Melihat Efisiensi dan Optimalisasi Penggunaan Teknologi Cloud untuk Startup

Salah satu perkembangan teknologi yang dapat dimanfaatkan oleh para pelaku startup guna mengembangkan bisnisnya dengan lebih efektif dan efisien adalah komputasi awan atau yang kita juga kenal dengan cloud computing. Melalui pemanfaatan cloud, startup dalam skala bisnis apapun dapat bersaing dengan perusahaan besar dalam urusan pemanfaatan teknologi dalam platformnya. Contohnya, startup dapat memanfaatkan produk dan layanan cloud untuk komputasi, penyimpanan data, hingga pemanfaatan artificial intelligence dan machine learning yang lebih mudah. Meski hadir dengan keberagaman manfaatnya, startup tidak perlu khawatir karena dapat memilikinya dengan biaya yang efisien serta disesuaikan dengan kebutuhan startupnya.

Mendorong Efisiensi Anggaran secara Berkelanjutan

Bagi startup, memiliki sumber daya teknologi yang dapat mendorong terciptanya inovasi tentu merupakan hal yang penting, apalagi bila sumber daya tersebut dapat dimiliki dengan biaya yang tidak terlalu besar. Startup dapat melakukan efisiensi anggaran bila memiliki sumber daya teknologi yang tepat, sesuai dengan kebutuhan, serta tanpa banyak biaya tambahan yang tidak diperlukan.

Salah satu alasan mengapa pemanfaatan cloud dapat membantu startup melakukan efisiensi anggaran dengan lebih baik adalah karena pembayarannya yang menganut sistem pay-as-you-go. Dengan begitu, startup hanya akan membayar produk dan layanan cloud yang benar-benar digunakan sesuai dengan kapasitas layanan yang dibutuhkan.

Perlu dicermati, salah satu efisiensi anggaran lewat pemanfaatan cloud bukan terletak di potongan biaya yang bisa dinikmati saat pertama kali menggunakannya, melainkan optimasi anggaran secara berkelanjutan dalam jangka waktu yang lama. Hal ini tentu diperlukan startup untuk menjaga keberlangsungan bisnisnya secara terus menerus, sehingga tidak hanya terpaku pada penghematan di awal yang bisa jadi justru menghantarkan startup dapat lebih boros di masa depan.

Gambaran bagaimana startup dapat melakukan penghematan anggaran secara efisien melalui pemanfaatan cloud (Source: Media Briefing AWS).
Gambaran bagaimana startup dapat melakukan penghematan anggaran secara efisien melalui pemanfaatan cloud (Source: Media Briefing AWS).

Sebagai gambaran, bila membeli sebuah server dengan kapasitas tertentu di awal untuk jangka waktu yang lama, startup akan terpaksa untuk mengeluarkan biaya tambahan bila di tengah perjalanannya terjadi kenaikan penggunaan secara drastis yang tidak bisa dipenuhi karena keterbatasan kapasitas. Hal ini disebut sebagai lost opportunity, dimana dapat menyebabkan pelanggan akan berpindah ke kompetitor karena layanan milik startup Anda tidak dapat diakses maupun digunakan. Hal ini juga berlaku bila di tengah perjalanan terjadi penurunan penggunaan, maka kapasitas berlebih tersebut menjadi pengeluaran yang sia-sia.

Sebaliknya, bila menggunakan cloud, startup dapat menyesuaikan penggunaan kapasitas server yang lebih flexible karena fitur auto-scale dan hanya membayar sesuai kapasitas yang digunakan. Dalam media briefing yang dilakukan beberapa waktu lalu, Gunawan Santoso (Country Leader AWS Indonesia) menyebutkan bahwa telah banyak startup lokal yang merasakan penghematan pengeluaran setelah menggunakan cloud dalam produk atau layanannya. Nama-nama besar seperti Tokopedia, Gojek, Traveloka, Kitabisa, Halodoc, dan Bhinneka juga disebut telah merasakan efisiensi ini. Menurut penjabaran Gunawan, Bhinneka sendiri dapat menghemat pengeluaran IT hingga 30% dan software development time hingga 50% setelah memanfaatkan produk dan layanan cloud. Hal ini menunjukkan bahwa efisiensi ini tidak hanya terlihat dari penghematan biaya, tetapi juga penghematan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pengembangan produk dan layanan yang dimiliki.

Turut Membantu Startup untuk Fokus Memaksimalkan Pertumbuhan Bisnis

Bagi para founders, salah satu kunci untuk meningkatkan efisiensi penggunaan cloud bagi startupnya adalah dengan mengetahui workload dan jenis layanan cloud apa yang dibutuhkan. Founders harus bisa mengidentifikasi bagian apa yang ingin dioptimalisasi melalui cloud, sehingga penggunaannya lebih maksimal. Setelah mengetahuinya, tim dapat menentukan produk cloud terbaik yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut dengan biaya yang paling rendah.

Kemudahan implementasi cloud yang berkaitan dengan efisiensi anggaran adalah kemampuan auto-scale yang memudahkan startup untuk melakukan iterasi penambahan atau pengurangan sumber daya. Startup dapat memulai dengan kapasitas minimum yang dibutuhkan lalu mengubahnya kembali sesuai kebutuhan di masa depan.

Di satu sisi, kemudahan ini juga turut memudahkan startup untuk fokus terhadap growth bisnisnya serta mempercepat sekaligus memaksimalkan upaya validasi ide bisnis di awal karena juga dapat menampung kapasitas besar yang dibutuhkan. Dengan begitu, startup juga dapat bereksperimen di awal dengan dampak serta risiko pengeluaran yang rendah.

 

Pentingnya Memahami Tujuan dan Strategi Marketing untuk Startup

Upaya pemasaran merupakan hal yang penting untuk dilakukan oleh setiap startup, terutama bagi startup yang masih berada di tahap awal. Selain membantu menciptakan awareness terkait produknya, kegiatan pemasaran juga dapat membantu startup tahap awal melakukan validasi ide dan model bisnis, serta menguji prototipe produk yang telah dibuat.

Hal tersebut membuat topik marketing juga tidak ketinggalan untuk menjadi pembahasan dalam kegiatan mentoring pada program akselerasi DSLaunchpad 2.0 yang didukung oleh Amazon Web Services (AWS). Untuk membantu para peserta lebih memahami strategi dan eksekusi marketing startupnya, turut hadir sebagai mentor Johnny Widodo (CEO OLX Autos Indonesia) dan Shinta Nurfauzia (Co-CEO and Co-Founder of Lemonilo), untuk berbagi pengalaman dan pengetahuannya pada rangkaian terakhir sesi mentoring pada program akselerasi ini.

Mengerti Makna dan Tujuan dari Upaya Marketing yang Ingin Dilakukan

Secara pengertian, ada banyak sekali pengertian marketing yang bisa kita temukan di buku, internet, maupun sumber lainnya. Namun, menurut Johnny Widodo, dari berbagai versi pengertian marketing, secara kesimpulan ada beberapa hal yang dilakukan oleh marketing dalam perannya mendukung perkembangan bisnis.

Yang pertama, marketing dilakukan untuk mencari dan mengerti unfulfilled needs dan desire para konsumen. “Marketing has to think how it can help to profitably translate that consumer needs into revenue or even profit.” ujar Johnny. Kedua, marketing merupakan upaya untuk membangun hubungan dengan konsumen. Terakhir, untuk membangun hubungan tersebut, marketing dapat dilakukan dengan menciptakan pesan yang dapat mendorong konsumen untuk mengambil satu action.

