang sama persis, di mana gamer yang berkantong sangat tebal tidak lagi harus mengorbankan salah satu dari kualitas visual atau performa. Ya, monitor berlayar 27 inci ini juga menawarkan resolusi 4K + HDR dan refresh rate maksimum 144 Hz.

Dukungan G-Sync pun turut tersedia, sehingga screen tearing tidak akan menjadi problem bagi pengguna kartu grafis Nvidia. Spesifikasi lengkapnya cukup impresif: rasio kontras 1000:1, response time 4 ms, serta tingkat kecerahan maksimum 1.000 nit, memungkinkannya untuk mendapatkan sertifikasi DisplayHDR 1000 dari VESA.

Bicara soal HDR, bisa dipastikan monitor ini superior soal reproduksi warna maupun kontras. Pada kenyataannya, ia diklaim mampu menampilkan 99% dari spektrum warna AdobeRGB, atau 97% dari DCI-P3. Asus tak lupa membekalinya dengan teknologi full-array local dimming (FALD) backlight 384 zona macam yang terdapat pada TV high-end guna semakin memantapkan kualitas visualnya.

Asus ROG Swift PG27UQ

Konektivitasnya terbilang standar. Selain HDMI 2.0, ada input DisplayPort 1.4 yang dibutuhkan apabila Anda hendak menikmati tampilan 4K 144 Hz (HDMI hanya mentok di 60 Hz). Sepasang port USB 3.0 juga tersedia, demikian pula jack audio 3,5 mm.

Soal penampilan fisik, ia tampak ‘lebih gaming‘ ketimbang Acer Predator X27 4K berkat pencahayaan RGB, plus kemampuan memproyeksikan gambar ke belakang serta bawah kakinya. Juga unik adalah kehadiran ambient light sensor macam di ponsel, yang berarti monitor bisa menyesuaikan sendiri tingkat kecerahannya berdasarkan kondisi ruangan.

Asus berencana memasarkan monitor ini di akhir bulan Juni nanti seharga $2.000. Selain spesifikasi, banderolnya rupanya juga identik dengan besutan Acer, meski Acer bakal memasarkan miliknya sedikit lebih awal.

Sumber: AnandTech.

Asus ROG Zephyrus M Dibekali Prosesor 6-Core dan Performa GPU yang Tak Dibatasi

Intel baru saja memperkenalkan prosesor laptop terbarunya yang berbasis Coffee Lake. Selain Samsung Notebook Odyssey Z, salah satu laptop pertama yang menggunakan prosesor baru itu adalah Asus ROG Zephyrus M. Ya, ini merupakan penerus ROG Zephyrus yang sempat DailySocial bedah tahun lalu.

Pembaruan yang dibawa sudah langsung kelihatan dari luar. Zephyrus M sedikit lebih tebal ketimbang pendahulunya (19,9 mm dibanding 17,9 mm), dengan bobot 2,5 kilogram. Bodi yang lebih tebal ini memungkinkan Asus untuk menambatkan sistem pendingin yang lebih efektif, yang diklaim mampu meningkatkan sirkulasi udara di dalam perangkat hingga 32%, hingga akhirnya suhu komponen bisa ditekan 20% lebih rendah.

Asus ROG Zephyrus M

Saat dibuka, perubahan desainnya semakin kelihatan. Penempatan keyboard-nya tak lagi seperti dulu, kini lebih konvensional (di dekat layar, bukan di bawah), dan trackpad-nya pun diposisikan di bawah keyboard persis, bukan lagi di sebelah kanannya. Kemungkinan, Asus menerima feedback dari konsumen bahwa mayoritas lebih suka dengan desain yang konvensional.

Layarnya pun turut mendapat upgrade, meski ukuran dan resolusinya masih sama, yakni 15,6 inci 1080p. Panel IPS yang digunakan kini memiliki refresh rate maksimum 144 Hz, dengan response time 3 milidetik dan tentu saja dukungan G-Sync.

