DSLaunchpad 2.0: Akselerasi Startupmu dengan Mentorship!

Setelah sebelumnya sukses menyelenggarakan program inkubasi online terbesar di Indonesia, DSLaunchpad, kini DailySocial.id bersama Amazon Web Services (AWS) menghadirkan kembali rangkaian keduanya dalam bentuk program akselerasi yang bertajuk DSLaunchpad 2.0.

Pada penyelenggaraan sebelumya, program DSLaunchpad berhasil mendatangkan hampir 600 pendaftar dan 73% diantaranya berasal dari luar Jakarta. Selain itu, setelah rangkaian berlangsung, 107 startup berhasil meraih kesempatan untuk mengikuti program inkubasi dan tiga diantaranya berhasil mendapatkan seed-funding dua pekan setelah program berakhir.

Salah satu keuntungan utama dari mengikuti program akselerasi seperti DSLaunchpad ini adalah mentorship bersama para expert. Ada empat hal yang akan menjadi fokus mentorship dalam program akselerasi ini, yaitu idea validation, business model, prototyping, dan juga marketing. Lewat kegiatan mentoring ini, para peserta dapat dibantu untuk mengakselerasi ide dan inovasi yang dihadirkan startupnya.

Keuntungan dari mentorship ini juga dirasakan oleh Co-Founder DIGIDES, Sidik Permana saat mengikuti rangkaian DSLaunchpad pada bulan April lalu. Kepada DailySocial, Ia mengatakan rangkaian konsultasi dan pendampingan yang diikuti selama program DSLaunchpad sebelumnya merupakan kesempatan yang sangat penting baginya. Rangkaian mentorship ini dianggap dapat membantu DIGIDES dalam melakukan pembentukan model bisnis dan proses pengembangan produk, sehingga kini membantu mereka memiliki product market fit.

dslaunchpad
Testimoni Sidik Permana, Co-Founder DIGIDES, terkait mentoring pada DSLaunchpad pertama.

Senada dengan DIGIDES, keuntungan dari kegiatan mentorship ini juga sangat dirasakan oleh Kopral (Koperasi All in One), startup yang fokus menyediakan solusi digital bagi operasional koperasi dan UMKM di Indonesia. Bagi founder Kopral, Muhammad Rizal, kegiatan DSLaunchpad sebelumnya merupakan loncatan besar bagi startupnya, terutama dari segi operasional bisnis.

Testimoni Muhammad Rizal, Founder Kopral, terkait mentoring pada DSLaunchpad pertama.
Testimoni Muhammad Rizal, Founder Kopral, terkait mentoring pada DSLaunchpad pertama.

Kepada DailySocial, Rizal juga mengatakan bahwa arahan mentornya saat itu, Hadi Wenas (COO Amartha), juga membantu mereka meningkatkan pengalaman mereka dalam melakukan pitching, hingga akhirnya berhasil mendapatkan pendanaan perdana mereka.

“Kesempatan belajar itu sedikit banyak merubah kami dalam menerapkan strategi bisnis platform Kopral terutama dari sisi komersial dan pitching experience di depan VC. Kami menyesuaikan deck kami sesuai arahan mentor kami mas Wenas dan 2 minggu setelah inkubasi kami mendapatkan pendanaan Seed Funding dari Angel Investor.” tambah Rizal.

Tidak hanya pengembangan operasional dan produk startup, kegiatan mentorship yang diikuti melalui program akselerasi DSLaunchpad 2.0 ini juga dapat menjadi momen untuk membangun networking yang tepat. Selain untuk membangun jaringan yang lebih luas, program akselerasi ini juga dapat membuka kesempatan untuk bertukar wawasan dengan mentor dan sesama peserta. Mentor-mentor yang dihadirkan tentunya merupakan expert di bidangnya masing-masing, sehingga peserta dapat belajar langsung kepada ahlinya terkait problem yang mereka miliki dalam mengembangkan startupnya.

Mentor-mentor yang akan membantu para peserta mengakselerasi ide startupnya pada DSLaunchpad 2.0
Mentor-mentor yang akan membantu para peserta mengakselerasi ide startupnya pada DSLaunchpad 2.0

Selain itu, menurut Co-Founder & CEO Warung Pintar yang juga akan menjadi mentor prototyping pada DSLaunchpad 2.0, Agung Bezharie, rangkaian mentoring pada program akselerasi DSLaunchpad ini juga dapat membantu peserta dalam mengembangkan pola pikir sebagai pebisnis.

“Berbagi pengalaman dan berinteraksi dengan banyak pihak adalah cara paling tepat untuk mengembangkan pola pikir sebagai pebisnis supaya mampu melihat berbagai hal dari perspektif yang lebih luas. Melalui DSLaunchpad, kegiatan ini mengakomodasi kalian agar dapat memperoleh keuntungan-keuntungan tersebut.” ujar Agung.

Tidak hanya akan mendapatkan mentorship bersama para expert, tetapi para peserta DSLaunchpad 2.0 juga memiliki kesempatan untuk memperebutkan hadiah total Rp100 Juta dan kredit dari AWS yang dapat digunakan mereka untuk mengembangkan startupnya.

Pendaftaran DSLaunchpad 2.0 ini hanya dibuka sampai dengan tanggal 18 Oktober 2020. Jangan sia-siakan kesempatan emas untuk mengeksplorasi ide startupmu sekaligus memperebutkan hadiah lewat program akselerasi ini.

Tunggu apalagi, akselerasi startupmu bersama DSLaunchpad 2.0 dengan mendaftarkan diri melalui form pada link berikut ini.

Ini Mentor-Mentor Luar Biasa di Program DSLaunchpad 2.0

Pertumbuhan skala bisnis merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan startup dalam perjalanan bisnisnya. Dengan memiliki pertumbuhan bisnis yang baik, startup tidak hanya dapat terus mempertahankan operasional bisnisnya, tetapi juga terus mengembangkan inovasi bisnis di berbagai aspek. Mulai dari produk dan layanan yang dimiliki hingga model bisnis dan upaya pemasaran kepada konsumennya.

Untuk membantu startup menyiapkan strategi yang tepat dalam mengembangkan bisnisnya, DailySocial.id bersama Amazon Web Services (AWS) kini mengadakan program akselerasi DSLaunchpad 2.0. Melalui program akselerasi ini, peserta akan dibantu oleh para mentor untuk melakukan pengembangan bisnis serta produk dan layanan startupnya. Selain itu, para peserta juga akan mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan kredit dari AWS dan memperebutkan hadiah total Rp100 Juta!.

Rangkaian DSLaunchpad 2.0 ini akan diselenggarakan mulai dari 5 Oktober hingga 9 Desember 2020. Dalam perjalanannya, akan ada 100 peserta terpilih yang mendapatkan kesempatan untuk mengikuti program akselerasinya secara intensif selama kurang lebih empat pekan.

DSLaunchpad
Linimasa rangkaian acara DSLaunchpad 2.0 supported by AWS.

Raih Kesempatan Berkembang Bersama para Expert

Para peserta program akselerasi akan mendapatkan kesempatan untuk melakukan mentoring bersama para expert. Sesi mentoring ini akan diselenggarakan selama delapan kali dalam bentuk webinar. Pada setiap sesi, akan ada tujuh startup terpilih yang memiliki kesempatan untuk melakukan sesi one-on-one dengan mentor. Mentor-mentor yang akan membantu para peserta untuk mengakselerasi inovasi startupnya dalam DSLaunchpad 2.0 ini adalah Pandu Sjahrir (Managing Partner of Indies Capital Partners), Willson Cuaca (Co-Founder of East Ventures), Edy Sulistyo (CEO of Go-Play), Markus Liman Rahardja (VP of Investor Relation & Strategy BRI Ventures), Shinta Nurfauzia (Co-CEO dan Co-Founder of Lemonilo), Johnny Widodo (CEO OLX Autos Indonesia), Ivan Arie (Co-Founder & CEO, TaniHub), dan Agung Bezharie (Co-Founder & CEO, Warung Pintar).

