AwanTunai Receives Debt Funding Over 290 Billion Rupiah from Accial Capital

AwanTunai p2p lending startup announced a “debt” funding of US$20 million (over 290 billion Rupiah) led by private debt investor Accial Capital. Several other banks involved in this round as lenders.

AwanTunai’s Co-Founder & CEO Dino Setiawan explained to DailySocial, the fresh money will be fully channeled back in the form of financing for customers. The company also held stock-based fundraising, which is yet to be announced, and will be focused on technology development.

“The US$20 million fund is led by Accial Capital and our partnership with several banks to finance AwanTunai customers,” he said yesterday (7/21).

In acquiring debt funding, companies do tend to take from institutions as lenders. Some banks have partnered up include OCBC NISP, Jtrust Bank, Credit Saison, and UOB. There some other banks ongoing process.

“Through this partnership banks can enter the SME segment and channel financing securely.”

Accial Capital’s CIO,  Michael Shum said in his official statement, AwanTunai has a unique approach in managing credit risk in the micro segment well, quickly, and responsibly. This allows thousands of micro traders to expand their business even during the Covid-19 crisis.

AwanTunai has a flagship product called AwanTempo released in April 2019. This is a financing product for a grocery store in need of additional capital to buy its store products. The company is working with suppliers to provide financing to the small shop.

Dino said that with the debt funding, it is expected to accelerate the expansion of financing of its wholesale suppliers and its flagship products, therefore, more store owners are helped with capital needs. It is said that AwanTempo has distributed funding up to Rp390 billion.

Before introducing its product, the company used to make a loan distribution product for smartphone purchasing with a maximum range of IDR 4 million. In minimizing risk, the company partners with Blue Bird targeting taxi drivers.

“AwanTempo is now our main product. We are no longer continuing the smartphone products,” he said.

New product development

Dino admitted that the company was quite lucky to continue financing during the pandemic. He mentioned the grocery shop segment can survive during the PSBB period because it’s open to serve basic needs.

“We have a collaborative program with AwanTunai‘s wholesale partner to help stalls heavily affected by Covid-19, especially those in the office area.”

In terms of product development plan, Dino said the company is currently preparing a new product to finance crops for small farmers. They’ve partnered with foreign NGOs and agricultural product aggregator to channel financing from AwanTunai to farmers. The concept of financing is similar to AwanTempo. The aggregator must know the farmers well to minimize the risk of default.

“The risk is very high. In previous cases, the bank entered the SME segment. The NPL turns out very high because no data appears on the SLIK or incorrect KTP. Therefore, the KUR is stuck inside the banks, there is no safe way to expel KUR to unbanked people,” he concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

AwanTunai Peroleh “Debt Funding” Lebih dari 290 Miliar Rupiah dari Accial Capital

Startup p2p lending AwanTunai mengumumkan perolehan pendanaan “debt” sebesar US$20 juta (lebih dari 290 miliar Rupiah) yang dipimpin oleh investor debt swasta Accial Capital. Beberapa bank lain turut masuk ke dalam putaran tersebut sebagai lender.

Kepada DailySocial, Co-Founder & CEO AwanTunai Dino Setiawan menjelaskan, dana ini sepenuhnya digunakan untuk disalurkan kembali dalam bentuk pembiayaan untuk nasabah. Perusahaan juga sedang melakukan penggalangan pendanaan berbasis saham, yang belum bisa diumumkan, nantinya dikhususkan untuk pengembangan teknologi.

“Dana US$20 juta dipimpin oleh Accial Capital dan kemitraan kita sama beberapa bank untuk pembiayaan nasabah AwanTunai,” ujarnya, kemarin (21/7).

Dalam menjaring pendanaan debt, perusahaan memang cenderung mengambil dari kalangan institusi sebagai lender. Beberapa bank yang telah bermitra diantaranya OCBC NISP, Jtrust Bank, Credit Saison, dan UOB. Ada tambahan dari bank lainnya yang masih dalam proses.

“Lewat kemitraan tersebut bank dapat masuk ke segmen UMKM dan menyalurkan pembiayaan secara aman.”

CIO Accial Capital Michael Shum dalam keterangan resminya mengatakan, AwanTunai memiliki pendekatan yang unik dalam mengelola risiko kredit di segmen mikro dengan baik, cepat, tapi juga bertanggung jawab. Hal ini memungkinkan ribuan pedagang mikro untuk memperluas bisnis mereka bahkan saat krisis Covid-19.

