[Review] Xenom All-New Hercules HC15S, Jawara Notebook Gaming Lokal

Xenom mewakilkan Indonesia di tengah kencangnya serbuan brand gaming notebook asal Taiwan di pasar lokal. Mereka mencoba mencuri hati konsumen dengan dua aspek yang sulit ditandingi kompetitor luar negeri: keleluasaan kustomisasi hardware, dan tentu saja harga yang masuk akal. Xenom menyediakan lima kategori produk, dan Hercules merupakan tipe paling high-end.

Kemampuan All-New Hercules alias HC15S telah dipamerkan sendiri oleh GM Xenom Rolly Edward di momen pengungkapannya. Di sana, varian baru Hercules dengan mudah menyikat Assassin’s Creed Unity di setting grafis paling tinggi. Anda perlu tahu, Unity ialah contoh game yang tidak dioptimalkan untuk PC. Karena performa Hercules tak jauh dari PC desktop biasa, Xenom tak ragu menyebutnya sebagai ‘desktop PC masa depan‘.

Kurang lebih 10 bulan dari momen itu, akhirnya saya diberikan kesempatan buat menjajalnya secara personal. Dari hasil uji coba selama beberapa minggu, ia memang bukanlah device sempurna – ada kekurangan di sana-sini. Tetapi saya tidak ragu mengatakan bahwa Hercules merupakan produk ideal, dinilai dari konsep dan alasan utama ia dirancang.

Dan di ulasan ini, saya akan menjabarkan alasan mengapa HC15S sanggup menyaingi brand-brand global terkenal.

Design & build quality

Kesederhanaan adalah daya tarik dari Xenom All-New Hercules, dan penampilannya jauh berbeda dari varian Hercules terdahulu. Tidak ada LED menyala di balik panel, hanya ada satu lightbar di sisi bawah-depan. Layer karet matte lembut melapisi lid dan area di sekitar keyboard. Bingkai display dan chassis plastik tampak serasi dengan setup ini, kemudian logo metalik Xenom diletakkan di belakang layar dan bawah display.

Review Xenom HC15S 44

Review Xenom HC15S 42

Dilihat dari belakang, dua heat sink dengan grille horisontal di kanan dan kiri menyerupai bagian supercar. Dan seandainya notebook gaming diibaratkan sebagai kendaraan perang, maka HC15S ialah pesawat siluman.

Review Xenom HC15S 45

Lampu LED juga mengisi backlight keyboard. Tidak ada tombol shortcut kapasitif atau bahkan macro fisik. Tombol power bisa langsung Anda temukan di atas, menyala hijau ketika HC15S aktif. Xenom menjaga produknya tetap simpel, namun saya sangat mengapresiasi penempatan layar sehingga ia tidak membuat Anda bungkuk. Desain ini membuat posisi panel sedikit lebih tinggi.

Review Xenom HC15S 35

Meski ada jarak cukup besar antara layar dan body, engsel mencengkeram dengan mantap. Gap tersebut dimanfaatkan Xenom untuk menempatkan set speaker Onkyo. Karena posisisnya bukan di belakang ataupun di bawah, audio jadi lebih terdengar lebih efektif.

Review Xenom HC15S 30

Penggunaan material logam pada laptop memang dapat memberikan kesan premium, namun build quality HC15S yang dari plastik tak boleh diremehkan. Tubuh All-New Hercules sangat kokoh, tidak ada bagian ‘lunak’ yang mudah menekuk. Saat saya tekan belakang display, LCD tidak terdistorsi. Karena mengedepankan konsep customizable, Anda cuma perlu membuka panel untuk mengakses hardware. Baterai 82Wh-nya juga removable.

Review Xenom HC15S 43

Review Xenom HC15S 41

Notebook 35 persen lebih tipis dibanding model terdahulu, dan berkat tubuh plastik, bobotnya lebih bersahabat dibanding kategori desktop replacement. Menurut saya, HC15S merupakan satu dari sedikit laptop gaming 15-inci ideal dalam penyuguhan faktor mobilitas, walaupun mungkin Anda akan sedikit keberatan jika harus membawanya tiap hari. All-New Hercules mempunyai dimensi 386x262x35,7mm dengan berat 3,4-kilogram sudah termasuk baterai.

Display

Jendala Anda dalam menikmati konten digital adalah sebuah layar IPS LED TrueDisplay 15,6-inci 1920×1080-pixel. Permukaan matte di sana mampu membungkam pantulan sinar yang tidak diinginkan, dan IPS memastikan viewing angle-nya luas – tetap jelas dilihat dari hampir semua sudut. Ia tajam, cerah, kaya warna, dan level saturasinya di atas rata-rata notebook gaming.

Review Xenom HC15S 36

Sedikit mengutak-atik display settings, saya menemukan bahwa Anda bisa memanfaatkan Dynamic Super Resolution di HC15S. Fitur tersebut me-render game di resolusi lebih tinggi (2715×1527), kemudian mengecilkannya kembali supaya sesuai dengan monitor. Alhasil, kita mendapatkan grafis berkualitas 4K di panel full-HD.

