Klaim Pertumbuhan Positif, PasarPolis Tunjuk Presiden Baru

Melalui model bisnis dan operasional yang efektif, platform insurtech membuat layanan asuransi lebih mudah diakses dan berorientasi pada pelanggan. Meskipun tantangan masih ada, kerja sama antara startup di bidang ini dan perusahaan asuransi yang mulai terbangun, yang didukung oleh lingkungan regulasi yang kondusif.

Salah satu platform insurtech yang telah berdiri sejak tahun 2015, PasarPolis terus mengembangkan inovasi agar bisa menjadi the next gen digital insurance yang selalu mengikuti tren kebutuhan pasar. Untuk memperkuat posisi mereka di industri, baru-baru ini mereka menunjuk Presiden baru yaitu Peter van Zyl untuk turut menavigasi strategi perusahaan.

Peter dikenal sebagai veteran profesional dengan rekam jejak panjang di industri asuransi selama lebih dari 20 tahun. Sebelum bergabung dengan PasarPolis, Peter menjabat sebagai Presiden Direktur & CEO Allianz Indonesia selama 7 tahun dan menduduki posisi manajemen senior di AIG selama lebih dari 15 tahun.

Presiden PasarPolis Peter van Zyl / PasarPolis

Disampaikan dalam keterangan resmi, untuk jangka pendek Peter akan berfokus memperkuat posisi PasarPolis di pasar dan mengimplementasikan strategi baru guna meningkatkan daya saing perusahaan. Sementara di jangka panjang, visi Peter adalah menjadikan PasarPolis sebagai perusahaan asuransi digital terdepan dengan layanan, produk, dan klaim yang mudah, cepat, dan terjangkau.

“Kami memprioritaskan pengalaman berasuransi yang lebih menyenangkan mulai, dari pemilihan produk hingga klaim yang 10x lebih baik bagi pelanggan kami melalui digitalisasi,” kata Peter.

PasarPolis juga akan memfokuskan kepada peningkatan penetrasi dan literasi asuransi di negara Asia Tenggara lainnya, seperti Vietnam dan Thailand, mengingat potensi yang masih besar, terutama di tengah peningkatan kesadaran masyarakat terhadap perlindungan asuransi pasca pandemi.

Dari sisi pasar, Vietnam dan Indonesia memiliki kriteria pasar asuransi yang serupa, meskipun kesadaran akan asuransi di Vietnam masih relatif rendah daripada Indonesia; serta Thailand merupakan pasar asuransi yang sudah cukup matang, dengan tingkat penetrasi lebih tinggi. Tahun 2019 lalu perusahaan melakukan ekspansi ke Vietnam dan Thaland.

Pertumbuhan positif

Diklaim melalui pendekatan digital, PasarPolis telah mencapai segmen pasar yang sulit dijangkau oleh saluran distribusi tradisional. Produk-produk yang ditawarkan juga dinilai sangat relevan dengan kebutuhan masyarakat masa kini, seperti asuransi perjalanan hingga perlindungan gadget (microinsurance).

Dengan mengedepankan pendekatan omnichannel, PasarPolis juga ingin memberikan akses yang simpel dan mudah terhadap produk asuransi, mulai dari pemilihan polis hingga penyelesaian klaim. PasarPolis terus berupaya meningkatkan distribusi polis asuransi secara lebih tepat sasaran, melalui layanan keagenan yang dimiliki.

Pandemi juga dinilai telah mengubah cara masyarakat dalam memenuhi berbagai kebutuhannya, termasuk dalam berasuransi yang sekarang lebih mudah dilakukan melalui digital. Secara preferensi, inovasi produk asuransi yang melekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat juga semakin menjadi tren.

Tercatat pada tahun 2022, jumlah polis yang diterbitkan oleh PasarPolis mencapai lebih dari 500 juta. Mereka juga mengklaim berhasil melindungi hampir 30% populasi Indonesia atau lebih dari 80 juta pelanggan.

Dari sisi inovasi customer experience, per Juni 2023, PasarPolis telah berhasil menyelesaikan 98% dari total penyelesaian klaim B2B2C (asuransi nonkredit) dan 95% dari total klaim asuransi perangkat diselesaikan dalam waktu kurang dari 2 jam.

Berkolaborasi dengan perusahaan asuransi umum Tap Insure, PasarPolis kini telah menjadi ekosistem asuransi digital full-stack yang mampu melakukan underwrite produk secara mandiri. Sebagai perusahaan insurtech terkemuka di Indonesia, PasarPolis kini memiliki lebih dari 7.500 Mitra aktif dan bekerja sama dengan lebih dari 40 partner ekosistem untuk memenuhi kebutuhan asuransi yang melekat di dalam keseharian masyarakat dari berbagai daerah di Indonesia.

Dinamika industri insurtech

Di pasar asuransi digital, PasarPolis berhadapan langsung dengan sejumlah pemain kunci seperti Qoala dan Fuse. Namun demikian industri ini baru mendapatkan kabar kurang sedap dengan tutupnya layanan Futuready — diketahui mereka memiliki fokus utama menyediakan produk asuransi mikro. Sementara para rivalnya bermain di banyak model bisnis, termasuk yang menjadi adalan adalah layanan keagenan.

Pemain lainnya, yakni Aigis, awal tahun ini memilih pivot dari penyedia layanan insurtech B2B menjadi SaaS manajemen keuangan industri kreatif. Startup yang didukung Init6, Goodwater Capital, dan Y Combinator ini juga melakukan rebranding menjadi Finnix.

Terkait pendanaan, tiga startup telah membukukan investasi baru di semester pertama 2023 ini. Pertama Igloo yang membukukan nilai investasi 716 miliar Rupiah pada pendanaan seri B mereka dan berkomitmen memperdalam penetrasinya di pasar Indonesia. Kemudian Qoala juga mendapatkan tambahan 113 miliar Rupiah pada putaran seri B mereka. Lalu terakhir ada Bang Jamin yang baru mendapatkan pendanaan segar dari Northstar Group dan BRI Ventures.

