KapanLagi Youniverse Kini Kelola Penuh Brilio, Joe Wadakethalakal Tinggalkan Perusahaan

Brilio, platform media yang fokus menjangkau generasi milenial, kini dimiliki penuh KapanLagi Youniverse (KLY), perusahaan hasil merger KapanLagi Networks (KLN) dan KMK Online. Co-Founder Joe Wadakethalakal mengumumkan bahwa dirinya telah mengundurkan diri sebagai CEO perusahaan dan Danny Purnomo, sebelumnya Co-Founder dan CMO Brilio, menjadi CEO yang baru.

Danny mengonfirmasi bahwa Brilio akan tetap beroperasi seperti biasa sebagai entitas independen dan menyebutkan Levina Amelia sebagai CMO perusahaan yang baru. Tidak ada perubahan lain di jajaran manajemen.

Kepada DailySocial, Danny mengatakan, “Aliansi bisnis dengan KLY akan lebih terbuka, terutama untuk Brilio berkolaborasi dengan grup secara keseluruhan.”

KLY, sebelumnya KLN, memang sejak awal pendirian berperan sebagai pemilik mayoritas Brilio yang didirikan di tahun 2015. Joe, dalam pernyataannya menyebutkan, salah satu opsi yang ada ialah mengonsolidasikan Brilio dengan KLY begitu Brilio mencapai skala tertentu. Poin itu disebut sudah dicapai saat ini.

“Ketika sebuah startup telah mencapai titik tertentu konsolidasi bisa membawa bisnis ke level berikutnya dengan memfokuskan sumberdaya, aset, dan pengetahuan kedua organisasi untuk mendukung sebuah formula yang sudah terbukti bekerja. Ini adalah posisi Brilio saat ini,” ujar Joe.

Di tahun 2017, Brilio mengklaim memiliki 21 juta pembaca (unique visitor), 96 juta halaman dibaca (pageviews), dan konten video yang dilihat lebih dari 12 juta kali setiap bulannya.

Application Information Will Show Up Here

Brilio Hadirkan “Fulus”, Platform Komparasi Finansial

Perusahaan penerbit konten digital Brilio merilis platform komparasi produk finansial “Fulus” untuk membantu kalangan millennial membandingkan berbagai produk finansial yang ada di pasaran. Dalam menghadirkan platform ini, Brilio memanfaatkan teknologi dari Cermati.

Untuk sementara, produk yang dihadirkan dalam Fulus adalah membandingkan produk kartu kredit dan informasi seputarnya. Misalnya fasilitas yang diberikan, persyaratannya, informasi biaya dan denda, kelebihan dan kekurangan, hingga rekomendasi kartu kredit sesuai profil calon nasabah.

Beberapa perusahaan penerbit kartu kredit yang tersedia di Fulus, seperti AEON, ANZ, Bank Danamon, Bank Mega, BCA, BNI, BRI, Citibank, HSBC, dan Standard Chartered.

Tampilan FULUS

Sebelumnya Brilio melakukan riset bersama dengan JakPat Mobile Survey terhadap 1021 responden berusia 21-37 tahun di 34 kota besar Indonesia. Hasilnya menunjukkan bahwa sebanyak 59% millennial Indonesia, khususnya kelas menengah, kini lebih menyukai transaksi secara cashless baik melalui kartu debit, e-money, maupun kartu kredit. Atas dasar hasil riset tersebut, akhirnya Brilio memutuskan untuk memulainya dari kartu kredit.

“Kami menemukan bahwa 63% millennial Indonesia mengaku membutuhkan kartu kredit, tapi kami juga mendapatkan fakta menarik bahwa 66% millennial mengaku kesulitan kartu kredit apa yang terbaik untuk kebutuhan mereka. Ini jadi alasan kami membuat Fulus,” terang CEO & Co-Founder Brilio Joe Wadakethalakal dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial, Kamis (4/1).