Review Xenom HC15S 27

Sayangnya ada masalah di display. Ketika layar menyala dalam keadaan gelap (misalnya saat peralihan sebelum loading screen), distribusi warna terlihat tidak merata. Warna lebih terang di zona-zona pinggir.

Review Xenom HC15S 32

Keyboard, touchpad & palm rest

Hercules menyajikan keyboard lengkap, tanpa ada pengecilan ukuran pada numpad. Meskipun Xenom tidak menggandeng tim spesialis periferal gaming, papan ketik ini terbilang fleksibel. Mengejutkannya, keyboard anti-ghosting itu terasa nyaman baik waktu digunakan buat bermain ataupun mengetik. Sebetulnya jarak antar tuts sangat berdekatan, tapi karena rongga gap sulit dijamah jari, peletakan tuts (huruf, angka dan kursor) 0,9×0,9mm-nya cocok di tangan saya.

Review Xenom HC15S 38

Review Xenom HC15S 25

Sisi kiri touchpad 6,2×10,65cm sejajar dengan sisi kiri tombol spasi. Posisinya memang timpang sebelah, menyisakan ruang palm rest yang lapang di area tangan kanan. Touchpad-nya multi-gesture dipadu fungsi scrolling. Teksur halusnya menjaga gerakan kursor mouse akurat, lalu kedua tombol juga empuk.

Review Xenom HC15S 37

Tatakan telapak tangan terasa lembut dan sedikit hangat (akan kita bahas lebih detail di gaming experience). Tapi saya sedikit cemas minyak dan keringat akan menggerus permukaan karet doff-nya.

Review Xenom HC15S 26

Connectivity

Dengan membeli All-New Hercules, Anda harus bersedia merangkul sistem distribusi digital. Notebook tidak mempunyai optical disk drive, kompensasinya adalah segi konektivitas yang luas: terdapat dua port USB 3.0, sebuah port USB 3.1 Thunderbolt 3.0, 6-in-1 card reader, eSATA dan LAN di kiri; headphone jack, microphone jack, line-in jack, S/PDIF output jack dan satu lagi USB 3.0 di kanan; serta satu port HDMI 1.4a dan sepasang DisplayPort 1.2.

Gaming experience

Selama pemakaian, All-New Hercules jarang sekali mengecewakan. Xenom sengaja meminimalisir overlay software sehingga tidak mengganggu gamer – sebuah janji anti-bloatware dari produsen. Sisi negatifnya, tanpa petunjuk tertulis, saya hampir tidak sadar kita bisa membuka app Flexikey via kombinasi tombol ‘Fn’ dan ‘/’.

Di sana Anda bisa mengkustomisasi macro, mengaktifkan fitur Statisitcs (merekam frekuensi tekanan pada tombol, serta mengatur warna dan pola cahaya backlight (breath, cycle, flash, tempo, dance, dan lain-lain) dan lightbar. Setup bisa disimpan terpisah di profile berbeda.

Review Xenom HC15S 24

Kendala-kendala ‘standar’ notebook gaming turut muncul di HC15S. Sewaktu digunakan di waktu lama di ruang terbuka tanpa AC, temperatur akan naik. Berdasarkan pemantauan saya, panas berpusat di wilayah keyboard ke atas, merambat ke palm rest. Namun temperatur tidak melewati batasan-batasan yang mengkhawatirkan.

Seperti laptop gaming lain, unit baterai (8-cell smart Lithium-Ion 82Wh) hanyalah komponen ‘wajib’. Anda direkomendasikan buat selalu menyambungkan HC15S ke sumber listrik agar permainan berjalan maksimal.

Review Xenom HC15S 28

Kehadiran sepasang speaker Onkyo 2-watt plus Sound Blaster X-Fi 5 ialah kejutan menyenangkan. Karena diarahkan ke wajah pengguna, output terdengar jelas dan lantang. Kekurangannya bisa ditebak: terletak pada bass yang kurang menendang. Jika Anda sangat kompetitif dan selalu ingin mendengar suara langkah lawan di game multiplayer, menggunakan headphone gaming tambahan sangat disarankan.

Review Xenom HC15S 34

Review Xenom HC15S 39

Oh satu lagi, saat bermain game, touchpad harus dimatikan. Seringkali gerakan tangan kiri teregistrasi sebagai input. Awalnya saya memaklumkan hal ini, hingga suatu ketika di Fallout 4 secara tidak sengaja saya menembakkan nuklir portable tepat di bawah kaki sendiri.

Hardware

Inilah spesifikasi dan susunan hardware berdasarkan Speccy dan PC Mark 8:

Review Xenom HC15S 03

Review Xenom HC15S 08

Gaming performance

Sebelum menganalisis video game, ada baiknya Anda melihat hasil benchmark All-New Hercules. Saya memakai software 3D Mark 8, Unigine Valley 1.0 dan Heaven 4.0.