Setelah itu, hal pertama yang harus dilakukan oleh startup untuk memulai upaya pemasarannya adalah dengan menentukan tujuan yang ingin dicapai. Menurut Johnny, ada dua objektif utama dalam upaya marketing, yang pertama adalah membangun brand lalu yang kedua adalah mendukung growth dari bisnis yang dimiliki. Senada dengan Johnny, dalam presentasinya, Shinta Nurfauzia mengungkapkan secara umum ada beberapa marketing objectives yang biasa digunakan, yaitu:

  • Melakukan promosi produk baru
  • Membangun brand awareness
  • Meningkatkan penjualan
  • Membidik market dan konsumen baru
  • Menjaga hubungan dengan konsumen lama
  • Meningkatkan brand loyalty;

Selain marketing objectives yang disebutkan di atas, tentunya masih banyak lagi pilihan lainnya dalam menentukan tujuan pemasaran, tergantung kebutuhan brand masing-masing. “Pertanyaan pertama kalau kita mau melakukan marketing, apa dulu nih tujuannya, harus jelas, karena tujuan yang berbeda maka cara dan usahanya bisa berbeda pula.” jelas Shinta.

Membangun Strategi dan Eksekusi Marketing di Tahap Awal

Dalam membangun suatu brand, strategi marketing dapat difokuskan untuk memenuhi berbagai marketing funnel yang dimiliki. Hal ini dilakukan untuk mengonversi konsumen potensial mulai dari tahap awareness hingga advocacy, dimana konsumen akan menjadi sosok brand evangelist untuk startup. “Bagaimana sebenarnya kalau kita lihat dari awareness orang yang pernah dengar brand kita sampai dia mengconsider untuk memakai, sampai dia coba, sampai dia beli lagi, sampai dia akhirnya bilang I’m just gonna use that brand.” tambah Johnny. Selain itu, dari dua sesi yang berbeda, ada dua hal utama yang perlu diperhatikan dalam penyusunan strategi dan eksekusi marketing di tahap awal menurut kedua mentor, yaitu bagaimana startup dapat memilih channel marketing yang tepat dan memulai upaya pemasaran secara organik lewat peran digital marketing.

a. Memilih Chanel Marketing yang Tepat

Untuk membuat strategi marketing yang tepat, startup juga perlu mengandalkan data dan insight. Peran kedua hal tersebut disini sangat penting untuk membantu startup dalam membangun strategi di awal, serta mengevaluasi strategi tersebut di akhir kampanye. Termasuk dalam menentukan channel marketing apa yang akan digunakan untuk menjangkau konsumen.

Bagi startup di tahap awal, mengetahui channel marketing yang tepat tentunya dapat membantu mereka menghemat tenaga dan biaya dalam melakukan kegiatan marketing. Salah satu caranya dengan mengetahui siapa target konsumen utama kita, lalu memilih channel apa yang efektif untuk menjangkau mereka. “Kalau budget kita tidak banyak, sebenarnya akan sangat membantu jika kita tahu dulu low-hanging fruit consumen kita siapa atau main target market kita siapa, kemudian kita fokuskan energy dan juga cost untuk marketing ke satu target itu.” tambah Shinta.

b. Memulai dari Upaya Organik lewat Digital Marketing

Dalam sesinya, Shinta menyarankan kepada para pelaku startup tahap awal untuk memulai upaya marketing secara organik, salah satunya melalui digital marketing. “Always start with organic channel, always start with organic digital marketing.” ujarnya. Saat ditanya kapan seharusnya startup mulai melakukan upaya berbayar dalam strategi marketing, Shinta menjawab salah satu indikatornya adalah saat kurva perkembangan saat melakukan upaya organik mulai stagnan. “At one point growthnya stagnan curve-nya, disitulah dibutuhkan paid marketing.” ucapnya.

Pada akhirnya, tujuan dan strategi marketing yang diterapkan oleh masing-masing startup harus kembali disesuaikan dengan kebutuhan brand dan juga karakteristik konsumen. Selain itu, startup juga harus terus menganalisis data yang dimiliki untuk dapat dijadikan bahan menyusun strategi marketing berikutnya. Dengan penyusunan strategi yang tepat, startup dapat menjangkau konsumennya dengan lebih efektif dan efisien.

Prototyping, Cara Startup Mengembangkan Produk dengan Lebih Efisien

Selain melakukan validasi ide bisnis dan pembuatan business model yang tepat bagi startupnya, seorang founder juga perlu memikirkan bagaimana produk maupun layanannya bisa diuji kepada pengguna di awal pengembangannya. Salah satu cara melakukannya adalah dengan membuat prototipe dari platformnya. Melalui prototipe, startup dapat menguji dan mendemonstrasikan produknya dengan lebih cepat, simpel, dan efisien. Dengan begitu, startup dapat mengukur apa yang berjalan baik dan bergerak cepat untuk memperbaiki kekurangan yang dimiliki berdasarkan feedback pengguna.

Prototyping ini juga menjadi topik lanjutan dalam mentoring program akselerasi DSLaunchpad 2.0 yang didukung oleh Amazon Web Services (AWS). Pada topik ini, Ivan Arie (Co-Founder & CEO of Tanihub), Agung Bezharie Co-Founder & CEO of Warung Pintar, Mehr Vaswani (Startup Business Development Associate of AWS), dan Andrew Wangsanata (Solution Architect of AWS) hadir untuk berbagi pengalaman dan insight terkait prototyping kepada para peserta.

Kurangi Risiko dan Percepat Inovasi lewat Prototyping

Tujuan utama dari membuat prototipe bagi startup adalah mengurangi risiko produk yang dibuat di awal tidak cocok dengan kebutuhan dan keinginan pengguna saat produk dalam versi yang lebih lengkap diluncurkan. Melakukan prototyping juga membantu startup mempercepat inovasi dan mempersingkat waktu yang dibutuhkan dalam pengembangan produknya.

Prototipe dapat dibuat dengan simpel namun tetap representatif dengan fitur dan bentuk yang minimalis. Menurut Andrew Wangsanata, startup dapat membuat prototipe yang simpel sebelum membuat platform yang lebih kompleks agar dapat melakukan banyak iterasi. “Kita selalu mau simple prototype sebelum yang kompleks, jadi kita bisa mulai kecil, kita bisa gagal dengan cepat, kita bisa iterasi dengan lebih banyak.” ujarnya.

Selain itu, Andrew juga menambahkan bahwa dengan membuat prototipe, startup dapat melakukan pengembangan produk yang bagus dengan lebih efisien. “Sebenarnya kalau kita prototyping, itu akan membuat produk yang lebih bagus, harga yang  lebih rendah, dan lebih efisien. Kenapa? Karena waktu kita prototyping, kita mulai dari kecil atau yang simple dan kita iterasi banyak.” tambahnya.

Lewat prototipe, startup juga dapat secara langsung melihat bagaimana pengguna merespon fitur-fitur esensial di versi awal produknya. Berbagai respon, baik positif maupun negatif, harus diperhatikan oleh founder. Hal ini berguna untuk benar-benar memvalidasi bagaimana produk yang dihadirkan dapat diterima dengan baik oleh calon pengguna ketika secara resmi diluncurkan. Tidak hanya itu, adanya prototipe juga memberikan kesempatan startup untuk membangun reputasi di kalangan pengguna.

