Menerka Masa Depan Bitcoin

Cryptocurrency tengah menjadi perbincangan hangat di beberapa negara internasional. Bitcoin sebagai cryptocurrency pertama menjelma sebagai digital currency dengan nilai tertinggi dan bahkan terus naik. Saat tulisan ini dibuat satu bitcoin atau 1 BTC jika dirupiahkan mencapai kurang lebih Rp83 juta. Nilai tersebut diperkirakan akan terus bertambah dalam beberapa tahun mendatang.

Dalam acara BlockBali yang diselenggarakan 27 Oktober 2017 kemarin oleh Blackarrow Conferences, Bitcoin menjadi salah satu tema utama. Kepopulerannya dan nilai yang terus naik menjadikan optimisme banyak orang bahwa cryptocurrency pertama di dunia ini bisa menjadi salah satu alternatif pembayaran di dunia.

Stephen DeMeulenaere, pembicara pembuka dalam konferensi BlockBali mengungkapkan teknologi blockchain, termasuk bitcoin di dalamnya, akan menjadi salah satu tren populer di dunia. Mengutip quote terkenal Mahatma Gandhi:

First they ignore you, Then they laugh at you, Then they fight you, Then you win.”

Stephen percaya pada mulanya bitcoin banyak ditolak dan mendapat respon skeptis, tapi lama kelamaan bitcoin akan membuktikan diri sebagai salah satu teknologi masa depan.

Roberto Capodieci, Blockchain Expert Nxt Foundation, dalam presentasinya menjelaskan bitcoin akan menyelesaikan banyak permasalahan yang dihadapi karena bitcoin sendiri menggunakan teknologi blockchain, teknologi yang bekerja layaknya jaringan komputer yang saling menyediakan data set. Keamanan bisa dijamin karena di dalamnya terdapat sertifikat atau digital signature yang tidak dapat dimodifikasi .

“Bank bekerja dengan orang-orang, sementara Bitcoin bekerja dengan teknologi,” ujar Roberto dalam presentasinya.

Bitcoin sebagai digital currency memiliki kelebihan bisa dengan mudah dipindahkan ke satu “dompet” ke “dompet” lain namun dengan keamanan dan transaksi yang tercatat di jaringan-jaringan yang tergabung dalam blockchain.

Bitcoin adalah bagian dari teknologi blockchain. Bitcoin merupakan perwujudan teknologi peer to peer yang terdesentralisasi. Tidak ada yang bertindak seperti bank yang menangani dan menyetujui proses transfer yang ingin dilakukan. Bitcoin dipandang sebagai salah satu masa depan karena semua diproses dengan algoritma matematika sehingga tidak ada human error dalam setiap proses transaksi.

Disimulasikan Roberto, jika kita menyimpan uang di bank dengan nominal yang tidak ditambah dalam lima tahun belakangan ini nilainya akan berkurang, bahkan habis karena dipotong biaya bulanan. Sementara jika dalam lima tahun belakangan ini menyimpan Bitcoin dengan nominal yang tidak ditambah, nilainya akan terus naik, karena dalam lima tahun belakangan nilai Bitcoin melambung naik.

Bitcoin to the moon,” demikian ungkap Roberto bersemangat saat membuka presentasinya.


Disclosure: DailySocial adalah media partner BlockBali 2017  yang diselenggarakan oleh Blackarrow Conferences

Bank Indonesia Siap Uji Coba Teknologi Blockchain Tahun Depan

Bank Indonesia mengungkapkan akan segera melakukan uji coba teknologi blockchain di Indonesia pada tahun depan. Uji coba dilakukan untuk memeriksa apa saja kelebihan dan kekurangannya sebelum diterapkan.

“Blockchain itu jangan disamakan dengan bitcoin. Blockchain itu metode yang memakai distributed ledger technology, sementara bitcoin adalah salah satu produknya. Blockchain itu sudah diuji oleh beberapa bank sentral,” ujar Direktur Eksekutif Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia Eni V. Panggabean, Kamis (26/10).

Hanya saja, Eni menuturkan pihaknya belum bisa memastikan pemanfaatan nyata dari teknologi Blockchain untuk pasar Indonesia. Pasalnya, bank sentral perlu melakukan banyak kajian sebelum mengambil keputusan akhir, dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangannya.

Sejauh pengamatannya, blockchain juga sudah digunakan dalam industri pasar modal, di antaranya PT Kustodian Sentra Efek Indonesia (KSEI) dan NASDAQ.

Menurut Eni, kalau dari hasil uji coba yang dilakukan bank sentral membuahkan hasil yang positif, tentunya ada potensi besar untuk memanfaatkan teknologi di Indonesia.