DSLaucnhpad
Para expert yang akan menjadi mentor pada DSLaunchpad 2.0

Akan ada empat topik yang dibahas dalam kegiatan mentoring yaitu idea validation, business model, prototyping, dan marketing. Pada topik idea validation, peserta akan dibantu untuk mengidentifikasi masalah dan pain points serta solusi apa yang bisa dihadirkan untuk menjawab tantangan tersebut. Peserta juga akan dibantu membuat perencanaan model bisnis serta implementasinya dalam kegiatan bisnis mulai dari desirability, feasibility, hingga viability.

Pada topik prototyping, peserta akan belajar step by step dalam membuat produk termasuk fitur dan aspek produk lainnya. Selain itu, dalam topik marketing peserta juga akan belajar bagaimana merencanakan strategi pemasaran secara end-to-end, mulai dari objektif, menentukan KPI, hingga target market yang tepat untuk startupnya. Sesi mentoring ini nantinya juga dilengkapi modul artikel dan video untuk membantu pemahaman peserta akselerasi dalam melakukan pengembangan produk dan layanannya.

Setelah melalui berbagai rangkaian mentoring, para peserta akan dikurasi kembali menjadi sepuluh startup terpilih yang akan mendapatkan kesempatan untuk melakukan pitching pada sesi online demo day. Dari sepuluh startup tersebut, akan ada 3 startup terbaik yang berhak mendapatkan total hadiah senilai Rp100 Juta.

Tunggu apalagi, jangan lewatkan kesempatan untuk mengembangkan startupmu melalui berbagai kegiatan mentoring, serta kesempatan mendapatkan total hadiah Rp100 Juta dengan mengikuti program akselerasi DSLaunchpad 2.0. Registrasi hanya dibuka sampai tanggal 18 Oktober 2020, segera daftarkan startupmu melalui form pada link berikut.

Kolaborasi dan Kontribusi Perusahaan Teknologi Global dalam Memajukan Ekosistem Startup Lokal

Peningkatan adaptasi teknologi digital menjadi salah satu faktor berkembangnya ekosistem startup di Indonesia. Mulai dari hadirnya produk dan layanan yang semakin bervariasi hingga adanya peningkatan penggunaan teknologi pada konsumen di kehidupan sehari-hari.

Peningkatan ini juga tidak lepas dari peran para penyedia produk dan teknologi yang memudahkan startup untuk mengembangkan produknya, salah satunya adalah Amazon Web Services (AWS). Dengan menyediakan produk dan layanan komputasi awan (cloud computing) bagi startup, AWS dianggap memiliki peran penting dalam membantu perkembangan ekosistem startup di Indonesia.

Ambil Bagian dalam Pengembangan Infrastruktur Teknologi

Dari segi produk, beberapa startup Indonesia kini telah mulai menggunakan beberapa produk dan layanan cloud dari AWS untuk berbagai tujuan. Warung Pintar contohnya, startup ini menggunakan AWS sebagai infrastruktur backend yang digunakan untuk mengumpulkan dan memproses data point-of-sale (POS) para pemilik warung. Dikutip dari laman AWS, CTO Warung Pintar, Sofian Hadiwijaya mengatakan “Dengan menggunakan AWS, pemilik warung tidak lagi menghabiskan waktu berjam-jam untuk mencatat data penjualan karena mereka memiliki akses 24 jam ke data yang sangat akurat.”

Startup fintech peer-to-peer lending, Amartha, juga telah menggunakan produk dan layanan AWS dalam platformnya. Startup yang berfokus pada penyaluran akses permodalan untuk UMKM ini menggunakan layanan cloud milik AWS sebagai infrastruktur teknologi untuk analisis data kredit pinjaman penggunanya.

“Kami mampu melihat dengan cepat di mana meningkatnya kesalahan terjadi dan mengirimkan staf Amartha untuk mencari solusinya. Dengan infrastruktur analisis kami yang menggunakan AWS, kami menemukan jumlah kredit macet bisa dipertahankan di bawah 3 persen – lebih rendah dari rata-rata.” ujar Azby Luthfan, Head of Technology Amartha yang dikutip dari laman AWS.

Selain kedua startup tersebut, masih banyak lagi startup lainnya yang menggunakan produk dan layanan komputasi awan dari AWS seperti Traveloka, Halodoc, Kitabisa, Kumparan, dan beberapa startup lainnya.

Tidak hanya sekedar menyediakan produk, AWS juga turut berperan dalam pengembangan infrastruktur teknologi di Indonesia. Salah satu upaya utama dalam pengembangan tersebut adalah pembangunan data center di Indonesia yang ditargetkan dapat mulai beroperasi pada akhir tahun 2021 atau awal 2022. Data center ini dibangun sebagai bentuk perhatian utama AWS terhadap tingkat keamanan data dalam penggunaan layanan public cloud bagi pelaku bisnis di Indonesia. Selain itu, data center yang berada di dalam negeri juga dapat lebih terjamin karena adanya perlindungan regulasi pemerintah.

Di sisi lain, hadirnya AWS Region di Indonesia dalam bentuk data center seperti ini juga dianggap dapat mendukung pertumbuhan ekosistem startup. Kehadiran ini dapat mempermudah penggunaan produk cloud bagi pelaku startup yang dapat mendorong peningkatan kualitas produk dan pelayanan terhadap konsumen. Hal tersebut juga didukung dengan latensi jaringan yang lebih rendah dan ketersediaan produk cloud yang lebih tinggi. Sehingga, para pelaku startup dapat lebih fokus dalam meningkatkan pengembangan bisnisnya.

Buka Berbagai Pelatihan untuk Mengembangkan Talenta Digital

Selain penggunaan produk dan infrastruktur pendukungnya, salah satu faktor yang juga berperan dalam adaptasi teknologi komputasi awan di Indonesia adalah sumber daya manusianya. Transformasi digital yang dilakukan oleh para pelaku bisnis juga mendorong kebutuhan akan sumber daya manusia (SDM) yang dapat menggunakan dan memaksimalkan teknologi komputasi awan tersebut. Hal ini didasari banyak hal, mulai dari rendahnya pemahaman publik hingga kurang tersedianya pelatihan dalam memaksimalkan produk dan layanan cloud.

Hal ini juga yang dilihat AWS sebagai bagian dari tantangan dalam meningkatkan penggunaan produk dan layanan mereka di Indonesia. Untuk mengatasi hal tersebut, AWS telah beberapa kali mengadakan program pelatihan terkait komputasi awan. Contoh yang paling terbaru adalah hadirnya AWS Academy yang memberikan pelatihan terkait cloud computing yang juga bekerja sama dengan Institut Teknologi Sains Bandung (ITSB) pada bulan Agustus lalu. Selain itu, AWS juga mengadakan beberapa bentuk pelatihan lainnya seperti AWS Training Certification, pelatihan digital gratis tentang machine learning, artificial intelligence, dan big data.

