Jurnal.id Luncurkan Platform Cash Link

Jurnal.id sebagai startup lokal yang menawarkan layanan perangkat lunak akuntansi berbasis komputasi awan, dalam waktu dekat berencana mengeluarkan fitur baru berupa perhitungan dan pembayaran pajak secara online. Kepada media CEO Jurnal.id Daniel Witono mengungkapkan rencana tersebut saat peluncuran fitur Cash Link di Jakarta (04/10).

“Saat ini kami sedang mempersiapkan pilihan tersebut kepada bisnis untuk memudahkan proses perhitungan dan pembayaran pajak. Timeline pastinya belum bisa kami tentukan namun kemungkinan besar adalah tahun depan.”

Saat ini Jurnal.id mengklaim telah berhasil mencatat transaksi lebih dari $1 miliar bagi para penggunanya dan menghubungkan puluhan ribu pengguna yang tersebar di seluruh Indonesia dengan ratusan mitra akuntan profesional. Para mitra tersebut bertindak membantu dalam hal pembuatan invoice/faktur, pengecekan inventori, perpajakan, pembayaran hingga pembuatan laporan keuangan perusahaan secara real time di mana pun dan kapan pun.

Peluncuran platform Cash Link

Dalam kesempatan tersebut turut hadir COO Jurnal.id Anthony Kosasih yang mengumumkan peluncuran platform Cash Link kepada pengguna Jurnal.id dari kalangan bisnis hingga individu, yang ingin memiliki laporan keuangan. Menggandeng Bank CIMB Niaga, semua pengguna Jurnal.id dan nasabah CIMB Niaga, bisa mendapatkan laporan keuangan secara otomatis dengan fitur Direct Feeds, yang merupakan produk dari Cash Link.

“Melalui platform Cash Link dari Jurnal.id, nantinya kalangan bisnis UMKM yang masih kesulitan untuk membuat laporan keuangan yang teratur dan transparan, bisa memanfaatkan fitur Direct Feeds ini di Jurnal.id,” kata Anthony.

Pembukuan data transaksi dari rekening CIMB Niaga dapat langsung dilakukan oleh Jurnal.id secara berkala. Sistem integrasi ini mewajibkan nasabah CIMB Niaga untuk mengisi dokumen surat kuasa sebagai izin resmi agar Jurnal.id dapat mengakses bank feeds tersebut sesudah melewati proses pengaktifan dari pihak Jurnal.id dan CIMB Niaga.

Selanjutnya pengguna Jurnal.id yang memiliki rekening CIMB Niaga dapat menikmati kemudahan yang sudah diatur secara sistem untuk membukukan transaksi keuangannya yang tercatat di rekening koran ke dalam aplikasi Jurnal secara otomatis dan aman.

“Saat ini kerja sama untuk fitur terbaru ini secara eksklusif baru dilakukan dengan bank CIMB Niaga, namun ke depannya tidak menutup kemungkinan akan dilakukan pula kerja sama dengan bank-bank lainnya,” kata Anthony.

Sementara itu menurut Deputy Chief of Transaction Banking CIMB Niaga Andrew Suhandinata, kerja sama ini merupakan tahap awal. Selanjutnya akan dikembangkan pula fitur-fitur menarik lainnya untuk nasabah bank CIMB Niaga dan pengguna Jurnal.id seperti bayar pajak online dan lainnya.

Platform Cash Link ini secara gratis bisa digunakan oleh pengguna Jurnal.id dan nasabah CIMB Niaga yang ingin memiliki laporan keuangan lengkap secara otomatis.

Application Information Will Show Up Here

BRI Tunjuk Indra Utoyo sebagai Direksi, Kuatkan Unsur Fintech di Tubuh Perusahaan

Direktur Innovation & Strategic Portofolio PT Telkom Indonesia Tbk (Telkom) Indra Utoyo resmi terpilih menjadi direksi di PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) menggantikan Zulhelfi Abidin‎. Pemilihan pejabat Telkom tersebut tak lain untuk memperkuat bisnis digital BRI. Dalam pernyataannya, Wakil Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan bahwa kini perusahaan memahami betul urgensi untuk masuk ke ranah fintech, termasuk melakukan transformasi digital menyesuaikan laju kebutuhan konsumen modern.

Sebelumnya sempat mencuat salah satu target pengembangan bisnis BRI. Menganggarkan Rp2 triliun, selain untuk menguatkan sektor dan komponen perbankan itu sendiri, BRI berencana mendirikan sub-bisnis berupa modal ventura untuk melanjutkan keterlibatannya dalam mendorong bisnis UMKM di Indonesia. BRI juga tengah membidik perusahaan ventura untuk merelaisasikan tujuan tersebut.