Application Information Will Show Up Here

PasarPolis Rilis Aplikasi “TAP Insure” untuk Jangkau Konsumen Ritel

Startup insurtech PasarPolis merilis aplikasi TAP Insure untuk menjangkau konsumen ritel sebagai bentuk perluasan jalur distribusi. Saat ini aplikasi sudah bisa diunduh melalui AppStore dan Google Play.

Dalam keterangan resmi, Founder & CEO PasarPolis Cleosent Randing menjelaskan, kehadiran TAP Insure menandai hadirnya brand terbaru PasarPolis, yang akan menjadi brand dari berbagai produk asuransi yang bakal di tawarkan ke depannya.

Proposisi TAP berbeda dengan bisnis yang selama ini diterapkan PasarPolis yakni B2B2C karena merupakan channel distribusi yang memungkinkan PasarPolis untuk dapat memasarkan produk asuransinya secara langsung kepada konsumen.

“Hal ini kami lakukan untuk mengeliminasi hambatan berasuransi yang kerap timbul karena kurangnya akses dan proses berasuransi yang cenderung rumit. Inovasi ini juga merupakan strategi PasarPolis untuk terus menciptakan pengalaman berasuransi konsumen yang jauh lebih mudah diakses, terjangkau, dan menyenangkan,” kata Cleosent, Kamis (6/10).

Lebih lanjut, ia melihat bahwa kebiasaan masyarakat yang serba digital juga menciptakan kebutuhan berasuransi yang serba digital dan seamless. Hal ini mengindikasikan kebutuhan berasuransi semakin melekat dengan kebutuhan sehari-hari, terlebih dengan potensi risiko yang selalu melekat.

“Kami optimis dengan kehadiran TAP Insure akan membuat pengalaman konsumen dalam berasuransi menjadi seamless dan relevan dengan kebutuhan masyarakat karena semua dilakukan dalam satu aplikasi semudah nge-TAP saja, mulai dari pemilihan produk asuransi, pembelian, hingga klaim, dan tentunya dengan biaya premi yang terjangkau.”

Sejauh ini, terdapat dua produk asuransi dalam aplikasi TAP Insure yang bisa diakses konsumen, yakni asuransi perjalanan dan kecelakaan diri. Untuk asuransi perjalanan, pelanggan akan mendapatkan perlindungan dari risiko finansial saat melakukan perjalanan di dalam dan luar negeri, seperti adanya penundaan/pembatalan/gangguan perjalanan, bagasi hilang/rusak/tertunda, dan lainnya. Harga premi yang dapat dibeli mulai dari Rp25 ribu dengan periode perlindungan mulai dari satu hari.

Kemudian, untuk kecelakaan diri, memberikan perlindungan yang mencakup cedera atau kematian yang timbul dari kecelakaan dengan premi yang dimulai dari kisaran Rp56 ribu dengan waktu perlindungan mulai dari enam bulan. Manfaat yang diterima juga berlaku pada keadaan cedera dan kematian yang diakibatkan oleh tindakan kekerasan.

Perusahaan broker

Sebagai catatan, TAP Insure ini dihadirkan oleh PasarPolis bekerja sama dengan perusahaan pialang asuransi PT PasarPolis Insurance Broker, yang sebelumnya bernama PT Futura Finansial Prosperindo.

Saat dihubungi DailySocial.id, perwakilan perusahaan membenarkan perubahan nama tersebut. Namun, mereka tidak bersedia berkomentar lebih jauh alasan dibalik menggunakan brand yang sama dengan PasarPolis. Dalam catatan OJK, PasarPolis (PT Pasarpolis Indonesia) berada di bawah pengawasan sebagai IKD dengan model bisnis insurance hub.

Hubungan antara kedua perusahaan sebenarnya bukanlah hal baru. Sebelum badan hukumnya berubah, Futura Finansial sudah bekerja sama dengan berbagai inisiatif dari PasarPolis, misalnya saat peluncuran aplikasi khusus agen PasarPolis Mitra pada Desember 2020.

Langkah serupa sebetulnya juga dilakukan oleh kompetitor terdekatnya, Qoala. Startup tersebut juga bermitra dengan PT Mitra Jasa Pratama untuk ekspansi produk, salah satunya QoalaPlus, aplikasi keagenan milik Qoala. Dalam situs Mitra Jasa, COO Qoala Tommy Martin menjabat Komisaris Utama, mengindikasikan posisi perusahaan pialang tersebut terafiliasi dengan Qoala.

Seperti diketahui, dengan memegang lisensi sebagai perusahaan broker, perusahaan dapat ekspansi layanan dengan berbagai perusahaan asuransi, sekaligus upaya meningkatkan rasa kepercayaan dari nasabah asuransi mencegah tindakan moral hazard.

Application Information Will Show Up Here

Strategi PasarPolis Menempatkan Asuransi sebagai Bagian Gaya Hidup Digital

Sejak lima tahun ke belakang, penetrasi asuransi di Indonesia masih konsisten di kisaran mendekati 3%. Metrik tersebut dihitung berdasarkan pertumbuhan (growth) produk atau layanan asuransi dengan GDP. Itu pun masih keberadaan asuransi jiwa masih sangat mendominasi. Program pemerintah mulai “mendorong” masyarakat untuk memiliki layanan BPJS Kesehatan.

Dari fakta tersebut, teknologi diyakini dapat menjembatani kesenjangan yang ada. Hadirnya produk asuransi yang dikemas dalam sebuah aplikasi digital, diharapkan mampu mendekatkan layanan terhadap kebutuhan masyarakat – di tengah angka kesadaran berasuransi yang berangsur meningkat, khususnya selama masa pandemi.

Hal tersebut diyakini Founder & CEO PasarPolis Cleosent Randing.

Pertumbuhan penetrasi asuransi dari 2017 sampai dengan 2021

Dalam sebuah diskusi media yang digelar akhir Oktober 2021 lalu, Cleo (nama panggilan Cleosent Randing) menekankan proposisi nilai yang coba diangkat perusahaannya adalah platform asuransi yang customer-centric bukan product-centric. Mereka mencoba menghadirkan layanan asuransi persis di belakang kemajuan kehidupan masyarakat. Ambil contoh, ketika seseorang membeli handphone, bersamaan dengan itu mereka bisa langsung mendapatkan perlindungan atas kerusakan, sehingga memberikan ketenangan tersendiri. Hal itu dilakukan PasarPolis melalui kemitraannya bersama Xiaomi Indonesia.