“Tentu kita tidak bisa tergesa untuk melakukan sesuatu yang perlu diketahui dulu barangnya seperti apa. Bagaimana pemanfaatannya, kita sendiri belum tahu. Di sektor transportasi dan angkatan udara, banyak memanfaatkan Blockchain termasuk sektor yang berkaitan finansial.”

Sebelumnya, Bank Indonesia masih menegaskan bitcoin bukan alat pembayaran yang sah. Lantaran memiliki risiko tinggi, kemungkinan legalitasnya di Indonesia sangat kecil.

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengimbau agar masyarakat yang paham mengenai bitcoin dapat membantu menyosialisasikan penghentian penggunaan alat pembayaran baru berbasis teknologi tersebut.

“Bitcoin bukanlah satu alat pembayaran [yang sah]. Tapi kalau itu ternyata digunakan sebagai alat pembayaran, tentu akan ditindak,” terangnya dikutip dari Tirto.

Agus menilai bitcoin jauh dari azas ekonomi dan keamanan. Oleh karenanya, bank sentral menganggapnya bukan alat pembayaran yang sah di Indonesia.

“Sistem ini [mata uang bitcoin] juga tidak patuh terhadap [prinsip] anti pencucian uang, dan yang kami ingin jaga adalah risiko sistemik yang bisa muncul tanpa adanya kehati-hatian,” pungkasnya.

Laporan DailySocial: Cryptocurrency di Indonesia 2017

Ketika Bitcoin pertama kali diperkenalkan tahun 2009 sebagai sebuah bentuk “uang virtual” atau “cryptocurrency”, muncul berbagai kontroversi dari berbagai pihak; pemerintahan, akademisi, pebisnis, bahkan (harus diakui) pelaku kejahatan.

Dan kini, delapan tahun demikian, Bitcoin secara defacto telah beredar dan digunakan luas di seluruh dunia. Bahkan muncul berbagai cryptocurrency lainnya seperti antara lain Ethereum dan Dogecoin (iya, Dogecoin; sebuah nama yang mengacu pada meme lucu Doge). Beberapa pemerintahan telah memutuskan untuk tidak mengakui cryptocurrency sebagai alat pembayaran antara lain SEC Amerika Serikat, bank sentral RRC, dan termasuk juga Bank Indonesia. Namun bagaimana dengan konsumen Indonesia? Bagaimana pandangan konsumen saat ini terhadap cryptocurrency?

Survey dilaksanakan DailySocial.id, bekerja sama dengan JakPat Mobile Survey Platform, untuk mengukur pandangan masyarakat konsumen Indonesia terhadap Bitcoin dan terhadap cryptocurrency secara umum. Respon survei diambil dari 1024 responden yang disampel secara proporsional dari populasi pengguna smartphone se-Indonesia. Survei dilaksanakan pada tanggal 28-29 September, 2017. Beberapa temuan survei antara lain:

  • 78,71% dari responden pernah mendengar tentang Bitcoin dan/atau cryptocurrency lainnya
  • 35,99% dari responden sudah pernah menggunakan Bitcoin dan/atau cryptocurrency lainnya untuk transaksi barang dan/atau jasa
  • 84,30% responden menilai Bitcoin dan cryptocurrency lainnya berpotensi dijadikan alat/instrumen investasi
  • 12,79% responden pernah melakukan bitcoin mining dan/atau mining cryptocurrency lainnya.
  • 55,76% responden tidak mengetahui bahwa Bank Indonesia tidak mengakui Bitcoin sebagai sebuah bentuk alat pembayaran.

Untuk lebih lengkapnya, silakan unduh laporan “Cryptocurrency Indonesia Survey 2017”.

iFashion Group Hadirkan Token Berbasis Blockchain sebagai Metode Pembayaran

iFashion Group, perusahaan investasi yang bergerak di bidang fesyen dan gaya hidup berbasis di Singapura, menghadirkan MegaX yang merupakan token digital berbasis blockchain sebagai metode pembayaran di toko ritel dan online.

MegaX merupakan hasil kolaborasi antara iFashion dengan MC Payment, perusahaan penyedia pembayaran elektronik dari Singapura. Keduanya mengembangkan MegaX sejak awal tahun ini.

MegaX akan ditempatkan dalam platform Ethereum (ETH). Ethereum merupakan platform terpintar di dunia untuk menyimpan blockchain. Platform ini dipilih dengan alasan adanya tawaran keseimbangan yang efisien, antara kecepatan dan likuiditas token yang tinggi. Saat ini, mata uang untuk pengolahan Ethereum disebut Ether. Seseorang dapat membeli dan menjual Ether dalam bursa token ke mata uang utama.