Di bawah adalah setting yang saya gunakan dan hasil terbaik di Valley:

Review Xenom HC15S 04

Review Xenom HC15S 05

Dan ini nilai di Heaven:

Review Xenom HC15S 06

Review Xenom HC15S 07

Terakhir ialah skor di 3D Mark 8:

Review Xenom HC15S 09

Hasil di atas menunjukkan angka istimewa, tapi apa artinya teori tanpa praktek? Buat tes gaming, saya memanfaatkan empat permainan: Dragon’s Dogma Dark Arisen, The Witness, Rainbow Six: Siege dan Fallout 4, dibantu Fraps. Pembahasan saya mulai dari judul yang paling ‘ringan’ terlebih dahulu.

HC15S sama sekali tidak kesulitan menyikat Dragon’s Dogma Dark Arisen. Slider grafis saya tempatkan semuanya di sebelah kanan, kemudian saya tambahkan file modifikasi ENB Series supaya visualnya tampil lebih baik lagi. Walau demikian, frame rate tidak pernah bergeming dari 60. Semua efek tersuguh seperti yang diinginkan developer-nya, lalu perputaran siang dan malam tidak memengaruhi performa. Nikmati screenshot-nya di bawah:

Review Xenom HC15S 10

Review Xenom HC15S 11

Review Xenom HC15S 13

Review Xenom HC15S 12

Sejujurnya, Dragon’s Dogma merupakan game port berusia tiga tahun. Bagaimana kesanggupan All-New Hercules menghadapi paling baru? Saya beralih ke The Witness, dan game hanya ada tiga pilihan kualitas grafis. Lagi-lagi, di tingkat paling tinggi, The Witness selalu tersaji di 60 frame rate per detik.

Review Xenom HC15S 14

Review Xenom HC15S 15

Review Xenom HC15S 16

Rainbow Six Siege adalah wakil dari genre shooter kompetitif blockbuster, dan saya gunakan setting grafis default di resolusi 1080p. Baik di singleplayer ataupun multiplayer, Xenom HC15S mengangani Siege semulus sutra, di 60 fps – di luar ekspektasi saya sebelumnya.

Sedikit catatan: ada kendala ketika saya memasang resolusi 2715×1527 di Windows, menyebabkan cursor mouse tidak sinkron di dalam permainan. Mengembalikan resolusi ke full-HD menyelesaikan problem ini.

Review Xenom HC15S 17

Review Xenom HC15S 18

Review Xenom HC15S 19

Saya tidak menyia-nyiakan kesempatan peminjaman unit review HC15S, dan memakainya untuk menikmati Fallout 4 selama beberapa belas jam. Di tingkatan ultra 1080p (anti-aliasing TAA, anisotropic filtering 16-samples, depth of field bokeh, ambient occlusion SSAO, dan godrays high), angka 60 selalu muncul di pinggir layar, menunjukkan frame rate yang saya dapatkan. Ia baru bergeser ke 59 ketika kamera digerakkan, lalu kembali ke 60.

Review Xenom HC15S 20

Review Xenom HC15S 21

Review Xenom HC15S 22

Review Xenom HC15S 23

Satu hal yang sangat terasa di permainan open-world ini: loading screen berjalan singkat, jauh meninggalkan ROG G752VT.

Verdict

HC15S memang bukanlah notebook gaming paling cantik, paling canggih, ataupun menyodorkan inovasi baru; namun ia berhasil merepresentasikan visi Xenom, yaitu menawarkan produk paling ideal bagi gamer PC ‘nomaden’. Produsen menyingkirkan gimmick, dan fokus pada faktor terpenting dan tujuan utama laptop diciptakan: gaming.

Dari perspektif performa versus harga, ia merupakan salah satu notebook 15-inci terbaik. Uang yang Anda keluarkan benar-benar hanya dialokasikan ke hobi tersebut, dan pengguna tidak juga digerecoki oleh software-software tambahan. Dan jika kita tanya pada diri sendiri, pernak-pernik semisal warna-warni lampu LED sebenarnya tidak akan membuat kita bermain lebih baik.

Meski saya berkata demikian, tidak semata-mata All-New Hercules HC15S ialah produk yang murah. Xenom membanderolnya di kisaran Rp 40 jutaan, tergantung dari hardware pilihan Anda.

Review Xenom HC15S 33

Inilah 10 Smartphone Tercepat Tahun 2015 Menurut AnTuTu

Benchmark merupakan salah satu cara objektif untuk menilai performa sebuah perangkat. Dulunya dilakukan untuk menguji kecepatan prosesor maupun kartu grafis komputer, benchmark pun akhirnya juga merambah smartphone dalam beberapa tahun terakhir.

Salah satu benchmark software yang cukup populer adalah AnTuTu. Setiap tahunnya, tim AnTuTu pun juga menyiapkan laporan berisi daftar smartphone dengan performa tercepat yang dirilis di tahun itu juga. Akan tetapi ada yang berbeda dari laporan kuartal ke-4 tahun 2015 ini, yakni kehadiran iPhone sebagai salah satu yang masuk dalam daftar.

Ya, mulai versi 6.0, AnTuTu akhirnya juga tersedia untuk platform iOS, setelah sebelumnya hanya mengakomodasi para pengguna Android. Hal ini mungkin bakal mengobati rasa penasaran orang-orang yang selama ini bertanya-tanya bagaimana performa iPhone generasi terbaru ketika disandingkan dengan smartphone Android kelas flagship dalam benchmark yang objektif.