“PasarPolis ingin membangun next generation insurance company and product; termasuk di dalamnya menghadirkan layanan klaim instan [80% selesai dalam 18 detik]. Tujuannya tak lain meningkatkan kepercayaan masyarakat,” imbuh Cleo.

Embedded insurance

Jika dirunut lebih dalam, menurut Cleo ada beberapa permasalahan mendasar yang ada dalam industri asuransi. Misalnya inovasi yang tidak terlalu kencang, produk yang tidak terjangkau untuk masyarakat luas, hingga proses bisnis banyak yang masih manual. Dari sini, banyak sekali kesempatan digitalisasi yang dapat dilakukan oleh pemain insurtech.

Dengan kondisi tersebut, pendekatan yang coba dilakukan PasarPolis adalah terlebih dulu membangun “digital engagement”. Mereka mencoba menautkan asuransi sebagai bagian dari gaya hidup digital masyarakat Indonesia, apalagi pandemi juga turut mendorong digitalisasi di semua lini. Dari sana, strategi yang dilakukan adalah dengan menghadirkan layanan “embedded insurance”.

Sederhananya, layanan PasarPolis dapat terintegrasi dengan berbagai layanan digital melalui sambungan di backend. Saat ini mereka terlah bermitra dengan lebih dari 30+ ekosistem aplikasi, termasuk Gojek, Traveloka, Bukalapak, Shopee, Citilink, Telkom, Home Credit, dan lain-lain. Hal ini pula yang mereka lakukan di pasar regional — saat ini PasarPolis mulai menjangkau pasar Thailand dan Vietnam, segera meluncur di Malaysia dan Filipina.

Gambaran layanan PasarPolis yang terintegrasi di beberapa aplikasi digital

Dengan masing-masing rekanan, PasarPolis juga menyuguhkan layanan yang unik. Misalnya bersama Tokopedia mereka menghadirkan layanan Proteksi Kerusakan Barang dan Proteksi Layar Retak. Bersama Gojek, mereka menghadirkan fitur baru bernama GoSure untuk menyediakan produk asuransi mikro untuk ekosistem pengguna di dalamnya. Sementara bersama DANA, mereka juga menghadirkan fitur bernama DANA Siaga, berbentuk produk asuransi standalone yang disediakan oleh PasarPolis.

Diferensiasi produk tersebut bisa digulirkan lantaran saat ini PasarPolis memang memiliki ekosistem produk asuransi mikro yang cukup luas. Tercatat saat ini ada sekitar 170+ jenis produk asuransi dan 30+ rekanan perusahaan asuransi. Dengan model bisnis ini, PasarPolis juga saat ini terdaftar sebagai platform “Insurance Hub” di Otoritas Jasa Keuangan – sebelumnya juga telah terdaftar sebagai layanan broker digital.

“Kami menghadirkan embedded insurance, agar produk asuransi tersemat dalam daily digital journey/lifestyle. Seperti saat orang membeli barang di marketplace, asuransi berasa seperti udara [sesuatu yang mengiringi, dalam hal ini untuk perlindungan barang]. Jadi tujuannya mendatangkan asuransi ke kehidupan orang, bukan orang yang datang untuk mencari asuransi. Kemitraan ini adalah strategi terbaik untuk mengakses pelanggan,” jelas Cleo.

Cleo juga menegaskan, di beberapa kemitraan sifatnya sangat strategis – diketahui Gojek, Tokopedia, dan Traveloka merupakan investor tahap awal PasarPolis; Xiaomi juga merupakan investor PasarPolis. Sementara bersama beberapa pihak lain ia mengatakan “more losely”.

Mulai bangun bisnis kemitraan

Dengan pendekatan bisnis yang dilakukan, sepanjang 2020 dan 2021 ini, PasarPolis telah menerbitkan sekitar 600 juta polis. Sementara total akumulasi pengguna yang berhasil diakomodasi telah mencapai 21 juta lebih — termasuk dari ekosistem kemitraan yang dimiliki. Sementara untuk Gross Written Premium-nya sendiri, Cleo enggan menyebutkan detail nominal, hanya saja telah tumbuh 4-5x lipat year-on-year.

Perjalanan PasarPolis sejak didirikan tahun 2015

Akhir 2020 lalu, PasarPolis juga meluncurkan aplikasi keagenan “PasarPolis Mitra”. Sejak diluncurkan, saat ini mereka telah memiliki sekitar 15 ribu+ mitra aktif yang membantu perusahaan untuk mengedukasi pasar. PasarPolis Mitra bukan menjadi agen asuransi karena punya mekanisme yang berbeda, hanya memberi referensi produk asuransi kepada konsumen. Produk asuransi yang dijual tergolong simpel dengan premi yang ringan. Mitra yang tergabung ini harus melalui proses pelatihan demi memastikan tidak terjadi misselling.

Menurut data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), model keagenan memang menjadi salah satu yang paling efektif setelah bancassurance. Pendapatan premi dari kanal keagenan tercatat mencapai Rp30,44 triliun sepanjang semester I/2021. Kendati capaian tersebut turun 4,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, namun porsinya termasuk yang cukup besar.

Pengembangan teknologi

Awal tahun ini PasarPolis menerima pendanaan $5 juta dari International Finance Corporation (IFC), institusi keuangan di bawah naungan Bank Dunia yang fokus pada percepatan inklusi dan literasi keuangan di berbagai negara berkembang. Pendanaan ini direngkuh selang empat bulan setelah mengumumkan Seri B sebesar $54 juta. Salah satu fokusnya adalah untuk pengembangan teknologi terpadu guna mendigitalkan bisnis asuransi secara menyeluruh.

“Bagi kami pengembangan teknologi tidak bisa di-outsource. Teknologi menjadi landasan penting bagi bisnis,” ujar Cleo.