AwanTunai memiliki produk flagship yang bernama AwanTempo dirilis pada April 2019. Ini adalah produk pembiayaan untuk toko kelontong yang butuh tambahan modal untuk membeli kebutuhan tokonya. Perusahaan bekerja sama dengan supplier untuk memberikan pembiayaan kepada toko kecil tersebut.

Dino mengatakan dengan pendanaan debt tersebut, diharapkan dapat mengakselerasi ekspansi pembiayaan pemasok grosirnya dan produk flagship-nya agar semakin banyak pemilik toko yang terbantu memenuhi kebutuhan permodalannya. Disebutkan hingga kini AwanTempo telah menyalurkan pembiayaan hingga Rp390 miliar.

Sebelum memperkenalkan produk itu, pada awal perusahaan berdiri membuat produk penyaluran pinjaman untuk pembelian smartphone dengan rentang maksimal Rp4 juta. Dalam meminimalisir risiko, perusahaan menggaet Blue Bird untuk para pengemudi taksi yang berminat.

“AwanTempo sekarang produk utama kami. Kita sudah tidak lanjut produk smartphone lagi,” katanya.

Mengembangkan produk baru

Dino mengaku perusahaan cukup beruntung tetap dapat menyalurkan pembiayaan selama pandemi. Menurut dia, segmen warung kelontong masih bisa beroperasi karena selama masa PSBB tetap buka untuk melayani kebutuhan pokok.

“Kami ada program kerja sama dengan mitra grosir AwanTunai untuk membantu para warung yang terkena dampak berat dari Covid-19, terutama yang ada di area perkantoran.”

Untuk rencana pengembangan produk berikutnya, Dino memaparkan saat ini perusahaan sedang mempersiapkan produk baru untuk pembiayaan hasil bumi untuk petani kecil. Sudah bermitra dengan LSM asing dan mitra aggregator hasil bumi untuk menyalurkan pembiayaan dari AwanTunai ke petani. Konsepnya pembiayaannya mirip dengan AwanTempo. Para aggregator harus kenal para petaninya untuk meminimalisir risiko gagal bayar.

“Risiko tinggi sekali. Banyak kasus sebelumnya, bank masuk ke segmen UMKM. Lalu NPL-nya tinggi sekali karena tidak ada data muncul di SLIK atau KTP tidak tepat. Makanya masalah di KUR mentok di dalam bank-bank tidak ada jalur aman untuk keluarkan KUR ke massa unbanked,” tutupnya.

Application Information Will Show Up Here

AwanTunai Secures 64 Billion Rupiah in Series A Round

A financial technology platform, AwanTunai, has secured Series A funding worth of $4.3 million or equivalent with Rp64 billion. It was led by Insignia Venture Partners and AMTD Group. Participated also in this round are Global Brains, Fennox Venture Capital, and some related parties. Using the fresh funding, AwanTunai aims to tighten its position in the Indonesian market with the prepared strategies and innovations.

Founded by Dino Setiawan, Windy Natriavi, and Rama Notowidigdo, AwanTunai has made digital distributions to thousands of micro-retail sellers for them to have access to working capital and payment receipts from AwanTunai consumer’s credit. As a platform, AwanTunai offers Indonesian banking and multi-finance company the ability to reach customers which their branches cannot. By digitization, the borrowing cost should be reduced and access will be provided to those haven’t been served.

As per October 2018, AwanTunai has served 300,000 loans and on this year’s Q4, the company aims to facilitate capital for 5,000 micro-merchants.

“We realize the fintech capacity is to help financial institutions to make a broader distribution for underserved market and low-cost organizations. We intend to allow banks in Indonesia providing access for all countries to the affordable and high-quality credit service.” Dino Setiawan, AwanTunai’s CEO, said.

About this investment, Yinglan Tan, Insignia Venture Partners’ Managing Partner said that he was very confident about the future of financial service is in the digital bank.

“Our investment in AwanTunai reflects their ability to be incumbent bank enabler, adopting necessary technology to distribute digital banking products,” he explained.

AMTD Group through Calvin Choi, AMTD Group’s Chairman mentioned that they are interested in the great potential ASEAN has and their investment in AwanTunai was an effort to gain a broad insight into the Indonesian market.