Smartphone tercepat 2015 versi AnTuTu

Cukup mengejutkan, ternyata iPhone 6S maupun 6S Plus berhasil menduduki posisi teratas dalam hasil benchmark AnTuTu. Seperti yang bisa Anda lihat dalam grafik di atas, skornya menembus angka 130 ribu, jauh di atas Huawei Mate 8 yang menduduki peringkat dua. Hal ini bakal semakin mengejutkan ketika mengetahui bahwa chip A9 yang tertanam di iPhone 6S hanya memiliki prosesor dual-core saja.

Di saat yang sama, ini merupakan pencapaian besar buat Huawei. Meski hanya menduduki peringkat kedua, Huawei berhasil membuktikan bahwa chipset Kirin 950 garapannya sendiri sangat mampu bersaing, dan bahkan mengalahkan model teratas Samsung Exynos ataupun Qualcomm Snapdragon. Seandainya AnTuTu masih Android-only, Huawei Mate 8-lah jawara benchmark tahun 2015.

Terlepas dari itu, benchmark memang hanyalah salah satu cara dalam menimbang performa suatu perangkat dan tidak bisa menjadi patokan utama penilaian. Pengujian di dunia nyata pun juga tidak kalah penting untuk dilakukan. Namun setidaknya kita bisa mengambil sedikit pelajaran dari laporan AnTuTu tahun ini: banyaknya jumlah core itu bukan segalanya.

Sumber: AnTuTu. Gambar header: iPhone 6S via Shutterstock.

[Review] Asus ZenFone Selfie ZD551KL

Meski istilah selfie baru dimahkotai Oxford English Dictionary sebagai Word of the Year di 2013 silam, sejarah mencatat bahwa kegiatan self-portrait telah dilakukan sejak 1800-an. Berabad-abad kemudian, selfie bisa diakses melalui sebuah device serbaguna bernama smartphone. Begitu kuatnya tren selfie, produsen sadar bahwa kapabilitas kamera depan ternyata sama esensialnya dengan kamera belakang.

Melihat peluang ini, nama-nama raksasa di industri perangkat bergerak berlomba-lomba menyediakan medium optimal buat ber-selfie. Setelah Sony, HTC, Microsoft dan Oppo, satu brand Taiwan yang sedang naik daun di ranah mobile memutuskan untuk turut serta bermain di sana. Memanfaatkan momentum Computex 2015 lalu, Asus resmi memamerkan Zenfone Selfie.

ZenFone Selfie merupakan anggota dari keluarga besar ZenFone generasi kedua, hadir sebagai alternatif lebih terjangkau dari produk spesialis foto diri kompetitor. Meski demikian, Asus menjamin mereka tidak mengambil jalan pintas. Sang produsen menjanjikan kombinasi optimal antara hardware dan desain, sembari ‘mempionirkan’ teknologi camera fusion di smartphone. Benarkah demikian? Silakan simak ulasannya di bawah.

Design, feel & build quality

Dari sisi desain, Zenfone Selfie ZD551KL benar-benar berkiblat pada ZenFone 2, dan kedua device terlihat hampir identik. Jika dikomparasi, Zenfone Selfie sedikit lebih tinggi karena kehadiran modul lensa berukuran cukup besar di sisi depan (menggantikan logo Asus), serta sedikit lebih lebar dan tipis. Artinya, segala hal yang Anda sukai (atau tidak sukai) dari ZenFone 2 muncul kembali di Selfie.

Review Asus Zenfone Selfie 08

ZenFone Selfie mempunyai dimensi 156,5×77,2×10,8 mm dengan layar 5,5-inci serta bobot 170g. Cover baterainya dibuat melengkung untuk memberi kesan tipis di area pinggir – mencapai 3,9mm saja. Konsekuensinya, tombol-tombol fisik tidak bisa diletakkan di sisi kiri dan kanan. Seperti ZenFone 2, tombol volume berada di punggung, tepat di bawah lensa. Dari aspek penampilan, saya tidak menemukan kekurangan, tetapi jika Anda biasa menggunakan tombol fisik buat menjepret foto, posisi tombol terasa canggung.

Review Asus Zenfone Selfie 13

Review Asus Zenfone Selfie 16

Review Asus Zenfone Selfie 09

Penampakan depannya juga mengadopsi sejumlah ciri khas ZenFone – dari mulai area hitam yang membatasi layar, tiga tombol kapasitif berwarna keperakan, zone logam brushed melingkar di bawah, serta frame glossy pembatas antara display berlapis Corning Gorilla Glass 4 dengan back cover. Ada ketimpangan di sini: Gorilla Glass 4 memang tangguh, namun bingkai glossy tersebut sangat rentan terhadap baret dan penyok.

Review Asus Zenfone Selfie 15

Unit review ini memiliki bagian punggung berwarna abu-abu dengan pola garis-garis horisontal ala brushed metal. Tapi sebetulnya, back cover terbuat dari plastik.

Seperti biasa, membuka panel tersebut (buat mengakses slot SIM card, microSD card dan baterai) memerlukan perjuangan. Berbeda dari ZenFone 2, unit baterai dapat dilepas. Problem yang saya temukan ialah ketiadaan mekanisme per atau celah di slot kartu SIM, menyebabkan kartu sangat sulit sekali dikeluarkan.