The point of prototype is to validate certain ideas, jadi ideas apa sih yang mau di-validate. Mau gak sih orang untuk spend their time disini, mau gak sih orang menggunakan tools ini untuk membantu bisnisnya, atau misalnya (calon pengguna) mau gak sih orang pake tools ini untuk bisa connect ke supplier atau consumernya.” jelas Agung Bezharie.

Pentingnya Mindset Agile dan Open-Minded dalam Prototyping

Guna mendukung proses prototyping yang cepat, startup juga memerlukan mindset dan framework yang mendukung, salah satunya dengan menerapkan sistem kerja yang agile. Melalui Agile ways of working, tim dapat bekerja dengan lebih cepat untuk menyelesaikan bagian-bagian kecil, serta saling terintegrasi dengan tim lain untuk mewujudkan pengembangan produk yang lebih cepat. Teknik kerja yang erat dikaitkan dengan sistem ini juga dikenal sebagai design sprint. “How you build software quickly and fast and instead of building everything upfront, you break it into smaller pieces.” ujar Mehr Vaswani saat menjelaskan tentang cara kerja yang agile.

Mindset lainnya yang juga wajib dimiliki oleh para founder adalah keterbukaan pemikiran terkait pengembangan produk. Seorang founder bisa saja memiliki ide untuk membuat aplikasi dengan kompleksitas fiturnya, akan tetapi bila hal tersebut tidak dibutuhkan oleh pengguna maka solusinya akan sia-sia dan tidak maksimal. Menurut Ivan Arie, dalam fase ini startup harus terbuka dengan pilihan berbagai opsi channel pengembangan produknya. “Keterbukaan dan open-minded dari tim co-founder itu penting banget untuk menentukan channel apa yang mau dipakai pertama kali.” jelas Ivan Arie.

Hal ini juga berkaitan dengan pemilihan bentuk prototipe yang akan digunakan. Anda bisa membuat prototipe dalam bentuk sebuah landing page, aplikasi sederhana, slide presentasi, atau bahkan dengan video penjelasan mengenai fitur yang dimiliki produk Anda. “There is no one best or only channel that is right.” ujar Ivan.

Bila menemukan kegagalan dalam proses prototyping, founder juga harus terus siap dan fokus pada perbaikan yang bisa dilakukan berdasarkan feedback dari konsumen yang didapatkan. “Kegagalan itu adalah bagian dari inovasi, kita gak bisa berinovasi tanpa kegagalan pastinya kita akan mengalami kegagalan yang besar. Yang kita mau kita bisa mengontrol bagaimana kegagalan itu terjadi.” tambah Andrew Wangsanata.

Proses prototyping ini tentunya bukan perjalanan yang mudah dan cukup dilakukan sekali saja. Feedback yang didapatkan dari konsumen, harus menjadi dorongan untuk melakukan iterasi secara terus menerus. Hal ini penting untuk dilakukan agar saat diluncurkan, platform yang dimiliki sesuai dengan kebutuhan dan kemauan pengguna. “Prototype itu gak cuma terjadi sekali, it’s a constant process that you have to do over and over again inside your startup.” tutup Agung Bezharie.

Inilah 10 Peserta Terbaik DSLaunchpad 2.0

Rangkaian acara webinar dan mentoring program DSLaunchpad 2.0 telah selesai dilaksanakan. Sebanyak 118 peserta terpilih telah mengikuti 8 sesi webinar yang diselenggarakan secara online. Materi yang disampaikan meliputi Idea Validation, Business Model, Product Development & Prototyping, serta Marketing. Topik tersebut disampaikan oleh para experts yang menjadi mentor dalam ajang DSLaunchpad 2.0. Selain webinar, para peserta juga berkesempatan berdiskusi dan berkonsultasi secara langsung kepada para mentor dalam sesi mentoring 1-on-1 yang diadakan pada waktu berbeda.

Program akselerasi startup DSLaunchpad 2.0 yang diselenggarakan oleh DailySocial.id dan didukung oleh Amazon Web Services (AWS) kini siap memasuki tahap selanjutnya, yaitu babak Demo Day yang akan berlangsung pada tanggal 9 Desember 2020. Selama rangkaian webinar dan mentoring berlangsung, DailySocial.id bersama AWS juga memilih 10 peserta dengan perkembangan paling baik untuk melakukan pitching pada babak Demo Day tersebut. Pemilihan 10 peserta terbaik ini dilakukan berdasarkan beberapa penilaian, antara lain keaktifan peserta ketika mengikuti webinar dan mentoring, serta kesungguhan peserta dalam meng-update progress dan mengerjakan tugas yang diberikan lewat platform DSLaunch.

Berdasarkan aspek-aspek penilaian tersebut, DailySocial.id dan AWS telah memilih 10 peserta terbaik yang berhak mengikuti babak Demo Day. Berikut adalah daftar 10 peserta terbaik program DSLaunchpad 2.0.

  1. Keeppack
  2. Koalabora
  3. Mantab
  4. Omni Hotelier
  5. Panggilin
  6. Schoters
  7. Scrapiro
  8. Tebengan Indonesia
  9. Teman Pasar
  10. Wiseree

DailySocial.id dan AWS mengucapkan selamat kepada 10 peserta terbaik program DSLaunchpad 2.0. Para peserta akan menyiapkan pitch deck terbaik untuk dipresentasikan dalam babak Demo Day yang akan dilaksanakan secara online pada tanggal 9 Desember 2020, serta dapat disaksikan secara live di channel YouTube DailySocial TV dan terbuka untuk umum. Para mentor yang juga menjadi juri dalam babak Demo Day ini antara lain Edy Sulistyo (CEO of Go-Play), Shinta Nurfauzia (Co-CEO dan Co-Founder of Lemonilo), Johnny Widodo (CEO of OLX Autos Indonesia), On Lee (CTO of GDP Venture), serta Budiman Wikarsa (Head of Startups Ecosystem – Indonesia, AWS).

Dengan terpilih menjadi 10 terbaik, kesempatan para peserta akan semakin besar untuk menjadi 3 lulusan terbaik yang berhak mendapatkan hadiah utama berupa uang tunai senilai total 100 juta rupiah. Beberapa kriteria penilaian yang akan dijadikan acuan oleh para juri untuk memilih lulusan terbaik dalam babak Demo Day nanti adalah sebagai berikut:

  • Problem are tried to figure out
  • The technology is used
  • Business model
  • UI/UX
  • The pitch presentation

Sekali lagi selamat kepada para peserta yang terpilih. Semoga para peserta dapat melakukan pitching dengan baik, memenuhi berbagai kriteria penilaian yang telah ditentukan, serta mampu memukau para juri, penyelenggara, dan para peserta lain dalam babak Demo Day nanti. Langkah untuk mewujudkan mimpi dan mengakselerasi startup lewat program DSLaunchpad 2.0 semakin mantap.

Menentukan Business Model yang Tepat di Awal Perjalanan Startup

Memiliki ide bisnis yang tervalidasi dengan baik memang dapat menjadi bekal yang bagi suatu startup untuk menjalankan bisnisnya. Akan tetapi, ide bisnis tersebut akan menjadi sia-sia bila tidak dieksekusi dengan business model yang tepat. Business model merupakan aspek yang menjelaskan bagaimana startup dapat mengoperasikan dan menghasilkan value dan revenue pada bisnisnya.