“We hope to make a deeper trace in Indonesia as well in the surrounding areas, and it means a partnership with AwanTunai in digital financial solution segment, including insurtech and wealthtech,” he added.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

AwanTunai Kantongi 64 Miliar Rupiah di Putaran Pendanaan Seri A

Platform teknologi finansial AwanTunai berhasil mengantongi pendanaan Seri A senilai $4,3 juta atau setara dengan Rp64 miliar. Pendanaan kali ini dipimpin oleh Insignia Venture Partners dan AMTD Group. Terlibat juga dalam putaran pendanaan kali ini Global Brains, Fenox Venture Capital, dan beberapa pihak terkait lainnya. Dengan dana segar yang didapat, AwanTunai berharap akan memperkuat posisinya di pasar Indonesia dengan sejumlah strategi dan inovasi yang disiapkan.

Didirikan oleh Dino Setiawan, Windy Natriavi, dan Rama Notowidigdo, AwanTunai telah membangun distribusi digital ke ribuan pedagang mikro-retail untuk memudahkan ke akses modal kerja dan penerimaan pembayaran dari kredit konsumen AwanTunai. Sebagai platform AwanTunai sendiri menawarkan kepada perbankan Indonesia dan perusahaan multi-finance kemampuan untuk menjangkau pelanggan yang tidak bisa dijangkau oleh kantor cabang mereka. Dengan digitalisasi biaya peminjaman bisa dipangkas dan memberikan akses kepada mereka yang selama ini belum terlayani.

Per Oktober 2018 AwanTunai sudah melayani 300.000 aplikasi pinjaman dan di Q4 tahun ini perusahaan menargetkan bisa melayani permintaan permodalan untuk 5.000 micro merchant.

“Kami menyadari bahwa kekuatan fintech adalah membantu lembaga keuangan yang ada untuk mendapatkan distribusi yang lebih luas ke pasar yang kurang terlayani dan biaya organisasi yang rendah. Kami berharap dapat memungkinkan bank-bank di Indonesia untuk menyediakan akses untuk seluruh negara ke layanan kredit berkualitas yang terjangkau,” terang CEO AwanTunai Dino Setiawan.

Menanggapi investasi ini, Managing Partner Insignia Ventures Partners Yinglan Tan menyampaikan bahwa pihaknya sangat yakin bahwa masa depan layanan keuangan ada pada bank digital.

“Investasi kami di AwanTunai mencerminkan kemampuan mereka untuk menjadi enabler bank incumbent mengadopsi teknologi yang diperlukan untuk menyebarkan produk perbankan digital,” terang Yinglan.

Pihak AMTD Group melalui Chairman AMTD Group Calvin Choi menambahkan mereka tertarik dengan potensi yang cukup besar di ASEAN dan investasi mereka di AwanTunai merupakan salah satu usaha untuk mendapatkan wawasan yang luas mengenai pasar Indonesia.

“Kami berharap untuk meningkatkan jejak kita di Indonesia serta di kawasan sekitarnya dan yang berarti kemitraan dengan AwanTunai di bidang solusi keuangan digital termasuk insurtech dan wealthtech,” terang Calvin.

Fintech Lending Startup AwanTunai is Officially Launched, Distributing Corporate Funds

Fintech lending startup AwanTunai is officially launched in Indonesia. AwanTunai is already in development since Mei 2017 and listed in OJK.

Slightly different with other lending players, rather than using individual investor, AwanTunai get corporate funds. One of which is Kredit Plus (PT Finansia Multi Finance), the value has reach US$ 30 millions. There are also several foreign danareksa investment.

Another difference is, company targeted users in middle to low class society. They also line up with merchant offline as distribution channel.

“Our funding source is institution, even though we are still under regulation POJK Number 77 of 2016,” said AwanTunai’s CEO Dino Setiawan, Wednesday (11/29).

Dino added, the team sees a big amount of money cannot be guaranteed by only individual investors. It is necessary to cooperate with institutions ensuring continuity funds.

“In addition, shopping contribution of e-commerce to retail industry is still 1%. Instead of seeing the 1%, we better develop the existing 99%.”

In the early stages, AwanTunai only serves loan for smartphone purchase up to 4 million rupiahs. There are certain reasons why company choose to finance smartphones in regards as consumer credit.