Asus ROG Zephyrus M

Untuk spesifikasi, Asus memercayakan prosesor Intel Core i7-8750H yang memiliki total 6-core dan 12-thread, dengan clock maksimum 3,9 GHz. Menemani prosesor itu adalah kartu grafis Nvidia GeForce GTX 1070 dengan memory GDDR5 sebesar 8 GB. Asus tidak lupa bilang bahwa performa GPU Zephyrus M tak lagi dibatasi seperti pendahulunya yang mengadopsi konsep Max-Q.

Juga menarik adalah fitur power saving yang Asus terapkan. Saat aktif, laptop hanya akan menggunakan GPU terintegrasinya saja, yang pada akhirnya diyakini bisa menambah daya baterai sampai sekitar enam jam. Ini juga berarti GPU Nvidia-nya bisa digunakan hanya saat dibutuhkan saja.

Asus ROG Zephyrus M

Melengkapi spesifikasinya adalah RAM DDR4 berkapasitas 16 GB, SSD tipe NVMe berkapasitas 256 GB dan HDD 1 TB. Konektivitasnya pun tergolong lengkap: total ada empat port USB standar, satu port USB-C sekaligus Thunderbolt 3, dan satu port HDMI 2.0.

Asus saat ini sudah menerima pre-order Zephyrus M di Amerika Serikat, dengan banderol harga $2.199. Kalau terlalu mahal, ada juga varian yang menggunakan GPU GTX 1060 6 GB seharga $1.899.

Sumber: Business Wire dan Asus.

Asus ROG Memulai Manuver di Awal Tahun Dengan Meluncurkan Laptop Gaming High-End Baru

Selain dari langkah agresif di ranah eSport dan kekuatan brand Republic of Gamers, mungkin salah satu alasan mengapa Asus berhasil mengusai lebih dari 64 persen pasar gaming di Indonesia ialah karena mereka menyediakan banyak pilihan perangkat buat tipe gamer berbeda. Sebagai contohnya, belum lama ini Asus memecah lagi sub-brand notebook ROG Strix jadi tiga varian.

Dan masih di momen awal 2018 ini, sang produsen hardware asal Taiwan itu melangsungkan peluncuran produk baru lebih dulu dibanding para kompetitor. Di momen ini, Asus memilih ROG G703 sebagai bintang panggungnya. Tapi seperti kebiasaan sang perusahaan, Asus tak mau laptop gaming ini mendarat sendirian. Mereka juga memeriahkan acara dengan melepas ROG Strix GL503 Hero Edition dan GL503 Scar Edition, serta menyingkap sebuah kejutan besar.

Rog 15

 

ROG G703

Dilihat dari aspek spesifikasi, ROG G703 adalah salah satu varian notebook gaming ‘non-eksperimental‘ paling premium racikan Asus. Di sana, sang produsen mengambil arahan desain tradisional, mengandalkan komposisi hardware high-end yang terpercaya, serta memberikan sentuhan khusus pada layarnya. Asus bilang bahwa G703 dirancang untuk mendobrak batas tertinggi, tapi tak perlu kaget jika ia juga ‘mendobrak’ isi dompet Anda.

Rog 10

Rog 6

Perangkat buat para gamer nomaden ini mengusung struktur clamshell khas ROG. Tubuhnya yang sedikit menyudut mengingatkan saya pada pesawat alien, apalagi ditambah heat sink ala nozzle jet tempur. Seperti biasa, beberapa elemen desain dibuat asimetris, misalnya pada penempatan logo ROG LED di lid serta material berbeda di area keyboard. Dan dengan layar 17-inci, dimensi 425x319x51mm, serta bobot 4,7kg, G703 sudah bisa masuk ke kelas desktop replacement.