Menyusun business model yang tepat di awal perjalanan startup bukan lah hal yang mudah.  Founder tidak hanya perlu memikirkan bagaimana solusinya sesuai dengan kebutuhan pengguna, tetapi juga harus memikirkan bagaimana solusi tersebut juga dapat menghasilkan pemasukan untuk keberlangsungan dan pengembangan bisnisnya. Demi mencapai hal tersebut, founder harus terus bereksperimen untuk menemukan komposisi business model yang tepat bagi startupnya.

Untuk itu, penyusunan business model ini menjadi topik dalam kegiatan mentoring program akselerasi DSLaunchpad 2.0 yang berkolaborasi dengan Amazon Web Services (AWS). Melalui topik ini, para peserta mendapatkan kesempatan untuk mempelajari pembuatan business model yang tepat bagi bisnisnya bersama Edy Sulistyo (CEO of Go-Play), Markus Liman Rahardja (VP of Investor Relation & Strategy BRI Ventures), dan Steve Patuwo (Business Development Manager of AWS).

Menyusun dan Memvisualisasikan Business Model Canvas (BMC)

Dalam membuat sebuah business model, kerangka umum yang cukup banyak digunakan oleh startup adalah business model canvas (BMC). Melalui kanvas ini, startup dapat menyusun, memvisualisasikan, serta menjelaskan elemen-elemen bisnis yang saling memiliki keterkaitan.

Founder dapat menggunakan BMC untuk mengembangkan ide atau membuat sebuah business model baru. Menyusun business model canvas dengan baik juga dapat memperlihatkan kekuatan yang dapat dimanfaatkan dan kekurangan yang perlu diperbaiki dari sebuah bisnis. “Business model itu menunjukkan kemampuan kalian (startup) berelasi dengan customer dan juga bagaimana Anda mendatangkan revenue untuk bisnis Anda.” jelas Markus Liman Rahardja.

Ada sembilan elemen yang perlu dicantumkan dalam BMC, yaitu: Key Activities, Key Partners, Key Resources, Channels, Value Proposition, Customer Segments, Customer Relationships,  Revenue Streams, dan Cost Structure. “This structure enables you to basically set out what elements needed to operationalize your business, elemen-elemen ini yang penting untuk diperhatikan sebelum Anda mengeksekusi your startup.” ujar Steve Patuwo terkait penggunaan BMC.

business model startup
Business Model Canvas (strategyzer)

Business Model juga Harus Divalidasi

Di awal perjalanan bisnisnya, bukan hanya ide bisnis yang harus divalidasi oleh para startup, melainkan juga business model yang mereka usung. Pada awalnya, founder mungkin perlu sedikit melakukan eksperimen untuk berhasil menemukan formula yang tepat terkait ide dan business model startupnya. “Business model itu sebetulnya harus divalidasi juga, gak bisa kita asal asumsi karena just because competitor doing it, berarti artinya kita bisa doing it, belum tentu juga.” terang Edy Sulistyo.

Pada proses validasi ini, penting bagi startup untuk dapat melibatkan pengguna secara langsung. Hal ini penting dilakukan untuk mengetahui apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh user ketika mereka menggunakan produk yang dimiliki.

“Bagaimana kita mau get our hands dirty, trying to understand from the customer directly, trying to understand apa yang benar-benar mereka butuhkan atau problem apa yang mereka punya instead of apa yang kita pikirkan mereka punya problem.” tambah Edy Sulistyo.

Terkait validasi ide dan model bisnis ini, Edy menjabarkan bahwa salah satu indikator yang dapat dilihat apabila problem yang disasar benar-benar ada dan dirasakan pengguna adalah adanya pengguna yang mau membayar untuk produk ataupun jasa yang disediakan oleh startup kita. “If the customer is actually willing to pay, then we know there is a real problem.” ujarnya.

Menerka Business Model yang Baik untuk Startup

Saat ditanya terkait seperti apa business model yang dikatakan baik untuk suatu startup, Steve Patuwo mengatakan bahwa apabila business model tersebut selaras dengan apa yang ingin dicapai oleh para founder melalui startupnya. “The one that is true to your heart, what you really want to solve, what you passionate about.” jelas Steve.

Menurut Edy, tidak ada sebuah business model yang benar dan salah, namun apakah business model tersebut tepat atau tidak untuk startup kita. Baginya, business model terbaik adalah yang memberikan keuntungan bagi setiap pihak yang terlibat. “There is no such thing as right or wrong business model, tapi sebetulnya yang jelas business model yang baik pastinya customer berasa happy, dari bisnis kita merasa customer willing to pay, and the same time secara market juga growing, I think that is the best Business Model, everybody win-win.” tutup Edy.

Dari sudut pandang investor, Markus menilai business model yang baik juga bisa dilihat dari profitabilitasnya. Hal ini juga bisa menjadi indikator apakah suatu startup dapat dikatakan gagal atau tidak, bukan dari apakah startup tersebut dapat menghadirkan produk atau tidak. “Buat saya startup yang fail itu bukan berarti startup yang tidak berhasil menciptakan produk, tapi startup yang tidak bisa menciptakan business model yang baik untuk mencapai profitability. Sehingga perlu dipikirkan masak-masak, sebelum kita mempersiapkan startup kita kepada customer.” ujar Markus.

Membuat business model memang hal yang menantang bagi para founder baru. Namun, bila seorang founder dapat menyusun dan menjelaskan business model yang dimiliki dengan baik, nantinya tidak hanya berguna untuk perkembangan perusahaan, tetapi juga dapat menarik hati para investor saat melihat startup Anda.

Validasi Ide: Sebuah Awal Penting bagi Startup

Melakukan validasi ide merupakan kegiatan fundamental yang penting untuk dilakukan para pelaku startup. Bahkan, dapat dikatakan fase ini merupakan fase krusial dimana founder dapat melihat apakah ide startup yang dimiliki dapat diterima oleh pasar dengan baik atau tidak.

Setiap orang bisa membuat ide bisnis. Akan tetapi, tanpa divalidasi dengan baik ide tersebut belum dapat dibuktikan skalabilitasnya. Hal ini juga yang menjadi topik pertama dalam rangkaian mentoring program akselerasi DSLaunchpad 2.0 bersama Amazon Web Services (AWS). Pada sesi mentoring yang dilakukan sebanyak dua sesi ini, DSLaunchpad 2.0 menghadirkan Pandu Sjahrir (Managing Partner of Indies Capital Partners) dan Willson Cuaca (Co-Founder of East Ventures) sebagai mentor untuk berbagi pengalaman dan pengetahuannya terkait idea validation kepada para peserta.

Dimulai dengan Memastikan Problem Statement

Salah satu unsur penting yang harus diperhatikan oleh para founder ketika melakukan validasi ide adalah memastikan problem yang ingin diselesaikan oleh ide tersebut. Setelah menentukan problemnya, founders harus dapat mem-breakdown apa yang harus diketahui dan dilakukan untuk merealisasi ide bisnis tersebut. “Pertama (untuk melakukan idea validation) kita tau dulu apa yang mau kita address, isunya apa, dari situ berapa besar marketnya, dan apa yang membuat orang pakai barang kita.” ujar Pandu Sjahrir.