Firstly, seen the growth of smartphone purchases in Indonesia that reach 40%. In conclusion, the goods are common needs to support productivity.

Secondly, as company’s first step is collecting user data. Collected data will be used to form other consumer products for installment.

“As far, it is limited to smartphone. We will provide other consumer products for installment, soon to be announced.”

AwanTunai’s business model

In the loan application process, the debtor needs to download AwanTunai app and upload ID card for the requirements. Their data will be verified by credit engine build by AwanTunai. The guarantee is to get the credit limit approval within 15 minutes.

AwanTunai has two types of channel in their business model. First, line up the debtors and institutions to ensure on target distribution and minimize failed payment. A partner institution of AwanTunai is Blue Bird for all its driver.

Currently, AwanTunai has lined up with 42 pools in Jabodetabek for 16 thousand drivers in the last 5 months. There are about 8 thousand applications approved with total distribution of 5 billion rupiahs. In the future, company will expand to Blue Bird pools in Surabaya.

Furthermore, AwanTunai associated with offline merchant selling smartphone to be a safe, easy and fast point of sales financing. There are about 50 partnered merchants in Jabodetabek area.

In expanding its services, AwanTunai will line up with three banks for additional funding and with small to huge businesses in improving service to public.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Startup Fintech Lending AwanTunai Resmi Hadir, Salurkan Dana dari Korporasi

Startup fintech yang bergerak di bidang lending AwanTunai resmi hadir di Indonesia. Sebelum diresmikan, pengembangan bisnis AwanTunai telah dimulai sejak Mei 2017 dan telah mengantongi surat tanda terdaftar di OJK.

Sedikit berbeda dengan pemain lending lainnya, AwanTunai tidak menggunakan investor individu sebagai pemberi dana, melainkan dari korporasi. Salah satu korporasi yang berkomitmen untuk menyalurkan pinjaman ke pengguna AwanTunai adalah Kredit Plus (PT Finansia Multi Finance), nilainya saat ini sebesar US$30 juta. Terdapat juga beberapa fund reksa dana dari luar negeri sebagai sumber dana.

Perbedaan lainnya, perusahaan mengincar masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah sebagai penggunanya. Juga menggandeng merchant offline sebagai kanal distribusi.

“Jadi sumber dana kami dari institusi, meski demikian kami tetap ada di bawah payung regulasi POJK Nomor 77 Tahun 2016,” terang CEO AwanTunai Dino Setiawan, Rabu (29/11).

Dino melanjutkan, pihaknya melihat untuk penyaluran dana yang besar belum tentu ketersediaan dananya bisa diandalkan dari investor individu saja. Maka dari itu perlu gandeng institusi untuk menjamin sumber dananya selalu tersedia.

“Ditambah, kontribusi belanja dari e-commerce terhadap industri ritel masih 1%. Daripada melihat yang 1% itu, lebih baik kami mengembangkan dari 99% yang sudah jelas ada.”

Pada tahap awal, AwanTunai baru melayani penyaluran pinjaman untuk pembelian smartphone dengan rentang maksimal Rp4 juta. Ada alasan khusus mengapa perusahaan memilih pembiayaan untuk smartphone yang bisa dikatakan sebagai kredit konsumtif.

Pertama, dilihat dari pertumbuhan pembelian smartphone di Indonesia tumbuh 40%. Bisa disimpulkan barang tersebut menjadi kebutuhan umum yang dapat menunjang produktivitas.

Kedua, sebagai langkah awal perusahaan mengumpulkan data pengguna. Data yang dikumpulkan akan digunakan perusahaan untuk merumuskan produk konsumer lainnya yang bisa dicicil.

“Sejauh ini baru smartphone saja. Kami akan menyediakan produk konsumer lainnya yang bisa dicicil, dalam waktu dekat akan segera diumumkan.”

Model bisnis AwanTunai

Untuk proses pengajuan pinjaman, calon debitur hanya perlu mengunduh aplikasi AwanTunai lalu mengunggah KTP sebagai persyaratan. Kemudian nasabah akan diverifikasi oleh credit engine yang dibangun sendiri oleh AwanTunai. Jaminannya dalam waktu 15 menit calon debitur bisa mengetahui persetujuan limit kredit.