Untuk saat ini, ada empat aspek teknologi penting yang dikembangkan dan dijadikan proposisi oleh PasarPolis, meliputi:

  • Smart Instant Claim; memanfaatkan teknologi machine learning dan image processing untuk mengautmasi proses klaim dan pembayaran ke konsumer. Memastikan juga sistem klaim proaktif memberikan notifikasi ke pelanggan.
  • API Connection; menghadirkan standardisasi API untuk memudahkan platform digital menghadirkan layanan asuransi. PasarPolis menghadirkan SDK dengan jaminan kemudahan 1 hari dalam menambahkan produk ke sistem.
  • Green & Red Channel Tech; sistem penilaian analisis risiko pelanggan dengan basis data terintegrasi untuk proses underwriting yang lebih baik.
  • Automated Risk Assesement; layanan berbasis AI untuk mereduksi proses penilaian dan klaim secara manual.

Sistem AI yang dikembangkan, saat ini mampu secara efektif melakukan verifikasi identitas, melakukan prediksi perilaku, pengenalan gambar, hingga pelayanan konsumen. Selain itu, bersama para rekanannya, PasarPolis juga mengembangkan “join data lake” untuk meningkatkan data dan kemampuan underwriting.

Berbagai data yang digunakan untuk membantu meningkatkan kualitas layanan asuransi bersama mitra

Untuk pengembangan teknologi, selain tim di Indonesia, Cleo juga mengatakan mereka memiliki pusat pengembangan yang berbasis di India. Keyakinan founder untuk mendemokratisasi bisnis asuransi dengan teknologi membuat produk-produk digital menjadi fokus tersendiri [dan penting] di perusahaan.

Model bisnis insurtech

Berdasarkan laporan bertajuk “Insurtech Ecosystem in Indonesia 2021” yang dirilis DSInnovate, bisnis insurtech di dunia telah berkembang pesat, menawarkan berbagai model bisnis spesifik. Di Indonesia sendiri, beberapa model paling populer adalah marketplace, digital brokers, digital carriers, dan micro insurers. Bahkan sebuah startup bisa sekaligus mengakomodasi beberapa model bisnis, seperti PasarPolis dalam hal ini sebagai marketplace, digital brokers, on-demand insurers, dan digital carriers.

Pemain lainnya, Fuse, mengambil pendekatan mendigitalkan konsep keagenan yang sejauh ini sudah populer di industri asuransi. Salah satu alasannya, proses ini akan memakan waktu yang relatif lebih singkat dalam kaitannya dengan edukasi pasar. Diklaim Gross Written Premium yang berhasil dibukukan Fuse mencapai angka $50 juta (lebih dari Rp700 miliar) pada 2020. Nilai tersebut ditargetkan sepanjang tahun ini menembus kisaran $100-120 juta (sekitar Rp1,4-1,7 triliun).

Varian model bisnis asuransi berbasis teknologi

Ada pendekatan lain yang dilakukan startup lokal, misalnya Lifepal yang fokus untuk membantu calon nasabah membandingkan, membeli, dan menggunakan produk asuransi. Mereka menghadirkan aplikasi marketplace asuransi terpadu, menghubungkan puluhan produk asuransi dan menyuguhkannya ke konsumen akhir. Tahun ini Lifepal mengumumkan pendanaan seri A senilai $9 juta. Digabungkan dengan perolehan sebelumnya, total dana investasi yang telah dikumpulkan perusahaan mencapai $12 juta.

Model bisnis yang semakin matang, kepercayaan investor yang  semakin meningkat, dan penetrasi asuransi yang terus bertambah menjadi kesempatan sendiri bagi startup insurtech. Begitu pula yang diyakini Cleo dan tim PasarPolis.

“Sejak 5 tahun lalu, gaya hidup konsumen sudah bergerak ke digital, tapi kala itu asuransi belum bisa mengakomodasi [gaya hidup tersebut]. Sekarang semua sudah serba digital, pun demikian layanan asuransi […] Pada akhirnya, digital insurance bukan sekadar perusahaan asuransi yang memiliki aplikasi, namun harus mampu menempatkan kehidupan masyarakat di depan asuransi, untuk menghasilkan kehidupan yang bebas dari rasa khawatir,” ujar Cleo.

Application Information Will Show Up Here

PasarPolis Announces Over 70 Billion Rupiah Funding from IFC

Insurtech startup PasarPolis announces follow on funding worth $5 million (more than 70 billion Rupiah) from the International Finance Corporation (IFC), a financial institution that operates under the World Bank that focuses on accelerating financial inclusion and literacy in developing countries. This funding was caught four months after announcing a Series B worth $54 million.

The two companies will gather to continue and strengthen the PasarPolis mission to democratize insurance coverage, one of which is through developing innovative microinsurance products that are affordable and in accordance with the needs of the community.

PasarPolis’ Founder & CEO, Cleosent Randing said the company needed world-class partners who could strengthen PasarPolis’s mission that is quite tough in order to encourage insurance penetration in Southeast Asia.

“We are ready to continue PasarPolis mission to answer the challenge of insurance inclusion in Southeast Asia, which remains such a homework, but through technology and microinsurance products, it can provide access to create a better impact,” he said in a virtual press conference, Thursday ( 4/2).

IFC’s Senior Country Officer, Jack Sidik said this investment is one of IFC’s series of efforts to assist Indonesia’s economic recovery through various initiatives in the private sector. In the past two months, IFC has mobilized IDR 5 trillion, mostly directed at the manufacturing sector in which most affected.

“Regarding PasarPolis, it is an equity [investment] of $5 million. We will help PasarPolis to expand insurance penetration in order to improve the digital economy. Thus, Indonesian workers and their families can have insurance and other safety nets,” Sidik said.

Separately, in an official statement, LeapFrog Investments Partner Fernanda Lima said that the cooperation between IFC and PasarPolis shows the great potential of insurance coverage at affordable prices, in order to increase positive social impacts. “With 30 insurance companies and 25 digital partners serving millions of new users during 2020, the opportunity for PasarPolis to expand its reach and services is extraordinary.”