Proses menentukan problem statement dalam validasi ini juga berguna untuk membantu Anda melihat beberapa hal seperti:

  • Apakah ide ini nantinya akan berguna di masyarakat,
  • Apakah ide ini dapat meningkatkan efisiensi pada suatu sistem,
  • Melakukan pembentukan formula produk di awal untuk menemukan perbedaan dengan para kompetitor; serta
  • Sebagai bahan untuk meyakinkan investor terhadap scalability.

At the end of the day, kecuali punya dana sendiri, itu pasti (penting untuk melakukan) validasi dulu karena Anda ingin menggunakan dana pihak ketiga. Dia (pihak ketiga) akan meminta apa yang membuat Anda convince dengan hipotesis (bisnis) Anda, di luar presentasi yang bagus.” tambah Pandu Sjahrir.

Interaksi dengan Konsumen untuk Dapatkan Feedback selama Validasi

Untuk melakukan validasi, tentunya sebagai founder Anda perlu berinteraksi dengan para konsumen maupun calon konsumen. Feedback dari konsumen dalam fase ini dapat menjadi acuan untuk iterasi berikutnya hingga ide tersebut benar-benar dapat menyelesaikan problem yang dimiliki oleh konsumen. Terkait hal ini, Willson Cuaca mengatakan, “Tentukan problemnya, bangun produknya, kemudian coba cocokkan apakah problem itu bisa diselesaikan, ngomong ke banyak orang, dapatkan feedback, cocokkan lagi, bener gak problemnya selesai, jadi banyak trial and error. Tapi problem statement itu harus very clear.

Di satu sisi, selain menyelesaikan masalah yang ada, bertanya ke konsumen juga merupakan hal yang krusial untuk mengetahui apakah produk yang dibuat dapat diterima atau tidak oleh pasar. “Tanya ke user apakah problem yang dimiliki bisa diselesaikan dengan baik. Itu baru ide dan validasi pertama: product-market fit, kita belum bicara tentang monetisasi dan lain-lain.” tambah Willson

Berinteraksi untuk mendapatkan feedback langsung dari pengguna juga dapat menghindarkan Anda dari founder bias, dimana para founder merasa bahwa idenya adalah ide yang terhebat, terbaik, terbaru, dan tidak ada founder lain yang dapat meniru idenya. Untuk itu, dalam proses ini sebaiknya founder juga turut mendengarkan hal-hal buruk terkait idenya, sehingga dapat melakukan iterasi dengan lebih baik. Pandu Sjahrir juga menegaskan bahwa hal ini merupakan kesalahan yang banyak dilakukan oleh para founder. “Kesalahan terbesar banyak founders adalah tidak mau mendengarkan orang dan tidak mau mendengarkan customer.” tegasnya.

Eksekusi sebagai Bagian dari Langkah Awal Memvalidasi Ide

Namun, proses validasi ide tidak berhenti sampai disitu saja. Justru hal yang paling penting dilakukan oleh para founder dalam proses ini adalah mengeksekusi ide tersebut. Dalam pembuatan ide, bisa saja seorang founder memiliki ide yang sama dengan founder lainnya. Namun yang akan membedakan ide tersebut adalah bagaimana ide tersebut dieksekusi dan siapa yang mengeksekusinya.

Menurut Willson Cuaca, langkah pertama dalam proses validasi ini adalah melakukan eksekusi. “Jadi langkah pertama dari semua itu adalah eksekusi ide kamu, jangan merasa ide itu adalah ide terbaik, (lalu) coba validasi.” Hal senada juga diutarakan oleh Pandu Sjahrir, Ia berujar bahwa pada akhirnya percuma memiliki ide yang banyak bila tidak bisa dieksekusi. “At the end of the day, bisa punya ide banyak tapi kalau gak bisa eksekusi kan what for.” ucapnya.

Kekhawatiran yang mungkin muncul ketika melakukan eksekusi adalah hasil yang kurang memuaskan atau tidak sesuai ekspektasi. Akan tetapi, dari kekurangan atau kegagalan tersebut masing-masing founder dapat melihat apa yang perlu diperbaiki dan diiterasi dari ide startupnya. “Tidak ada namanya eksekusi 100% baik, tapi yang ada itu adalah eksekusi yang efisien, yang tepat sasaran, pada waktu yang tepat, tempat yang tepat, problem yang tepat, dan mendapat feedback yang baik dari user. Feedback itu digunakan untuk (selanjutnya) melakukan eksekusi yang baik lagi.” ujar Willson terkait eksekusi kepada para peserta webinar.

Eksekusi adalah hal krusial sebagai bagian dari proses melakukan validasi ide, Willson juga berkata bahwa semakin cepat melakukan eksekusi ide, para founder bisa belajar lebih cepat untuk perbaikan di masa mendatang. “Semakin menunggu, semakin kamu telat dibanding yang lain, dengan semakin cepat mengerjakannya, bukan artinya kamu mendapat first mover advantage saja, tapi kamu bisa belajar dengan lebih cepat dari orang yang mungkin mengeksekusinya besok.” tegasnya.

Dengan melakukan validasi ide, para founder dapat segera mengidentifikasi problem sekaligus menemukan solusi yang tepat untuk menyelesaikan problem tersebut. Selain itu, founder juga harus tetap terus memikirkan misi dan mimpi apa yang ingin mereka capai melalui ide bisnis tersebut. Akan tetapi, hal tersebut juga harus dilakukan dengan mengeksekusi ide tersebut. Dengan begitu, para founder dapat terus melakukan iterasi sampai menemukan formula yang tepat dalam penyusunan ide bisnisnya.

Adaptasi Cloud Bantu Startup Mengembangkan Inovasi Baru dengan Mudah

Pandemi COVID-19 turut mendorong transformasi digital untuk menjadi buzzword di kalangan pelaku bisnis. Meningkatnya kebutuhan sebuah entitas bisnis dalam beradaptasi secara digital, turut menjadi faktor pendorongnya. Salah satu infrastruktur teknologi yang cukup erat dikaitkan sebagai bagian dari langkah transformasi ini adalah komputasi awan atau cloud computing.

Pemanfaatan cloud dalam operasional perusahaan dapat menjadi langkah cermat bagi para pelaku bisnis. Salah satu keuntungan utamanya tentu saja efisiensi anggaran. Dengan memanfaatkan cloud, perusahaan dapat mengoptimalkan biaya infrastruktur dan pemeliharaan server on-premise dengan layanan cloud yang lebih terjangkau tanpa tambahan biaya lainnya.

Akan tetapi, keuntungan pemanfaatan cloud tidak hanya berhenti sampai situ saja. Ada beberapa keuntungan lainnya yang dapat dirasakan startup ketika mulai memanfaatkan cloud, diantaranya:

  • Kemudahan dalam pengimplementasian
  • Dapat memanfaatkan layanan cloud yang beragam
  • Produk dapat dikembangkan dengan lebih cepat
  • Kapasitas server yang tak terbatas.
  • Meningkatkan skalabilitas bisnis sesuai kebutuhan
  • Peningkatan efisiensi operasional perusahaan
  • Enkripsi dan keamanan data yang dapat diandalkan
  • Proses pengolahan data yang lebih cepat karena latency yang rendah
  • dan masih banyak keuntungan lainnya.