Tidak hanya di Indonesia, AWS juga secara aktif menggerakkan ekosistem startup di negara lain, contohnya tahun ini AWS resmi membuka region baru di Afrika Selatan untuk membantu pembangunan infrastruktur teknologi sekaligus mengembangkan ekosistem startup di wilayah Afrika dan sekitarnya.

AWS juga beberapa kali mengadakan program pengembangan untuk pelaku teknologi dan startup di negara lain. Beberapa diantaranya adalah AWS Hackdays yang ditujukan bagi developer dan program Project Alpha yang dapat diikuti oleh startup tahap early-stage Asia Tenggara, serta kompetisi AWS Summit London Startup Challenge yang ditujukan untuk startup early-stage di wilayah UK dan Irlandia.

Selain beberapa program di atas, saat ini AWS bersama dengan DailySocial.id juga berkolaborasi dalam menghadirkan program akselerasi baru, DSLaunchpad 2.0. Program akselerasi ini ditujukan kepada para startup yang ingin mengembangkan produk dan layanannya, sekaligus mendapatkan kesempatan untuk mentoring dan menggunakan produk-produk komputasi awan milik AWS. Selain itu, 100 startup yang terpilih juga mendapatkan kesempatan untuk memperebutkan hadiah dengan total Rp100 Juta!

DSLaunchpad
Ayo ikuti DSLaunchpad 2.0 dan menangkan hadiah total Rp100 Juta!

Pendaftaran DSLaunchpad 2.0 ini telah dibuka sejak 5 Oktober sampai dengan 18 Oktober 2020. Segera daftarkan startupmu dan rebut hadiahnya sekarang juga dengan mendaftarkan diri melalui link berikut ini

Akselerasi Ide Startupmu lewat DSLaunchpad 2.0

Setelah berhasil mengadakan program inkubator DSLaunchpad pada bulan April lalu, kini DailySocial.id menghadirkan DSLaunchpad 2.0, program akselerasi yang akan berkolaborasi dengan Amazon Web Services (AWS). Program akselerasi ini membuka kesempatan secara luas bagi seluruh startup lokal untuk mengembangkan startup tanpa terkecuali. Akan ada 100 startup terpilih yang memiliki kesempatan untuk mengikuti seluruh rangkaiannya. Para peserta terpilih ini nantinya akan mendapatkan mentoring eksklusif sekaligus memperebutkan total hadiah sebesar Rp100 Juta!

Kegiatan akselerasi pada DSLaunchpad 2.0 ini akan diselenggarakan secara intensif selama empat minggu penuh. Pendaftarannya dibuka sejak 5 Oktober sampai dengan 18 Oktober 2020. Rangkaian program akselerasinya sendiri akan dimulai pada 2 November hingga 29 November 2020. Berikut linimasa lengkapnya:

Timeline*

5 – 18 Oktober 2020 – Pendaftaran peserta

30 Oktober 2020 – Pengumuman 100 startup terpilih

2 November – 29 November 2020 – Program akselerasi dimulai

30 November – 4 Desember 2020 – Proses kurasi 10 startup terbaik

9 Desember  – Demo day dan pengumuman tiga startup terbaik

*Timeline berikut masih dapat berubah sewaktu-waktu.

Mentorship lewat Webinar Eksklusif dan Sesi One-on-One

Rangkaian program akselerasi DSLaunchpad 2.0 ini akan diadakan secara intensif selama empat minggu. Kamu akan mendapatkan kesempatan mentoring dengan para expert lewat webinar eksklusif dan sesi one-on-one bila mengikuti program akselerasi ini. Topik yang akan dibahas dalam mentoring ini adalah idea validation, business model, development & prototyping, dan marketing.

Untuk membantu para peserta mengembangkan produk dan layanan startupnya, DSLaunchpad 2.0 juga menghadirkan mentor-mentor terbaik di bidangnya. Berikut mentor-mentor yang akan mendampingimu dalam program akselerasi ini:

  • Pandu Sjahrir – Managing Partner of Indies Capital Partners (Idea Validation)
  • Willson Cuaca – Co-Founder of East Ventures (Idea Validation)
  • Edy Sulistyo – CEO of Go-Play (Business Model)
  • Markus Liman Rahardja – VP of Investor Relation & Strategy BRI Ventures (Business Model)
  • Shinta Nurfauzia – Co-CEO and Co-Founder of Lemonilo (Marketing)
  • Johnny Widodo – CEO OLX Autos Indonesia (Marketing)
  • Ivan Arie – Co-Founder & CEO of Tanihub (Prototyping)
  • Agung Bezharie – Co-Founder & CEO of Warung Pintar (Prototyping)

Tentu impian untuk membangun dan mengembangkan startup dimiliki banyak orang, tapi tidak banyak yang akhirnya benar-benar merealisasikannya. Lewat DSLaunchpad 2.0, kamu dapat memiliki kesempatan untuk mewujudkan rencana mengembangkan produk dan layanan startup yang dimiliki. Hal ini juga diakui oleh Markus Liman Rahardja, VP of Investor Relation & Strategy BRI Ventures, yang akan menjadi mentor business model pada DSLaunchpad 2.0 nanti. Ia menganggap program akselerasi seperti ini penting untuk diikuti karena dapat membantu founder untuk belajar prinsip-prinsip yang dibutuhkan dalam membangun startup.

“Secara natur, startup adalah bisnis yang dapat bertumbuh dengan sangat cepat, karena mereka menciptakan produk sesuai dengan permasalah yang dihadapi customer, ditambah terus melakukan iterasi serta tidak berhenti mencari scallable dan repeatable bisnis model. Kegiatan seperti DSLaunchpad 2.0 ini menjadi penting, dalam membantu founder tahap awal untuk test ide bisnis nya dan belajar prinsip-prinsip dalam membangun startup, guna mencapai pertumbuhan yang signifikan kedepan” ujar Markus.

Selain mentoring, kamu juga punya kesempatan untuk mendapatkan hadiah uang tunai total Rp100 juta. Selain itu, program akselerasi yang diadakan secara online ini juga membuat kesempatanmu lebih terbuka karena dapat diikuti oleh siapa pun dan di mana pun.

Jangan sia-siakan kesempatan emas ini untuk membangun dan mengembangkan startupmu melalui DSLaunchpad 2.0. Pendaftaran hanya akan dibuka sampai tanggal 18 Oktober 2020. Jadi tunggu apalagi, segera daftarkan dirimu melalui link berikut ini.

Menerka Potensi Masa Depan Inovasi Teknologi di Indonesia

Perkembangan teknologi yang terus terjadi selama beberapa tahun ke belakang telah mendorong para pelaku startup untuk terus menghadirkan berbagai inovasinya. Inovasi tersebut tidak hanya hadir dalam bentuk produk atau layanan baru, tetapi juga pengembangan fungsi-fungsi baru yang membuat mereka dapat memperluas cakupan bisnisnya.

Di satu sisi, perkembangan ini juga didukung oleh meningkatnya adaptasi teknologi baik oleh para pelaku bisnis maupun para konsumennya. Di sisi lain, inovasi-inovasi baru tersebut juga hadir dari kepekaan startup dalam melihat masih banyaknya problem-problem potensial yang dapat diselesaikan dengan efektif melalui produk atau layanan berbasis teknologi.

Kepekaan tersebut juga dapat membantu startup dalam melihat potensi pengembangan produk-produknya di masa depan. Kebutuhan konsumen yang terus berkembang hingga keinginan startup dalam memberikan pelayanan yang komprehensif dapat menjadi pendorong mereka untuk mengadaptasi solusi teknologi baru dalam produk ataupun layanannya. Dengan memanfaatkan potensi-potensi tersebut, startup dapat memiliki peluang bisnis baru sekaligus memberikan kemudahan baru nan canggih bagi konsumennya.