Dalam model bisnisnya, AwanTunai memiliki dua jenis penyaluran. Pertama, menggandeng calon debitur dari institusi untuk menjamin penyaluran tepat sasaran dan meminimalkan potensi gagal bayar. Institusi yang telah bermitra dengan AwanTunai adalah Blue Bird untuk para pengemudinya.

Sementara ini, AwanTunai baru bermitra dengan 42 pool Blue Bird berlokasi di Jabodetabek untuk 16 ribu pengemudi selama lima bulan terakhir. Sekitar 8 ribu pengajuan disetujui dengan total penyaluran sekitar Rp5 miliar. Ke depannya, perusahaan akan diperluas untuk pool Blue Bird berlokasi di Surabaya.

Berikutnya, AwanTunai menggandeng merchant offline yang menjual smartphone untuk menjadi point of sales financing yang aman, mudah, dan cepat. Adapun total merchant yang sudah bermitra totalnya sekitar 50 merchant berlokasi di Jabodetabek.

Untuk memperluas layanannya, AwanTunai akan bermitra dengan tiga bank untuk tambahan sumber dana dan bermitra dengan pedagang kecil hingga perusahaan besar untuk meningkatkan layanannya ke seluruh masyarakat.

Visi Awan Tunai Bantu Sejahterakan Masyarkat Indonesia dengan Akses Peminjaman (UPDATED)

Layanan teknologi finansial di Indonesia memasuki tahap baru, utamanya setelah OJK mengeluarkan peraturan yang mengatur mengenai layanan teknologi finansial mengenai peminjaman atau lending. Banyak layanan yang akhirnya terdaftar di OJK. Kondisi positif ini juga yang akhirnya memunculkan banyak layanan peminjaman sejenis, seperti Awan Tunai. Sebuah layanan platform keuangan digital yang beroperasi setelah OJK mengeluarkan aturan pinjaman oleh layanan teknologi finansial.

Awan Tunai merupakan sebuah platform yang memungkinkan individu mengajukan pinjaman secara digital dan memungkinkan perusahaan untuk memberikan pinjaman bagi karyawannya atau penjual untuk memberikan fasilitas kredit bagi pelanggan mereka.

Pengalaman tim Awan Tunai yang sejak tahun 2015 mengembangkan dan berkecimpung dalam industri fintech Amerika membuat mereka percaya diri dengan layanan yang dikembangkan. Brand Manager Awan Tunai Mutia Imro Atussoleha optimis layanan yang mereka berikan lebih baik dibanding dengan penawaran pinjaman non formal lainnya.

Dari penuturan Mutia, Awan Tunai pun menyadari bahwa Awan Tunai bukan satu-satunya pemain di sektor peminjaman digital. Banyak layanan yang sudah dulu ada dan beroperasi. Namun, menurut Mutia, pihak Awan Tunai memandang mereka tidak sebagai saingan. Awan Tunai percaya solusi yang mereka berikan akan mampu memberikan sesuatu yang berguna bagi masyarakat Indonesia.

“Awan Tunai bersama dengan layanan teknologi finansial lainnya akan memberikan solusi yang sangat dibutuhkan bagi semua orang Indonesia dengan bekerja sama dengan sektor perbankan tradisional. Kami tidak melihat diri kita bersaing dengan bank, tapi berkolaborasi untuk melayani sebagian masyarakat yang kesulitan dilayani oleh pihak perbankan,” tutur Mutia.

Sistem yang dirancang Awan Tunai memungkinkan masyarakat atau siapa pun yang mengajukan pinjaman mendapat kemudahan. Semua proses peminjaman diproses secara digital. Hal ini disebutkan mampu memberikan efektivitas dari segi waktu dan biaya.  Sementara ini aplikasi Awan Tunai masih belum tersedia karena masih dalam pengembangan, meskipun demikian Awan Tunai sudah membuka pendaftaran untuk peminjam atau perusahaan yang ingin bekerja sama.

“Visi kami adalah membuat layanan finansial yang terjangkau dan mampu mengubah kehidupan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Bayangkan apa yang bisa didapat oleh seorang Ibu yang tinggal di rumah. Dia dapat menawarkan barang dagangannya sendiri di platform marketplace seperti Tokopedia secara nasional. Bayangkan apa yang didapatkan seorang pengangguran jika mampu membeli sepeda motor dan mulai menawarkan layanan on demand seperti Go-Jek,” tutup Mutia.

Updated : Perubahan penulisan Awan Tunai