Terkait dengan tantangan fintech, direktur BRI saat ini Asmawi Syam sempat menjelaskan strateginya, yakni dengan membangun sistem digital banking. BRI sadar betul bahwa sasaran fintech merupakan generasi muda, kalangan paling konsumtif yang terus menggerus angka mayoritas transaksi keuangan.

“Tantangan perbankan ke depan ini akan lebih berat lagi. Kita akan berhadapan dengan fintech. Kita harus berpikir sebaik mungkin,” terang Asmawi.

Berbicara soal pengalaman, bersama Telkom, Indra Utoyo dikenal sebagai sosok penggiat ekonomi kreatif digital. Beberapa program pembinaan startup dipimpin langsung dalam kendalinya, termasuk program Indigo Creative Nation yang terus bergulir menyasar startup terbaik di Indonesia hingga saat ini. Selain duduk di kursi direktur Telkom, Indra Utoyo juga menjabat sebagai Ketua Umum Masyarakat Industri Kreatif Teknologi Informasi & Komunikasi Indonesia (MIKTI).

Kiprah Indra Utoyo mungkin dinilai akan mampu bersinergi dengan tuntutan bank BRI go digital dalam lanskap fintech nasional, sekaligus memaksimalkan sistem permodalan yang ditargetkan akan siap saji di tahun ini (modal ventura BRI). Terlebih beberapa waktu belakangan, upaya peluncuran satelit juga digaungkan menjadi salah satu landasan layanan teknologi yang akan dimaksimalkan oleh BRI.

Pentingnya Perbankan Memanfaatkan Data Pelanggannya

Tuntutan untuk lebih mengenali dan mendalami penggunanya berlaku untuk semua industri, tak terkecuali perbankan. Ada banyak alasan mengapa perbankan harus segera menerapkan teknologi big data, salah satunya untuk meningkat konversi dan menjaga loyalitas pengguna dengan mengenali apa yang pelanggan mereka inginkan.

Setiap bank dapat dipastikan memiliki jutaan rincian data dari pelanggannya. Dengan big data dan analisis data tersebut bisa menjadi modal yang bagus untuk bank terus berinovasi. Data transaksi misalnya, bank tentu memiliki data transaksi seperit penggunaan kartu kredit, mobile banking, atau internet banking lengkap dengan di merchant mana pelanggan bisa menggunakannya. Dengan data-data tersebut bank bisa memilah dan memilih penawaran mana yang sekiranya cocok dan sesuai dengan kebiasaan pengguna. Tentu hal ini sebuah peningkatan pengalaman bagi pengguna, mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Big data + analisis = peluang besar.

Namun sayangnya tidak sedikit ditemukan bank tidak bisa segera menerapkan teknologi big data. Ada berbagai macam masalah. Seperti hal teknis pada sukarnya melakukan ekstrak terhadap data di sistem lama. Atau masih sulitnya menemukan orang-orang yang ahli untuk melakukan analisis data-data tersebut.

Atau mungkin permasalahan non teknis seperti kurangnya ketertarikan top manajemen perihal penerapan teknologi big data. Yang terakhir ini biasanya bisa dipecahkan dengan melakukan pendekatan-pendekatan yang berbeda dari sebelumnya.

Data umumnya dipisahkan menjadi dua, data terstruktur dan data tidak terstruktur. Data terstruktur biasanya berupa data yang muda dikelola seperti data yang sering kali dimasukkan dalam komputer seperti formulir isian umur, jenis kelamin, alamat, dan data deskripsi lainnya yang terstruktur. Data yang tidak terstruktur, di sisi lain, adalah data dengan format tidak tentu dan biasanya lebih sulit untuk dianalisis. Data tak terstruktur biasanya menyumbang 90% data total data keseluruhan. Data ini biasanya meliputi reaksi atau komentar yang ditulis di laman blog, email, media sosial dan lainnya.

Statistik Data / Bigdata-madesimple
Statistik Data / Bigdata-madesimple

Konversi data yang tidak terstruktur inilah menjadi yang paling penting. Hal ini bisa dilakukan dengan memanfaatkan teknologi baru seperti natural language processing, text Mining, atau teknologi sejenis lainnya. Yang dibutuhkan adalah algoritma untuk mengenali tiap kata dalam tulisan dan menyimpulkannya menjadi sesuatu, apakah itu kritik, pujian atau lainnya.

Tidak mudah dan berisiko memang tapi saat ini memaksimalkan data adalah hal yang menentukan. Melakukan perubahan dengan mengkonsumsi data atau kehilangan pelanggan. Terlebih startup fintech juga lebih gesit dalam penerapan teknologi.


Disclosure: DailySocial bekerja sama dengan Bigdata-madesimple.com untuk seri penulisan artikel tentang big data.