“Untuk memastikan kesuksesan ritel di masa depan, perusahaan harus berani mengadopsi teknologi terbaru. Pendekatan yang fokus pada generasi millennials, baik secara online maupun offline, merupakan pilihan yang tepat dibandingkan memenuhi permintaan konsumen atau tantangan integrasi sistem,” ujar Group CEO iFashion Group Jeremy Khoo dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial.

Token MegaX dapat langsung dibelanjakan untuk produk ritel, tujuannya mencegah spekulasi di ruang investasi yang tengah bergejolak. Pengguna dapat menggunakan token untuk membeli produk dari 1.400 brand yang berada dalam naungan iFashion. Beberapa nama di antaranya, Dressablle, Megafash, Invade, dan sebagainya.

Sementara ini, MegaX baru bisa dinikmati oleh pengguna yang berada di Singapura, untuk berbelanja di 100 ribu produk ritel yang ditawarkan toko online dan fisik. Menyusul dalam beberapa waktu mendatang untuk pengguna di Indonesia. Beberapa nama toko online lokal yang sedang digaet iFashion di antaranya Orami dan Tada Gift Card.

Mitra iFashion, MC Payment, juga turut menggaet perusahaan di Indonesia untuk menggunakan MegaX. Salah satu yang sedang dibidik adalah Lyto, perusahaan pengembang game online.

“MC Payment bangga menjadi mitra teknologi yang mendukung inisiatif terdepan iFashion. Hal ini akan menciptakan nilai tambah dari kumpulan generasi millennials, yang akan meningkatkan permintaan atas produk, seraya mendorong penggunaan MegaX,” terang Group CEO MC Payment Anthony Koh.

Penjualan MegaX sendiri baru akan dimulai pada 17 Oktober 2017 mendatang di situs resminya. Pembayaran dapat dilakukan melalui transfer bank, pembayaran SWIFT, atau dengan menukar token Ethereum. Pengguna memerlukan aplikasi dompet elektronik untuk menyimpan token MegaX. Aplikasi yang direkomendasikan adalah My Ether Wallet.

Merchant pun hanya cukup mengunduh aplikasi MegaX Wallet untuk menerima pembayaran token. Pembayaran nantinya akan dilakukan dengan menunjukkan kode QR dari ponsel merchant yang ditunjukkan ke pembeli.

Rencana jangka panjang MegaX

Ambisi besar yang ingin dicapai iFashion lewat MegaX adalah menciptakan ekosistem pembayaran yang kuat untuk ribuan brand tergabung dalam jaringan grup. Realisasi yang akan segera dilakukan adalah memperkaya fitur dompet elektronik MegaX, misalnya pengguna dapat mencari tahu merchant terdekat mana saja yang menerima pembayaran dengan token MegaX. Kemudian, fitur pencarian diskon dan kupon, melihat transaksi sebelumnya, dan transfer antar pengguna.

“Kami meyakini ribuan millennials dapat dengan cepat mengadopsi token MegaX, seiring upaya kami dalam menjaring banyak brand untuk menggunakannya juga. Dengan asumsi demikian, MegaX dapat memberikan kredibilitas terhadap metode kami dan memberi jaminan bahwa token ini layak untuk diadopsi,” pungkas Jeremy.

Konferensi BlockShow Asia 2017 Akan Digelar, Sajikan Ragam Pembahasan Perkembangan Blockchain

BlockShow Asia 2017 yang didukung Cointelegraph merupakan sebuah konferensi yang mengangkat perkembangan solusi Blockchain, termasuk menghadirkan berbagai startup yang berkiprah dalam lanskap teknologi tersebut. Tujuan dari acara ini ialah mengumpulkan para investor, pengusaha dan inovator dari seluruh dunia untuk mendapatkan sebuah perspektif baru dalam dunia teknologi.

Salah satu bagian paling menarik dari BlockShow Asia 2017 adalah ICOscar, yakni kompetisi startup pengembang solusi berbasis Blockchain. Total hadiah yang ditawarkan mencapai $20.000 dan dukungan dari Waves selaku sponsor dalam menyukseskan pengembangan selanjutnya. Bagi startup yang tertarik mengikuti kompetisi ini, dapat mengirimkan resume produk berupa PDF dan video pitching. Kemudian setelah berkas submisi dinyatakan lolos, tim panitia akan melakukan wawancara singkat melalui telepon.

Berfokus pada perluasan penggunaan dan pangsa pasar Blockchain, acara ini juga menjanjikan berbagai insight menarik serta pengumuman seputar pembaruan dalam industri Blockchain. Para pemain baru dalam berbagai bidang, mulai dari Fintech, Healthtech, hingga Ritel yang telah memanfaatkan keunggulan Blockchain akan unjuk gigi, dengan harapan memberikan banyak inspirasi. Pembahasan seputar regulasi pun akan turut disematkan dalam rangkaian acara.