Lebih lanjut, dalam hasil riset itu memperlihatkan bahwa mayoritas pengeluaran kartu kredit millennial dilakukan untuk pembelian alat elektronik (27%), makanan dan minuman (25%), melancong (23%), dan item fesyen (15%).

Hasil riset ini kemudian menginspirasi tim Brilio untuk merekomendasikan kartu kredit berdasarkan best credit cards dalam beberapa kategori. Untuk Travel, Dining, Cashback, Retail, Low Interest, Rewards, First Card, dan lainnya. Selain memberi rekomendasi, Fulus juga memiliki fitur pengajuan kartu kredit secara online.

Terkait monetisasinya, Fulus akan memakai sistem affiliate. Fulus akan mendapatkan revenue dari setiap proses aplikasi kredit yang berhasil diterima. Joe mengungkapkan, ke depannya Brilio akan menambah fitur-fitur yang ada dengan membandingkan produk finansila lainnya selain kartu kredit.

Application Information Will Show Up Here

10 Video Terpopuler #DScussion Sepanjang Tahun 2017

Untuk mengenal lebih jauh profil hingga latar belakang pendiri dari berbagai startup di tanah air, DailySocial memiliki segmen liputan #DScussion. Dalam beberapa kesempatan tersebut, #DScussion telah melakukan wawancara dengan CEO startup seperti Jurnal, Muslimarket hingga RedDoorz.

Berikut ini adalah rangkuman, top 10 liputan #DScussion DailySocial, berdasarkan jumlah view dari channel Youtube DStv.

1. RedDoorz

Hotel budget menjadi suatu segmen niche baru di sektor travel, seiring dengan makin digemari kebiasaan traveling kaum millennial yang mencari akomodasi dengan harga terjangkau. Salah satu pemain di vertikal ini adalah RedDoorz.

Dalam wawancara kali ini, kami berbincang dengan COO RedDoorz Rishabh Singhi tentang bisnis hotel budget dan bagaimana trennya di kawasan Asia Tenggara, khususnya di Indonesia.

2. Blanja

Didukung Telkom dan raksasa e-commerce eBay, Blanja mencoba memperkuat posisinya sebagai salah satu layanan e-commerce terdepan di Indonesia. Di tahun 2017 ini Blanja akan melakukan rebranding untuk menjangkau lebih banyak pelaku UKM dan pengguna di Indonesia.

Dalam edisi #DScussion berikut ini, CEO Blanja Aulia Marinto mengungkapkan keunikan dan rencana Blanja. Ia juga bercerita soal cara kepemimpinannya yang mendukung inovasi.

3. PopBox

Sebagai startup yang menyediakan layanan logistik secara digital melalui lokernya, PopBox telah melakukan kemitraan yang cukup beragam. Mulai dari kerja sama dengan layanan e-commerce seperti MatahariMall dan Asmaraku hingga Pertamina. Sering disamakan dengan kategori layanan logistik lokal, PopBox mengklaim memiliki perbedaan yang cukup signifikan baik dari sisi klien hingga target pasar.

Dalam #DScussion kali ini, CEO PopBox Adrian Lim mengungkapkan beberapa rencananya tahun 2017 ini.

4. Jurnal

Sebagai layanan SaaS yang menyasar kalangan UKM, Jurnal memiliki fokus sebagai layanan yang mengedepankan sistem finansial sekaligus menjadi enabler bisnis terkait lainnya.

Dalam sesi #DScussion kali ini, CEO Jurnal Daniel Witono menjabarkan tren dan potensi layanan SaaS di Indonesia serta bagaimana tanggapannya soal bisnis SaaS yang dianggap “kurang seksi” dibanding vertikal populer seperti e-commerce. Simak wawancara lengkapnya berikut ini.

5. Brilio (bagian 1)

Dalam edisi #DScussion kali ini, DailySocial berbincang-bincang dengan CEO Brilio Joe Wadakethalakal. Berkiblat pada gaya Buzzfeed, Brilio bisa dibilang menjadi media hiburan terdepan untuk kalangan millennial Indonesia.