Berbagai keuntungan dari fleksibilitas, efisiensi, dan efektivitas penggunaan cloud ini juga berlaku untuk seluruh skala perusahaan. Baik itu perusahaan dengan skala kecil, menengah, hingga korporasi besar sekalipun. Keuntungan-keuntungan tersebut diyakini dapat membantu startup untuk menciptakan berbagai inovasi baru dengan lebih mudah.

Pengembangan Fitur Lebih Mudah, Go-To-Market Lebih Cepat

Salah satu keunggulan utama yang dapat dirasakan startup setelah melakukan adaptasi cloud adalah pengembangan fitur yang dapat dilakukan dengan lebih cepat. Mengapa? Karena salah satu bentuk kemudahan dari penggunaan cloud adalah penggunaan fiturnya yang cukup simpel, yaitu secara plug and play. Dengan begitu, tim IT tidak perlu lagi memikirkan teknis engineering internal yang kompleks dan non-essential, mereka cukup fokus dengan produk yang sedang dikembangkan.

Adroady, Startup lokal yang fokus dalam periklanan digital OOH, memanfaatkan kemudahan cloud dalam pengembangan produk-produk adtech mereka. “Kita semua server pakai kluster yang ada di AWS, menggunakan beberapa teknologi seperti virtual machine, database, bisa di deploy dalam satu sentuhan dan dapat fokus ke development produk untuk memberikan best experiences to our customer.” ujar Samuel Utama, CTO Adroady.

Selain Adroady, kemudahan dalam pengembangan fitur karena adaptasi cloud ini juga diamini oleh Jojonomic. Kepada DailySocial, CEO Jojonomic, Indrasto Budisantoso mengatakan bahwa adaptasi cloud di satu sisi juga dapat membantu Jojonomic dalam memberikan semacam concept yang meyakinkan customer bahwa mereka dapat menyelesaikan berbagai solusi, melalui inovasi yang dihadirkan lewat pemanfaatan cloud tersebut.

Salah satu contohnya, Jojonomic dapat menghadirkan produk konferensi video mereka, JojoMeet, tanpa memakan waktu lama. Hal ini dikarenakan pemanfaatan platform cloud yang membantu mereka untuk tidak perlu merancang sistem dan produk secara scratch dari nol. “Dengan adanya Amazon Chime SDK, Jojonomic tidak perlu merancang dan mengembangkan antarmuka untuk konferensi video dari awal dan memakan waktu berbulan-bulan.” tambah CTO Jojonomic, Abdul Qifli Sangadji, dalam acara media briefing bersama AWS beberapa waktu lalu.

Hal ini, dapat membuktikan bahwa selain memudahkan startup menelurkan inovasi-inovasi baru, adaptasi cloud juga dapat membantu inovasi tersebut lebih cepat dipasarkan kepada customer. Startup dapat berlari lebih cepat dengan inovasi-inovasi baru, tanpa perlu khawatir kekurangan sumber daya dan infrastruktur teknologi pendukung.

Jawab Tantangan Kebutuhan Server dan Skalabilitas Startup

Berbicara terkait infrastruktur teknologi, tantangan juga akan dihadapi oleh startup terkait kebutuhan server yang dapat mendukung skalabilitas bisnisnya. Dalam hal ini, startup akan dipertemukan pada dua pilihan, memiliki server sendiri atau menggunakan cloud sebagai pilihan servernya.

Di satu sisi, memiliki server sendiri juga dapat menjadi tantangan tersendiri bagi startup. Kepemilikan server on-premise ini tidak hanya menambah pengeluaran operasional, tetapi juga dapat mendatangkan biaya tak terduga dari pemeliharaan jaringan server tersebut. Untuk itu, adaptasi cloud dapat menjadi salah satu solusi bagi startup dalam menghadapi tantangan ini.

Di sisi lain, penggunaan cloud sebagai server juga dianggap penting dalam kebutuhan skalabilitas startup. Kebutuhan penambahan server yang fleksibel dan mudah, memungkinkan startup untuk terus fokus melakukan pengembangan traksi dan penggunaan platform-nya tanpa perlu takut terjadi crash maupun overload di waktu yang tak terduga.

Melalui pemanfaatan cloud, startup dapat memiliki kapasitas server sesuai dengan kebutuhan, sekaligus meningkatkan atau menurunkan kebutuhan server tersebut dengan mudah. Bagi Jojonomic, fleksibilitas ini juga membuat mereka tidak perlu mengkhawatirkan biaya tambahan lainnya. “Dengan adanya kapabilitas auto-scaling dari AWS, Jojonomic tidak harus pusing memikirkan biaya pemeliharaan jaringan untuk berbagai kegunaannya.” ujar Abdul, CTO Jojonomic.

Tidak hanya itu, keuntungan menggunakan cloud sebagai server juga membuat startup tidak perlu khawatir terhadap traffic penggunaan, pemeliharaan server, serta kapasitas infrastruktur yang digunakan. Menurut Samuel Utama, produk cloud yang digunakan Adroady ternyata dapat memudahkan mereka untuk mengembangkan fitur-fitur maupun inovasi baru di dalam platformnya.

“Awalnya, sampai bangun GPU server sendiri, jadi buat bisa bikin model sendiri buat pengukuran kita bikin server sendiri, sampe titik kita ketemu AWS, kita pensiunkan dulu server untuk melatih AI-nya, kita pakai service AWS SageMaker untuk kita training new model sehingga kita bisa fokus development produknya.” tambah Samuel.

AWS Turut Dukung Akselerasi Startup lewat DSLaunchpad 2.0

Selain mendorong inovasi startup lewat produk-produknya, AWS juga turut membantu startup menghadirkan inovasi-inovasi baru serta mengembangkan startupnya melalui berbagai cara, salah satunya dengan menyelenggarakan program akselerasi DSLaunchpad 2.0 bersama DailySocial.id

Memasuki minggu keduanya, program akselerasi yang diikuti oleh 118 peserta ini akan membantu peserta untuk mengembangkan startupnya pada empat kategori, yaitu idea validation, business model, prototyping, dan marketing. Melalui program akselerasi ini, peserta tidak hanya akan melihat bagaimana cloud dapat menjadi salah satu strategi yang memudahkan pengembangan inovasi dalam startupnya, tetapi juga bagaimana inovasi-inovasi yang dihadirkan tersebut dapat dengan baik diterima oleh konsumen melalui validasi ide, model bisnis, dan pendekatan marketing yang tepat.

Inilah 118 Peserta Terpilih DSLaunchpad 2.0

Program DSLaunchpad 2.0 yang diselenggarakan oleh DailySocial.id dan didukung oleh Amazon Web Services (AWS) segera bersiap memasuki fase berikutnya, yaitu tahap akselerasi intensif bagi para startup terpilih. Periode registrasi program ini sebenarnya telah dibuka sejak tanggal 5 Oktober 2020 dan ditutup pada 18 Oktober 2020. Namun karena banyaknya pertanyaan yang masuk ke email dan WhatsApp, bahkan hingga pendaftaran ditutup, maka penyelenggara memutuskan untuk memperpanjang periode registrasi selama 5 hari hingga tanggal 23 Oktober 2020. Tujuannya adalah untuk memberikan kesempatan bagi para calon peserta yang terlambat mendaftar.