Pembahasan mengenai pemanfaatan potensi masa depan inovasi teknologi ini juga akan menjadi topik pembahasan dalam seri terakhir rangkaian webinar Startup Untuk Negeri. Bila Anda tertarik dan ingin mengetahui lebih lanjut seputar topik ini, segera daftarkan diri Anda melalui link berikut ini

Masih Banyak Peluang yang Dapat Dieksplorasi

Pemanfaatan teknologi seperti artificial intelligence, big data, Internet of Things, hingga cloud kini bukan hal yang baru di Indonesia. Startup-startup yang membuat produk teknologi tersebut serta yang memanfaatkannya untuk menambah nilai guna dari produknya sudah mulai bermunculan. Pemanfaatannya pun bervariasi, mulai dari operasional bisnis hingga diintegrasikan dengan kehidupan masyarakat sehari-sehari. Contohnya pemanfaatan teknologi cloud dalam meningkatkan operasional perusahaan dan penggunaan AI dalam deteksi penggunaan masker di tempat publik untuk mencegah penularan COVID-19.

Secara umum, pemanfaatan teknologi-teknologi tersebut digunakan untuk menciptakan efisiensi dan efektivitas kerja. Salah satu bentuknya adalah otomasi proses manual yang dilakukan secara berulang. Dengan begitu, para pelaku bisnis dapat fokus untuk memaksimalkan aspek lainnya dalam operasional perusahaan sehingga produktivitas perusahaan dapat ditingkatkan.

Menurut data McKinsey, otomasi yang dihasilkan dari pemanfaatan inovasi teknologi ini dapat meningkatkan pertumbuhan PDB Indonesia. Selain itu, laporan yang sama juga menunjukan bahwa otomasi kerja ini disisi lain bisa menciptakan lapangan kerja baru hingga 25 juta angkatan kerja di Indonesia pada tahun 2030. Untuk itu, pemanfaatan inovasi teknologi ini dapat sangat berpotensi bagi perekonomian Indonesia. Tidak hanya itu, pemanfaatan tersebut juga berpotensi membantu startup-startup dalam negeri untuk memperluas cakupannya sehingga produk dan layanannya dapat bersaing secara global.

Di sisi lain, potensi tersebut juga harus dapat didukung dengan bantuan pemerintah, terutama dalam pengembangan infrastruktur. Dengan infrastruktur yang memadai, tentunya inovasi teknologi tersebut dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dengan mudah, serta membantu startup untuk mengeksplorasi kebutuhan-kebutuhan baru yang hadir di tengah masyarakat,

Tentunya banyak potensi inovasi teknologi yang bisa dieksplorasi oleh para pelaku startup di masa depan, tidak hanya berkutat pada pemanfaatan satu jenis teknologi. Potensi yang juga bisa dimanfaatkan adalah dengan menggabungkan fungsi dari berbagai solusi teknologi, sehingga pemanfaatannya dapat lebih komprehensif dan disesuaikan dengan berbagai jenis kebutuhan konsumen. Selain itu, potensi yang dapat dimanfaatkan adalah peningkatan kompleksitas use case, sehingga implementasi inovasi teknologi tersebut tidak hanya berhenti pada monitoring ataupun deteksi, tapi juga pada hal-hal yang lebih advance, sesuai dengan kebutuhan pengembangan produk dan layanannya.

Bantu Adanya Pemerataan Adaptasi Teknologi

Pemanfaatan potensi inovasi teknologi di Indonesia tidak hanya dapat dilakukan untuk menghadirkan produk baru, tetapi juga berpotensi untuk melakukan pemerataan inovasi tersebut di berbagai kategori bisnis. Saat ini sudah mulai banyak kategori yang mulai melakukan pendekatan teknologi mulai dari edukasi, manufaktur, kesehatan, hingga pertanian. Selain itu, semakin bervariasinya inovasi teknologi tersebut juga dapat membantu menjangkau jenis konsumen yang juga semakin bervariatif.

Hal tersebut juga dapat membantu para startup untuk melakukan penggunaan inovasi teknologinya di berbagai daerah di Indonesia. Di masa depan, tidak menutup kemungkinan adanya peningkatan jumlah pemanfaatan teknologi di daerah dengan lingkup kecil seperti pedesaan, sehingga seluruh masyarakat dapat memanfaatkan big data, kecerdasan buatan, hingga sistem cloud dalam kegiatan perekonomian dan kehidupannya sehari-sehari. Meski begitu, salah satu tantangan dalam pemerataan adaptasi teknologi ini adalah edukasi terkait penggunaannya, sehingga masyarakat dapat memanfaatkan produk atau layanan berbasis teknologi tersebut dengan baik dan sesuai kebutuhannya.

Tentunya, masih banyak potensi inovasi teknologi dalam negeri lainnya yang dapat dieksplorasi di masa depan. Mengusung topik “Potensi Masa Depan Inovasi Teknologi di Indonesia”, webinar Startup Untuk Negeri yang diadakan oleh AWS bekerja sama dengan DailySocial ini akan membahas bagaimana potensi masa depan inovasi teknologi di Indonesia. Selain itu, webinar ini juga akan membahas apa tantangan yang akan dihadapi dalam pemanfaatan inovasi teknologi tersebut di masa depan. Webinar ini juga turut mengundang Suwandi Soh (CEO Mekari) dan Andrew Wangsanata (Solution Architect AWS) sebagai pembicara untuk berdiskusi lebih lanjut terkait topik di atas.

Bila tertarik untuk mengikuti seri kedua dari webinar Startup Untuk Negeri ini, segera daftarkan diri Anda dalam webinar tersebut melalui link berikut ini.

Disclosure: artikel ini merupakan bagian dari publikasi acara webinar AWS #StartupUntukNegeri

Upaya Adaptasi Startup Menghadapi Situasi Turun Naik Ekonomi

Masa pandemi telah membawa banyak dampak untuk sektor perekonomian. Berbagai sektor usaha baik kecil maupun besar ikut terkena dampaknya, tak terkecuali para pelaku startup. Mulai dari penurunan pemasukan yang cukup masif hingga terpaksa harus menutup bisnis secara permanen menjadi imbas yang harus diterima beberapa startup di masa turun naik ekonomi ini. Kondisi tersebut juga dipersulit dengan terbatasnya ruang gerak karena harus bekerja dari rumah.

Disisi lain, masih tetap ada angin segar yang menaungi ekosistem startup lokal belakangan ini. Beberapa sektor seperti healthtech dan edutech turut mengalami pertumbuhan seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap inovasi teknologi yang dimiliki di masa pandemi ini. Selain itu, menurut catatan DailySocial, ada 32 transaksi pendanaan startup yang terjadi sepanjang kuartal kedua tahun ini. Bahkan, jumlah ini melebihi periode yang sama di tahun sebelumnya, yaitu 24 transaksi.

Meski begitu, masa pandemi yang tak kunjung usai dipandang masih akan berlangsung cukup lama. Sehingga, mau tidak mau para startup harus terus melakukan berbagai upaya adaptasi untuk tetap dapat mempertahankan bisnisnya. Bila startup tetap dapat memperlihatkan ketahanan bisnisnya selama masa pandemi ini, maka masih tetap ada berbagai kemungkinan dan peluang positif yang menanti di masa depan.