Regarding the fresh funds, Randing explained that the company will continue to provide the best experience for consumers, from the product selection to the claim process. In terms of technology, it is also being improved for it can be easily used by underprivileged people and in remote areas, having limited use of digital technology.

He also emphasized that PasarPolis’ has other focus to increase insurance penetration and literacy in other ASEAN countries, such as Vietnam and Thailand, as one of the priorities in 2021. “From an industrial perspective, Vietnam and Indonesia have similar insurance market criteria, even though insurance awareness in Vietnam is relatively lower than Indonesia, Thailand is a fairly mature insurance market with a higher penetration rate.”

It is said that PasarPolis currently has more than 80 products specifically designed to lighten the burden and meet the unique needs of people. During the five years of operation, it is claimed that the company has provided protection to 11% of Indonesia’s population of around 30 million people.

As many as 90% of PasarPolis consumers are first time buyers, and 40% of policyholders are informal sector workers, such as online motorcycle taxi drivers, couriers, and online MSME players.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

PasarPolis Umumkan Pendanaan Lebih dari 70 Miliar Rupiah dari IFC

Startup insurtech PasarPolis mengumumkan perolehan pendanaan lanjutan sebesar $5 juta (lebih dari 70 miliar Rupiah) dari International Finance Corporation (IFC), institusi keuangan di bawah naungan Bank Dunia yang fokus pada percepatan inklusi dan literasi keuangan di berbagai negara berkembang. Pendanaan ini direngkuh selang empat bulan setelah mengumumkan Seri B sebesar $54 juta.

Kedua perusahaan akan bersama-sama melanjutkan dan memperkuat misi PasarPolis untuk mendemokratisasi asuransi secara lebih luas, salah satunya melalui pengembangan inovasi produk asuransi mikro yang terjangkau dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Founder & CEO PasarPolis Cleosent Randing mengatakan, perusahaan membutuhkan mitra kelas dunia yang bisa memperkuat misi PasarPolis yang bisa dikatakan berat dalam rangka mendorong penetrasi asuransi di Asia Tenggara.

“Kami siap melanjutkan misi PasarPolis untuk menjawab tantangan inklusi asuransi di Asia Tenggara masih jadi PR yang besar, tapi melalui teknologi dan produk asuransi mikro bisa memberi akses agar dapat menciptakan dampak yang lebih baik,” ujarnya dalam konferensi pers yang digelar secara virtual, Kamis (4/2).

Senior Country Officer IFC Jack Sidik menambahkan, investasi ini adalah salah satu rangkaian IFC dalam membantu pemulihan ekonomi Indonesia melalui berbagai inisiatif di sektor swasta. Dalam dua bulan ini IFC telah mengerahkan dana sebesar Rp5 triliun, paling banyak diarahkan untuk sektor manufaktur yang paling banyak terkena dampak.

“Untuk PasarPolis berupa [investasi] ekuitas sebesar $5 juta. Kami akan bantu PasarPolis perluas penetrasi asuransi dalam rangka meningkatkan ekonomi digital. Dengan demikian, para pekerja Indonesia beserta keluarganya bisa memiliki asuransi dan jaring pengaman lainnya,” ucap Jack.

Secara terpisah, dalam keterangan resmi, Partner LeapFrog Investments Fernanda Lima mengatakan, kerja sama antara IFC dan PasarPolis menunjukkan besarnya potensi dari perlindungan asuransi dengan harga terjangkau, guna meningkatkan dampak sosial yang positif. “Dengan 30 perusahaan asuransi dan 25 mitra digital yang bersama-sama melayani jutaan pengguna baru selama 2020 lalu, peluang PasarPolis untuk memperluas jangkauan dan layanannya sangat luar biasa.”

Terkait penggunaan dana segar, Cleosent hanya merinci bahwa perusahaan akan terus memberikan pengalaman terbaik bagi konsumen, mulai dari proses pemilihan produk hingga proses klaim. Dari sisi teknologi juga terus ditingkatkan agar dapat lebih mudah digunakan oleh masyarakat prasejahtera dan di daerah terpencil, yang selama ini baru memanfaatkan teknologi digital secara terbatas.

Ia juga menegaskan, fokus PasarPolis lainnya adalah meningkatkan penetrasi dan literasi asuransi di negara ASEAN lainnya, seperti Vietnam dan Thailand yang masih menjadi salah satu prioritas di 2021. “Dari sisi industri, Vietnam dan Indonesia memiliki kriteria pasar asuransi yang serupa, meski kesadaran asuransi di Vietnam relatif lebih rendah daripada Indonesia, Thailand merupakan pasar asuransi yang cukup matang dengan tingkat penetrasi lebih tinggi.”

Disebutkan saat ini PasarPolis memiliki lebih dari 80 produk yang dirancang secara khusus dapat meringankan beban dan memenuhi kebutuhan masyarakat yang unik antara satu sama lain. Selama lima tahun beroperasi, diklaim perusahaan telah memberikan perlindungan kepada 11% populasi masyarakat Indonesia atau sekitar 30 juta orang.

Sebanyak 90% dari konsumen PasarPolis adalah first time buyer, dan 40% pemegang polisnya adalah pekerja sektor informal, seperti pengemudi ojek online, kurir, dan pelaku UMKM online.

Application Information Will Show Up Here

Bertujuan Genjot Penetrasi Asuransi, PasarPolis Kembangkan Aplikasi Keagenan

Startup insurtech PasarPolis merilis aplikasi keagenan bernama PasarPolis Mitra sebagai salah satu langkah untuk perluas penetrasi asuransi yang masih minim di Indonesia. Misi lainnya adalah membantu mitra tersebut memperoleh tambahan pendapatan, mengingat aplikasi ini dirilis bertepatan di saat pandemi yang memukul penghasilan banyak orang.

Dalam mengoperasikan aplikasi tersebut, PasarPolis bekerja sama dengan perusahaan broker PT Futura Finansial Prosperindo. Inisiasi ini juga dirilis sebagai salah satu realisasi pasca mengumumkan pendanaan Seri B senilai $54 juta pada September 2020 dari LeapFrog Investments, SBI Investment, Alpha JWC Ventures, Intudo Ventures, dan Xiaomi.