Bank Commonwealth Indonesia Hadirkan Saluran Internet dan Mobile dengan Solusi Terpadu Oracle

Oracle FLEXCUBE mulai diterapkan di Bank Commonwealth Indonesia / Shutterstock

Di berbagai sektor, saluran modern via internet dan mobile menjadi salah satu penghubung kuat bisnis dengan pelanggan, begitupun di sektor pelanggan. Bank Commonwealth Indonesia sebagai salah satu perbankan yang memiliki visi menggarap sektor UKM dan ritel pun meyadarinya. Inisiasi modernisasi layanan perbankan dilakuakn dengan menerapkan serangkaian solusi terpadu siap pakai dari Oracle, meliputi Oracle FLEXCUBE Universal Banking, Oracle FLEXCUBE Investor Servicing, dan Oracle FLEXCUBE Direct Banking. Continue reading Bank Commonwealth Indonesia Hadirkan Saluran Internet dan Mobile dengan Solusi Terpadu Oracle

BNI Reveals Mobile Credit Card Reader for iOS

Bank Negara Indonesia (BNI) at its 67th anniversary celebration on Friday, much to our surprise, launched a new kind of mobile EDC (electronic data capture) for credit card payments, which can be used with an iOS device. The m-POS, as it is called, allows merchants to use iOS devices as point of sale terminals as an alternative to the more traditional EDC devices.

Continue reading BNI Reveals Mobile Credit Card Reader for iOS

Bank Mandiri Meluncurkan e-money Berbentuk Gelang

Biasanya, alat pembayaran elektronik yang akrab di masyarakat merupakan bentuk kartu yang berbahan plastik dengan model yang itu-itu saja, namun kini pembayaran elektronik yang menggunakan teknologi e-money tersebut hadir dalam bentuk gelang. Ya, Bank Mandiri baru saja meluncurkan uang elektronik yang dapat dikenakan di pergelangan tangan alias gelang.

(null)

Regional Bank BRI to Officially Launch Electronic Payment System

On Thursday Bank Rakyat Indonesia (BRI) will announce an expanded network of merchants who have joined its electronic payment solution, dubbed BRI e-pay. According to the information we received, BRI e-pay was actually introduced last December as part of the bank’s move to embrace electronic commerce and remain competitive. BRI has been known primarily as the people’s bank which had always been aimed at the regional markets beyond major cities.

Continue reading Regional Bank BRI to Officially Launch Electronic Payment System

Rekening Ponsel, Layanan e-Money Ala CIMB Niaga

Besarnya jumlah pelanggan selular di Indonesia masih menjadi magnet bagi industri perbankan untuk menggelar layanan baru. Setelah SMS banking dan aplikasi mobile banking, kini layanan perbankan bergerak ke solusi mobile money. Pada akhir Februari yang lalu, Permata Bank dan BlackBerry menggelar layanan e-money dengan memanfaatkan BBM. Beberapa tahun sebelumnya, Telkomsel, Indosat, dan XL sudah menggelar layanan e-money dengan memanfaatkan nomor ponsel sebagai rekening. Dan yang masih hangat adalah pekan lalu CIMB Niaga merilis layanan serupa dengan label Rekening Ponsel. Kelebihan yang ditawarkan, melalui rekening ponsel ini nasabah maupun masyarakat yang belum memiliki rekening bank bisa melakukan transfer dana gratis ke seluruh nomor ponsel di Indonesia, membeli pulsa ponsel berbayar, pembayaran tagihan, bahkan menarik tunai tanpa menggunakan kartu ATM.

(null)

3 Facebook Page Bank Indonesia Paling Populer

Penasaran ingin tahu siapa Facebook Page kategori perbankan yang paling populer di Indonesia? Hari Jumat kemarin SalingSilang mengumumkan Facebook Page kategori perbankan Indonesia paling populer yang didasarkan atas Direktori Facebook Pages milik SalingSilang.

Continue reading 3 Facebook Page Bank Indonesia Paling Populer

Bank Readiness Index in Indonesia is the Lowest in 4 ASEAN Countries

A research by Celent in the name of SunGard, a software and global technology service company, shows that Bank Readiness Index (BRI) for Indonesia is inferior to other 3 Southeast Asia countries: Malaysia, Philippines and Thailand. BRI is used to measure bank readiness level in fulfilling customer’s need.

In the research which was done on March-April 2012, Indonesia got 231 points of 1000. The number is below Malaysia (285), Philippines (236) and Thailand (263). The research also involved 4 countries in the Middle East: Kuwait (305), Qatar (340), Saudi Arabia (248) and Uni Emirate Arab (245). From those results, this research generally concluded that banks in third world countries are still having difficulties to fulfill their customer’s needs, especially in the social media and mobility.

Of the 1.073 customer in the 8 countries surveyed, most of them are active online facility and mobile device users. But unfortunately, only 34% of banks in Southeast Asia and 17% of banks in the Middle East own banking service app for tablet while the mobile banking service they offer is still very basic.

Continue reading Bank Readiness Index in Indonesia is the Lowest in 4 ASEAN Countries