Dimulai dari Adaptasi Internal Perusahaan

Dalam melakukan adaptasi tersebut, hal pertama yang harus diperhatikan oleh para pelaku startup adalah adaptasi internal perusahaan. Tujuannya agar perusahaan tetap dapat menjalankan operasionalnya secara efektif dan efisien meski harus bekerja dari rumah selama pandemi ini. Beberapa hal dapat dilakukan untuk mencapai hal tersebut, contohnya seperti membuat kebijakan baru terkait remote working, menyediakan tools dan alur komunikasi yang mendukung kolaborasi, serta fokus pada manajemen tim.  Selain itu, perusahaan juga dapat melakukan pembaruan terhadap KPI dan tanggung jawab karyawan yang disesuaikan dengan target pencapaian baru di masa pandemi ini.

Hal lain terkait operasional yang juga sama pentingnya dalam masa adaptasi ini adalah strategi tata kelola keuangan perusahaan. Di masa sulit, keadaan bisa menjadi serba tidak pasti. Untuk itu, perusahaan perlu terus melakukan pemantauan kondisi keuangan sekaligus terus mendefinisikan ulang strategi keuangannya. Hal tersebut diperlukan agar strategi tersebut dapat disesuaikan dengan kondisi baru yang dialami perusahaan. Perusahaan harus dapat berjalan dengan maksimal seefisien mungkin, salah satu yang harus dilakukan adalah memotong atau menunda pengeluaran yang tidak penting. Dengan pengelolaan keuangan yang baik, perusahaan akan tetap dapat mempertahankan produktivitasnya meski mengalami beberapa efisiensi terkait operasionalnya.

Gali Terus Peluang Inovasi dan Kolaborasi

Salah satu cara terbaik dalam beradaptasi dengan masa sulit ini adalah dengan menghadirkan inovasi baru yang sesuai dengan kebutuhan baru di tengah masyarakat. Ini saatnya untuk meningkatkan kepekaan dalam mencari peluang-peluang baru. Startup harus jeli dalam melihat peluang tersebut melalui inovasi barunya. Inovasi baru tersebut bisa berupa produk maupun layanan baru atau nilai tambah baru yang menjawab kebutuhan baru pelanggan.

Inovasi baru tersebut juga dapat hadir dengan melakukan pivot pada bisnis.  Perubahan model bisnis ini perlu dilakukan bila model bisnis yang saat ini dimiliki dirasa tidak lagi sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Melalui pivot, startup dapat menawarkan hal baru bagi konsumennya atau justru menjangkau konsumen baru. Dengan begitu, startup tetap dapat memiliki sumber pendapatan baru yang dapat membantu perusahaan untuk bertahan.

Selanjutnya, startup juga harus mencari peluang baru melalui potensi kolaborasi. Kolaborasi tersebut dapat dilakukan dengan berbagai stakeholder seperti pemerintah, korporasi, hingga sesama startup lainnya yang dapat mendukung penggunaan produk atau layanan oleh konsumen. Melalui kolaborasi, startup tidak hanya dapat memperluas jangkauannya, tetapi juga dapat menciptakan inovasi-inovasi baru melalui integrasi platform yang dimiliki dengan biaya yang lebih hemat dan hasil yang lebih optimal. Upaya kolaborasi seperti ini cukup penting, mengingat startup harus tetap dapat menjalankan bisnisnya secara efisien dan efektif.

Tentunya, masih banyak upaya lainnya yang dapat dilakukan startup untuk terus beradaptasi menghadapi situasi turun naik ekonomi ini. Pembahasan terkait upaya adaptasi ini juga akan menjadi pembahasan dalam seri kedua dari tiga rangkaian webinar Startup Untuk Negeri yang diadakan oleh AWS bekerja sama dengan DailySocial.

Pada seri kedua ini, tema yang diusung adalah “Bagaimana Startup Dapat Bertahan Menghadapi Situasi Ekonomi yang Naik dan Turun”. Seri kedua ini juga turut mendatangkan Doddy Lukito, (Chief [In-Hospital] Business Officer dan Co-Founder Halodoc) dan Steve Patuwo (Startup Business Development Manager AWS). Melalui topik tersebut, webinar ini akan membahas bagaimana cara startup dapat bertahan dan beradaptasi dalam mencari peluang baru disaat masa sulit dalam menjalankan bisnisnya.

Bila tertarik untuk mengikuti seri kedua dari webinar Startup Untuk Negeri ini, segera daftarkan diri Anda dalam webinar tersebut melalui link berikut ini.

Disclosure: artikel ini merupakan bagian dari publikasi acara webinar AWS #StartupUntukNegeri

Melihat Peran Startup dalam Mendorong Kemandirian Ekonomi Indonesia

Perkembangan teknologi turut berperan dalam munculnya berbagai inovasi baru yang terus dihadirkan melalui produk maupun layanan startup. Di satu sisi, inovasi-inovasi ini memang menjadi senjata utama startup dalam menjalankan bisnisnya. Di sisi lain, inovasi yang dihadirkan tersebut juga turut berkontribusi dalam menyelesaikan berbagai masalah serta tantangan yang dihadapi oleh masyarakat.

Tidak hanya itu, startup juga dianggap dapat membantu memberdayakan masyarakat dan meningkatkan kualitas ekonomi melalui produk dan layanan berbasis teknologinya. Hal tersebut juga didukung adanya peningkatan adaptasi penggunaan teknologi oleh masyarakat Indonesia.

Munculnya Inovasi pada Berbagai Sektor Bisnis

Hadirnya inovasi-inovasi ini juga diiringi dengan kemunculan startup-startup baru di berbagai vertikal bisnis. Kini masyarakat tidak hanya mengenal startup pada kategori ride hailing dan e-commerce saja, tetapi juga mulai mengenal berbagai kategori lainnya seperti fintech, edutech, healthtech, agritech, serta kategori-kategori lain dalam kehidupan sehari-hari.

Kemunculan berbagai variasi startup tersebut juga tidak terlepas dari transformasi digital di berbagai sektor bisnis. Kehadiran teknologi kini dianggap meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam operasional bisnis. Selain itu, perubahan perilaku konsumen juga membuat pendekatan digital menjadi hal yang tak terhindarkan pada sebuah bisnis.

Di sisi lain, kehadiran inovasi-inovasi ini juga terdorong dari kepekaan para pelaku startup dalam melihat peluang untuk mengatasi berbagai permasalahan di tengah masyarakat melalui solusi teknologi. Masalah yang diselesaikan pun membuat model bisnis yang dibuat tidak hanya mencakup konsumen secara langsung (business to consumer), tetapi juga turut mencakup sesama pelaku bisnis (business to business), tergantung produk atau layanan yang dimiliki.

Kepekaan tersebut juga dapat dilihat saat masa pandemi seperti ini. Beberapa startup turut menghadirkan berbagai produk baru, hingga terpaksa melakukan pivot untuk tetap menjaga relevansi dan mempertahankan operasional bisnisnya. Hal ini dapat menunjukkan bahwa meski dalam masa sulit sekalipun, startup tetap dapat hadir untuk menjawab berbagai permasalahan baru dalam kehidupan masyarakat.