Dalam wawancara terbatas yang diadakan perusahaan pada hari ini (3/12), Founder & CEO PasarPolis Cleosent Randing menjelaskan PasarPolis Mitra bukan menjadi agen asuransi karena punya mekanisme yang berbeda, hanya memberi referensi produk asuransi kepada konsumen. Produk asuransi yang dijual tergolong simpel dengan premi yang ringan.

Terlebih itu, mitra yang tergabung ini harus melalui proses pelatihan demi memastikan tidak terjadi misselling. Perusahaan juga memastikan perlindungan konsumen, seperti audit ISO cyber security dan data protection, sebagai langkah proteksinya.

“Ada app khusus dan perlu training dulu. Setelah itu dapat kode akses, tujuannya agar konsumen mengerti produk asuransi yang mereka beli, jangan sampai ada misselling,” ujar Cleosent.

Sejak aplikasi ini dirilis pada enam bulan lalu, diklaim kini telah mampu menggaet 40 ribu mitra. Pendapatan bulanan para mitra disebutkan naik antara dua sampai tiga kali lipat. Cleosent menyebut seluruh angka tersebut, melampaui ekspektasi perusahaan.

“Mitranya ini ada dari driver GoCar, GoLife, dan agen profesional yang tadinya berjualan secara offline kini ke online.”

Konsep keagenan, sambungnya, bukan barang baru di dunia asuransi. Mencontoh dari negara lain, Tiongkok misalnya, terdapat Ping An yang memiliki 1 juta agen yang menjadi perantara perusahaan dan konsumen akhir. Namun, konsep yang dipakai Ping An tidak serta merta copy-paste saat dibawa ke Indonesia.

Menurut Cleosent, lokalisasi memegang peranan terpenting terlebih Indonesia adalah negara yang unik. “Justru kita ingin putar paradigma, dari Indonesia yang kita bawa ke negara lain, bukan sebaliknya.”

Pencapaian dan prospek pasar insurtech

Ia juga turut menyampaikan pencapaian perusahaan yang positif sepanjang pandemi. Hingga Agustus 2020 disebutkan pertumbuhan bisnis PasarPolis tumbuh lebih dari 80 kali. Diklaim tiap bulannya perusahaan menerbitkan 70 juta polis baru. Adapun sepanjang pada tahun lalu, perusahaan telah menerbitkan 650 juta polis di tiga negara di mana mereka beroperasi, yakni Indonesia, Thailand, dan Vietnam.

Kebanyakan produk yang dibeli berkaitan tentang logistik, travel, dan e-commerce. Ketiga produk ini mencerminkan lini bisnis utama dari tiga investor PasarPolis yang menanamkan investasi seri A pada 2018, yakni Tokopedia, Gojek, dan Traveloka. “Kenaikan juga terjadi signifikan berkaitan dengan kesehatan dan mobil.”

Selain itu juga diungkapkan sebanyak 90% pembeli asuransi di PasarPolis adalah first time buyer dan 40% dari mereka bekerja di sektor informal. Perusahaan, bersama dengan mitra perusahaan asuransi, telah meracik 80 produk asuransi yang aktif dijual melalui berbagai platform.

Pertumbuhan yang positif ini dipengaruhi oleh pesatnya akselerasi digitalisasi di berbagai sektor selama pandemi, yang turut memengaruhi tingkat permintaan di sektor kesehatan. Alhasil, prospek perusahaan insurtech cukup cerah untuk tahun depan.

Dia menuturkan, pandemi Covid-19 pada tahun ini adalah kunci pendorong percepatan digitalisasi. Dengan fondasi digitalisasi yang sudah kuat, proses berikutnya akan semakin mudah. Terlebih lagi, pasar asuransi di Indonesia masih sangat luas karena penetrasi yang minim.

Insurtech dapat tumbuh positif meski ada pandemi, adopsi digital kita lihat menjadi peluang bagi insurtech. Kita optimis ke depannya orang-orang akan semakin sadar untuk membuat perlindungan. Pekerjaan rumah kami adalah bagaimana mendemokratisasi semua lapisan dengan produk asuransi yang terjangkau,” tutupnya.

Application Information Will Show Up Here

PasarPolis Announces Series B Funding Worth of 796 Billion Rupiah

PasarPolis insurtech startup announced the closing of its series B (oversubscribed) funding. Overall, the total investment was successfully booked at $ 54 million or equivalent to 796.7 billion Rupiah. Investors involved in this round are LeapFrog Investments, SBI Investment, Alpha JWC Ventures, Intudo Ventures, and Xiaomi.

This round is claimed to be the largest amount among insurtech startups in the region. Previously, several startups offering insurance services also received significant funding, for example from PolicyPal ($20 million) and CXA Group ($58 million) – both are Singapore based.

PasarPolis is to use the fresh funds to support and accelerate business growth. This includes units outside Indonesia, in Thailand and Vietnam. The inclusion of LeapFrog is said to help accelerate PasarPolis in reaching new insurance consumers through its regional network. Meanwhile, with Xiaomi, the company wants to create insurance technology that is more accessible and holistic.

In 2018, PasarPolis received series A funding from Gojek, Tokopedia, and Traveloka with an undisclosed value. The development of artificial intelligence and big data technologies was the main focus then, along with the expansion of partnerships and integration of services to several partner applications, including the three platforms becoming investors.

“Their (investors) support is a great validation of our positive impact in the industry and society,” said Cleosent Randing, the Co-Founder & CEO of PasarPolis.

One of the main strategies for PasarPolis is partnership-based, currently there are at least 25 digital company partners who help sell insurance products. Since 2018, the company claims to have experienced an 80-fold growth in monthly policies issued. The company also claims to have had a fourfold increase in the number of partners during the same period.

In his official statement, Fernanda Lima as Partner of LeapFrog Investments said, “With 30 insurance companies and 25 digital partners, (PasarPolis) has served more than 4 million new consumers in June 2020 [..] There is great potential for positive social impacts. writing provided to novice buyers of insurance services using digital ecosystems, digital payments, and mobile platforms. ”

It is showed in the Insurtech Report 2020 released by DSResearch that the insurance business support ecosystem in Indonesia is quite complete. In the digital realm, there are already several players. With a similar business model, PasarPolis has several direct competitors which can be seen in the chart below.