Selama 3 pekan periode registrasi dibuka, sebanyak 736 founders telah mendaftarkan diri dalam program DSLaunchpad 2.0. Hal ini sangat menggembirakan bagi DailySocial.id dan AWS selaku penyelenggara, melihat antusiasme yang tinggi dari para founders yang mendaftar. Namun tidak semua founders dapat difasilitasi. Hanya para founders yang memenuhi kriteria, dengan ide dan konsep startup terbaik yang dapat menjadi peserta DSLaunchpad 2.0.

DailySocial.id bersama AWS telah melakukan beberapa tahapan kurasi demi mendapatkan peserta terbaik untuk program ini. Proses kurasi dilakukan berdasarkan beberapa kriteria penilaian, mulai dari kelengkapan segi administrasi pada saat pendaftaran, hingga potensi ide yang diajukan. Awalnya, proses kurasi ini direncanakan hanya akan menghasilkan 100 peserta terpilih saja. Namun, ternyata begitu banyak ide startup brilian yang didaftarkan, sehingga penyelenggara memutuskan untuk meningkatkan kuota peserta terpilih menjadi 118 demi memfasilitasi semua ide terbaik tersebut.

Lewat proses kurasi yang tidak mudah, DailySocial.id dan AWS telah memilih 118 peserta yang berhak mengikuti rangkaian program DSLaunchpad 2.0. Berikut adalah daftar 118 peserta terpilih program DSLaunchpad 2.0.

  1. REEF – Renewable Energy Financing
  2. MauCariApa.com
  3. Taplink
  4. FRESIO
  5. Bina Digital Bangsa
  6. THE PASAR
  7. Snaptig
  8. Mantab
  9. Cocreator.id
  10. Yukbanyuwangi
  11. smartbengkel
  12. Lavees
  13. Aneka Baking Online
  14. HAKITA
  15. BENEMICA
  16. GIGI.ID
  17. OBBA
  18. Imajin
  19. HRMLabs
  20. TransTRACK.ID
  21. Klepon Technology
  22. Imello
  23. Ekuitas Home
  24. MAINKODE
  25. CatatBuku Indonesia
  26. Logan
  27. Invo
  28. audita
  29. KurirLokal
  30. Redberrysoft Inc.
  31. Tarkuntansi
  32. Omni Hotelier
  33. Panggilin
  34. Tebengan Indonesia
  35. Yuk Maem
  36. Lexipage Messenger
  37. SOKU
  38. Azana Hotels
  39. MyClinicalPro
  40. Flick App
  41. Rakamin Academy
  42. banopolis.id
  43. CodeFirst
  44. Scrapiro
  45. Robohox
  46. Himall
  47. Sevvain
  48. Lahapp.com
  49. Joinan
  50. Gerakan Kopi Persahabatan
  51. Gimsak
  52. SUGAR Technology
  53. Kerja Remote Bela Negara from KodingWorks
  54. Crinoid
  55. DEPATU
  56. Keeppack
  57. Gasplus
  58. PasarKlewerCom
  59. Teman Curhat ID
  60. MOOXIQ
  61. Paladin
  62. INDOWIRA
  63. Arakata
  64. ctscope
  65. Killbot
  66. Varena
  67. Cuddl.id
  68. Suryakami
  69. CoachingYuk
  70. Neurafarm
  71. Brave Healthcare
  72. Bakal Modal
  73. FamFina: Pembukuan Keuangan
  74. Saweran.id
  75. Tradaru
  76. Littlecloud EO
  77. Mantool
  78. settrip.id
  79. BorneoTrip
  80. Jagel.id
  81. muslimlife
  82. BISASIH Indonesia
  83. WarungKiKo
  84. databaik
  85. Nilam Pad
  86. Aluno.id
  87. Bastler
  88. iLOMS
  89. pesansyur.id
  90. Schoters
  91. MadrasahQu
  92. Campuspedia Academy
  93. Aelyon
  94. Mountable
  95. Rekan Legal
  96. Create It – The Digital Creative Marketplace
  97. Datawan.io
  98. Teman Pasar
  99. MyDoctors
  100. Kapcake
  101. Wastehub.id
  102. Satu Persen
  103. Koalabora
  104. Focus AR
  105. ahlibisnis.id
  106. Mabar Yuk! Apps
  107. PROYEKIN
  108. LOCALIO
  109. Dwitari E-Learning
  110. smeco.id
  111. Helper Indonesia
  112. Maimaid
  113. Urusinaja.com
  114. Wiseree
  115. emiten.com
  116. Gets id
  117. Quoroom
  118. Suara Mas

Selamat kepada para founders yang berhasil masuk ke dalam daftar 118 peserta terpilih program DSLaunchpad 2.0. Para peserta berhak mengikuti rangkaian webinar, mentoring eksklusif, dan sesi 1-on-1 bersama para mentor yang akan memberikan berbagai wawasan mengenai langkah akselerasi startup. Selama program berlangsung, DailySocial.id bersama AWS juga akan memilih 10 peserta dengan perkembangan paling baik untuk melakukan pitching pada tahap Demo Day. Apabila terpilih menjadi 10 besar, kesempatan para peserta akan semakin tinggi untuk menjadi salah satu dari 3 lulusan terbaik yang berhak mendapatkan hadiah utama uang tunai senilai total 100 juta rupiah.

Para founders yang telah mendaftar juga berhak mengikuti sesi webinar dalam program DSLaunchpad 2.0, walaupun belum lolos menjadi 118 peserta terpilih. Akan ada banyak ilmu dan insight yang akan disampaikan oleh para pembicara dalam sesi webinar ini. Jadi, jangan sampai ketinggalan ya.

Sekali lagi, DailySocial.id bersama AWS mengucapkan selamat untuk 118 peserta terpilih DSLaunchpad 2.0. Awal perjalanan untuk mewujudkan mimpi dan mengakselerasi skala bisnis startup bersama DSLaunchpad 2.0 segera dimulai!

Adaptasi Startup Lewati Pandemi: Tidak Hanya Bertahan, Tetapi Juga Berkembang

Masa pandemi ini merupakan masa-masa yang sulit bagi para startup, tanpa terkecuali. Hal-hal  yang terjadi sepanjang tahun ini mungkin sangat berbeda dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. Mau tidak mau, startup harus menyusun ulang rencana bisnisnya dan segera beradaptasi dengan cepat. Agility kini menjadi kunci utama bagi startup untuk mempertahankan bisnisnya.

Adaptasi yang lebih cepat ini di satu sisi sebenarnya memang dibutuhkan oleh berbagai jenis perusahaan, terutama sektor-sektor bisnis yang secara langsung terdampak oleh pandemi seperti pariwisata, retail, entertainment, serta food and beverages. Para pelaku bisnis di sektor ini kini adu cepat untuk mengadopsi transformasi digital, agar dapat tetap terhubung dengan pelanggan karena bisnis mereka belum pulih seutuhnya. Selain itu, sektor pendidikan dan kesehatan juga kini telah menggunakan berbagai solusi digital yang belum pernah digunakan sebelumnya.