Membantu Mendorong Kemandirian Ekonomi Indonesia

Kehadiran inovasi-inovasi teknologi melalui produk dan layanan startup di berbagai sektor tersebut tidak hanya membantu kegiatan perekonomian masyarakat secara mikro. Bila dilihat secara makro, ekonomi digital juga cukup berkontribusi terhadap PDB Indonesia. Menurut riset INDEF, ekonomi digital telah berkontribusi sebesar 5.5% atau sekitar Rp 814 Triliun untuk PDB Indonesia pada tahun 2018. Berdasarkan riset yang sama, sektor ekonomi digital juga telah membantu membuka sekitar 5.7 juga lapangan kerja baru. Dapat dilihat, perlahan tapi pasti ekonomi digital juga telah memberikan kontribusi positifnya dalam mendorong kemajuan ekonomi di Indonesia.

Menurut laporan yang bertajuk e-Conomy SEA 2019, valuasi ekonomi digital Indonesia pada tahun 2019 telah mencapai $40 miliar dan diprediksi akan mencapai $130 miliar pada tahun 2025 nanti. Hal ini juga dapat menunjukkan adanya potensi besar pada sektor ini melalui pemanfaatan inovasi-inovasi yang dihadirkan startup melalui produk atau layanannya.

Dengan potensi yang besar serta diiringi adaptasi teknologi di masyarakat yang terus meningkat, bukan tidak mungkin inovasi teknologi yang dihadirkan startup akan menjadi salah satu kunci terwujudnya kemandirian ekonomi Indonesia. Selain itu, pemerintah juga diharapkan bisa memberikan dukungan untuk menjaga dan mengembangkan ekosistem startup di Indonesia, salah satunya melalui pembangunan infrastruktur teknologi yang bersifat inklusif. Sehingga pemanfaatan inovasi teknologi oleh startup dapat dimanfaatkan secara meluas dan tidak memusat pada titik-titik tertentu. Dengan begitu, inovasi teknologi tersebut dapat menyasar berbagai kalangan dan kawasan sehingga dapat membantu terdorongnya kemandirian ekonomi bangsa.

Pembahasan terkait startup dan kemandirian ekonomi ini juga akan menjadi pembahasan dalam seri pertama dari tiga rangkaian webinar Startup Untuk Negeri yang diadakan oleh AWS bekerja sama dengan DailySocial. Dengan mengusung tema “Bagaimana Inovasi Startup Dapat Mendorong Kemandirian Ekonomi Indonesia”, seri pertama ini akan membahas bagaimana startup dapat berperan dalam mendorong kemandirian ekonomi Indonesia lewat inovasi teknologi yang dihadirkan lewat produk dan layanannya. Selain itu akan webinar ini juga akan membahas pula peluang-peluang apa yang dapat dimanfaatkan startup lokal guna mendorong kemajuan ekonomi Indonesia di masa depan.

Seri pertama ini juga turut mendatangkan Peter Shearer (Founder Wahyoo) dan juga Mehr Vaswani (Amazon Web Services) sebagai pembicara. Melalui webinar ini, para peserta diharapkan dapat memiliki pemahaman lebih lanjut terkait potensi startup dan inovasinya untuk memajukan negeri. Segera daftarkan diri Anda dalam webinar tersebut melalui link berikut ini.

Disclosure: artikel ini merupakan bagian dari publikasi acara webinar AWS #StartupUntukNegeri

Mengatasi Tantangan dalam Migrasi Cloud bagi Perusahaan

Pemanfaatan komputasi awan (cloud computing) semakin diminati oleh perusahaan dalam menjalankan operasional bisnisnya. Melalui pemanfaatan cloud, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi operasional, manajemen data yang lebih optimal, dan penghematan anggaran. Adaptasi digital yang dilakukan melalui penggunaan cloud juga membuat perusahaan dapat membuka ruang untuk inovasi baru melalui bantuan teknologi. Untuk itu, migrasi menuju pemanfaatan cloud dapat menjadi salah satu cara perusahaan dalam mengembangkan bisnisnya di era digital ini.

Akan tetapi, proses migrasi tersebut tidaklah mudah. Banyak hal yang harus dipersiapkan perusahaan sebelum melakukan migrasi ke cloud. Mulai dari penyusunan strategi yang tepat hingga kebutuhan terhadap sumber daya manusia yang mumpuni. Untuk memahami lebih lanjut, berikut kami hadirkan hal-hal yang harus dicermati dalam persiapan migrasi cloud bagi perusahaan.

Menyiapkan Strategi Migrasi

Hal yang harus dilakukan pada tahap awal dalam proses migrasi operasional perusahaan Anda adalah menyusun strategi untuk keseluruhan rangkaian migrasi. Langsung melakukan migrasi operasional secara besar-besaran dalam satu waktu mungkin bukanlah hal yang bijak. Selain itu, proses adaptasi sistem kerja yang membutuhkan waktu juga harus dipertimbangkan. Anda juga dapat membagi proses migrasi ini ke dalam beberapa tahap sehingga tiap tahap dapat dievaluasi pelaksanaannya.

Di tahap awal ini, Anda mungkin dapat terlebih dahulu mencari tahu fitur-fitur cloud apa yang akan dimanfaatkan perusahaan, serta data apa saja yang akan perlu diintegrasikan dengan sistem cloud. Setelah itu, Anda dapat mulai melakukan pencarian penyedia layanan cloud yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan, pelatihan karyawan, dan penentuan lama migrasi hingga sistem dapat dimanfaatkan sepenuhnya.

Atur Anggaran dan Kebutuhan Lainnya

Pemanfaatan cloud yang tepat akan memberikan efisiensi anggaran operasional saat telah dioptimalkan. Akan tetapi, proses migrasi ke sistem tersebut memerlukan strategi yang cermat agar dapat mencapai penghematan biaya yang diinginkan. Setelah melakukan penyusunan strategi, Anda dapat mengatur anggaran untuk menyesuaikan pelaksanaan strategi migrasi tersebut. Banyak hal yang dapat mempengaruhi besaran anggaran yang dibutuhkan. Mulai dari perencanaan arsitektur teknis, besarnya data yang dipindahkan, kegiatan operasional pemindahan, hingga biaya pelatihan karyawan yang dibutuhkan adaptasi sistem baru tersebut.

Kegiatan pelatihan karyawan penting untuk dilakukan dalam mengenalkan teknologi baru yang diadopsi perusahaan dalam kegiatan operasionalnya. Pelatihan yang dilakukan secara bertahap akan membuat karyawan yang akan menggunakan sistem cloud secara langsung akan lebih mudah memahami operasional sistem baru tersebut. Selain itu, melalui pelatihan tersebut karyawan dapat lebih mengerti tata kelola data baru, sehingga pekerjaan akan lebih efektif dari awal pemanfaatan cloud.

Mulai dengan Migrasi ke Hybrid Cloud

Ada banyak cara bila perusahaan Anda ingin melakukan migrasi pengolahan data menggunakan sistem cloud, salah satunya adalah bertahap dengan menggunakan sistem hybrid cloud terlebih dahulu. Cara ini cukup bermanfaat apabila saat penyusunan strategi sebelumnya, Anda melihat belum semua aspek olah data perusahaan membutuhkan komputasi awan. Hal ini juga dapat membantu Anda untuk melakukan penghematan biaya dalam proses migrasi cloud.

Melalui pemanfaatan hybrid cloud, perusahaan dapat menciptakan kombinasi proses olah data melalui cloud dengan olah data on-premises secara langsung di dalam server atau data center perusahaan. Proses tersebut juga dilakukan secara terintegrasi sehingga manfaat cloud tersebut juga tetap dapat dirasakan meski melakukan olah data lokal. Hal ini juga bermanfaat untuk menjaga keamanan data penting dan sensitif karena dapat disimpan dan diproses langsung di server internal perusahaan. Hal ini juga dapat bermanfaat untuk mengatasi kebijakan yang mengharuskan perusahaan melakukan pengolahan data secara lokal di negara-negara tertentu. Pemrosesan data secara lokal juga membantu perusahaan menciptakan low latency sehingga data dapat diproses mendekati real-time.