Insurtech di Indonesia


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

PasarPolis Umumkan Pendanaan Seri B, Bukukan Dana 796 Miliar Rupiah

Startup insurtech PasarPolis mengumumkan telah menutup pendanaan seri B (oversubscribed). Secara keseluruhan jumlah investasi berhasil dibukukan senilai $54 juta atau setara 796,7 miliar Rupiah. Investor yang terlibat dalam putaran ini adalah LeapFrog Investments, SBI Investment, Alpha JWC Ventures, Intudo Ventures, dan Xiaomi.

Investasi ini diklaim merupakan yang terbesar sejauh ini startup insurtech di wilayah regional. Sebelumnya beberapa startup yang tawarkan layanan asuransi juga dapatkan pendanaan yang cukup besar, misalnya yang diperoleh PolicyPal ($20 juta) dan CXA Group ($58 juta) — keduanya berbasis di Singapura.

Dana segar akan digunakan PasarPolis untuk mendukung dan mempercepat pertumbuhan bisnis. Termasuk untuk unitnya di luar Indonesia, yakni di Thailand dan Vietnam. Masuknya LeapFrog dikatakan akan turut membantu mempercepat PasarPolis dalam menjangkau konsumen asuransi baru melalui jaringan regional yang dimiliki. Sementara bersama Xiomi, perusahaan ingin menciptakan teknologi asuransi yang lebih mudah diakses serta holistik.

Tahun 2018 lalu, PasarPolis menerima pendanaan seri A dari Gojek, Tokopedia, dan Traveloka dengan nilai yang tidak disebutkan. Pengembangan teknologi artificial intelligence dan big data menjadi fokus utama kala itu, seiring dengan perluasan kemitraan dan integrasi layanan ke beberapa aplikasi mitra, termasuk ketiga platform yang menjadi investor tersebut.

“Dukungan mereka (investor) adalah validasi besar atas dampak positif kami dalam industri dan masyarakat,” sambut Co-Founder & CEO PasarPolis Cleosent Randing.

Salah satu strategi yang menjadi andalan PasarPolis adalah berbasis kemitraan, saat ini setidaknya sudah ada sekitar 25 mitra perusahaan digital yang membantu menjualkan produk asuransi. Sejak 2018, perusahaan mengklaim mengalami pertumbuhan polis bulanan yang diterbitkan hingga 80 kali lipat. Perusahaan juga mengaku telah mendapatkan peningkatan jumlah mitra 4 kali lipat selama periode yang sama.

Dalam sambutannya Fernanda Lima selaku Partner LeapFrog Investments mengatakan, “Dengan 30 perusahaan asuransi dan 25 mitra digital, (PasarPolis) telah melayani lebih dari 4 juta konsumen baru di Juni 2020 [..] Ada potensi besar untuk dampak sosial yang positif. Ini berkat pengalaman mulis yang diberikan untuk pembeli pemula layanan asuransi menggunakan ekosistem digital, pembayaran digital, dan platform mobile.”

Dalam laporan Insurtech Report 2020 yang dirilis DSResearch diungkapkan, saat ini ekosistem pendukung bisnis asuransi di Indonesia sudah cukup lengkap. Di ranah digital, pemainnya pun sudah ada beberapa. Dengan model bisnis yang mirip, PasarPolis memiliki beberapa pesaing langsung yang dapat disimak pada bagan di bawah ini.

Insurtech di Indonesia

Application Information Will Show Up Here

The Role of Insurtech to Democratize Insurance Services

In the long run, insurance services are often associated with negative feedback. Complicated and expensive are probably the two things that most often attach to the stigma of insurance services in Indonesia. It’s no wonder that insurance penetration in Indonesia is still around 2%.

This reality also hits PasarPolis when starting its business as an insurtech. PasarPolis’ Founder & CEO Cleosent Randing said that this challenge was the company’s foothold in the process of democratizing insurance services.

How can insurance be free from the bad stigma that has stuck for so many years? How can insurtech have great prospects in facilitating access to insurance products to the wider community? Cleo shared his knowledge and experience as the founder of PasarPolis in this #SelasaStartup session.

Insurance service democratization

Cleo explained that democratizing insurance services means that more people can access insurance products to ensure safety feeling. The key is in access. The high price of insurance products and the purchase claim process are examples of barriers to this access.

In fact, according to Cleo, the safety offered by insurance products is very important. The most common example is when the head of the family or a family member who acts as a provider falls ill and has to be hospitalized.

The costs incurred for treatment and medicine will certainly not just a penny. One incident is enough to shake a family’s economy. That’s where the role of insurance is so important. However, as we all know, these obstacles put insurance as a necessity in Indonesia.

“In an outline, it is how we use technology to reduce prices or costs for someone to get a sense of security,” Cleo explained.

Insurtech has this ability. Technology allows insurtech players to open as wide access as possible to more people and reduce the price of insurance products to a level that can reach all levels of society.

PasarPolis way to create access

It is true that insurance penetration in this country is quite low. However, at the same time, the potential to develop in the industry is wide open. Cleo claims that PasarPolis is currently able to sell policies 60 times more than in their early years of operation.

“We are currently selling about 50 million policies a month,” he added.

One of the main strategies for PasarPolis is to collaborate with large partners to sell insurance products. Call it Gojek, Tokopedia, to Traveloka.

The third one is investors and business partners of PasarPolis. They have a few millions of users. This strategic partnership is a shortcut in boosting insurance product sales.

However, Cleo admits that numbers such as users are not their only factor in determining collaboration. The similar vision and mission, the added value provided to consumers, and the use of technology are also considered. Cleo admitted that his team was quite selective before deciding to partner with others.