Rog 5

Rog 13

Untuk mempermanis penampilannya, Asus  mencantumkan sistem pencahayaan LED RGB Per-Key Aura di keyboard, memungkinkan masing-masing tombol menampilkan warna secara mandiri. Tombol-tombol chiclet di sana turut dibekali fitur anti-ghosting N-key rollover, menyajikan key travel sejauh 2,5mm dan lekukan 0,3mm pada keycap buat meningkatkan akurasi serta kenyamanan.

Rog 8

Rog 16

Di dalam, Anda akan menemui susunan hardware yang mencengangkan. Asus membenamkan prosesor Intel Core i7 7700HQ atau 7820HK, kartu grafis Nvidia GeForce GTX 1080, serta RAM DDR4 2800 hingga 64GB. Untuk ruang penyimpanan, produsen memanfaatkan kombinasi SSD PCIE Gen3X4 sampai 512GB dan HDD hingga 2TB. Konektivitasnya sangat lengkap – ia memiliki chip Xbox Wireless built-in hingga port USB type-C ber-Thunderbolt.

 

Layar ROG G703

Seperti yang sempat saya singgung, bagian display ROG G703 mendapatkan perhatian istimewa. Panel LED backlit berteknologi Nvidia G-Sync seluas 17,3-inci di sana menghidangkan resolusi full-HD (1920x1080p). Sekilas terlihat standar, sampai Anda mengetahui bahwa layar tersebut ditopang refresh rate 144Hz – kabarnya pertama kali hadir di laptop gaming 17-inci.

Rog 11

Dengan begini, monitor bisa menyuguhkan frame rate sangat tinggi, membuat gerakan dalam permainan jadi lebih mulus dan juga mengurangi efek screen tearing. Dan semakin tinggi refresh rate-nya, maka input lag jadi lebih kecil. Hal ini sangat esensial bagi gamer hardcore.

 

ROG GL503 Scar Edition dan Hero Edition

Walaupun mereka mengusung nama model serta susunan hardware hampir serupa, kedua perangkat ini punya spesialisasi berbeda. Scar Edition dikhususkan bagi game-game first-person shooter, sedangkan Hero Edition disiapkan untuk menangani judul-judul MOBA. Yang membuatnya jadi rumit adalah, masing-masing varian terpecah ke beberapa tipe lagi, yakni GL503VD dan GL503VM. Dan buat Scar Edition, sepertinya ada opsi 15- dan 17-inci.

Rog 2

Rog 1

GL503 diotaki chip Intel Core i5-7300HQ atau i7-7700HQ, dipersenjatai GeForce GTX 1050 atau GTX 1060 serta RAM DDR4 2400 sampai 32GB. Lalu apa yang membedakan mereka?

Rog 4

Selain pola desain di belakang layar, perbedaan utama antara Scar Edition dan Hero Edition terletak pada layarnya. Dirancang agar optimal dalam menjalankan game-game shooter, Scar Edition dibekali panel FHD 120Hz dengan input 5ms; display 1080p di Hero Edition sendiri mampu menyajikan sRGB 100 persen sehingga gamer MOBA mudah mendeteksi posisi lawan.

 

Brand ambassador baru Asus ROG

Di acara ini, Asus turut mengumumkan brand ambassador barunya, yaitu Rex Regum Qeon. Sebelumnya, RRQ merupakan tim eSport yang disponsori oleh MSI. Namun di tengah-tengah kabar gembira untuk Asus dan RRQ itu, berita kurang baik terdengar buat para fans NXL. Tim eSport pimpinan Richard Permana itu tidak lagi memperpanjang kontraknya dengan Asus.

Rog 12

 

Harga

Harga dari masing-masing produk bisa Anda lihat di bawah:

  • Asus ROG G703 – Rp 60 juta
  • Asus ROG Strix GL503 Hero Edition – Rp 16,8 juta sampai Rp 27,3 juta
  • Asus ROG Strix GL503 Scar Edition – mulai Rp 19,3 juta

Asus Ciptakan Gaming Desktop Khusus Esport, ROG Strix GL 12

Selain keyboard mekanis ROG Strix Flare, Asus juga memperkenalkan sebuah gaming desktop baru di CES 2018. Perangkat bernama ROG Strix GL 12 ini diklaim benar-benar diciptakan secara spesifik untuk memenuhi kebutuhan atlet esport profesional.