Review Asus Zenfone Selfie 01

Review Asus Zenfone Selfie 03

Display

Untuk device sekelasnya, Asus boleh berbangga dengan kinerja dari layar ZenFone Selfie. Panel IPS 5,5-inci tersebut menghidangkan resolusi 1920×1080-pixel berkepadatan 403ppi, yang ditopang teknik full-screen lamination di mana layer kaca serta lapisan touch digabung jadi satu buat menghilangkan gap. Hasilnya, teks dan gambar seolah-olah melayang tepat di bawah display.

Review Asus Zenfone Selfie 05

Review Asus Zenfone Selfie 12

Viewing angle layarnya memuaskan, mampu menyuguhkan output warna yang kaya dan akurat, cerah, serta tajam. Ia bahkan sanggup melawan terpaan sinar matahari.

Pengguna notebook Asus mungkin cukup familier dengan Splendid, dan fitur ini turut mereka bawa ke ZenFone Selfie. Melaluinya, kita dipersilakan mengkustomisasi temperatur warna, atau mengaktifkan mode filter bluelight untuk mengurangi rasa lelah pada mata.

Camera

Sebagai smartphone spesialis selfie, tidak mengherankan jika Asus mencantumkan segala macam teknologi imaging yang dapat mereka temukan ke dalam ZenFone Selfie. Teknologi PixelMaster mereka usung baik buat kamera depan maupun kamera belakang. Ketika brand lain berupaya menyederhanakan UI app kamera, Asus malah menjabarkannya secara lengkap untuk Anda. Setidaknya terdapat 17 mode bisa kita gunakan untuk kedua kamera.

Review Asus Zenfone Selfie 10

Review Asus Zenfone Selfie 06

Lihat spesifikasi lengkapnya di bawah ini:

  • Kamera depan: Sensor 13-megapixel, aperture f/2.2, lensa 5-element wide-angle 88-derajat, filter blue glass, flash real tone LED.
  • Kamera belakang: Sensor 13-megapixel , aperture f/2.0, lensa 5-element, autofocus laser 0.2 detik, filter blue glass , flash dual LED.

Mengesampingkan faktor teknis yang rumit, hasil jepretan melalui mode auto tampak tajam dan cerah. Reproduksi warna terbilang presisi, lalu kinerja di low-light cukup handal. Buat mendukung hobi self-portrait, Asus telah menyiapkan mode Selfie Panorama. Namun tantangannya, tangan Anda harus stabil karena jika tidak, sulaman malah tak bagus. Bagi saya metode tradisional – selfie bersama-sama dengan posisi handset melintang – masih jadi teknik terbaik.

Review Asus Zenfone Selfie 02

Di kondisi terang, saya tidak kesulitan mengambil foto-foto macro dengan kamera belakang. Sistem autofocus-nya mampu bekerja gesit serta akurat, menjaga mutu jepretan tetap tajam dan prima. Menakar dari kualitas, hasil kamera depan dan belakang hampir serupa. Itu berarti kekurangan kedua kamera tak jauh berbeda. Kadang saturasi warnanya berlebihan, grainy di zona-zona gelap, dan gambar juga wash-out di pencahayaan terik. Kemudian ketika di-zoom, foto mempunyai efek seperti cat air.

Ini sampel foto dengan kamera depan:

Review Asus Zenfone Selfie 18

Dan ini hasil jepretan kamera belakang:

Review Asus Zenfone Selfie 19

Review Asus Zenfone Selfie 20

Review Asus Zenfone Selfie 25

Hardware, performance & user experience

Di ZenFone Selfie ZD551KL, Asus berpaling dari Intel Atom dan memilih untuk menggunakan Qualcomm MSM8939 Snapdragon 615. System-on-chip ini menyimpan sepasang prosesor quad-core Cortex-A53, GPU Adreno 405, RAM 3GB, penyimpanan internal 32GB (bisa diperluas sampai 128GB via microSD), dan ditenagai baterai 3.000mAh yang sanggup menjaga smartphone selalu aktif untuk menjalankan video loop lebih dari 9,5 jam.

Baterai tersebut terbantu berkat hematnya konsumsi daya smartphone (1,21-watt). Skor benchmark ZenFone Selfie juga tergolong lebih tinggi dibanding handset ber-SoC sejenis, namun masih belum sanggup menyusul ZenFone 2. Di AnTuTu versi 5.7.1, handset berhasil mendapatkan nilai tertinggi di 37253; lalu di AnTuTu 6.0, ia cuma mencetak 31823. Lewat PCMark, Selfie memperoleh angka work performance 3267.

Review Asus Zenfone Selfie 27

Review Asus Zenfone Selfie 22

Bermain game Real Racing 3 berjalan lancar, lalu pantulan di spion turut muncul, walaupun tidak semulus ketika dimainkan dari smartphone premium dan sejumlah efek visual semisal partikel debu serta lens flare tidak begitu detail. ZenFone Selfie malah mampu menangani Need For Speed: No Limits lebih lancar, dan grafisnya pun tampil lebih meyakinkan. Pastinya, handset tidak akan kesulitan mengoperasikan game-game puzzle maupun strategi 2D.