Pilihan strategi migrasi cloud melalui proses olah data secara hybrid tersebut juga dapat meningkatkan efisiensi operasional perusahaan, dengan tetap dapat memanfaatkan fitur-fitur cloud yang dibutuhkan. Salah satu produk yang dapat menyediakan layanan pemrosesan data secara hybrid yang saling terintegrasi adalah AWS Outposts. Dengan penggunaan layanan hybrid cloud yang tepat, perusahaan Anda dapat mengatasi tantangan-tantangan dalam melakukan proses migrasi ke sistem cloud secara bertahap dan lebih efisien.

Disclosure: Artikel ini adalah konten bersponsor yang didukung oleh AWS Outposts

Bisnis Pusat Data: Karena Semua Bisa Buat Awan

Pusat data punya peran esensial buat perusahaan, khususnya yang bergerak di teknologi. Karena Indonesia digadang-gadang sebagai negara ekonomi digital terpesat di Asia Tenggara, hal ini membuat perusahaan teknologi global ramai-ramai mengucurkan investasi untuk mendirikan bisnis pusat data.

Nominal dana yang mereka keluarkan tak tanggung-tanggung besarnya. Kabar teranyar datang dari Microsoft kabarnya siap menggelontorkan dana hingga $1 miliar untuk membangun data center. Kompetitornya, Amazon menyiapkan $2,5 miliar (membangun tiga pusat data akan beroperasi awal 2022) dan Google dalam waktu dekat akan merilis pusat di Indonesia, setelah diumumkan pada 2018.

Alibaba Cloud sudah lebih dahulu mendirikan pusat data pada 2018, delapan bulan kemudian merilis lokasi keduanya.

Kenapa mereka semua gencar bangun pusat data di Indonesia? Jawabannya secara praktis untuk memenuhi kebutuhan bisnis. Dari sisi regulasi, Indonesia dianggap lebih longgar dan terbuka untuk inovasi yang datang dari luar.

Dari sisi teknologi pun, pengalaman pengguna akan jauh lebih baik karena latensi rendah, biaya jauh lebih rumah, ada jaminan compliance dan keamanan, compute dan fitur prosesor, dan sebagai alternatif pemulihan bencana (disaster recovery). Semakin dekat mereka dengan pelanggan, maka akan semakin baik pelayanannya untuk kebutuhan aftersales.

Perusahaan pun dapat membawa variasi produk lainnya ke negara tersebut untuk menyesuaikan dengan permintaan di pasar. Sebab bila ditelaah lebih jauh, bisnis pusat data semakin beragam. Dalam komputasi awan, ada beberapa jenis penyimpanan data dari publik, privat dan hybrid. Masing-masing punya membutuhkan karakter dan risiko yang berbeda.

Kemudian, ada yang memfokuskan untuk cloud business process services (BPaaS), cloud application infrastructure services (PaaS), cloud application services (SaaS), cloud management and security services, dan cloud system infrastructure services (Iaas).

Tak hanya itu, layanan tersebut kini dibekali teknologi tertentu sebagai fitur untuk menyesuaikan kebutuhan perusahaan. Misalnya AI, analitik, IoT, dan edge computing. Seluruh inovasi ini, rata-rata sudah dikembangkan oleh pemain global agar dapat melayani seluruh segmen.

Secara strategis, ketiga perusahaan asal Amerika Serikat ini saling berkompetisi satu sama lain. Menurut laporan Catalys, seluruh perusahaan di seluruh dunia mengelontorkan dana $107 miliar untuk membangun infrastruktur komputasi awan pada 2019, naik 37% dari tahun lalu.

Menariknya, hampir sepertiga dari porsi ini dikuasai AWS sebagai pemimpin pasar komputasi awan dengan pangsa pasar 32,3% dari seluruh total belanja yang telah mereka keluarkan. Posisi kedua ditempati Microsoft Azure dengan pangsa pasar 16,8%, disusul Google Cloud 5,8%, Alibaba Cloud 4,9%, dan lainnya 40%.

Lainnya ini terdiri atas IBM, VMware, Hewlett Packard Enterprise, Cisco, Salesforce, Oracle, SAP, dan pemain lokal dari seluruh negara.

Sumber : Catalys
Sumber : Catalys

Karpet merah untuk pemain asing

Saat memimpin rapat terbatas tentang pusat data di Kantor Presiden pada Jumat (28/2), Presiden menyebut pusat data yang fokus dikembangkan di Indonesia akan mendatangkan banyak manfaat bagi perusahaan startup lokal yang saat ini masih banyak menggunakan pusat data di luar negeri.

Presiden tidak ingin Indonesia hanya menjadi pasar dan penonton bagi industri tersebut. Investasi pembangunan pusat data, menurutnya, harus memberikan nilai tambah dan transfer pengetahuan bagi Indonesia.

“Siapkan regulasinya termasuk yang mengatur soal investasi data center yang ingin masuk ke Indonesia. Kita juga harus memastikan investasi data center di Indonesia memberikan nilai tambah baik dalam pelatihan digital talent, pengembangan pusat riset, kerja sama dengan pemain nasional maupun sharing pengetahuan dan teknologi,” ucapnya.

Tim Microsoft bersama Bank Mandiri sebagai mitra perusahaan / Microsoft
Tim Microsoft bersama Bank Mandiri sebagai mitra perusahaan / Microsoft

Pernyataan Presiden keluar setelah pertemuannya dengan CEO Microsoft Satya Nadella yang datang ke Indonesia saat pagelaran Indonesia Digital Summit 2020. Presiden berjanji dalam waktu seminggu untuk merumuskan regulasi sederhana yang mendukung investasi berkaitan dengan data center.

Dalam seminggu lebih, meski di luar target, Menteri Kominfo Johnny G. Plate menerbitkan Rancangan Peraturan Menteri Kominfo (RPM) tentang Tata Kelola Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) Lingkup Privat telah selesai dan siap diserahkan ke Menteri Koordinator Politik Hukum dan HAM untuk proses penyusunan perundangan selanjutnya.

Aturan ini akan menjadi acuan bagi investor di bidang data dan komputasi awan. Seluruh isinya mengatur lebih teknis dari PP 71/2019 tentang Penyelenggara Sistem dan Transaksi Elektronik (PSTE). Dalam RPM, mengatur teknis hak dan kewajiban, mekanisme dan tata cara perizinaan, tugas, kewajiban, hak, termasuk sanksi.

Sebagai catatan, PP tersebut merupakan hasil revisi dari PP 82/2012. Salah satu pasal yang disebutkan adalah PSTE privat boleh melakukan pengelolaan, pemrosesan, dan/atau penyimpanan sistem elektronik dan data di luar negeri. Pasal kontroversial ini dianggap mencoreng semangat kedaulatan data.

“Data di sektor publik itu hanya 10 persen, berarti 90 persen data kita ada di sektor privat. Ini berarti 90 persen data kita lari ke luar Indonesia. Kalau sudah begitu bagaimana bisa melindungi dan menegakkan kedaulatan data kita ketika datanya di luar yurisdiksi,” terang Ketua Asosiasi Cloud Computing Indonesia (ACCI) Alex Budiyanto.