Bagaimana pandangan Brilio tentang topik favorit millennial Indonesia, apakah mereka akan menyusul Buzzfeed mengembangkan topik longform, dan bagaimana pandangan mereka soal platform user generated content? Simak perbincangan kami berikut ini.

6. Brilio (bagian 2)

Melanjutkan #DScussion edisi sebelumnya, CEO Brilio Joe Wadakethalakal kembali berbagi cerita dan pengalaman seputar menjalankan media online di Indonesia.

Brilio memiliki komitmen untuk fokus ke native ads sebagai sumber pendapatan hingga 100%. Hal ini berbeda dengan banyak media online yang lebih banyak mengandalkan kegiatan offline untuk mendapatkan pendapatan. Ke depannya Joe memprediksi native ads akan lebih banyak didominasi publisher besar di Indonesia.

Menutup DScussion, Joe memberikan tips agar bisa survive sebagai platform media online.

7. Muslimarket

Sebagai salah satu fashion commerce yang membidik target pasar kalangan muslimah di Indonesia, Muslimarket mampu bertahan dengan menghadirkan inovasi hingga private label sendiri bernama Suqma. Menyadari pentingnya bagi fashion commerce untuk memiliki brand sendiri juga toko fisik untuk menghadirkan skema online-to-offline di Indonesia, Muslimarket fokus kepada kepuasan pelanggan dengan memberikan produk pilihan baik dari sisi desain juga kualitas produk.

Dalam edisi #DScussion kali ini, CEO dan Founder Muslimarket Riel Tasmaya berbagi tips dan prediksi, seperti apa tren fashion commerce busana muslim di tahun 2018.

8. Kofera

Berawal dari pengalaman pribadi bekerja di perusahaan sebelumnya, CEO Kofera Bachtiar Rifai mulai mengembangkan teknologi otomasi khusus untuk layanan iklan digital yang menyasar layanan e-commerce dan korporasi.

Dalam sesi #DScussion kali ini, CEO Kofera Bachtiar Rifai juga memaparkan prediksinya untuk perkembangan teknologi otomasi di Indonesia.

9. Cermati

Sebagai salah satu layanan financial technology (fintech), Cermati terus mendorong edukasi kepada orang banyak terkait layanan fintech dan inklusi finansial. Mengapa Cermati memilih mengembangkan layanan fintech di sektor perbandingan produk? Bagaimana rencana pengembangan ke depannya?

Berikut bincang-bincang #DScussion dengan Co-founder dan CEO Cermati Andhy Koesnandar.

10. Lyke

Lyke adalah aplikasi fashion commerce yang ingin menjadi jembatan antara merchant, layanan e-commerce, dan konsumen di Indonesia. Masih menjadi bagian keluarga Rocket Internet, Lyke dengan sejumlah teknologinya, seperti deep learning dan artificial intelligence, membantu proses discovery yang lebih menyenangkan di segmen ini.

Ingin tahu lebih banyak soal Lyke dan kesulitan yang dihadapi Founder dan CEO Lyke Bastian Purrer mendirikan usahanya di sini? Berikut adalah wawancara kami di DScussion berikut ini.

Rangkul Kalangan Millennial Luar Jakarta, Brilio Luncurkan Platform UGC Brilio Creator

Setelah sempat diundur peluncurannya, Brilio yang menyasar kalangan millennial sebagai pembaca akhirnya meluncurkan platform terbaru User Generated Content (UGC) bernama Brilio Creator. Salah satu alasan mengapa platform ini dihadirkan Brilio adalah untuk merangkul lebih banyak penulis muda berbakat yang berasal dari luar kota dan tidak hanya fokus di Jakarta.

Kepada DailySocial, CEO Brilio Joe Wadakethalakal mengungkapkan saat ini masih banyak tenaga muda yang memiliki keahlian untuk menulis di luar Jakarta, namun masih kesulitan melakukan monetisasi dari tulisan yang dibagikan secara online.