Review Asus Zenfone Selfie 23

Review Asus Zenfone Selfie 24

Di video serta game, output suara ZenFone Selfie terdengar utuh dan lantang, tapi alangkah baiknya jika speaker tidak diposisikan terlalu menjorok ke bawah. Saat tertutup jari, suaranya jadi teredam.

Review Asus Zenfone Selfie 11

ZenFone Selfie beroperasi di platform Android 5.0 Lollipop dengan overlay ZenUI. Asus menjejalkan banyak fitur dan app, hingga mungkin hampir terasa seperti bloatware. Namun beberapa dari mereka terbukti membantu, contohnya auto-start manager, power saver, one hand mode, opsi kustomisasi font, sampai bundel theme dan icon.

Konektivitas ZenFone Selfie meliputi Wi-Fi 802.11 a/b/g/n/ac, Bluetooth 4.0, GPS, radio FM, port microUSB 2.0, dua slot SIM card, minus NFC.

Review Asus Zenfone Selfie 14

Verdict

Terlepas dari ketiadaan cita rasa premium, Asus ZenFone Selfie merupakan smartphone handal, dilihat dari perspektif performa dan fitur. Penampilannya tampak serasi dengan layar cemerlang yang berperan sebagai jendela Anda menjelajahi konten mobile. Saya beropini, ZenFone Selfie merupakan produk berkonsep paling kuat di antara keluarga ZenFone berkat spesialisasi pada self-portrait. Ia tidak sekedar menjadi medium adu harga dan spesifikasi hardware.

Terlebih lagi, smartphone kelas ‘menengah’ Asus ini masih tergolong entry-level seandainya kita melihat dari sudut pandang brand-brand kelas atas semisal Sony, Samsung atau HTC. Di Indonesia, ZenFone Selfie terbagi dalam dua tipe, yaitu versi ber-flash memory 16GB seharga Rp 2,8 juta dan varian 32GB, dibanderol Rp 3 juta.

[Review] Ultrabook Gaming Asus Republic of Gamers G501JW

Umumnya gamer PC memilih satu dari dua cara untuk menikmati hobinya. Bagi kalangan antusias, merakit sistem sendiri memastikan mereka memperoleh performa tinggi di harga terbaik. Tapi konsumen yang menginginkan mobilitas sudah pasti akan melirik notebook, dan lewat brand Republic of Gamers, Asus bukanlah nama asing di ranah laptop spesialis gaming. Continue reading [Review] Ultrabook Gaming Asus Republic of Gamers G501JW

[Review] Smartfren Andromax R

Era tersedianya 4G LTE di Indonesia merupakan sebuah lembaran baru bagi penyedia layanan seluler. Setelah diharap dan dinanti, ia akhirnya bisa kita nikmati.

Transisi ini juga memberi dampak unik terhadap nama familier yang bersandar pada servis CDMA, yaitu Smartfren. Buktinya, mereka turut melepas lima handset anyar demi menopang standar jaringan baru itu. Meski belum dirilis secara komersil, saat ini tahap uji coba terus disempurnakan, rencananya 4G LTE Smartfren akan dirilis secara umum dalam waktu dekat.

Formasi keluarga Smartfren Andromax 4G LTE diperkuat oleh Ec serta Es di lini entry-level, Q dan Qi di mid-range, kemudian Andromax R ditunjuk jadi ‘primadonanya’. Meski demikian, berdasarkan desain serta kinerja terpantau bahwa Andromax R bukanlah smartphone premium, lebih ditujukan sebagai alternatif terjangkau dari produk-produk budget yang membanjiri pasar nusantara plus paket internet berkecepatan tinggi.

Andromax Q & Qi sebelumnya telah diulas dalam review versus di Trenologi. Qi memenangkan komparasi tersebut secara tipis, tetapi mungkin masih belum mampu memenuhi kriteria sejumlah konsumen yang menjunjung tinggi falsafah ‘price versus performance‘. Kesempatan selanjutnya seri Andromax 4G LTE untuk mencuri hati konsumen berada di tangan Andromax R. Ini dia pembahasannya.

Andromax R 000

Design

Smartfren menunjuk OEM Hisense untuk memproduksi Andromax R, artinya ia masih sepupu Andromax Qi. Yang mengherankan, sensasi kualitas kedua device cukup berbeda. Dahulu saya memuji Qi karena presentasi memuaskan buat perangkat sekelasnya: simpel, padat dan kokoh. Sayangnya hal-hal tersebut tidak saya temukan di Andromax R.

Andromax R 03

Komposisi ukuran 141x70x9 milimeter dan bobot 128,2 gram menyebabkan R terasa lebih ringan dibanding Qi. Saya sempat mengira bahwa sisi samping handset terbuat dari bahan logam, ternyata tidak, hanya plastik dengan cat metalik perunggu. Di masing-masing ujung, Anda bisa melihat bekas sambungan. Kombinasi back cover matte rubbery, warna coklat semi-mengilap, dan frame hitam menyebabkan penampilannya terasa kurang konsisten. Namun kehadiran backlight LED pada tombol kapasitif adalah tambahan menarik.