Beberapa pemateri unggulan akan dihadirkan untuk acara ini, mulai dari Liew Claasen (Executive Director Bitcoin Foundation), Alexander Ivanov (CEO Waves Platform), Floyd DCosta (Management Consultant Cloud, Blockchain Technology), Marcelo Garsia Casil (Founder DXMarkets) dan masih banyak lagi. Mereka akan mengisi sesi-sesi konferensi yang dilaksanakan selama dua hari dalam pelaksanaan BlockShow Asia 2017.

Adapun beberapa tema yang diangkat termasuk: (1) Why Blockchain is a Perfect Match for Asia, (2) The Governmental Pattern for the Blockchain Adoption, (3) Blockchain-Powered Banking for Asia’s Developing Economies, (4) The Major Laws Blockchain Is Going to Change, dan masih banyak lagi. Semua seputar Blockchain, baik skenario implementasi dan masa depannya dalam berbagai lini bisnis.

Rangkaian BlockShow Asia 2017 akan dilaksanakan pada 29 – 30 November 2017 mendatang, bertempat di RWS Sentosa, Singapura. Saat ini pendaftaran untuk peserta konferensi ataupun kompetisi masih dibuka. Untuk info lebih lanjut, kunjungi situs resminya melalui https://blockshowasia.com.

––
Disclosure: DailySocial merupakan media partner BlockShow Asia 2017. Dapatkan promo menarik pembelian tiket acara ini melalui laman DailySocial Deals.

Diskusi tentang Teknologi Blockchain untuk Distribusi Mata Uang Digital

Salah satu tren teknologi yang digadang-gadang menjadi signifikan di tahun ini adalah Blockchain. Kendati belum banyak skenario yang diterapkan, namun sedikit demi sedikit teknologinya mulai dikenal, salah satunya melalui model cryptocurrency model Bitcoin. Tren tersebut turut membawa diskusi mingguan DailySocial #SelasaStartup untuk membahas bersama tentang teknologi tersebut. Kali ini dihadirkan narasumber Tata Tricipta selaku Co-Founder Exclusor.

Di awal sesi, Tata membahas perjalanan awal pendirian Exclusor. Persisnya awal Januari 2017 Exclusor diririkan, ide itu muncul ketika kala itu Microsoft mulai membuat prototipe teknologi berbasis Blockchain. Perkembangannya yang paling menarik saat itu yaitu produk Bitcoin.

Menurut Tata konsep Blockchain saat ini memang sangat aman digunakan, karena bersifat desentralisasi yang berarti tidak berpusat pada sentral sebagai pihak otorisasi untuk mendistribusikan uang digital tersebut, melainkan pihak komunitas itu sendiri. Dengan adanya Blockchain, ada kemungkinan komunitas dapat pertukaran langsung.

Konsensus algoritma

Ini merupakan perjanjian semua pihak yang ikut berpartisipasi dalam Blockchain. Konsensus seperti Bitcoin dan Ethereum menggunakan algoritma Proof of Work (PoW)Karena dalam Blockchain tidak menggunakan otoritas, tetapi di Proof of Work, Miner bersifat otoritas. Berbeda dengan Proof of Stake yang memiliki aset Ethereum lebih banyak dapat memverifikasi transaksi atau validasi.

“Konsensus (PoS) sebenarnya tidak cocok berada di Indonesia, maka kita buat konsensus Proof of Accountability (PoA). Jadi, semua pihak yang membuat accountability ini, misalnya perusahaan atau goverment terpercaya bisa bergabung dalam Exclusor Blockchain,” terang Tata.

Aset digital

Sebelum ada Blockchain, model aset digital yang pernah dikembangkan oleh perusahaan emas berbentuk e-Gold. Namun pada akhirnya tidak berjalan mulus, salah satu faktornya ialah kurang transparansi. Selain itu karena sistem e-Gold masih terpusat pada pihak yang memiliki otoritas saja. Terkait cryptocurrency, Bank Indonesia pernah melansir larangan transaksi pada tahun 2009. Namun kini mulai diperhitungkan, beberapa bank di negara lain pun telah meregulasi tentang mata uang digital ini.

Distributed ledger

Ini yang paling utama dari Blockchain, karena semua partisipan yang berada di dalamnya memiliki share copy yang sama. Apalagi untuk semua yang sudah melakukan sinkronisasi, maka ia mempunyai data yang sama. Prosesnya cepat ketika menggunakan Blockchain untuk mengetahui transaksi. Berbeda jika menggunakan basis data yang ada saat ini.