Lewat adaptasi ini, masa pandemi juga bisa dimanfaatkan oleh para startup di sektor manapun untuk mencari peluang dari mitra maupun konsumen baru. Produk ataupun fitur baru yang hadir dari proses adaptasi startup tersebut dapat menjadi senjata utama bagi startup untuk mempertahankan bisnisnya, terutama bila inovasi yang dihadirkan dapat menjawab tantangan baru yang hadir setelah pandemi. Fitur baru ini, dapat hadir dalam bentuk penambahan dan peningkatan layanan ataupun sebagai bentuk pivot untuk mencari peluang di area bisnis yang belum dijangkau sebelumnya. Kesempatan ini juga didukung oleh meningkatnya penggunaan layanan digital oleh para konsumen secara umum. Kebiasaan baru dalam berinteraksi dengan layanan digital ini juga dapat dimanfaatkan oleh para startup untuk menghadirkan pengalaman penggunaan produk dan layanannya secara digital.

Akan tetapi, bertindak agile dan bergerak cepat sebenarnya hanyalah langkah awal. Di tengah situasi sulit, startup juga harus bisa mencari cara untuk melakukan efisiensi anggaran, mencari peluang bisnis baru, dan memastikan sumber daya manusianya tetap terus mengembangkan keterampilan baru. Bila hal-hal tersebut dilakukan dengan baik, startup tersebut mungkin tidak hanya dapat bertahan, tetapi juga berkembang dalam kondisi new normal ini.

Cloud Sebagai Solusi Efektif dan Efisien Ciptakan Peluang Baru

Hal tersebut juga dilihat oleh Amazon Web Services (AWS) sebagai challenge yang dapat dijawab oleh para startup melalui produk-produknya. AWS memungkinkan penggunanya  untuk memiliki sumber daya teknologi yang dibutuhkan. Salah satunya membuat startup dapat menggunakan ratusan hingga ribuan server hanya dalam hitungan menit. Kemudahan cloud ini dapat membantu startup yang ingin bereksperimen dengan ide-ide baru selama pandemi ini. Selain hanya perlu membayar fitur cloud yang digunakan (pay-as-you-go), serta jika percobaan ide bisnis baru tersebut gagal, dapat dibatalkan dengan mudah, tanpa perlu khawatir risiko pengeluaran yang membengkak.

Salah satu startup Indonesia yang merespon perubahan kondisi bisnisnya menggunakan solusi cloud dari AWS adalah Halodoc. Contohnya Halodoc, startup healthtech yang merespon perubahan kondisi bisnisnya bersama AWS. Selama COVID-19, Halodoc bekerja sama dengan lebih dari 20 rumah sakit di Jabodetabek dan Karawang, Jawa Barat. Kolaborasi ini memungkinkan penggunanya untuk pemesanan tes COVID-19 lewat aplikasi.

Halodoc sendiri telah menggunakan beberapa layanan AWS, seperti Amazon EC2 Reserved Instances, Amazon RDS, Amazon S3, Amazon CloudFront, Amazon Route 53, dan AWS Lambda. Hasilnya, sejauh ini Halodoc berhasil melakukan penghematan anggaran IT sebesar 20-30%. Penghematan ini didapat dari sistem pembayaran pay-as-you-go yang dimiliki AWS sehingga mereka dapat mengatur anggaran dalam menggunakan produk cloud dengan lebih efektif. Selain itu, Halodoc juga berhasil meluncurkan fitur aplikasi baru yang 30% lebih cepat dari versi sebelumnya, sehingga dapat meningkatkan waktu respons pasien-dokter di dalam aplikasinya.

Ikut Bantu Startup Berkembang lewat Berbagai Kegiatan

Selain melalui produk dan layanannya, AWS juga turut aktif untuk membantu para startup dalam mengembangkan bisnisnya selama pandemi ini. Contohnya kursus online AWS Training and Certification, AWS Innovate conferences, AWS Builders Online Series, serta program akselerasi baru yang bekerja sama dengan DailySocial.id, yaitu DSLaunchpad 2.0. Program DSLaunchpad 2.0 ini juga menjadi salah satu upaya AWS dan DailySocial.id untuk membantu startup dalam mengakselerasi idenya melalui mentoring bersama para expert secara intensif selama empat minggu penuh.

dslaunchpad
Para expert yang akan menjadi mentor pada DSLaunchpad 2.0

Dengan memiliki mindset agile, startup dapat beradaptasi dengan lebih cepat bila terjadi perubahan yang memberikan dampak pada bisnisnya. Namun, selain dengan menggunakan produk yang mendukung agility-nya, para founders juga harus dapat memanfaatkan peluang dalam meningkatkan kapabilitas tim dan startupnya. Sehingga startup tidak hanya dapat bertahan, tetapi juga terus berkembang meski harus melewati banyak tantangan di masa pandemi ini.

—-

Artikel asli ditulis oleh Gaurav Arora, Head of Startup Ecosystem, Asia Pacific-Japan, Amazon Web Services. Ditulis dalam bahasa Inggris, serta diterjemahkan dan diolah kembali oleh Ilham Sanjaya.

Last Call! Segera Ambil Kesempatan Akselerasi Startupmu di DSLaunchpad 2.0

Periode registrasi dari program akselerasi DSLaunchpad 2.0 telah dibuka sejak 5 Oktober lalu hingga 18 Oktober 2020. Artinya, tinggal tersisa dua hari lagi untuk kamu bisa mendaftarkan diri pada program akselerasi ini. Jangan lewatkan berbagai keuntungan dan hadiah yang bisa kamu dapatkan dengan mengikuti program akselerasi yang diselenggarakan secara intensif mulai dari 2 November hingga 29 November 2020 ini. Kira-kira, apa saja yang akan kamu dapatkan?

Pada DSLaunchpad 2.0 ini, peserta nantinya akan memiliki kesempatan untuk mendapatkan mentoring dengan para expert dengan topik yang beragam. Mulai dari idea validation, business model, prototyping, hingga marketing. Kegiatan mentoring ini nantinya akan diselenggarakan sebanyak delapan sesi webinar kepada seluruh peserta dan sesi one-on-one bagi startup terpilih. Kehadiran para mentor terbaik di bidangnya ini diharapkan bisa membantu peserta untuk terus mengembangkan produk dan layanannya dengan lebih baik selama program akselerasi.

dslaunchpad
Mentor-mentor yang akan membantu peserta untuk mengembangkan inovasi para peserta di DSLaunchpad 2.0

Dapatkan Total Hadiah Senilai Rp100 Juta!

Selain mentoring, 100 peserta terpilih juga akan mendapatkan kredit dari AWS yang dapat digunakan untuk membantu mereka dalam mengembangkan produk dan layanan lewat program akselerasi ini.

Tidak berhenti sampai situ. Setelah mengikuti berbagai rangkaian acara, para peserta akselerasi akan memiliki kesempatan untuk memperebutkan hadiah utama. Akan ada 10 startup terpilih yang memiliki performa dan perkembangan paling baik selama program akselerasi untuk melakukan pitching secara virtual di hari Demo Day. Tiga startup terbaik menurut para juri akan mendapatkan hadiah uang tunai senilai total 100 juta rupiah.

Tunggu apa lagi? Kamu tidak perlu ragu dan bimbang karena kesempatan untuk mewujudkan impian dalam mengembangkan startup melalui program akselerasi ini sudah di depan mata. Segera daftarkan startupmu sebelum periode registrasi ditutup dalam waktu dua hari lagi.

Kamu dapat melakukan registrasi dengan mudah melalui form pada link berikut. Jangan sampai ketinggalan, karena waktu pendaftaran hanya tersisa dua hari lagi!