Andromax R 08

Andromax R 11

Mirip Q dan Qi, akses ke baterai, port microSD, dan slot kartu SIM-nya cukup mudah. Cover belakang tidak merangkul ke bagian samping, serta ada celah buat mengangkatnya. Bahan penutup juga fleksibel, tidak merusak kuku (sedangkan Asus Zenfone 2 memerlukan perjuangan). Pastikan saja Anda menekannya secara merata ketika menutup.

Andromax R 05

Andromax R 04

Tombol fisik power dan volume berada di samping kanan, port micro USB di bawah-kanan, modul kamera ditambah dual LED flash di belakang-atas, dan port audio 3,5 milimeter di atas-kiri. Letak lubang audio agak terlalu dempet ke punggung.

Andromax R 0000

Display

Dengan menggeser slider brightness ke posisi maksimal, dibantu fungsi LCD Test di AnTuTu, layar 5-inci berseolusi HD 720p di Andromax R terbukti cemerlang. Berpatokan dari Andromax Qi, warna-warna di R lebih menonjol, hanya saja terdapat sedikit gradasi ke putih ketika display berubah hitam. Di luar ruangan saat siang hari, mata Anda harus berakomodasi lebih berat karena layar Andromax R tidak mempunyai kapabilitas khusus untuk menangani teriknya matahari.

Andromax R 16

Kabar baiknya, Anda tidak diwajibkan menambahkan screen protector. Layar Andromax R sudah dilapisi kaca Dragontrail. Tentu Anda tetap tidak disarankan menggunakannya semena-mena. Problem di layar sentuhnya adalah respons tap serta swipe yang lambat, berefek pada kecepatan mengetik dan banyaknya typo.

Info menarik: [Review] Smartfren Andromax Q versus Andromax Qi

Camera

Kualitas kamera Andromax R jauh lebih baik dari asumsi saya sebelumnya – apalagi melihat ukuran sensor serupa dengan Q dan Qi, sebesar 8-Mp (sekali lagi membuktikan bahwa jumlah megapixel tidak dapat dijadikan takaran kinerja kamera). Terlepas dari keluhan saya pada lambatnya waktu fokus, hasil fotonya tergolong jempolan untuk smartphone ekonomis. Beberapa skenario foto macro disanggupi oleh Andromax R asalkan cukup cahaya.

Andromax R 12

Detail tekstur tampak tajam, warna-warninya cukup kontras, cerah dan tidak flat. Lewat sedikit trik, saya bisa memperoleh efek bokeh. Kendalanya cuma fokus yang kerap berubah, sering beralih ke belakang objek utama. Di dalam kamar dengan pencahayaan lampu neon putih, hasil fotonya bersih. Sewaktu saya matikan lampu, gambar sedikit menguning dan noise mulai muncul.

Ada kejutan menanti dalam fungsi video Andromax R. Selain perekaman di resolusi full-HD 1080p, ia turut dibekali kapabilitas high-speed recording di 120 frame rate – walaupun di batasan VGA. Baik foto maupun video dibantu sepasang flash LED. Apa kabarnya kamera ‘selfie‘ 5-Mp di depan? Bagi saya ia lebih pas digunakan untuk video chat. Hasil selfie jadi lebih apik jika Anda memanfaatkan Bluetooth trigger terpisah plus kamera utama.

Ini dia beberapa sampel fotonya:

Andromax R 17

Andromax R 18

Andromax R 19

Andromax R 20

Andromax R 21

Info menarik: Rilis SiPINTER, Smartfren Ringankan Tugas Para Babinsa

Andromax R 25

 

Platfrom & User Interface

Andromax R memanfaatkan sistem operasi Android 5.0.2 Lollipop dipadu tampilan khas ala Smartfren dan ‘bingkisan’ software pre-installed. Tergantung perspektif Anda, app tersebut bisa membantu atau malah mengganggu. Saya sendiri tidak membutuhkan Bank Sinarmas, A+ Smart English, Games Anti Galau, Uangku, Zalora dan lain sebagainya (termasuk demo trial Real Football 2015 serta Modern Combat 4), jadi mereka ini yang pertama saya korbankan (uninstall atau disable) demi membebaskan sedikit ruang di penyimpanan internal.

Andromax R 15

 

Connectivity

Semua jenis konektivitas yang Anda butuhkan tersedia di sini: Wi-Fi, Bluetooth 4.0, USB 2.0, dan slot micro SD hingga 32GB. Melengkapi network LTE TDD dan FDD, Andromax R masih mendukung jaringan CDMA EVDO Rev A. Konektivitas bisa jadi keunggulan utama dari perangkat ini, sama seperti pembahasan akan perangkat Andromax yang mendukung 4G LTE maka perangkat ini bisa mendukung jaringan internet yang lebih cepat.