Jaringan peer-to-peer

Sistem ini juga menjadi inti ketika ada distribusi, karena Blockchain memakai jaringan peer-to-peer (P2P). Dengan P2P semua akan terkoneksi ke layanan komunitas yang lebih besar dan membantu mendorong pengembangan bisnis dan aplikasi.

Kemudian ada istilah Smart Contract, yani aplikasi atau pemrograman yang bisa berbentuk apa pun selama ada value itu bisa diesensi. Misalnya, digital identity untuk menyimpan hal bersifat rahasia. Dengan adanya Smart Contract ini dapat mengeksekusi secara otomatis data di perusahaan tersebut.

Smart Contract juga bisa digunakan untuk membuat model koin lain, seperti ICO di Ethereum. Sampai ada organisasi terbaru Distributed Autonomous Organization (DAO) yang sudah diimplementasikan Athereum dengan ICO yang mereka proses di Smart Contract.

Konferensi BlockBali Akan Bahas Peluang Blockchain & Cryptocurrency di Indonesia

Setelah sukses diselenggarakan di Jakarta dan Mumbai, Konferensi Blackarrow Blockchain Series (BBS) akan bersinggah di Bali (mengusung identitas BlockBali). Konferensi ini bertujuan untuk menghubungkan para pakar dan pemain teknologi Blockchain dunia dengan para pemangku bisnis di Indonesia. Topik yang disajikan akan membahas seputar peluang Blockchain & Cryptocurrency di Indonesia, juga mengeksplorasi kemungkinan Indonesia menjadi pasar terbesar ASEAN untuk area bisnis tersebut.

BlockBali akan diselenggarakan pada 27 Oktober 2017 mendatang bertempat di Trans Resort Seminyak, dan saat ini pendaftaran peserta tengah dibuka. Beberapa pemateri yang dihadirkan termasuk Jasmin Güngör (Cointed), Marco Krohn (CFO Genesis Mining), Matej Michalko (CEO DECENT), Oscar Darmawan (Founder Bitcoin Indonesia), Roberto Capodieci (Co-Founder Blockchain Zoo), dan masih banyak lagi.

Saat ini Blockchain tengah menjadi salah satu sorotan dalam tren teknologi. Potensinya yang besar digadang-gadang akan membawa transformasi dalam sistem keuangan global, termasuk untuk mendisrupsi sistem konvensional dan teknologi yang ada saat ini di berbagai sektor komersial.

Ada empat agenda utama yang akan disuguhkan dalam pagelaran ini. Pertama ialah sesi berbagi dari para pakar untuk memberikan tips dan teknis dalam skenario implementasi Blockchain. Kedua, pengunjung dapat melihat pameran yang menghadirkan ragam inovasi dan teknologi yang telah memanfaatkan Blockchain dalam sistemnya.

Ketiga, secara khusus acara ini juga ingin memberikan masukan bagi industri dengan menghadirkan studi kasus penerapan Blockchain di lingkup bisnis. Dan terakhir tentunya sesi networking para peserta untuk terciptanya berbagai kesempatan dan kolaborasi dengan teknologi tersebut. Selain para pemerhati dalam Cryptocurrency, acara ini juga akan menghadirkan para pemain di industri perbankan, finansial, regulator hingga para investor.

Untuk informasi lebih lanjut dan pendaftaran, kunjungi situs resmi BlockBali melalui tautan berikut: http://www.blackarrowconferences.com/blockbali.html.


Disclosure: DailySocial merupakan media partner Blackarrow Blockchain Series

Pandangan Pengguna Bitcoin di Indonesia (Update)

Bitcoin banyak diperbincangkan akhir-akhir ini. Menjadi salah satu alat transaksi digital yang cukup revolusioner. Beberapa kini bahkan memanfaatkannya sebagai investasi, di tengah nilainya yang begitu fluktuatif—cenderung terus meningkat. Baru-baru ini, Luno (sebelumnya dikenal dengan nama BitX) sebagai penyedia platform jual, beli, kirim, terima, dan simpan Bitcoin di Indonesia, merilis sebuah haris survei tentang pandangan masyarakat Indonesia terhadap penggunaan Bitcoin.

Pertama ialah terkait dengan kepercayaan atas penggunaan Bitcoin. Sebagai instrumen investasi kepercayaan masyarakat cenderung mulai lebih percaya dengan mata uang digital ini. Dari 10 ribu responden survei, 47,9 persen di antaranya mengaku percaya Bitcoin efektif dan menjanjikan untuk dijadikan sebagai investasi. Pun demikian dengan pemanfaatan Bitcoin sebagai alat pembayaran, sebanyak 44,2 persen dari responden percaya untuk melakukan transaksi melalui Bitcoin, 36,2 persen masih ragu-ragu, dan sisanya 19,6 persen masih belum sepenuhnya percaya.