Penolakan keras pemain lokal

Alex juga mempertanyakan kemudahan yang diberikan pemerintah untuk Microsoft dan kawan-kawan perusahaan asing, apakah karena Indonesia telah menjadi negara kapitalis.

“Kami cukup terkejut begitu mudahnya Presiden RI mengakomodasi permintaan dari Microsoft bahkan menjanjikan kurang dari seminggu regulasi yang diminta akan selesai. Kami belum pernah melihat dukungan yang sama diberikan kepada pemain lokal,” ujarnya dikutip dari CNNIndonesia.

Alex berharap seharusnya Jokowi bisa terlebih dahulu memikirkan nasib pemain di bisnis pusat data dan komputasi awan Indonesia. Seharusnya, Presiden membuat sebuah regulasi yang membuat kondisi lapangan usaha yang adil (a level playing field).

“Jangan sampai dengan hadirnya global player di Indonesia justru membuat ‘anak sendiri’ mati.”

Dalam draf RPM PSE Lingkup Privat, mendefinisikan Penyelenggara Sistem Elektronnik Lingkup Privat adalah penyelenggara Sistem Elektronik oleh orang, badan usaha, dan masyarakat.

Pendaftarannya harus memenuhi kriteria tertentu, salah satunya diatur/diawasi oleh Kementerian atau lembaga berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan; punya portal, situs, atau aplikasi dalam jaringan internet yang digunakan untuk menyediakan, mengelola, mengoperasikan perdagangan barang dan/atau jasa, dan fungsi lainnya.

alibaba cloud
Alibaba Cloud lancarkan kegiatan khusus untuk startup Indonesia / Alibaba Cloud

Pengajuan pendaftaran PSE Lingkup Privat dilakukan melalui Online Single Submission (OSS). Ketentuan ini juga berlaku buat PSE asing yang melakukan usaha dan/atau kegiatan di Indonesia.

Menurut draf, mereka hanya perlu menyampaikan informasi soal identitas PSE Lingkup Privat Asing, identitas pimpinan perusahaan dan/atau identitas penanggung jawab, dan surat keterangan domisili dan/atau akta pendirian perusahaan. Syarat legalnya cukup diterjemahkan dari penerjemah bersertifikat.

Draf juga tidak menyinggung pasal soal kewajiban membayar pajak untuk PSE asing sesuai dengan aturan berbisnis di Indonesia, ataupun kewajiban mencatatkan dan melaporkan pendapatan yang mereka peroleh dari Indonesia.

Dengan kata lain, isi draf ini sangat sederhana seperti yang disampaikan oleh Menteri Kominfo Johnny G Plate. Pada saat itu ia menyampaikan, Permen akan dibuat sesederhana mungkin untuk muluskan investasi perusahaan teknologi global yang ingin membangun pusat data di Indonesia.

Kendati demikian, pihak Kemenkominfo membuka konsultasi publik untuk meminta tanggapan dan masukan untuk penyempurnaan naskah hingga 26 Maret 2020.

Pada akhirnya berkolaborasi

DailySocial meminta tanggapan dari pemain sejenis dalam negeri untuk meminta tanggapannya terkait beleid ini. CEO Biznet Gio Cloud Dondy Bappedyanto enggan secara gamblang memberikan pandangannya.

Ia justru menilai dari kacamata bisnis, kehadiran pemain regional seperti Amazon, Google, dan Microsoft adalah peluang buat kolaborasi karena pasar pusat data dan komputasi awan ini punya model bisnis hyperscale.

Hyperscale mengacu pada sistem atau bisnis yang jauh melebih pesaing. Bisnis ini dikenal sebagai mekanisme pengiriman di balik sebagian besar web yang didukung cloud, yang merupakan 68% dari pasar layanan infrastruktur.

Layanan ini mencakup banyak layanan cloud yang hosted dan privat, ada IaaS dan PaaS. Mereka mengoperasikan pusat data besar, dengan masing-masing menjalankan ratusan ribu server hyperscale.

“Karena market hyperscaler dan kita itu sebenarnya beririsan. Ada yang punya irisan sendiri ada yang sharing irisan,” ujar Dondy.

Sejak tahun ini, Biznet Gio menggaet kemitraan dengan AWS dan Google Cloud. Ia mengaku hasil yang bisa diperoleh sejauh ini terbilang lumayan untuk layanan baru. “Sebenarnya lebih ke arah ekspansi market daripada survive. [Kalau] dapat market baru kenapa enggak kita berpartner saja.”

Ia melanjutkan, dengan mengambil posisi ini, Biznet Gio adalah sebagai komplementer. Bukan sebagai penantang langsung karena ia sadar ada perbedaan skala bisnis yang jauh. Sehingga dengan kemitraan, perusahaan bisa menggali lebih dalam solusi yang dibutuhkan pengguna cloud sehingga bisa memberikan solusi tepat guna.

Strategi lainnya adalah meningkatkan pelayanan agar pengguna tetap nyaman untuk memakai layanan Biznet Gio. “Penggunaan cloud pada awalnya ditujukan untuk efisiensi, bisa menjadi pemborosan bila cara menggunakannya tidak tepat. Jebakan ‘bayar jam-jam-an’ kadang menimbulkan nafsu untuk memakai teknologi atau konfigurasi yang sebenarnya tidak amat dibutuhkan.”

“Di sini, kami akan bertidak sebagai konsultan penggunaan cloud yang tepat guna untuk pelanggan, dari pengalaman yang sehari-hari kami hadapi,” pungkasnya.

AWS Investasikan 35 Triliun Rupiah untuk Pembangunan “Data Center” di Indonesia

Sepanjang tahun ini Amazon Web Service (AWS) dikabarkan akan merealisasikan pembangunan data center mereka di Indonesia. Kabar terbaru yang disampaikan Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian Harjanto menyebutkan mereka menggelontorkan dana sebesar $2,5 miliar atau setara Rp35 triliun untuk pembangunan data center di tiga lokasi yang belum dijelaskan letaknya.

Seperti dikutip dari Bisnis, Harjanto mengatakan,”Amazon sudah merealisasikannya. Nilainya $2,5 milar.”

Direktur Industri Elektronika dan Telematika Kemenperin Janu Suryanto menyampaikan bahwa Amazon sudah bertemu dengan pihaknya. Disebutkan data center itu akan dibangun di tiga lokasi di dua daerah dengan luas wilayah masing-masing mencapai 20 hektar.

“Ini tentu sangat baik untuk iklim investasi Indonesia. Ini membuktikan bahwa kondisi Indonesia, tidak jelek,” ujar Janu.

Pembangunan data center di dalam negeri memang tengah menjadi perhatian pemerintah. Para penyedia layanan seperti Google dan Facebook pun didorong untuk membangun data center-nya di Indonesia.

Sebelumnya, dalam wawancara DailySocial dengan Country Leader AWS Indonesia Gunawan Susanto, pihak AWS memiliki komitmen untuk membangun data center di Indonesia dan ditargetkan bakal rampung pada tahun 2021 atau awal tahun 2022 mendatang. Pembangunan data center di dalam negeri diharapkan bisa menepis keraguan banyak bisnis yang ragu menggunakan layanan public cloud.

“Prinsipnya kami selalu berdialog untuk comply semua peraturan di tiap negara. Jadi kami akan selalu membantu customer kami untuk comply mengenai apa pun regulasi yang berlaku di setiap negara. Toh dengan nanti AWS punya data center di Indonesia, harusnya bisa mempermudah customercustomer, terutama di Industri yang regulasinya ketat,” jelas Gunawan.