Tanpa harus terkejut, di balik sasis berwajah futuristisnya, bernaung spesifikasi yang cukup ‘mengerikan’. Varian termahalnya mengusung prosesor Intel Core i7 8700K (Coffee Lake) yang secara default sudah di-overclock hingga 4,8 GHz, plus RAM DDR4 64 GB yang juga sudah digenjot performanya. Stabilitas performanya pun dijamin oleh sistem liquid cooling besutan Asetek.

Di sektor grafis, Asus memercayakan Nvidia GeForce GTX 1080 yang sudah diamankan oleh semacam palang guna mencegah benturan dan menghindari kerusakan ketika perangkat harus dibawa-bawa dan berpartisipasi dalam beragam turnamen internasional. Bagi yang tidak mau berkompromi, Asus juga menawarkan varian GL 12 yang dilengkapi liquid cooling untuk GPU-nya.

Asus ROG Strix GL 12

Namun fitur GL 12 yang paling menarik menurut saya bersembunyi di bagian depan, tepatnya di bawah deretan port USB dan slot SD card. Bagian tersebut dihuni oleh panel penutup magnetik, yang ketika dibuka akan menampilkan sebuah slot SSD bertipe hot-swap. Artinya, pengguna bisa melepas dan memasangkan SSD tanpa harus me-restart perangkat.

Fitur inilah yang sejatinya dinilai krusial buat para atlet esport. Dikatakan bahwa mereka sering kali membawa SSD 2,5 incinya masing-masing yang menyimpan semua pengaturan yang dibutuhkan dalam bertanding. Ketimbang harus membuka sasis PC, memanfaatkan slot hot-swap untuk mengakses pengaturan-pengaturan tersebut jelas jauh lebih praktis.

Kalau melihat fungsi spesifiknya itu, ROG Strix GL 12 jauh lebih ideal menjadi daftar belanjaan penyelenggara turnamen ketimbang para atlet esport itu sendiri. Terlepas dari itu, Asus masih belum menyingkap harga maupun jadwal ketersediaannya.

Bezel-Free Kit

Dalam kesempatan yang sama, Asus juga ingin memamerkan sebuah konsep peripheral baru yang mereka sebut dengan istilah Bezel-Free Kit. Asus bilang bahwa perangkat ini diciptakan dengan tujuan memecahkan masalah yang selama ini dialami oleh pengguna PC dengan setup multi-monitor.

Masalah itu adalah grafis yang terpotong oleh bezel monitor yang didudukkan bersebelahan. Solusi yang Asus tawarkan cukup sederhana, tapi dampaknya cukup signifikan, yakni dengan cara mengamuflasekan bezel sehingga grafis yang ditampilkan sama sekali tidak terpotong. Perbandingan sebelum dan sesudah dipasangi Bezel-Free Kit bisa Anda lihat sendiri pada dua gambar di atas.

Asus Bezel-Free Kit

Bezel-Free Kit melibatkan sebuah lensa khusus berwujud tipis yang mampu membelokkan cahaya dari monitor ke arah dalam, sehingga bezel monitor pun tertutup oleh biasannya. Biasan cahayanya memang akan kelihatan sedikit lebih redup dari tampilan monitor, tapi setidaknya masih jauh lebih baik ketimbang dua bezel yang benar-benar memangkas sebagian dari grafis yang ditampilkan.

Lensanya sendiri terbuat dari bahan thermoplastic khusus yang diyakini lebih tangguh ketimbang kaca. Pemasangannya hanya melibatkan penjepit biasa di sisi atas dan bawah monitor, akan tetapi posisi kedua monitor harus tepat 130 derajat supaya hasilnya benar-benar optimal.

Sumber: Asus 1, 2.