Gambar 1

Dalam survei juga diajukan pertanyaan terkait pilihan antara investasi emas atau Bitcoin. Sebanyak 46,6 persen dari responden lebih memilih berinvestasi pada Bitcoin, sebanyak 12,9 persen lebih percaya emas, dan sisanya netral. Angka yang cukup menarik, menunjukkan literasi digital yang mulai matang dan kebutuhan akan investasi yang lebih mudah dipantau, dikontrol dan didapatkan.

“Popularitas Bitcoin meroket dalam satu tahun terakhir baik dalam konteks global maupun di Indonesia. Kini kita dapat melihat banyak pemberitaan positif di media, seperti berita ketika Jepang melegalkan Bitcoin sebagai mata uang, negara-negara dan regulator yang mulai membahas mengenai aturan yang sesuai untuk industri Bitcoin, serta pertumbuhan industri Bitcoin secara keseluruhan – total nilai aset mata uang digital secara global telah tumbuh dari $20 miliar pada awal tahun 2017 menjadi sekitar $150 miliar sekarang,” ujar Claristy, Country Analyst Luno

Claristy melanjutkan, “Di Indonesia khususnya, kita melihat tingginya antusiasme terhadap Bitcoin. Selalu ada pelanggan baru yang daftar setiap hari untuk membeli Bitcoin setelah membaca tentang Bitcoin di media dan mendengar dari teman-teman mereka. Tentunya ada tantangan seperti edukasi, regulasi, dan sebagainya, namun sejauh ini trennya mengarah ke arah positif.”

Selanjutnya terkait dengan mengapa sebagian dari masyarakat mulai mempertimbangkan untuk membeli Bitcoin. Dari survei disebutkan, bahwa alasan finansial cenderung lebih dominan, yakni seputar kebutuhan investasi dan spekulasi kenaikan harga. Terkait dengan layanan yang menjembatani pengguna untuk bertransaksi dengan Bitcoin sendiri di Indonesia sudah cukup beragam. Selain dukungan Luno, layanan digital wallet seperti Doku juga telah memudahkan akses transfer pembelian Bitcoin.

Bahkan baru-baru ini dikabarkan bahwa perusahaan di jaringan konglomerasi Tahir di Indonesia tengah bersiap untuk menerima transaksi dengan Bitcoin di lini bisnisnya. Hal ini menunjukkan bahwa penerimaan terhadap Bitcoin semakin meningkat.

Gambar 2

Bicoin sendiri bukan satu-satunya cryptocurrency yang saat ini bisa digunakan, ada beberapa sistem lain yang juga menyajikan produk sejenis. Namun dari hasil survei dikemukakan bahwa Bitcoin tetap yang paling populer di antara lainnya. Hal ini sejalan dengan keyakinan responden, 47,9 persen meyakini di akhir tahun nanti nilai konversi Bitcoin dapat mencapai 60 juta.

Gambar 3

“Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh komunitas dan industri Bitcoin di Indonesia adalah tidak adanya regulasi yang jelas. Seperti yang Anda lihat di survei yang kami lakukan, lebih dari 88% responden akan membeli lebih banyak Bitcoin jika pemerintah (dalam konteks ini, Bank Indonesia) membuat regulasi penggunaan Bitcoin di Indonesia. Tapi seperti halnya industri baru, hal ini lumrah terjadi. Regulator harus berhati-hati dalam membuat keputusan, dan kami selalu terbuka untuk bekerja sama dan berdiskusi mengenai industri Bitcoin secara menyeluruh,” pungkas Claristy.

––

Disclaimer: Tulisan ini hanya bersifat informatif, sehingga segala pilihan investasi yang diambil setelah membaca tulisan ini berada di luar tanggung jawab penulis.

Jika Anda tertarik untuk investasi Bitcoin, Anda dapat membaca artikel tiga cara mudah beli Bitcoin. Namun, pastikan Anda telah membaca dan memahami risiko Bitcoin sebelum melakukan investasi tersebut.

Update: Penambahan pernyataan tanggapan dari Luno seputar tren dan tantangan adopsi Bitcoin saat ini.

Mengenal tentang Krypt, Mata Uang Digital yang Dipersiapkan Exclusor

Beberapa waktu lalu kami sempat memberitakan mengenai ExorChain, sebuah platform digital yang sedang dikembangkan untuk pemanfaatan teknologi blockchain di Indonesia, sekaligus menciptakan mata uang digital atau cryptocurrency baru untuk Indonesia yang diberi nama Krypt (KRP). Pasca beberapa persiapan dan penyempurnaan teknologi, akhirnya Exorchain siap memasuki tahap crowdselling dan memperkenalkan diri kembali menjadi Exclusor.