Technology is indeed playing quite a role in the effort to popularize insurance products to the wider community. PasarPolis practices this by creating insurance products at low prices and accessible on other platforms. An example is Go-Sure, as their collaboration with Gojek. Also, it is more often seen on Tokopedia. Every time you make checkout at Tokopedia, a small box will appear that allows prospective buyers to choose whether the items spent are insuranced or not.

Looking for more opportunities

PasarPolis also operates in Vietnam and Thailand. With more or less the same market conditions in Indonesia, PasarPolis draws a similar strategy: cooperating with the main digital platforms and offering affordable insurance products.

However, the pandemic is likely to encourage PasarPolis to find more maneuvers. With the current condition that demand for health products in all lines continues to increase, public awareness of the importance of having insurance has also increased.

“For example, people are going across region such as Surabaya or other provinces, there must be protection from Covid-19, and as we see it is still rare in Indonesia. We can see how we can provide a value proposition to the community,” Cleo concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Peran Insurtech untuk Demokratisasi Layanan Asuransi

Dalam jangka waktu yang panjang, layanan asuransi kerap diasosiasikan dengan hal-hal yang kurang enak di telinga. Rumit dan mahal mungkin dua hal yang paling sering menempel dengan stigma layanan asuransi di Indonesia. Maka tak heran penetrasi asuransi di Indonesia masih sekitar 2% saja.

Kenyataan tersebut harus dihadapi oleh PasarPolis saat memulai usahanya sebagai insurtech. Founder & CEO PasarPolis Cleosent Randing menyebut tantangan tersebut menjadi pijakan perusahaannya dalam proses demokratisasi layanan asuransi.

Bagaimana caranya asuransi lepas dari stigma buruk yang kadung melekat sekian tahun? Bagaimana bisa insurtech punya prospek besar dalam mempermudah akses produk asuransi ke masyarakat yang lebih luas? Cleo berbagi pengetahuan dan pengalamannya sebagai pendiri PasarPolis dalam #SelasaStartup kali ini.

Arti demokratisasi layanan asuransi

Cleo menerangkan, secara lugas bahwa demokratisasi layanan asuransi berarti ada lebih banyak orang yang dapat mengakses produk-produk asuransi untuk memperoleh rasa aman. Kata kuncinya ada di akses. Harga produk asuransi yang mahal dan proses klaim yang berbeli merupakan contoh penghambat akses tersebut.

Padahal menurut Cleo rasa aman yang ditawarkan produk asuransi itu begitu penting. Contoh paling sering terjadi adalah jika kepala keluarga atau anggota keluarga yang berperan sebagai penafkah jatuh sakit hingga harus dirawat di rumah sakit.

Biaya yang dikeluarkan untuk mendapat perawatan dan obat-obatan sudah pasti tidak akan sedikit. Satu kejadian cukup untuk mengguncang perekenomian suatu keluarga. Di sanalah peran asuransi begitu penting. Namun seperti diketahui bersama, hambatan-hambatan tadi menempatkan asuransi belum sebagai kebutuhan di Indonesia.

“Mungkin secara garis besar bagaimana kita menggunakan teknologi untuk menurunkan harga atau biaya seseorang untuk mendapatkan rasa aman,” terang Cleo.

Insurtech punya kemampuan tersebut. Teknologi memungkinkan pelaku insurtech membuka akses selebar mungkin ke lebih banyak orang dan menekan harga produk asuransi hingga ke level yang bisa menyentuh semua lapisan masyarakat.

Cara PasarPolis membuka akses

Memang benar bahwa penetrasi asuransi di negeri ini masih sangat rendah. Namun secara bersamaan potensi untuk berkembang di industri terbuka begitu lebar. Cleo mengklaim PasarPolis saat ini mampu menjual polis 60 kali lipat lebih banyak ketimbang di tahun-tahun awal mereka beroperasi.

“Kita saat ini menjual sekitar 50 juta polis dalam sebulan,” imbuh Cleo.

Salah satu strategi yang menjadi andalan PasarPolis adalah menggandeng mitra-mitra besar untuk menjual produk asuransi. Sebut saja Gojek, Tokopedia, hingga Traveloka.

Ketiganya adalah investor sekaligus rekan bisnis PasarPolis. Ketiganya juga memiliki jumlah berjuta-juta pengguna. Kemitraan strategis tersebut adalah jalan pintas dalam mendongkrak penjualan produk asuransi.

Namun Cleo mengaku angka-angka seperti jumlah pengguna bukan satu-satunya faktor mereka dalam menentukan kerja sama. Kesesuaian visi dan misi, nilai tambah yang dapat diberikan ke konsumen, dan penggunaan teknologi juga jadi pertimbangan PasarPolis. Cleo mengaku pihaknya cukup selektif sebelum memutuskan bermitra dengan pihak mana pun.

Teknologi tentu juga memainkan perannya dalam upaya mempopulerkan produk asuransi ke masyarakat luas. PasarPolis mempraktikan hal itu dengan menciptakan produk-produk asuransi dengan harga murah dan dapat dijangkau di platform lain. Contohnya adalah Go-Sure, buah kerja sama mereka dengan Gojek. Atau yang lebih sering terlihat di Tokopedia. Setiap akan checkout belanja di Tokopedia, akan muncul kotak kecil yang memungkinkan calon pembeli memilih barang yang dibelanjakan akan dilindungi asuransi atau tidak.

Terus mencari kesempatan lebih

PasarPolis saat ini juga beroperasi di Vietnam dan Thailand. Dengan kondisi pasar yang kurang lebih sama di Indonesia, PasarPolis menarik strategi yang juga serupa di sini: menggandeng platform digital utama di sana dan menawarkan produk asuransi yang terjangkau.

Namun kondisi pandemi yang sepertinya mendorong PasarPolis bermanuver lebih banyak. Dengan kondisi kebutuhan produk kesehatan di segala lini yang terus meningkat, kesadaran masyarakat akan pentingnya memiliki asuransi pun meningkat.

“Misal ada orang yang harus pergi ke Surabaya atau ke tempat lain, kan harus ada proteksi dari Covid-19 dan di Indonesia ini kita lihat masih jarang. Di sana kita bisa lihat bagaimana kita bisa memberikan value proposition ke masyarakat,” pungkas Cleo.