“Kembali ke misi kita yaitu hiburan, informasi dan empower, platform UGC ini merupakan misi ketiga Brilio yang kami hadirkan khusus untuk tenaga kreatif yang tinggal di kota seperti Yogyakarta, Semarang atau Malang dan kota-kota lainnya.”

Secara khusus Brilio tidak menetapkan seperti apa konten atau video yang memiliki peluang untuk dipublikasikan melalui situsnya, namun demikian dilihat dari tren yang ada kebanyakan berisi konten hiburan dan gaya hidup untuk kalangan millennial.

Proses kurasi dan insentif

Dengan mengirimkan tulisan, foto dan video kreatif yang nantinya akan dikurasi, penulis dan pembuat video kreatif memiliki kesempatan memperoleh pendapatan dari Brilio sebesar Rp200 ribu.

“Setiap konten yang masuk dari pengguna Brilio Creator akan dikurasi. Jika sudah lolos, tulisan mereka akan tampil di halaman community dan dipromosikan melalui seluruh saluran distribusi Brilio, sehingga kontennya bisa dilihat oleh banyak audience. Selain itu, setiap harinya, beberapa konten yang dianggap menarik akan dipilih editorial kami untuk masuk ke halaman utama Brilio,” kata Wadakethalakal.

Brilio mengklaim memiliki 21 juta pembaca (unique visitor), 96 juta halaman dibaca (pageviews), dan konten video yang dilihat lebih dari 12 juta kali setiap bulannya. Sedangkan jumlah pengunjung yang datang kembali (returning user) mencapai 73%.

Hal ini menjadi modal bagi Brilio mengajak kalangan millennial untuk mempublikasikan konten mereka di platform Brilio Creator. Diharapkan platform terbaru Brilio ini bisa merangkul sebanyak 100 ribu kreator muda hingga tahun 2018.

Mencermati Peranan Media Sosial untuk Startup

Sejak pertengahan tahun 90-an, diawali dengan situs jejaring sosial, blog dan mikroblog, media sosial saat ini sudah mengalami pertumbuhan yang cepat. Bukan hanya untuk berbagi cerita, tulisan hingga aktivitas, media sosial sudah sarat dengan fitur terkini seperti gambar, video hinga GIF. Melihat tren dan kebiasaan dari pengguna, media sosial saat ini juga sudah menjadi platform promosi dan publikasi secara gratis hingga berbayar yang paling efektif untuk startup hingga korporasi. Menargetkan kalangan tertentu atau orang banyak dalam waktu yang diinginkan, semua informasi, perkembangan terkini hingga tanggapan dari perusahaan, bisa di sampaikan melalui media sosial.

Kontribusi besar media sosial untuk startup

Di dunia startup sendiri media sosial sudah menjadi platform “wajib” untuk melakukan engagement hingga penyebaran informasi kepada pelanggan. Sudah banyak keberhasilan yang diraih oleh startup memanfaatkan akun media sosial, dalam hal penambahan jumlah pengguna, branding, awareness, hingga edukasi produk.

Brilio sendiri sebagai media teknologi yang sepenuhnya mengandalkan media sosial untuk penyebaran informasi hingga artikel yang viral, sudah sangat membantu kegiatan tersebut sekaligus menargetkan pengguna yang diincar yaitu kalangan millennial.

“Media sosial memiliki peran yang cukup penting bagi kami di Brilio, terutama ketika saat ini sebagian besar pengguna media sosial di Indonesia adalah mereka yang masuk dalam kategori millenial,” kata CEO & Co-Founder Brilio Joe Wadakethalakal.

Menurut Joe, meskipun masih didominasi oleh startup berbasis teknologi, pemanfaatan media sosial secara perlahan namun pasti juga mulai diterapkan oleh perusahaan besar yang masih menjalankan bisnisnya secara konvensional.

“Penyebaran informasi melalui media sosial saat ini tidak bisa dihiraukan lagi, ketika kegiatan pemasaran banyak yang berhasil melalui channel media sosial.”