DailySocial sempat berbincang dengan Tata Tricipta untuk kembali mengulas mengenai layanan dan teknologi yang ia kembangkan. Sebagai salah satu jenis platform atau layanan baru di Indonesia, Exclusor masih berupaya untuk memberikan informasi dan pemahaman mengenai manfaat blockchain dan ekosistemnya.

Tata bercerita saat ini Exclusor sedang mengadakan crowdsale. Periode ini dibuka sejak tanggal 19 Juli kemarin. Mereka menawarkan atau menjual Krypt sebagai mata uang digital. Diharapkan dengan mengikuti crowdsale ini mereka yang tertarik untuk membeli mata uang digital ini mendapatkan keuntungan lebih. Seperti yang didapat para early adopter atau pembeli pertama saat nilai tukar bitcoin naik.

“Saat ini crowdsale yang kami lakukan lebih kepada menawarkan Krypt sebagai mata uang digital yang baru, bukan menawarkan private equity, untuk penawaran private equity di dalam DAO nanti akan kita tawarkan sekitar bulan Januari 2018. Oleh karena itu yang kita tawarkan untuk crowdsale sekarang ini lebih dititik beratkan pada keuntungan memakai teknologi yang kita kembangkan, yaitu keamanan, kemudahan, biaya yang murah, transparansi dan efisiensi,” ujar Tata.

Ia lebih lanjut juga menjelaskan bahwa Krypt merupakan mata uang digital yang resmi dan hanya dipakai dalam sistem Exclusor. Krypt bukanlah pengganti mata uang yang saat ini saja, pembelian konvensional tetap akan dikonversikan ke mata uang yang berlaku. Secara karakteristik Krypt ini mirip dengan bitcoin, sehingga Krypt bisa menjadi komoditas yang diperjualbelikan di bursa uang digital maupun sebagai instrumen untuk investasi di proyek, perusahaan atau komoditas lainnya yang menggunakan teknologi Exclusor sebagai basis platformnya.

“Kita tidak berupaya menjadikan Krypt sebagai stable coin, nilainya nanti kita serahkan melalui mekanisme pasar di bursa yang tergantung dari supply dan demand. Bursa aset digital yang kita kembangkan khusus untuk ekosistem Exclusor sedang kita test di internal dan akan kita rilis secara resmi setelah crowdsale berakhir,” lanjut Tata.

Tata lebih lanjut juga menjelaskan Krypt bisa ditukar dengan bitcoin dan mata uang digital lainnya dan bisa juga ditukar dengan uang kertas. Nilainya saat ini berkisar mulai dari Rp10.000 sampai dengan Rp15.000.

“Untuk konversi dari uang kertas kita hanya menerima konversi dari rupiah ke Krypt, kalaupun ada yang membeli dari mata uang USD atau SGD, kita konversikan ke rupiah terlebih dahulu,” imbuhnya.

Peta jalan dan rencana terhadap Krypt

Mata uang digital belum banyak dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Meski bitcoin sudah cukup banyak dikenal peredaran dan pemanfaatannya masih berkutat di komunitas atau mereka yang sudah fasih terhadap teknologi. Inilah yang saat ini dan akan menjadi tantangan untuk Exclusor berkembang di Indonesia.

Kendati demikian Tata dan tim sudah menyusun peta jalan hingga tahun 2018 awal untuk platform Exclusor. Setelah crowdsale ini selesai mereka akan melakukan valuasi terhadap nilai Krypt dan akan dialokasikan dengan tiga skema. Pertama, 80% total Krypt akan menjadi hak milik pembeli yang bisa diperjualbelikan di bursa atau transaksi lainnya.

Yang kedua, 15% dari total Krypt yang terjual akan dipakai untuk pengembangan selanjutnya dan merilis aplikasi pendukung seperti wallet, digital identik, digital Asset exchange, dan lain-lain. Termasuk untuk biaya marketing. Dan yang ketiga, 5% dari total Krypt yang terjual akan didistribusikan ke pihak ketiga yang membantu Exclusor saat crowdsale.

Di awal 2018 Exclusor juga sudah merencanakan untuk menambah jumlah pengguna dengan melakukan ekspansi ke negara-negara di wilayah Asia Tenggara.

“Jujur saja, crowdsale yang sekarang targetnya tidak muluk-muluk, kami menargetkan penjualan yang menurut saya cukup rasional, mengingat masyarakat Indonesia masih belum paham keuntungan dari teknologi blockchain dan juga belum tahu tentang uang digital. Target terendah kita adalah 10% dari total Krypt atau sekitar 500.000 Krypt yang bisa terjual juga itu sudah cukup bagus,” tutup Tata.