Hardware & Performance

Ternyata dalam meracik keluarga Andromax 4G LTE, Smartfren mengusung tipe system-on-chip yang sama, yakni Qualcomm Snapdragon 410. Ia dipersenjatai CPU quad-core Cortex A53 1,2GHz, GPU Adreno 306, RAM 1GB, flash memory 8GB, serta menyedot tenaga dari baterai Li-ion 2.200mAh. Untuk komponen terakhir tersebut, daya tahannya terbilang awet (diisi penuh pagi hari, 70 persen di jam 12 siang), walau dalam penggunaan sehari-hari Anda direkomendasikan men-charge-nya tiap malam.

Andromax R 13

Dari tes di software benchmark AnTuTu 5.7.1, Andromax R meraih skor tertinggi di 20913. Mungkin dengan menabung beberapa ratus ribu Rupiah lagi, Anda bisa mendapatkan handset berkinerja olah data lebih tinggi. Tapi ingat, Andromax dari Smartfren pada dasarnya tidak sekedar menyuguhkan device saja.

Andromax R 22

Game Asphalt 8: Airborn, Sonic Dash dan Real Racing 3 juga saya uji sebagai tolak ukur kemampuan Andromax R di segi hiburan. Kejutan kedua di sana ialah handset ekonomis ini sanggup menjalankan Real Racing 3 dengan lancar. Memang mutu grafisnya tidak secanggih OnePlus One ataupun Asus Zenfone 2 – efek partikelnya minim, beresolusi rendah, tidak ada pantulan di cermin spion, dan lain-lain – tapi setidaknya Real Racing 3 tersaji mulus tanpa masalah.

Andromax R 23

Situasi serupa muncul di Asphalt 8. Meskipun terdapat efek lens flare, bayangan objek di mobil terlihat pas-pasan, dan tekstur tampak low-res. Kualitas visual lebih dapat dimaklumi dalam permainan 3D bergaya kartun semisal Sonic Dash, namun penyakit malah disebabkan rendahnya responsivitas layar: si landak biru jadi sering jatuh ke jurang atau menghantam penghalang. Keterlambatan respons input bahkan bisa dirasakan di luar app.

Andromax R 26

Di segi suara, fitur Dolby Digital Plus memastikan loudspeaker-nya terdengar nyaring. Tapi menambahkan earphone atau headphone dapat membuat output lebih optimal.

Andromax R 24

 

TRL’s verdict

Sebelum keputusan diambil, sebaiknya jawab dulu pertanyaan ini: faktor apa yang paling Anda cari dari sebuah smartphone? Jika layanan dari operator dengan jaringan 4G LTE masuk dalam pertimbangan krusial, maka Andromax R tak cuma terjangkau, namun juga menyimpan berbagai aspek positif. Contoh kecilnya adalah kemera bermutu, ada video 120fps, dan bagi pemula, performa gaming casual-nya pun memuaskan.

Aspek negatifnya meliputi rancangan, build-quality, serta touch screen. Lalu selama memakai Smartfren Andromax R, tertutup kemungkinan bagi Anda buat menggunakan jaringan dari provider lain untuk jaringan utama, tetapi kabar baiknya Adromax R menyediakan dua slot SIM, jadi Anda bisa menambahkan satu kartu GSM.

Smartfren Andromax R dibanderol seharga Rp 1,6 juta. Ia dibundel bersama bonus My Smartplan berisi paket data 8GB, gratis panggilan 1000 menit dan SMS 100 kali ke sesama pengguna Smartfren.

Andromax R 14

[Review] Notebook Gaming ‘Monster’ MSI GT80 2QE Titan SLI

Perjalanan GT80 dimulai dari rumor yang beredar kira-kira tahun lalu, sewaktu MSI menyanggupi pertanyaan mengenai, mungkinkah produsen membubuhkan keyboard mekanik dalam notebook? Saat itu mayoritas orang masih belum yakin bagaimana cara melakukannya, sembari mengutarakan argumen memberatkan. GT80 membuktikan asumsi mereka salah. Continue reading [Review] Notebook Gaming ‘Monster’ MSI GT80 2QE Titan SLI

[Review] Notebook Gaming Asus Republic of Gamers G550JK

Notebook gaming Asus Republic of Gamers G550JK melakukan pendaratan perdana di Indonesia pada bulan Januari lalu. Di sana saya sempat bertanya, ketika rival terbesar mereka telah mencantumkan chip grafis Nvidia paling baru, mengapa Asus masih memakai seri GTX 800M? Jawaban Asus ialah kehadiran tiga laptop RoG di acara peluncuran belum lama kemarin. Continue reading [Review] Notebook Gaming Asus Republic of Gamers G550JK

Benchmark Preview: iPhone 5 Kalahkan Semua Smartphone Berprosesor Quad-Core

Tak selamanya prosesor dengan keping inti lebih banyak berarti lebih hebat. Hasil benchmark preview yang ditampilkan oleh situs terpercaya AnandTech menunjukkan bahwa di semua tes yang dilakukan, iPhone 5 yang hanya menggunakan prosesor dual-core mengalahkan lawan-lawannya yang telah diperkuat oleh prosesor quad-core. Setidaknya itu yang tercermin dari hasil benchmark yang dilakukan menggunakan BrowserMark, SunSpider, GeekBench 2 dan GLBenchmark 2.5.

Continue reading Benchmark Preview: iPhone 5 Kalahkan Semua Smartphone Berprosesor Quad-Core