Hal senada juga diutarakan CEO Picmix Calvin Kizana. Menurut Calvin, keberhasilan Picmix saat ini sebagian besar dipengaruhi oleh eksistensi akun media sosial yang ada. Hal tersebut memiliki efek yang cukup positif, terutama bagi startup yang berupaya untuk mendapatkan pertumbuhan pengguna.

“Namun demikian ketika semua startup memanfaatkan channel yang sama yaitu media sosial akan menjadi crowded dan sarat dengan kompetisi memanfaatkan media sosial untuk berpromosi.”

Pada akhirnya, menurut Calvin, selama startup bisa menjaga kepuasan dan loyalitas dari pengguna melalui engagement atau program loyalitas yang dilakukan, hubungan baik dengan target pengguna akan menuai hasil yang positif.

“Kami cukup rajin melakukan kegiatan kompetisi, pemberian hadiah atau permainan lainnya kepada pengguna melalui media sosial, kegiatan tersebut cukup mampu untuk mempertahankan hingga menambah jumlah pengguna.”

Media sosial sebagai sumber komunitas startup

Menurut Head Marketing Blanja Faiz Fashridjal, saat ini media sosial sudah memberikan kontribusi terbesar untuk mendapatkan pengguna baru sekaligus penjualan di Blanja. Untuk bisa terus mempertahankan jumlah yang ada, Blanja kemudian mengumpulkan jumlah pengguna yang ada dalam sebuah komunitas yang merupakan channel organik sebagai media penyebaran informasi, promosi online dan offline.

“Kebanyakan orang di Indonesia memanfaatkan media sosial terlebih dahulu sebelum berbelanja untuk mendapatkan informasi dan rekomendasi, dari situlah akun media sosial memiliki fungsi yang penting untuk menarik perhatian calon pelanggan,” kata Faiz.

Selain memanfaatkan media sosial seperti Twitter, Facebook, Instagram, Youtube dan channel publisher lainnya, Blanja juga rajin memperluas kemitraan dengan operator telekomunikasi, bank dan perusahaan terkait lainnya demi menyebarkan informasi dan menambah jumlah pengguna. Hal tersebut cukup membantu Blanja memanfaatkan celah baru untuk mempercepat pertumbuhan jumlah pengguna.

Sementara itu bagi Tribe yang sepenuhnya mengandalkan aplikasi, media sosial merupakan satu-satunya cara yang paling efektif untuk penyebaran informasi hingga promosi sekaligus akuisisi pelanggan. Kegiatan tersebut dilakukan secara agresif setiap harinya.

“Saat ini kami melihat hanya media sosial platform yang bisa memberikan target segmen yang tajam untuk ke calon pengguna yang memang kami tuju. Platform lain selain media sosial audience-nya terlalu luas,” kata Country Head Tribe Indonesia Rasyefki Sultani.

DScussion #77: Tren Native Ads dan Strategi Cerdas Platform Media di Indonesia

Melanjutkan DScussion edisi sebelumnya, CEO Brilio Joe Wadakethalakal kembali berbagi cerita dan pengalaman seputar menjalankan media online di Indonesia.

Brilio memiliki komitmen untuk fokus ke native ads sebagai sumber pendapatan hingga 100%. Hal ini berbeda dengan banyak media online yang lebih banyak mengandalkan kegiatan offline untuk mendapatkan pendapatan. Ke depannya Joe memprediksi native ads akan lebih banyak didominasi publisher besar di Indonesia.

Menutup DScussion, Joe memberikan tips agar bisa survive sebagai platform media online.

DScussion #76: Brilio dan Komitmen Media untuk Kalangan Millennial

Dalam edisi DScussion kali ini, DailySocial berbincang-bincang dengan CEO Brilio Joe Wadakethalakal. Berkiblat pada gaya Buzzfeed, Brilio bisa dibilang menjadi media hiburan terdepan untuk kalangan millennial Indonesia.

Bagaimana pandangan Brilio tentang topik favorit millennial Indonesia, apakah mereka akan menyusul Buzzfeed mengembangkan topik longform, dan bagaimana pandangan mereka soal platform user generated content? Simak perbincangan kami berikut ini.