Mengenal ExorChain, Platform Blockchain yang Disiapkan untuk Ekosistem Indonesia

Di ini teknologi blockchain menjadi salah satu teknologi mulai diperbincangkan. Keterkaitannya dengan cryptocurrency yang mulai mendapat sorotan banyak pihak menjadikan teknologi blockchain turut dikenal. Di Indonesia istilah blockchain baru ramai belakangan, meski demikian teknologi ini menyimpan banyak potensi pengembangan. Salah satu yang coba mengenalkan teknologi blockchain di Indonesia adalah ExorChain.

ExorChain merupakan platform digagas Tata Tricipta,  seseorang yang pada tahun 2010 silam dikenal sebagai salah satu pendiri Trendiest sebelum akhirnya layanan tersebut dimatikan. Kepada DailySocial, Tata bercerita pihaknya tengah berusaha membuat ekosistem blockchain di Indonesia. Prototipenya sedang dikembangkan sekaligus menyiapkan launch pre-sale untuk seed funding yang akan merilis sekitar 250.000 KRP (cryptocurrency yang akan menjadi mata uang di ExorChain) yang setara dengan 0.025 BTC.

Untuk informasi, blockchain merupakan sebuah teknologi dengan konsep peer to peer. Namun bukan file yang di-sharing, melainkan ledger atau database transaksi. Berbeda dengan database yang selama ini ada, blockchain bersifat decentralized, sehingga ketika salah satu peer mengalami gangguan, down atau gangguan lain masih ada node atau peer yang memiliki data otentik yang tervalidasi. Setiap block dalam chain yang sama akan memverifikasi dan men-generate hash dalam setiap transaksi sehingga lebih aman dan tepercaya.

“Untuk saat ini kita sedang mencoba membuat ekosistem blockchain di Indonesia, prototype sudah ada, dan kita mau launch presale untuk seed fund sekitar MInggu depan selama seminggu dengan merilis sekitar 250.000 KRP yang setara dengan 0.025 BTC atau nanti bisa juga pakai sistem bid  sebelum crowdsale ICO (Initial Coin Offering) untuk membuat DAO (Democratic Autonomous Organization) – organisasi dalam blockchain yang memungkinkan semua orang submit proposal dan voting dengan menggunakan smart contract, di mana nanti semua anggota DAO bisa ikut berperan di perkembangan ExorChain ke depannya juga. Milestone sedang kita buat untuk ICO,” terang Tata.

Tahun ini Tata dan tim berusaha mengenalkan teknologi blockchain yang bukan hanya sekedar tentang trading Bitcoin tetapi juga bisa digunakan untuk banyak hal. Total ada empat produk yang sedang dikembangkan, yakni ExorID, ExorWallet, ExorToken, dan IDAEX. Semuanya masih terus dikembangkan, beberapa sudah siap untuk diuji coba.

Blockchain tak hanya soal pembayaran

Lebih lanjut mengenai soal teknologi blockchain ini Tata menjelaskan bahwa penerapannya tidak hanya soal pembayaran dan uang digital. Konsep dan teknologi blockchain yang lebih aman bisa diadopsi untuk banyak persoalan, misalnya untuk keperluan medical record pasien. Data pasien dapat disimpan dalam blockchain untuk meningkatkan keamanan.

Selain itu hal-hal lain seperti loyalty program, supply chain, sertifikat emas, sertifikat tanah, asuransi, trading bursa saham, trading bursa derivatif, digital identity, atau hal lain yang berupa bentuk digital dapat disimpan ke dalam blockchain yang selanjutnya disebut dengan digital Asset. Uniknya digital Asset ini bisa disimpan sebagai investasi, komoditi, bahkan sebagai pembayaran karena ada nilai yang mengikat.

“Blockchain itu teknologi yang bagus dan bisa diterapkan di mana saja. Banyak perusahaan-perusahaan besar yang mencoba mengadopsi teknologi ini, misalnya Microsoft, Deloitte, IBM, Royal Mint (deposit emas terbesar di Inggris), dan lain-lain. Beberapa orang bahkan buat jargon “The new Internet” karena Internet yang sekarang sangat centralized, jadi memang akan mengubah Internet saat ini, tinggal menunggu waktu saja buat Indonesia untuk mengadopsi teknologi ini, kalau ga mengadopsi ya kemungkinan besar bakal tertinggal,” imbuh Tata.

Sama dengan teknologi atau layanan baru lainnya di Indonesia, aturan dan regulasi masih menjadi tantangan bagi Tata dan platform yang dikembangkannya. Meski demikian, pihaknya mencoba mematuhi regulasi yang ada saat ini.